Cerita Eksibisionis & Incest : Rasti, Ibu Binal 11 Extra Story

Cuma Extra Story dari episode 11… ^_^

***

Esok paginya, Tedi dan teman-temannya benar-benar bangun pagi dan membantu membereskan rumah, bersih-bersih, serta membuat sarapan. Tiga orang baby sitter yang dipekerjakan Rasti sejak kemarin kontraknya hanya sampai pagi ini. Setelah para baby sitter itu selesai mengurus semua keperluan adik-adik Tedi, merekapun mohon diri pulang. Sebagaimana sudah diceritakan, tenaga professional yang jasanya biasa dipakai Rasti ini ada di bawah manajemen perusahaan swasta yang bonafit dan mahal. Semua tenaga mereka dilatih untuk bisa menjaga rahasia, tidak peduli, tidak bertanya, apalagi ikut campur dengan segala hal tentang kliennya, soal pekerjaannya, keluarganya, dan sebagainya. Klien perusahaan itu memang berasal dari berbagai kalangan orang kaya raya, dan orang kaya punya banyak rahasia.

Kembali ke Tedi dan kawan-kawan. Di sela-sela pekerjaan rumah yang mereka lakukan, saat sedang mengepel lantai dan lewat di depan kamar Rasti, mereka mengintip ke dalam kamar Rasti yang lagi-lagi pintunya dibiarkan terbuka. Pemandangan yang mereka jumpai lagi-lagi membuat adik kecil mereka menggeliat bangun. Tampak di atas kasur Rasti sedang tidur pulas dalam posisi tengkurap dan telanjang bulat. Posisi Rasti ini benar-benar seksi bagi mereka. Benar-benar menonjolkan lanskap tubuhnya yang sempurna. Dari pundak dan punggung yang mulus, ada turunan yang dasarnya adalah bagian pinggangnya yang ramping, lalu tanjakan lagi mulai pinggul hingga puncaknya terbelah menjadi 2 bongkah bokong yang begitu bulat sempurna dan kencang kulitnya, putih mulus tanpa noda. Indah sekali!

Rambut hitam Rasti yang panjang tergerai di punggungnya yang mulus, dan sedikit ada yang menutupi sebagian wajah cantiknya. Mike dan Andy sendiri sudah pergi subuh-subuh tadi. Melihat itu, Jaka melangkah ke dalam membawa tongkat pelnya.

“Heh, ngapain lo masuk Jak?” Sergah Tedi.
“Ya kamar mama lo kan juga perlu dipel Ted,” bisik Jaka beralasan.
“Udah ntar aja… nanti ganggu,” sahut Tedi khawatir.
“Gue ga bakal berisik.” Jaka tak mempedulikan Tedi dan terus melangkah masuk. Tak ayal lagi Tedi yang khawatir malah ikut mendekat dan masuk tapi tidak jauh berdiri di dekat pintu. Dia merasa perlu mengawasi Jaka. Riko dan Romi juga kemudian ikut mendekat dan melihat. Kalau mereka berdua jelas niatnya beda dengan Tedi. Sama seperti Jaka, mereka ingin mengamati Rasti dari dekat.

Wajah Rasti yang tertidur pulas benar-benar innocent, membuat hati pria manapun ingin memiliki dan menjadi pelindungnya. Nafasnya berhembus pelan dan teratur, nyaris tak terdengar oleh mereka. Raut mukanya memancarkan kelelahan, menarik simpati untuk membelai dan mengecupnya, dan itulah yang dilakukan Jaka!
“Set, ngapain lo Jak…” Seru Tedi berbisik ketika melihat Jaka mengulurkan tangannya ke arah wajah mamanya.

Jaka tak memperdulikan Tedi, dia menyibak rambut Rasti yang tergerai di atas wajahnya. Jarinya membelai lembut wajah Rasti, dan… Jaka menundukkan wajahnya. Cup… Dia kecup pipi Rasti yang sudah tidak tertutup rambut. Tedi benar-benar berdebar dan panik melihat ulah temannya itu.
“Ah lo Jak… bukannya ngepel…! Ngapain sih lo…??!” Makinya pelan. Entah kenapa Tedi menjadi sekesal dan sepanik itu, padahal dia cuma khawatir mamanya terusik dan terbangun, itu saja.

Jaka lalu menoleh kepada Tedi dan teman-temannya yang lain sambil cengengesan.
“Biasa aja kali lu Ted… Panik amat sih, gue kan cuma pingin mengekspresikan rasa sayang gue ke mama lo…” Ucapnya tanpa dosa.
“Hiih, iya iyaaa… udah, sekarang keluar ayo!” Ujar Tedi dongkol.
“Ngepelnya gimana? He he…”
“Kagak usaahh… Ntar aja!”

Namun tanpa diduga, saat Tedi selesai menghalau teman-temannya keluar dari kamar dan hendak menutup pintu, adik-adik Tedi yang masih kecil, Kiki, Dion, Cindy dan Bram, tiba-tiba berhambur masuk ke kamar itu. Mereka menarik-narik dan memanggil-manggil Rasti.
“Mamaa… Mamaa.. Mama…”
Tedipun berusaha mencegah, “Aduh dek… jangan ganggu mama dulu ya, kasihan mama capek…” ucapnya. Tapi dasar adik-adiknya ini agak bandel dan susah dibilangin, mereka terus saja mengusik tidur mamanya, malah si Bram dengan cueknya naik ke atas ranjang. Rastipun jadi terbangun tapi masih terkantuk-kantuk.

Rasti kemudian membalik badan. “Ngmmhh… apa sayang?” Gumam Rasti lirih pada mereka sambil tetap memejamkan mata meneruskan tidur.
Sepertinya anak-anaknya ingin bermanja-manjaan dengan mamanya pagi itu. Mereka kini ikut naik ke atas ranjang dan bermain-main di sana di samping Rasti, ada juga yang menghimpit dan menaiki tubuh Rasti.

“Jangan ganggu mama dong kaliannya!” ucap Tedi lagi yang mulai kewalahan mencegah.
“Ngmhh… Biar aja Ted, gak papa…” ujar Rasti yang sambil tetap terkantuk-kantuk menyuruhnya membiarkan. Bahkan Rasti yang mengubah posisi tidurnya berusaha menangkap secara random salah satu dari mereka. Hap, tertangkaplah si Dion yang berada tepat di sampingnya. Rasti menarik dan memeluknya erat dengan gemas bagaikan guling, lalu dikecupinya. “Sinii sayaang… muuaah… muuaahh…” Ucap Rasti tanpa membuka matanya yang masih berat.

“Kyaa… ha ha ha… Aahh Mama…” Ucap Dion Manja, lalu berontak kegelian dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Rasti.
Rastipun melonggarkan pelukannya dan membiarkan Dion lepas. “Ngmmmh…” Lenguh Rasti menggeliatkan tubuhnya, lalu meneruskan tidur sambil membiarkan anak-anaknya bermain di situ. Walaupun anak-anaknya kadang usil memainkan rambutnya, menarik-narik tangannya, menaiki tubuhnya, bahkan ada yang meremas-remas payudaranya dan lalu menyusu, Rasti tetap tidak terusik sama sekali. Paling dia hanya bergumam-gumam sambil tetap memejamkan matanya.

“Udaah, ayo kerjanya terusin, ntar Mama bangun harus udah bersih semua lho…” Tegur Tedi pada teman-temannya yang masih saja asik mengintip suasana di kamar Rasti.

Hari pun bergulir. Semua pekerjaan mereka pun telah beres. Sementara yang lain beristirahat di ruang tengah sambil menikmati minuman dingin, lagi-lagi si Jaka yang masih saja penasaran dan berjingkat mengintip kamar Rasti lagi. Tedi yang melihat itu sudah malas mencegahnya, dia geleng-geleng kepala saja membiarkan Jaka. Lagipula dia kini sibuk menggendong Bobi adik bungsunya yang baru saja terbangun.
Saat ini Rasti sudah terbangun tapi masih belum beranjak dari kasur. Dia kini malah terlihat sedang bermain-main dan bercanda-canda di atas kasur bersama anak-anaknya. Berpeluk-pelukan, berguling-gulingan, hingga perang bantal! Rasti meladeni permainan mereka sambil tertawa-tawa bersama. Betapa seru dan cerianya suasana di dalam kamar itu. Tentu Rasti masih dalam keadaan telanjang bulat. Sungguh seksi luar biasa! Tertegun Jaka melihatnya. Menyaksikan adegan keakraban antara ibu dan anak-anaknya, tapi kontolnya malah ngaceng.

“Kalian ini beraninya keroyokan!” ujar Rasti yang selama beberapa saat membiarkan dirinya terkena serangan bantal bertubi-tubi dari mereka. “Rasain nih! Hihihi” Ucapnya kemudian.
“Ampun Ma… ampun…” teriak manja anak-anaknya.
“Hihihi, rasain weeek!” gemas Rasti.

Rasti dan anak-anaknyapun terus berjingkrak-jingkrak bermain di atas ranjang hingga mereka kecapekan semua.
“Mimik Ma…” Pinta Dion kehausan.
Rasti pun memeluk dan menyusuinya. Tentu saja yang lain jadi ikut minta jatah semua, tidak peduli sudah pada gede-gede. Rasti memang dulu tidak pernah menyapih satu pun dari anak-anaknya. Kini diapun menyusui semuanya bergiliran dengan penuh kasih sayang. Pemandangan yang walaupun bukan pertama kalinya disaksikan oleh Jaka, tapi masih saja membuat ia meneguk ludah berkali-kali sambil mengelus selangkangannya. Dia benar-benar ingin coli saat itu juga, tapi enggan melakukannya karna merasa tidak nyaman juga jika coli dengan objek kasih sayang seorang Ibu yang sedang menyusui anak-anaknya. Sambil menghela napas, Jaka bergabung dengan Tedi dan yang lain di ruang tengah.

Tidak lama kemudian Rasti akhirnya benar-benar bangun dan mandi. Dia keluar kamar mengenakan kaos longgar tanpa bawahan dan kemungkinan tanpa dalaman juga. Paling tidak di bagian atasnya yang jelas-jelas mengekspos satu bahu yang terbuka dan menampakkan cetakan pentil di kaosnya. Seksi abis seperti biasa.

“Haii…” Rasti tersenyum manis menyapa Tedi dan teman-temannya yang lagi nonton TV.
“Pagi Tante cantik…” Gombal Jaka. Rasti tersenyum-senyum saja mendengarnya, lalu memandangi sekitar. “Aduh sudah bersih semuanya ya…. Hi hi hi… Makasih ya… Kalian memang bisa diandalkan.” Puji Rasti.
“He he iya dong Tante, kan udah janji kemarin…”
“Iya, makasih yaa… Tante seneng deh. Udah makan kaliannya…?” Tanya Rasti sambil berlalu ke dapur. Lalu terlihat Rasti menyiapkan sesuatu untuk dimasak.

“Udah sarapan kok Tante…” Jawab Romi. “Sarapan buat Tante ada juga tuh kami siapkan…” Sambungnya.
“Tapi ya itu Tante… cuma nasi goreng pake bumbu instan.” Riko ikut menimpali.
“Hi hi, iya, makasih ya… Tante belum lapar kok. Sedang nonton apa sih kalian?” Sahut Rasti menghampiri mereka. Tedi menjawab dengan menyebut satu judul film yang belum lama rilis DVD originalnya dan baru dia beli. Kebetulan Rasti juga sudah lama tertarik pada film ini. Dia pun menawarkan camilan untuk teman nonton.

“Boleh Ma…”
“Wah mau banget Tante…”
“Asik… Nonton film emang asiknya sambil ngemil nih…”
“Ya sudah, kalian tunggu sebentar yah?” Rasti kembali ke dapur memasak sesuatu, tak lama tercium bau harum. Rasti datang membawa sebuah piring sambil tersenyum-senyum nakal.

“Nih… Camilan spesial buat kalian. Habisin ya…” Ucap Rasti sambil menaruh piring berisi makanan yang baru saja dimasaknya itu. Empat buah sosis panggang.

****
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar