Cerita Eksibisionis Istriku Rina : Di Balik Sebuah Cerita 3

Desa ini menawarkan kenyamanan berselimut dengan pemandangan indah yang tersaji dan terletak jauh dari perkotaan dimana desa ini dikeliling oleh hamparan ladang dan pertanian. Ada rasa keengganan untuk meninggalkan bagi yang berkunjung seperti halnya yang di alami oleh keluarga sederhana yang hidup jauh diperkotaan yang kini merasakan kebetahan di pedesaan ini dengan tujuan untuk menetap lebih lama. Mereka telah membuktikan ada sebuah keunikan dan ketertarikan yang mengugah rasa di hati untuk tetap mencari, rasa keingintahuan dan kenyamanan yang ditawarkan desa ini telah mengelitik alam sadar mereka untuk mencari sesuatu hal yang tersembunyi lainnya.
oOo

Rina saat ini sedang berada di dapur membantu ibu untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang juga biasa dilakukan jika berada di rumah. Rina yang sedang fokus dengan pekerjaan tak mengetahui kehadiran pak giran yang sudah berada di belakangnya. Sedari tadi pak giran menemani andi ngobrol di meja makan namun matanya tak lepas dari mengamati rina yang sedang berada di dapur. Dari ekor matanya pak giran terus memandangi lekuk tubuh rina yang telah memberikan warna lain dalam kehidupan rumah tangganya di beberapa hari ini. Rina yang telah membangkitkan kembali gairah darah mudanya, pak giran seperti remaja yang jatuh cinta pada seorang gadis sampai-sampai wajah rina juga ikut hadir kala bersetubuh dengan istrinya.

Ketika andi pamit untuk menemani adit dan nisa yang ingin tidur karena kebiasaan di rumah mereka memang sering tidur siang dan andi pun memutuskan untuk ikut rebahan di kamar sembari menunggu istrinya yang sedang di dapur membantu ibu. Kesempatan ini digunakan pak giran untuk menemui rina di dapur yang sedari tadi lekuk tubuh itu memanggilnya untuk dijamah.

Pak giran yang berada di belakang membuat hidungnya kini dimanjakan oleh wangi harum yang berasal dari tubuh rina. Disela-sela menikmati wangi harum, kini tangan tuanya perlahan tapi pasti mulai mengelus dengan lembut punggung rina sembari menghembuskan nafasnya di leher jenjang rina. Terlihat bulu-bulu halus di leher rina mulai berdiri akibat hembusan pak giran, rina yang sedari tadi fokus pada pekerjaannya mulai buyar dan tak bisa melanjutkan pekerjaannya karena ikut menikmati perlakuan pak giran.

Rina bisa merasakan dan cukup hafal dengan tekstur tangan yang sedang mengelus lembut di punggungnya, tangan yang berkeriput dimakan usia itu tetapi terasa agak kasar dan kokoh di usia tuanya karena sang empu tangan adalah seorang lelaki pekerja keras walaupun usianya sudah beranjak senja. Elusan lembut di punggungnya terkadang tanpa sengaja menyerempet ke arah pinggul hingga elusan itu menuju bongkahan pantatnya.

Tangan itu berdiam lama di salah satu bongkahan pantatnya untuk merasakan kemontokan pantatnya dan mulai terasa remasan lembut namun tegas. Bibir tua dengan bau khas kretek itu kembali membaui leher jenjang di balik rambut panjangnya.

" pak.. emmm.. " terdengar lenguhan rina.

" jangaaaaaan .. pak "rina mencoba untuk menolak.

Tangan itu mulai merabai perut yang sedikit berlemak namun rata dibalik balutan kebaya, tangan itu seakan memiliki mata untuk melihat arah dalam bergerak dan menari-nari dengan lembut di area perut rina, sesekali tangan itu mulai menelusup ke atas bermain di pinggiran dan lereng gunung kembar yang indah. Sesaat tangan itu berdiam sejenak di sana sembari menikmati kelembutan dan terkesan seperti tanpa disengaja tangan itu juga ikut meremas lembut payudara milik rina, kembali rina hanya bisa melenguh dan berdesah.

Posisi tubuh pak giran yang memeluk rina dari belakang membuat rina terganggu oleh sesatu benda di area bongkahan pantat. Posisi ini dimanfaatkan oleh pak giran untuk menempelkan penis miliknya yang sudah berdiri kokoh di balik sarung itu tepat di bongkahan pantat rina. Pak giran dengan pelan mulai menggesakan penisnya menikmati bongkahan pantat rina. Rina yang memang dari tadi menikmati cumbuan pak giran dan gairahnya sudah terpancing hanya bisa mengikuti arus dengan tanpa di sadari pantatnya ikut bergoyang membalas gesekan penis pak giran.

"ugh... emmm" hanya suara lenguhan yang terdengar.

Pak giran pun mulai membalikkan tubuh rina untuk menghadap ke arahnya dan kini mereka saling berhadapan. Mata pak giran memandang tajam ke mata rina yang mulai sayu karena cumbuan dari pak giran, dengan gerakan pelan dan lembut bibir tua pak giran menempel dengan nyaman pada bibir manis milik sang wanita.

Bibir tua dengan bau khas kretek itu menjamaah dengan intens bibir manis milik rina dengan berkoordinasi dengan tangan tua yang bergelayut manja dibarengi remasan-remasan lembut pada salah satu bukit kembar milik rina. Tangan rina dengan sendirinya mulai ikut bergerak, tangannya menyusuri tubuh pak giran untuk mencari benda yang telah membuat rasa penasaran terhadap kokohnya benda yang telah menggesek pantatnya tadi.

Rina sedikit terkejut dengan apa yang telah ditemukannya, rina kaget karena di usia yang memasuki senja ini ternyata pak giran masih bisa berdiri tegak walaupun ukuran dalam genggamnya adalah berukuran standar. Tangan rina yang semula hanya menggengam penis tegak di balik sarung pak giran namun kini tangan itu mulai mengelusnya dengan lembut sembari bibir mereka masih berciuman.

"emm.. pak" erangan rina yang terdengar pasrah.

Rina bisa merasakan vaginanya mulai basah akibat percumbuan mereka, gairah birahi yang sudah sedari tadi terbakar di dalam tubuh rina. Pak giran mulai melepaskan bibirnya, kini bibir tua itu turun dengan teratur menjelajahi bagian leher jenjang milik rina dan berhenti di salah satu gunung kembar miliknya dan sembari tangan tuanya dengan lembut meremas gunung kembar itu.

Rina hanya mampu memeluk dan meremas kepala lelaki tua yang telah beruban dan mulai botak tersebut seakan memastikan kepala itu tetap di payudaranya yang masih berbalut kebaya. Tubuh rina yang memang menunjukkan kepasrahan sepenuhnya kepada pak giran, rina memang sudah siap apa bila terjadi sesuatu yang lebih lanjut.

Namun apa yang diinginkan oleh tubuh dan lubuk hatinya itu tak terjadi, karena pak giran menghentikan kegiatannya tersebut.

"kamu memang indah, rin" bisik pak giran.

"kamu mampu membangkitkan gairah muda dalam tubuh tua ku ini" lanjut pak giran sembari meremas salah satu bongkahan pantatnya yang bertambah montok karena kebaya yang berkombinasikan rok span yang digunakan rina membuat pantatnya terlihat lebih menggoda.

"kenapa bapak berhenti? Apa bapak tidak menginginkan ku ?" rina kaget dan tak percaya apa yang di lakuakn oleh pak giran.

"aku sangat menginginkan tubuhmu rina tapi belum saatnya" ujar bapak.

"eheeem.. eheem" terdengar suara ibu yang tiba-tiba datang atau memang sudah dari tadi berada disana.

"besok-besok ditutup dong pintunya, jangan di biarin terbuka gini" sindir ibu yang ditimpali tawa yang tertahan.

"bapak nih buk, nakal banget" ujar ku sambil mencubit pinggang pak giran sembari muka ku yang bersemu merah.

"bapak yang nakal apa kamu, rin ? tuh ndesah-desah gtu ?" ibu makin menyindir ku.

Pak giran yang tak menghiraukan kehadiran ibu di antara kami kembali memberikan sebuah kecupan ringan di bibir manis ku, yang membuat wajah ku kembali bersemu merah. Pak giran pun melangkah keluar dari dapur menuju ruang tengah meninggalkan kami berdua di dapur.
oOo

" apakah aku salah, bu ?" tanya ku pada ibu.

" tergantung sih rin.." jawab ibu datar.

" tergantung kamu melakukan itu berdasarkan nafsu semata atau karena ada rasa yang lain di hati mu." tambah ibu yang tahu kemana arah pembicaraan ku.

" kalau boleh jujur ..." jawab ku terputus sejenak..

" katakan saja nduk pada ibu, ibu tak akan marah pada mu." ibu menimpali dengan cepat.

"semua berawal dari rasa kagum kepada bapak kemudian timbul rasa nyaman yang hadir di hati ku dan kini aku mulai memberikan tempat untuk bapak di setengah ruang hati ini, buk. Bapak dan ibu memberikan kenyamanan terhadap kami baik aku, anak-anak dan mas andi. Kenyamanan itu yang membuat ku tak bisa menolak bapak dan bapak lbisa mengerti aku dengan baik dimana bapak memberikan ruang atas sikap manja ku yang tak diberikan oleh mas andi." jelas ku pada ibu.

" ibu sudah tahu sejak malam itu saat kita duduk di teras, ibu bisa melihat dari mata dan sikap maupun aura yang terpancar dari diri mu. Ibu tak marah kepadamu nak karena kamu lebih muda dari ibu jadi wajar kalau bapak menjadi tertarik sama kamu." ibu menjelaskan balik kepada ku.

"ibu juga gak sanggup lagi melayani bapak seperti dulu, rin. Bapak nafsunya lumayan besar dan kuat kalau bercinta. Ibu merasa kewalahan selama ini." tambah ibu.

Kami larut suasana haru dan saling berpelukan, pelukan dari seorang wanita yang mengizinkan suaminya untuk berhubungan dengan wanita lain. Ibu sungguh berjiwa besar dan entah terbuat dari apa hati ibu yang bisa menerima dan membuka ruang bagi ku di antara mereka.
oOo

Sore menjelang senja saat ini kami bersantai bersama-sama di taman samping, aku dan bapak duduk berdampingan di atas balai sedangkan adit dan nisa bermain bersama ibu dan mas andi. Aku merasakan kedamaian dan kenyamanan suasana yang tak pernah ku dapat sebelumnya, melihat suami ku bercengkrama dengan bahagianya dengan anak-anak, memandang senja yang tersaji dengan indahnya di hadapan ku.

" indah ya rin, indah seperti kamu.." bapak berisik di sela-sela menarik kreteknya.

" emmm.. apa pak ? ", ujar ku mencari tahu apa yang di ucapkan bapak.

" kamu .. memang indah. Tak bosan bapak memandang kamu, rin". ujar bapak dengan diikuti rangkulan di pundak ku.

"gombalnya bapak ini.. ah", balas ku sembari wajah yang bersemu merah.

" indah apanya pak ? aku juga wanita biasa, aku juga seorang wanita beranak dua bukan perawan lagi." tambah ku.

" indah itu bukan perawan atau sekedar fisik, rin. Tapi, kepribadian mu yang membuat kamu indah dimata bapak." jelas bapak sembari menarik ku lebih dekat ke arahnya, mau tak mau aku kembali menyadarkan kepala ku di pundaknya.

Tangan pak giran kembali mengelus dengan lembut di punggungku yang berbalut sweater berkombinasi daster ini, sesekali tangannya mengelus kepala ku dengan lembut yang membuat rasa kenyamanan yang di salurkan oleh lelaki tua ini sampai menerobos pintu hati ku. Aku yakin bila rasa nyaman yang terus menerus di transfer oleh pak giran maka cepat atau lambat akan menjebol pertahanan yang memang sudah rapuh, terbukti kala aku tak berdaya menerima cumbuannya tadi siang di dapur.

Mas andi yang tanpa sengaja melihat ke arah kami, hanya melempar senyum dan berlanjut bermain dengan anak-anak seakan tak terjadi apa-apa antara aku dan pak giran. Padahal saat ini aku sedang bergelayut manja di pundak pak giran seperti sepasang kekasih dan tangan pak giran yang tak mau ketinggal terus menjamahi pinggul dan meremas dengan lembut bongkahan pantat yang hanya dibalut daster ini. Pak giran juga pasti bisa merasakan langsung apa yang berada dibalik daster ini.
oOo​
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar