Namanya Rasti. Seorang ibu muda yang baru berusia 27 tahun. Wajahnya
yang cantik dengan tubuh bersih terawat membuat semua pelanggannya
enggan berpaling darinya. Pelanggan?? Benar! pelanggan! Karena Rasti
berkerja sebagai seorang lonte.
Terlebih lagi, dia sudah memiliki 7 orang anak! Dan dia tidak memiliki
suami sama sekali. Keenam anaknya itu semuanya tidak jelas bapaknya
siapa dan yang mana, karena saking banyaknya laki-laki yang dibiarkan
membuahi benihnya. Dia doyan dihamili oleh laki-laki yang berbeda tanpa
nikah!
Hanya Tedi, anak pertamanya saja yang dia ketahui siapa bapaknya. Si
sulung Tedi lahir saat Rasti baru berumur 13 tahun, kelas 1 SMP. Waktu
itu dia tergoda dengan rayuan sopir tetangganya, hingga akhirnya
merekapun berhubungan badan. Namun saat Rasti diketahui hamil, sopir itu
malah kabur. Setelah itu hampir dua tahun sekali atau bahkan tidak lama
sehabis melahirkan, Rasti sudah positif hamil lagi. Sampai saat usianya
yang baru 27 tahun seperti sekarang ini, dia sudah mempunyai tujuh anak
tanpa suami.
Rasti menghidupi anak-anaknya dengan cara melacurkan diri, hal itu
sudah dianggap biasa di keluarga mereka. Dia mengelola websitenya
sendiri dan menerima tamu langsung di rumahnya, bahkan tidak jarang ia
melayani tamunya dihadapan anak-anaknya.
“Kalian jangan nakal yah… Mama mau kerja dulu. Ntar kalau kalian diam,
pasti papa bakal kasih kalian uang jajan juga, hihihi” ujar Rasti dengan
entengnya berkata begitu pada anak-anaknya, bahkan menyebut si pria
hidung belang ini ‘papa’ di depan mereka.
“Iya Ma…” jawab anak-anaknya polos.
Maka setelah itu digenjotlah Rasti di depan anak-anaknya. Dia tunjukkan
adegan-adegan yang tidak pantas ditunjukkan seorang ibu. Dia bersetubuh
dengan pria hidung belang saat anak-anaknya sedang bikin pe-er, atau
saat anaknya sedang makan. Entah apa jadinya anak-anaknya ini besok
kelak melihat kelakuan binal ibu mereka ini. Anak bungsunya yang sedang
dalam tahap menyusui, sering harus berbagi air susu sang ibu dengan para
pria hidung belang. Kadang anaknya sendiri tidak kebagian jatah karena
tidak ada kesempatan menyusui karena Rasti asik melonte. Eh, si pria
hidung belang ini malah keenakan mengentoti Rasti, dia pikir kapan lagi
ada seorang ibu yang bisa dia entotin seenak hatinya di depan
anak-anaknya.
Di lingkungan sekitar, jelas dia menjadi bahan cibiran dan cemoohan
tetangga terutama ibu-ibu, tapi dia cuek saja. Pak RT dan pejabat
setempat juga membiarkan dia di situ, secara dia tidak melanggar hukum
dan lebih-lebih lagi Pak RT dan pejabat-pejabat itu juga langganan
setianya, tentu dengan diskon spesial hampir 100%
Teman-teman anaknya, terutama teman-teman si sulung yang masih SMP
bertiga orang itu, Riko, Romi dan Jaka sering bermain ke rumahnya,
bahkan mereka sering main ke sana saat Tedi tidak ada di rumah. Mereka
main memang cuma pengen menggoda ibu temannya yang seksi itu. Awalnya
tentu saja mereka terkejut saat Tedi memperkenalkan ibunya. Tedi dengan
entengnya menyebut ibunya lonte, dan ternyata memang benar.
Hampir beberapa hari sekali mereka pasti ke sana, seperti hari ini.
“Siang tante…” sapa mereka.
“Eh, kalian… yuk masuk” sahut Rasti sambil tersenyum manis.
Mereka terpana saat menyaksikan Rasti membukakan pintu hanya mengenakan
handuk. Rambutnya terlihat basah, butiran air terlihat meluncur di
kulitnya yang mulus. Membuat darah muda mereka bergejolak karenanya.
Terang saja penis mereka langsung menegang. Dalam kondisi Rasti yang
hanya dililit handuk begitu, merekapun berebut untuk mencium tangannya.
“Maaf yah lama, tante sedang mandi” kata Rasti menerima ciuman tangan
mereka dengan ramah meski dia tahu mata mereka kelayapan kurang ajar
melihat dirinya. Rasti tidak mempermasalahkan tingkah mereka yang sering
curi-curi pandang ke arahnya. Dia sangat terbuka sekali di rumahnya.
Tidak ada privasi sama sekali!
Rasti cuek saja, cuma pake handuk kek, telanjang basah-basahan habis
mandi kek, sedang menyusui kek. Dia tidak peduli cuma nutupi tubuh
dengan selimut habis ngelayani tamu dan mengantarnya keluar sambil
kecup-kecup di depan teman-teman anaknya ini. Tidak salah kalau sejak
mereka mengenal Rasti, ibu muda lonte inilah yang selalu menjadi objek
onani mereka tiap coli.
“Ngmm… tapi kalian jangan berisik yah, tante lagi ada tamu” kata Rasti
kemudian sambil menempelkan telunjuk di bibirnya, lalu tersenyum dengan
manisnya.
“I-iya tante” tentu saja mereka paham kalau yang dimaksud tamu oleh
Rasti ini adalah pelanggannya, si pria hidung belang. Ya, Rasti saat itu
sedang melayani tamunya saat teman-teman anaknya itu datang.
“Mumpung kalian ada di sini, tolong jagain anak-anak tante dulu yah…
tante mau ngentot dulu. Kalau kalian lapar makan saja… Tuh ada nasi dan
ayam goreng di meja makan” ujar Rasti ramah pada mereka. Rasti lalu
masuk ke kamar meninggalkan mereka yang sedang mupeng berat terhadap
dirinya. Ingin sekali sebenarnya anak-anak itu mengintip apa yang
terjadi di dalam kamar, tapi mereka masih belum berani. Merekapun hanya
menjaga anak-anaknya Rasti yang masih kecil selama Rasti ‘berkerja’.
Berkali-kali mereka mendengar suara desahan dan erangan kenikmatan si
ibu itu.
Setelah menjaga anak-anak Rasti, mereka akan mendapatkan hadiah
pemandangan Rasti yang telanjang dengan bebasnya di rumah. Dengan
kondisi Rasti yang acak-acakan dan penuh keringat setelah bersetubuh,
tentunya membuat nafsu mereka mentok di ubun-ubun. Rasti tentunya
mengetahui hal itu.
“Hayooo… kalian ngaceng ya lihat tante telanjang? Horni ya? Sana
lepasin nafsu kalian di kamar mandi… buang dulu peju kalian sana, gak
baik dipendam-pendam terus, hihihi” suruh Rasti sambil tertawa melihat
mereka gelisah. Mereka tentu semakin malu, meski akhirnya mereka turuti
juga anjuran ibu temannya ini untuk mengocok di kamar mandi untuk
membuang peju mereka.
Rasti memang sangat baik. Saat teman-teman anaknya itu ingin tahu lebih
tentang pekerjaannya sebagai lonte, tarifnya dia, pelayanannya,
bapak-bapaknya si anak, Rasti akan menjawabnya dengan enteng. Anak-anak
itu bertanya banyak hal dan Rastipun bercerita banyak. Jika sudah
begitu, mereka pasti ngobrol dengan asiknya.
“Terus, sedia main lewat pantat juga gak tante?” tanya mereka
penasaran. Saat itu mereka asik mengobrol dimana Rasti masih telanjang
bulat dan sedang menyusui bayinya! Rasti sendiri tahu kalau dia terus
diperhatikan mata nakal anak-anak ini dari tadi. Tapi dia tidak ambil
pusing dan terus saja menyusui bayinya dalam keadaan begitu.
“Anal maksudnya? hayo… Romi, kamu suka yang main-main belakang gitu yah?”
“Suka sih tante kalau liat di bokep, hehe” kata Romi mengakui.
“Iya tuh tante, si Romi kalau minta bokep sama aku nanyanya yang anal-anal mulu, hahaha” timpal Riko.
“Kalau digangbang pernah nggak tante?” kini Jaka bertanya.
“Pernah, tuh sehari sebelum Tedi kenalin kalian ke tante, tantenya
digangbang di sini sama 5 cowok. Rumah tante jadi rame banget hari itu”
“Yah.. bro… si Tedi telat nih ngajak kita” ucap Jaka pada teman-temannya.
“Dasar kalian, pengen lihat tante digangbang yah? Kapan-kapan yah…
hihihi” kata Rasti cekikikan. Dia menanggapi omongan mereka dengan
riangnya.
“Pengen banget tante, hehe” jawab mereka, Rasti lagi-lagi tertawa geli.
“Terus anak-anak tante gimana tuh? Mereka ngelihat dong kemarin mama mereka dipake rame-rame?”
“Iya, anak tante yang kecil sampai nangis-nangis liat mamanya digituin
rame-rame…” jawab Rasti tanpa merasa bersalah sama sekali.
“Wah… Enak yah si Tedi, punya mama kaya tante” ujar Riko.
“Hmm? Kenapa emang? Tedinya belum pernah macam-macam kok sama tante, paling cuma liatin mamanya ini ngentot doang…”
“Udah bisa liat adegan ngentot langsung aja udah enak benar tuh tante, benar gak bro?”
“Iya tante… kita juga pengen”
“Huuu… Dasar kalian ini” Rasti kemudian meletakkan bayinya yang sudah
tertidur itu ke sebelahnya. Dia gunakan bantal kursi untuk menutupi buah
dadanya. Tentu saja hanya seadanya saja yang tertutupi, malah hampir
tidak ada gunanya sama sekali karena buah dada dan putingnya yang masih
menetes-neteskan air susu itu dapat terlihat dengan jelasnya. Yang ada
hanya makin membuat anak-anak remaja itu makin mupeng melihat
pemandangan itu. Penis mereka yang tadi baru saja menumpahkan pejunya
kini ngaceng kembali dibuatnya.
“Ayo, mau tanya-tanya apa lagi nih? tanya aja” kata Rasti yang memang tertarik ngobrol hal seperti ini dengan mereka.
“Itu… emangnya Tedi gak ada rasa pengen gituan yah tante?” tanya Jaka.
“Maksud kalian… ngentotin tante?”
“Iya tante, itu maksudnya, ngentotin mamanya sendiri, hehe”
“Hahaha, ada-ada aja sih pertanyaan kalian ini. Kalau itu kalian tanya
langsung sama Tedi dong. Hmmm… tapi tante udah janji kok sama dia,
kalau dia bisa masuk SMA favorit, tante bakal kasih dia hadiah boleh
ngentotin tante” terang Rasti.
“Hah??” tentu saja mereka terkejut bukan main mendengarnya.
“Soalnya tante merasa gak enak juga sama Tedi, tuh anak tante yang
nomor dua aja udah pernah berkali-kali” sambung Rasti lagi yang membuat
mereka semakin terkejut.
“Maksudnya si Norman udah pernah ngentot sama tante? Yang masih kelas 5 SD itu?” tanya Romi tercengang.
“Iyaa… si Norman itu seharusnya udah kelas 2 SMP, tapi dia itu goblok
dan sering gak naik kelas. Kalian lihat aja tuh kan kemarin gayanya,
preman dan urakan banget. Susah tante ngatur anak tante yang satu itu.
Pulang ke rumah cuma untuk minta duit, makan dan tidur doang”
“Kok bisa sih tante?” tanya Romi lagi, dia masih tidak menyangka kalau
ternyata wanita ini juga pernah ngeseks dengan anak kandungnya sendiri.
“Iya, waktu itu dia pulang mabuk. Itu anak kebangetan banget, kecil-kecil udah ngerokok dan minum”
“Te..terus tante?”
“Ya itu, tante gak bisa ngelawan waktu dia mabuk dan memaksa minta
ngentot, akhirnya tante kasih juga sekali. Gak tahunya sekali dikasih
akhirnya dia minta terus. Ya tante pasrah saja digituin terus sama anak
tante sendiri. Bandel banget kan dia?”
“Kok bisa nakal gitu yah tante si Norman?”
“Duh, gak tahu juga tuh… keturunan bapaknya mungkin. Waktu itu tante
hamil dia kan karena habis dikeroyok preman-preman pasar, mungkin
nurunin sifat bapaknya tuh, hihihi” Sungguh binal, dengan santainya
Rasti menceritakan hal segila itu sambil tertawa-tawa.
“Tapi kalau ntar tante hamil sama anak tante sendiri gimana tuh?” tanya Riko.
“Ya mau gimana lagi, terima aja… Berarti ntar mereka jadi ayah
sekaligus kakak tuh…” ujarnya sambil tertawa, santai sekali Rasti
mengatakannya. Dia seperti tidak menganggap hal itu masalah besar bila
sampai dihamili oleh anak-anak kandungnya sendiri!
“Eh, kalian mau nginap di sini tidak? Besok hari minggu kan? Tedi lagi
di rumah pamannya, jadi gak ada yang jagain tante” tanya Rasti, tentu
saja mereka langsung menyetujuinya. Mana tahu bisa dapat durian runtuh
nanti malam, soalnya mereka selama ini cuma bisa onani sendirian saja.
Tiba-tiba pintu depan terbuka. Norman, anak kedua Rasti yang bengal si calon preman itu pulang.
***
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar