Suasana ini sungguh membuat tegang mereka bertiga. Dengan pintu terbuka
lebar begitu, tentunya ketelanjangan Rasti bisa saja terlihat oleh orang
lain. Jika orang itu menoleh ke dalam, pastinya akan terlihat seorang
ibu muda cantik lagi berbugil ria. Namun teman-teman Tedi melihat tante
Rasti ini sepertinya cuek saja, bahkan seakan menikmati
ketelanjangannya.
“Duh… Panasnya. Sayang… tolong arahkan kipas anginnya ke mama dong…”
pinta Rasti pada anak-anaknya yang sedang asik nonton tv di sebelah sana
yang langsung dituruti oleh mereka. Aahh.. kibasan rambut tante Rasti
yang tertiup angin semakin membuatnya mempesona, pikir teman-teman Tedi.
Mata mereka rasanya tidak ingin beranjak dari sosok indah di depan
mereka. Wajah memerah tante Rasti yang kepanasan, tubuh telanjang
berkeringatnya, pokoknya semuanya. Apalagi terpaan sinar matahari pagi
membuat tubuh berkeringat ibu muda itu tampak mengkilap yang semakin
menambah erotis suasana. Perlahan keringat-keringat itu mulai mengering,
namun masih menyisakan beberapa bulir yang masih mengalir di kulitnya
yang mulus. Pemandangan yang membuat mereka tidak tahan. Ingin sekali
rasanya mereka coli saat itu juga sambil menatapi ibu temannya ini.
Mereka melihat bagaimana tante Rasti asik bercengkerama dengan Dion.
Aura kecantikannya semakin tampak dengan sifat keibuan yang dimiliki
Rasti. Memang sejak hamil pertama kali saat mengandung Tedi, aura
keibuannya sudah muncul meski waktu itu Rasti masih remaja. Dia tetap
menyayangi anaknya sepenuh hati meski sang ayah kabur tak bertanggung
jawab.
Mereka melihat sorot mata Rasti yang penuh kasih sayang mendalam pada
anaknya. Senyum manisnya, tertawa renyahnya. Sungguh wanita yang
sempurna, baik sebagai seorang ibu, maupun sebagai tempat pelampiasan
nafsu. Mereka semakin terobsesi saja pada wanita ini.
“Lho? kok pada diam saja? mikirin apa sih?” goda Rasti membuyarkan lamunan bocah-bocah itu.
“Eh, ng..nggak kok tante” jawab mereka tersipu. Lagi-lagi mereka
kedapatan sedang memperhatikan dirinya. Rasti tertawa, dia tentu tahu
apa ang sebenarnya bocah-bocah itu pikirkan. “Dasar abg, masa sama ibu
teman sendiri nafsu? Tapi wajar sih… Hihihi…” katanya dalam hati. Bagi
Rasti sendiri, ditatapi penuh nafsu begitu juga membuat jiwa binal Rasti
semakin bergejolak. Mana si Dion dari tadi terus mainin puting susunya
lagi, dipegang-pegang, dicubit-cubit, namun tidak menyusu. Rasti sih
tidak keberatan, tapi putingnya lama-lama jadi mengeras dibuatnya. Jelas
saja Rasti terangsang. Teman-teman Tedi yang melihat puting Rasti
mengeras juga dibikin tambah mupeng karenanya.
“Eeeh, kok dimainin sih sayang? Itu kan tempat minum kamu…” ucap Rasti pada Dion.
“Kok jadi kelas Ma?” tanya anaknya itu polos.
“Hihihi… itu tandanya mama teransang sayang…”
“Telancang?”
“Iya… teransang itu artinya mama pengen ditunggangi,” jawab Rasti santai. Teman-teman Tedi langsung tegang full mendengarnya.
“Ditunggangi?”
“Iya…. ditunggangi kaya kuda, hihihi. Duh… siapa ya yang mau tunggangi
mama? Papa-papa kalian lagi ga ada, kak Norman juga sedang tidur,” gumam
Rasti pura-pura bingung. Rasti lalu melirik teman-teman Tedi sambil
senyum-senyum. Terang saja mereka jadi blingsatan, jantung mereka
berdetak cepat tidak karuan. Mereka berharap tante Rasti akan mengajak
mereka gitu-gituan. Tapi tentu saja Rasti sebenarnya cuma sekedar
menggoda mereka.
Melihat mereka jadi salah tingkah Rasti sampai tertawa terbahak-bahak.
“Hahaha… mikirin apaan sih kalian? Jangan ngarep ya… sana coli,” ujar
Rasti merasa puas mengerjai mereka, meskipun sebenarnya Rasti juga sedag
terangsang saat ini.
“Tante… jangan php-in kita dong…” protes mereka bersungut-sungut.
Padahal mereka sudah beranggapan bakal beneran dikasih ngentot oleh ibu
teman mereka ini. Sial.
“Sorry deh... Kalian sih, ngelihatin mulu dari tadi,” kata Rasti sambil berusaha menahan tawa.
Beberapa saat kemudian Norman keluar dari kamarnya, dia baru bangun.
Sesudah semua orang capek-capek ngebersihin rumah baru dia bangun!!
geram teman-teman Tedi kesal. Dengan wajah masih kusut, dia seenaknya
langsung menyantap sarapan.
Selesai sarapan, Normanpun ikut bergelayutan manja ke Rasti. Dia duduk
di samping Rasti dan merebahkan diri di pelukan ibunya. Di luar dugaan
teman-teman Tedi, kali ini Norman menampakkan sifatnya yang sangat
kekanak-kanakan, sangat berbeda dengan sisi lainnya yang bandel dan
susah diatur. Sebenarnya justru ini sisi yang normal sebagaimana
harusnya seorang anak pada ibunya. Apalagi meski terlihat bongsor,
Norman sendiri baru barusia 13 tahun. Sulit dipercaya di usia yang
semuda itu dia sudah bisa berkali-kali menikmati indahnya seks, dengan
wanita yang sangat sempurna pula!! Yang tidak lain adalah ibu kandungnya
sendiri.
Betul-betul iri teman-teman Tedi dibuatnya. Bagaimanapun Norman memang
anaknya Rasti juga, sangat wajar bila ingin bermanja-manjaan dengan
ibunya sendiri. Rasti juga mengelus-ngelus rambut anaknya itu dengan
sayang.
“Abang bau iih… belon mandi…” protes Dion yang saat itu juga masih di pelukan Rasti di sisi yang lain.
“Biarin!! Weee…!!!” cibir Norman sambil menjulurkan lidahnya. “Udah
sana pergi!! Main kek, nonton tivi atau ngapain..!!” Norman malah
mengusirnya. Dion mau tak mau menuruti omongan Norman, dengan
bersungut-sungut Dionpun beranjak dari sisi Rasti.
“Mama cantik” panggil Norman sambil mencium pipi Rasti dengan bibirnya yang masih berminyak.
“Iya… sayang… Duh, kamu ini gosok gigi dulu gih sana…”
“Ntar deh ma. Ma... mama kok cantik banget sih..?” gumam norman manja
yang kemudian menciumi pipi ibunya lagi berkali-kali dengan gemas. Makin
berminyaklah pipi dan bagian wajah Rasti lainnya gara-gara ulah Norman
ini.
“Duh… anak mama ini. Kamu juga ganteng kok, cuma kamu ini bandelnya gak
ketolongan… nakal ke ibunya juga…” balas Rasti mencium kening anaknya.
Mereka pamer kemesraan di depan teman-teman Tedi. Namun sulit dibedakan
antara mesra sebagai ibu dan anak dengan kemesraan sepasang kekasih.
Sekali lagi mereka bertiga merasa iri, mereka sungguh ingin mempunyai
ibu seperti Rasti. Norman nyengir-nyengir saja diomelin oleh Rasti,
tampak jelas kalau Rasti tidak sungguh-sungguh memarahinya.
“Biarin, siapa suruh mama cantik begini…” ucap Norman gemas sambil meremas-remas buah dada ibunya.
“Uuuuh…” Rasti melenguh pelan, terdengar sangat indah di telinga semua
remaja yang ada di sana. Dengan manja disingkirkannya tangan Norman dari
dadanya. Tangan Norman yang disingkirkan turun kini malah
mengelus-ngelus sambil menjambak-jambak kecil rambut kemaluan Rasti.
Sesekali tangannya juga membelai bibir vaginanya. Tampak sekali kalau
Norman sangat gemas dengan kesempurnaan tubuh ibu kandungnya itu.
Hampir-hampir teman-teman Tedi lupa bernafas melihat pemandangan ini.
Rastipun tidak kelihatan keberatan sama sekali. Sambil melakukan itu,
kini Norman mengecup gemas bibir Rasti. Tidak sampai mengulumnya, hanya
mengecupi saja.
“Mamaaah….” ucap Norman lagi dengan gemas.
“Apa sayang?”
“Mama kok cantiknya gak ketulungan sih?”
“Iiih… apaan sih kamu ngengombalin mama terus?” Rasti tersipu.
“Aawwhh…” tiba-tiba Rasti memekik pelan. Ternyata tangan Norman tengah
memijit-mijit klirotisnya yang juga mengeras. Semua tampak jelas di
depan mata teman-teman Tedi yang mulai kering kerontang tenggorokannya.
Setelah puas menciumi wajah ibunya, tiba-tiba Norman bangkit hendak
ngeloyor pergi begitu saja. Rasti spontan menahan tangannya.
“Lho, kamu mau kemana sayang?”
“Ada apa sih Ma?” tanya Norman pura-pura bego.
“Eh… ng..nggak.. ng..ngentot yuk sayang…” pinta Rasti ragu dan
malu-malu. Wow… Teman-teman Tedi jelas terperangah, kali ini Rasti yang
meminta duluan untuk dientotin anaknya!!
“Hahaha… pagi-pagi udah nafsu ya ma? Dasar mama nakal… tapi Norman
buru-buru nih… ada urusan,” tolak norman tak diduga, Norman lalu mencium
bibir Rasti gemas. “Ga puas apa ma dikerjain teman-teman Norman
semalam? Apa perlu Norman panggil lagi mereka ke sini? hehehe” lanjut
Norman menggoda Rasti.
“Mmmhh..!!” Rasti mendengus kesal, Norman terkekeh lagi. “Kan kamu tuh
yang bikin mama horni!!” protes Rasti sambil cemberut. Wajahnya yang
merona makin membuat dirinya semakin cantik, tentunya juga semakin
menggairahkan.
“Tuh, teman-teman bang Tedi kayaknya mau deh ngentotin mama…” ledek
Norman lagi sambil melirik teman-teman Tedi yang langsung berbinar
matanya.
“Wuahahahaha…!” Norman tertawa terbahak-bahak. “Muke-muke lu ngarep
banget pengen ngentotin mama gue, kalau pengen nyicipin mama, lu pada
harus bayar harga normal!! Hahahaha” cibirnya pada mereka bertiga.
“Hussshhh… nakal kamu ah! Udah sana kalau mau pergi…” ujar Rasti
merengut manja. “Perlu uang jajan lagi gak kamunya?” tanya Rasti
kemudian.
“Perlu dong Ma… hehehe”
“Dasar kamu ini… Kemarin kan uang ngejual mama kamu ambil semua, masa
sekarang masih perlu lagi? Nih, segini aja yah untuk hari ini…” kata
Rasti sambil menyerahkan uang dua puluh ribu pada Norman.
“Mama emang yang paling baik deh… iya gak?” tanyanya sambil melirik ke teman-teman Tedi, lalu ngeloyor pergi.
Rasti mengehela nafas. Dia benar-benar horni karena ulah Norman tadi,
dia butuh pelampiasan. Tapi tidak mungkin dengan teman-teman Tedi.
“Tante beneran lagi horni ya?” tanya Riko yang masih berharap.
“Huuu… pengen tahu aja!!” jawab Rasti cuek. Rasti lalu bangkit dan
mengenakan dasternya kembali, bertepatan dengan itu terdengar suara
parau tukang sayur langganan Rasti.
“Tuh, ada tukang sayur. Minta ngentot aja sana sama dia, hehehe” ledek
Jaka yang ikut menggoda Rasti. Ucapan yang sebenarnya terdengar sangat
kurang ajar itu malah ditanggapi ramah oleh Rasti.
“Iiih… ogah. Masak tante dientotin tukang sayur… Emang dia mau bayar
tante pake apa? Masa dibayar pake sayur-sayuran? Enak aja…”
“Emang tante gak pengen belanja? Gak pengen beli sayur? hehe”
“Hmm? Kenapa? Kalian nantangin tante?” ujar Rasti balik nanya, dia tahu
apa yang mereka inginkan. Mereka ingin melihat dirinya menggoda tukang
sayur. Namun tiba-tiba Rasti terpikir ide nakal untuk menuntaskan
birahinya. Dia ingin bermasturbasi dengan sayur-sayuran.
“Ya udah, tante belanja deh… Tante perlu membeli sayur untuk masak makan siang,” setujunya akhirnya.
“Baaang… beli bang!” Teriak Rasti lalu melangkah keluar.
“T…tante… cuma pakai pakaian itu aja?” seru teman-teman Tedi heran.
Mengingat daster yang dipakai Rasti sangat-sangat minim, mengekspos paha
dan juga belahan dadanya. Belum lagi daster itu sangat tipis, kecantol
duri saja kayaknya bakal sobek.
Rasti menjawab cuek, “duh, kalian ini… tante kan lonte… emang tante
harus make apa? jilbab?” sahutnya geli lalu menghampiri tukang sayur.
Teman-teman Tedi makin panas dingin. Mereka mengintip saja dari
kejauhan apa yang akan terjadi. Tentunya tidak hanya mereka yang sedang
berdegub kencang jantungnya saat ini, namun juga si tukang sayur. Si
tukang sayur ini memang sudah sering juga menjual dagangannya pada
Rasti. Setiap Rasti belanja padanya dia pasti ngaceng bukan main. Dia
penasaran pengen merasakan tubuh Rasti. Hanya saja tempat tinggalnya
tidak jauh dari sini. Bisa kena hajar bininya kalau dia sampai ketahuan.
“Masih seger kan bang sayur-sayurnya?” tanya Rasti.
“Ma..masih dong non… Non Rasti mau beli apa?”
“Tolong terong, timun dan parenya dong bang… eh, sama jagungnya
sekalian. Pilihin yang gede dan panjang ya bang…” kata Rasti. Namun
bukannya langsung mengambilkan pesanan, si tukang sayur itu malah
terpaku melihat pemandangan di depannya ini. Puting Rasti tercetak
dengan jelas, membuat si otong semakin keras. Oh… seandainya bininya gak
mengawasi, mungkin dia udah make Rasti dari dulu.
“Bang… kok bengong sih?”
“Eh, I..iya Non…” katanya tersadar lalu segera mengambilkan sayuran tersebut.
“Mau masak apa non? Kok sayurnya panjang-panjang semua? hehe”
“Ya gitu deh bang…”
“Gitu gimana non maksudnya?”
“Pokoknya mau dibikin enak…”
“Oh… benar non… sayur itu emang enak, bikin sehat, apalagi kalau gede
dan panjang. Tambah enak deh…” ujar tukang sayur itu menggoda. Otaknya
mulai ngeres berpikir yang tidak-tidak.
Beberapa saat kemudian ada ibu-ibu tetangga yang ikut berbelanja. Ibu
itu membawa anak laki-lakinya yang masih SD. Melihat Rasti berpakaian
minim, ibu itu langsung menutup mata anaknya sembari memaki-maki.
“Dasar lonte! Cewek murahan! Gak bermoral! Kenapa sih perempuan ini dibolehkan tinggal di sini? Mengganggu saja!”
Tukang sayur itu mencoba menenangkan si ibu itu. Rasti sendiri tidak
terlalu menanggapinya. Setelah Rasti membayar sayuran, dia lalu kembali
ke dalam.
Rasti masuk rumah sambil nyengir-nyengir. Teman-teman Tedi heran.
“Tante gak marah dihina begitu?”
“Lah, kan emang benar tante lonte? Kenapa musti marah?” jawab Rasti sambil meletakkan belanjaannya di atas meja ruang tamu.
“Tapi kan tante direndah-rendahkan begitu? Gak kesal tante? Balas dong…!” hasut Jaka.
“Iih… kalian ini, emang mau dibalas gimana coba? Jangan cari perkara deh…”
“Yaa… godain tukang sayur itu lebih hot lagi, biar ibu itu makin sewot, hehe”
“Dasar, kalian ini maunya ya…” ujar Rasti geleng-geleng kepala saja mendengar ide mereka.
“Sebenarnya tante kasihan sama ibu itu. Suaminya itu anggota DPR yang
suka foya-foya, main perempuan, istrinya ada tiga. Sebagai istri
pertama, ibu itu sering ditinggal pergi dan disia-siakan” terang Rasti.
“Suaminya suka main perempuan? Berarti suka mainin tante juga yah? hehe…” Teman-teman Tedi bertanya dengan nakal.
“Menurut loooh…..?” jawab Rasti sambil menjulurkan lidah. Mereka
kemudian tertawa bebarengan. Tapi ternyata Rasti merasa tertantang juga.
Di sini lain dia juga selalu merasa horny ketika harus menuruti fantasi
teman-teman Tedi.
“Hmm…. Jadi kalian pengen nih lihat tante bikin kesal ibu-ibu itu lagi?”
“iya!! iya tante..!!” jawab mereka bersemangat.
“Dasar. Ya udah… Nih, tante wujudkan fantasi mesum kalian…” ujar Rasti
sambil mengedipkan mata kirinya dengan nakal. Teman-teman Tedi menelan
ludah dibuatnya.
Rasti lalu keluar lagi menemui penjual sayur. Dia cari-cari alasan ada
yang lupa dibeli. Terang saja ibu-ibu tadi sewot dan mendelik.
“Ngapain lagi lu lonte? Dasar gak tahu malu…” makinya, Rasti cuek saja.
Teman-teman Tedi yang mengintip dari balik pagar melihat Rasti
diam-diam mengaitkan daster tipisnya pada sebuah paku yang menancap di
gerobak sayur. Jantung mereka berdegup keras melihatnya. Mereka
penasaran apa yang akan dilakukan ibu temannya ini. Rasti malah
mengedipkan mata segala ke arah teman-teman Tedi, seakan memberitahu
mereka untuk menyaksikan baik-baik apa yang akan terjadi.
Setelah selesai belanja, Rasti kemudian tampak berjalan pulang
pura-pura lugu, dan “Breeett……!!” sobeklah daster tipisnya. Membuat
daster itu terlepas dari tubuhnya yang tidak memakai apapun lagi di
baliknya. Rasti bugil total di tengah jalan!! Tubuh indah dengan kulit
putih mulusnya tidak tertutupi apapun di hadapan mereka. Tukang sayur
itu melotot, sedangkan ibu-ibu itu merah padam mukanya, berusaha keras
menutup mata anak laki-lakinya sementara si anak malah terlihat meronta
berusaha melihat.
Rasti pura-pura terkejut dan menutupi tubuhnya sebisanya dengan tangan
dan kain sobekan dasternya. Tentu saja itu tidak cukup, vagina dan buah
dadanya terpampang dengan jelas.
“aduuuh, maaf bang… Iih... paku nakal!!” kata Rasti.
Rasti kemudian berlari bugil masuk ke dalam rumah sambil menenteng
belanjaan dan daster sobeknya. Di dalam rumah, Rasti dan teman-teman
Tedi tertawa lepas. Puas sekali rasanya. Terlebih bagi Rasti, baru kali
ini dia berbuat seperti itu. Apalagi dia berbuat demikian demi memuaskan
fantasi teman-teman anaknya. Ada sensasi luar biasa yang dia rasakan.
“Tante gila ih!! Gimana kalau ada orang lain yang melihat??” seru teman-teman Tedi.
“Huuu… kalian ini. Tadinya nantangin tante, kok sekarang malah protes sih?”
“Gak protes kok tante… kita suka malah, bikin tambah ngaceng. Cuma gak nyangka aja, hehe”
“Dasar kalian mesum!! Iya… kan biar makin sewot tuh ibu-ibu, hihihi… Gimana? Puas?”
“Puas tante… tapi si otong kayaknya belum puas nih, hehe” kata Jaka
mengelus celana depannya sambil menatap tubuh Rasti yang masih
bertelanjang bulat.
“Porno!! Coli lagi gih sana…” jawab Rasti senyum-senyum manja sambil
melempar dasternya tadi ke arah Jaka. Jaka langsung memperhatikan daster
itu, sobekannya sangat parah. Dia yakin ini bukan daster murahan
dilihat dari bahannya yang halus dan lembut. Tapi ibu temannya ini mau
saja merelakannya demi memuaskan fantasi mereka.
“Yaah… coli mulu… pelit”
“Biarin..!!”
“Tapi kasihan juga tuh tukang sayurnya, dia pasti makin horni sekarang
pengen ngentotin tante. Kasih aja tante… siapa tahu nanti tante bakal
hamil lagi, hamil anaknya tukang sayur, hehehe” ujar Jaka kurang ajar.
“Huuuu… dasar kalian ini pikirannya nakal, masa tante cantik-cantik
gini dihamili tukang sayur sih?” balas Rasti cekikikan geli.
“Udah ah, tante mau mandi lagi nih… habis itu masak makan siang. Kalian di sini sampai sore kan nungguin Tedi pulang?”
“I..iya tante..”
“Kalau gitu tolong jagain anak-anak tante dulu ya… pokoknya nanti tante
buatin makan siang yang enak deh buat kalian. Mau tante buatin pecel
ayam? Mumpung sayurannya banyak nih buat lalapan…”
“Bo..boleh tante… makasih” jawab mereka serempak, Rasti hanya tersenyum
manis. Dia lalu pergi ke kamar mandi. Baru beberapa langkah dia kembali
berbalik badan mengambil isi bungkusan belanjaannya.
“Ups, kelupaan,” katanya dengan gaya nakal mengambil terong, timun,
pare dan jagung masing-masing satu buah di depan teman-teman Tedi.
Tentu saja mereka langsung berpikir yang tidak-tidak. Untuk apa membawa
sayur-sayur itu ke dalam kamar mandi? Tapi mereka tidak menanyakannya
secara langsung. Karena sepertinya mereka tahu apa yang akan ibu
temannya itu lakukan dengan sayur-sayuran itu.
Rasti sendiri hanya senyum-senyum saja melihat mereka, seakan
membenarkan apa yang sedang ada di dalam pikiran mereka saat ini. Seakan
ingin memberitahu mereka kalau dirinya memang ingin bersenang-senang di
dalam kamar mandi dengan sayuran itu. Rasti memang sudah sangat
terangsang saat ini, apalagi setelah aksinya barusan.
Rastipun segera masuk ke kamar mandi, tidak sabaran ingin menuntaskan nafsunya yang tanggung tadi.
“Sekarang kalian tolong bantu puasin aku ya… papa anak-anak lagi gak
ada, si Norman juga gak mau bantuin mamanya, jahat banget kan mereka
biarin aku sendiri? makanya kalian temani aku ya…” kata Rasti mengajak
bicara sayuran yang sudah dia susun berurutan dengan rapi di atas bak
mandi. Mulai dari yang paling halus teksturnya yaitu terong, lalu timun,
pare hingga jagung yang memiliki tekstur paling unik. Tentunya
sayur-sayuran pilihan Rasti ini sudah dia pilah dulu. Tidak terlalu
besar namun juga tidak terlalu kecil, yang dia kira-kira bakal pas di
dalam vaginanya.
“Mulai dari kamu ya sayang… mau kan masuk ke sana? mau dong yah…
hihihi” ucapnya sambil mengecup manja batang terong. Lalu mengarahkannya
ke vaginanya.
Maka dimulailah aktifitas masturbasi Rasti di dalam kamar mandi. Dia
gunakan sayur-sayur itu bergantian untuk mengganjal vaginanya yang
sedari tadi sudah gatal untuk dimasuki. Rintihan kenikmatannya tidak
sanggup dia tahan hingga sampai terdengar oleh anak-anaknya dan juga
teman-teman Tedi yang ada di luar. Terang saja teman-teman Tedi makin
mupeng. Tidak diragukan lagi kalau tante Rasti sedang bermasturbasi-ria
sekarang. Bahkan terhadap sayuran seperti terong dan teman-temannya saja
mereka iri. Mereka kalah beruntung dengan sayuran itu karena sayuran
saja sudah bisa menikmati vagina ibu temannya yang cantik dan seksi ini.
“Ssssshhh… aaahhhhh…. Pelan-pelan dong nyodoknya…” racaunya. Dia sampai
menungging-nungging dan kejang-kejang kenikmatan di atas lantai kamar
mandi. Berkali-kali Rasti mendapatkan orgasme karena ulah sayur-sayur
yang disodok-sodok ke rahimnya oleh tangannya sendiri.
“Nghh… Udah dapat bagian masing-masing kan kaliannya?” katanya
ngos-ngosan sambil meletakkan kembali si jagung berjejer dengan
teman-temannya yang lain.
“Apa? masih kurang? Masih mau lagi? belum puas yah? Gak usah yah…”
“Ih… kok kalian maksa sih? beraninya keroyokan… huuuu”
“Ya udah… sekali lagi ya… dasar kalian nakal-nakal, hihihi”
Rasti bicara dan tertawa sendiri, seakan sayuran itu punya pikiran dan
bisa ngomong. Tentunya bukan karena Rasti gila, dia merasa lucu saja
dengan perbuatannya itu, mengecup-ngecup dan mengajak bercanda sayuran
bagaikan mereka adalah makhluk yang menggemaskan.
Diapun melakukannya sekali lagi. Rasti bener-benar terpuaskan, tubuhnya sangat lemas karena berkali-kali orgasme.
“Fiuh… makasih yah sayang-sayang… untung ada kalian,” ucap Rasti sambil
mengecup kembali sayur-sayuran itu. Bedanya, baik terong, timun, pare
hingga jagung kini sudah berlumuran cairan vaginanya. Barulah setelah
itu Rasti benar-benar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Letih yang dia
rasakan lebih disebabkan oleh aksi masturbasinya barusan, bukan karena
beres-beres rumah tadi.
Teman-teman Tedi yang dibikin horni akhirnya juga memutuskan untuk coli
di kamar mandi, tentunya setelah Rasti selesai mandi. Ahh… seandainya
tadi bisa coli barengan dengan tante Rasti, gumam mereka.
***
“Makan yang banyak ya... kalau kalian pengen nambah boleh kok…”
“Kayaknya enak banget, duh… pengen deh tinggal di sini terus, hehe” ujar Jaka.
“Ngmmhh… iya bro… masakan tante Rasti emang enak banget…” sahut Riko
dan Romi setuju sambil mulai menyantap makan siang yang sudah disediakan
Rasti. Rasti sendiri juga sedang sibuk menyuapi anak-anaknya.
“Kalian ini bisa aja mujinya… Tante gitu lho… Ya iyalah enak... kan sayurnya udah bercampur cairan tante… ups..!!”
“Hah….????”
****
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar