Sepulang perawatan Citra dari rumah sakit, kondisi kesehatannya pun
makin membaik. Tubuhnya terasa makin kuat dan sehat. Bahkan, Citra bisa
melakukan banyak aktifitas yang lebih banyak daripada beberapa waktu
kemaren. Walaupun hanya sebatas aktifitas-aktifitas ringan, tapi paling
tidak, Citra sudah bisa bergerak kesana kemari.
Karena aktifitas Citra yang cukup banyak, bentuk tubuhnya yang semula
sedikit chubby dan montok pun perlahan-lahan mulai kembali ke kondisi
semula. Perutnya yang gendut, perlahan menyusut dan mengecil. Lengannya
yang besar, juga perlahan mengecil. Begitu juga dengan paha dan betisnya
yang semula membulat gempal, makin meramping kecil bak bunting padi.
Hanya payudaranya yang sama sekali tak berubah. Masih bulat menggoda
dengan ukurannya yang makin besar menakjubkan.
TENG TENG TENG...
Suara pagar besi diketuk dari luar.
"Permisi..." Panggil seorang laki-laki pada pemilik rumah.
"Permisi Neeeng..." Sahut suara wanita.
Karena tak ada yang menjawab, mereka berdua memutuskan untuk masuk kedalam pelataran rumah.
TOK TOK TOK
"Permisiiii...." Panggil laki-laki itu sambil mengetok pintu rumah, "Permisi Neeeng....?".
"Ehhh.... Ada tamu tooohh..." Jawab Citra dari dalam rumah dengan hanya
mengenakan sepotong handuk kecil yang melilit tubuh semoknya,"Maaf saya
nggak dengar... Tadi saya sedang mandi... Eeehhh ternyata ada Pak Utet
dan Bu Ratmi... Silakan masuk Pak... Bu... Mari...." Tambah Citra
mempersilakan tamunya masuk sambil terus membetulkan handuknya yang
seringkali melorot turun.
"Eh... Iya.. Makasih Neng... " Ucap Pak Utet yang kesenangan melihat
kerepotan Citra. Ia buru-buru masuk sembari membawa beberapa kantong
kresek yang berisi kado, lalu meletakkan ke kursi tamu.
"Waduh.... Kok malah repot-repot Pak....?"
" Hakhakhakhak...Nggak apa-apa Neng... Ini mah nggak ngerepotin kok....
Cuman sekedar kado buat dede bayinya.... " Jawab Pak Utet dengan mata
yang tak berhenti melotot melihat keseksian Citra.
"Iya... Nggak ngerepotin kok Neng... Ini cuman ucapan terima kasih
karena kami sudah sering dibantuin ama Neng Citra..." Sahut Bu Ratmi
menambahkan
"Selebihnya, titipan orang-orang kantor Neng..." Tambah Pak Utet lagi, "Silakan diterima Neng...."
"Waahh..... Makasih banyak ya Pak.... Buu..." Jawab Citra yang mau tak
mau akhirnya menerima bingkusan tersebut. Namun karena Citra masih sibuk
memegangi ujung handuknya yang seringkali mau lepas, ia lebih memilih
untuk menerima kantong kresek itu satu persatu.
"Bantuin napa Pak.... Neng Citra kerepotan ituuuh...." Celetuk Bu Ratmi
pada suaminya yang tak berhenti menatap kagum akan kecantikan tuan
rumahnya itu.
"Eh I.. Iya..." Jawab Pak Utet kaget, "Sini saya bantuin Neng..."
"Wah.. Nggak usah Pak.... Ini saya sudah bisa kok...." Jawab Citra
sambil terus mondar-mandir kedapur dan ruang tamu guna membawa bingkisan
dari Pak Utet.
"Silakan diminum Pak... Bu... Maaf... Cuman ada air putih... " Ucap
Citra yang tanpa berganti pakaian, langsung menyuguhkan minuman kepada
kedua tamunya.
"Oeeeeekkkk..... Oooeeekkk....." Tiba-tiba, tangis Clarisa terdengar lantang, memecah kesunyian pagi.
"Looh Neng Citra.... Anaknya menangis tuh... " Celetuk Bu Ratmi
"Ehhh.. Iya... Sepertinya Clarissa terbangun...." Jawab Citra terus
membetulkan handuk kecilnya yang sering melorot karena tak mampu
menampung gundukan payudaranya, "Sebentar ya Pak Buu.. " "Iya Neng...
Monggooo...."
"Heeeiii... Sabar Saayaang... Cup Cup Cup... Sebentar...." Ucap Citra
berusaha menenangkan tangis putrinya. Dengan langkah buru-buru, Citra
meninggalkan kedua tamunya di ruang tamu.
"Matanya.... Maatttaaaa...." Potong Bu Ratmi ketika melihat suaminya tak
berkedip melihat kearah tubuh Citra yang sedang berjalan menjauh.
"Eeh... Iya... Kenapa Bune..?" Kata Pak Utet pura-pura bingung.
"Aku potong loh kontolmu kalo matanya masih mesum gitu...?"
"Ehh... Ennggaaak koookkk.... Enggaaa"
"Enggak apa...? Wong kontolmu ngaceng gitu....?" Ucap Bu Ratmi yang
sepeninggalan Citra, langsung meremas tonjolan celana yang tumbuh
membesar di selangkangan suaminya.
"Adoooww.... " Jerit Pak Utet kesakitan.
"Makanya... Nafsu tuh dijaga..."
"Dijaga kok..." Alesan Pak Utet, "Cuman kalo disuguhi penampilan semok
seperti itu... Mana bisa nahan buat nggak ngaceng Bu'ne...?"
"Mau kontolnya aku cincang-cincang buat campuran bikin bakwan...?" Ancam
Bu Ratmi, "Jangan-jangan kamu masih suka ya ngebayangin jorok ama
istrinya Mas Marwan itu.... Iya... Masih suka ya...?"
"Lohh... Ehhh... Kok...? Nanyanya seperti itu...?" Kaget Pak Utet yang
tak mungkin menceritakan kejadian yang seringkali ia lakukan bersama
Citra beberapa bulan belakangan ini.
"Udah ah.... Wes Pak... Buruan pulang yuk... Aku kebelet pup nih... "
Pinta Bu Ratmi yang ingin segera mengakhiri percakapan mereka.
"Haaaa...? Kebelet pup...? Kok tumben Bu...?"
"Iya nih Pak.... Nggak tau kenapa... Tau-tau aku pengen pup.... Yuk.... Pulang Yuk...."
"Laaaaahhh... Kita khan belom liat putrinya Neng Citra Buuu... Ntar dulu
lah... Tahan...." Jawab Pak Utet mencoba memberi solusi.
"Mau liat putrinya Neng Citra...? Atau Neng Citranyaaa....?"
"Ehh..... Nggg.... Yaaa...Dua duanya sih..."
"Huuuu... Lambemu Paak...." Ejek Bu Ratmi, "Uudaahh ahhh... Sekarang
ajalah Paaakk... Udah nggak tahan niiiihhh..." Paksa Bu Ratmi sambil
menarik-narik lengan suaminya, "Apa aku numpang pup disini aja kali
ya...?"
"Ih malu-maluin aja sih.... Masa baru bertamu bentaran mau numpang boker Buu....?" Omel Pak Utet.
"Makanya... Ya kalo kamu nggak mau aku Pup disini.... Kita pulang aja... Yuk Pak... "
"Hmmm... Yaudah gih... Pup disini ajalah..." Ucap Pak Utet yang akhirnya menyetujui ide istrinya.
"Tapi Pak... Jangan ahhh.... Aku malu Paaak..."
PPRRREEEEEEEETTTT...
Kentut Bu Ratmi terdengar nyaring dan panjang.
"Waduh.... Pak..." Bingung Bu Ratmi dengan wajah yang mulai keringatan.
"Walaaahhh..... ? Bu'ne.... Kok kowe malah ngebom... ?"
"Addduuuhh iyaa...Gimana nih Pak...? Udah diujung nih... Aku udah nggak tahan lagi..."
"Yaudah... Makanya sana.... Buruan kekamar mandi...."
"Tapi Pak..."
"Neng Citra... " Panggil Pak Utet tanpa basa-basi dari arah ruang tamu, "Neeeng...?"
"Ya Paaakk...?" Jawab Citra dari arah kamarnya.
"Istri saya mau numpang ke kamar mandi Neeeng... Boleh yaa...?"
"Eeh iyaa Paak... Boleeehh... Silakan aja...." Sahut Citra lagi. "Kamar mandinya ada dibelakang.."
"Nooohhh..... Wes ta mintain ijin... Sekarang..... Buruan dituntasin gih... Aku tunggu disini aja..."
"Aduuuhh.... Anterin Pak..."
"Hadeeehhh.... Manjaaaa banget siihh...?"
PREET PREPET PRREEPPPEETTTT PREETTTT....
"Walah... Makin panjang itu bomnya... Gawat nih kalo keburu keluar... Bisa berceceran dimari nih...."
"Aduh Paaak... Ayooo..."
Dengan terpaksa, Pak Utet akhirnya bangkit dari duduknya kemudian
mengantarkan istrinya kebelakang, menuju ke kamar mandi Citra. Bu Ratmi
yang sudah kesusahan menahan hajatnya, buru-buru mengamit tangan
suaminya sembari menguatkan otot anusnya, supaya hajatnya tak kunjung
keluar.
"Permisi ya Neng... " Sapa Bu Ratmi ketika melewati pintu kamar Citra yang tak tertutup rapat.
"Eh iya Buu.. " Jawab Citra dari dalam kamar.
Walau hanya sekilas melintas, Pak Utet benar-benar menyempatkan diri
untuk melirik kedalam kamar Citra. Berusaha melihat keadaan Citra yang
sedang berada didalam sana.
GLEK...
Jakun tua Pak Utet langsung terlihat naik turun ketika mendapati wanita
seksi pujaan hatinya itu sedang rebahan di atas tempat tidurnya dengan
posisi menyamping. Menyandarkan kepalanya pada satu tangannya, dan
memberikan satu payudaranya kepada putrinya. Benar-benar membangkitkan
gairah. Terlebih karena handuk kecilnya yang sudah terbuka separuh,
semakin membuat birahi Pak Utet bergejolak hebat.
"Itu kamar mandinya Bu..." Jelas Pak Utet begitu sampai di dapur.
"Temenin ya Pak..."
"Haa...? Temenin...? Nggak ah... Aku mau kedepan...." Tolak Pak Utet,
"Masa aku bertamu cuman buat nemenin orang boker sih...? Ogaahh..."
PREEEETTTT... PRETPREET...
"Aduuuhhh... Yoweslah.... Aku sendirian aja...." Jawab Bu Ratmi yang
dengan wajah cemberut buru-buru masuk kedalam toilet dan menutup pintu
kamar mandi.
CKLEK.
" Hakhakhakhak..." Tawa Pak Utet dalam hati ketika mendapati triknya
barusan berhasil dengan sempurna. "Obat berak ini memang manjur
banget... Si peyot itu pasti lama selesainya.... " Tambahnya lagi
sembari mencium sebuah botol kecil transaparan yang didalamnya terdapat
cairan bening.
Rupanya, ketika Bu Ratmi lengah, Pak Utet sengaja mencampurkan cairan
pencahar ke minuman istrinya. Itu sebabnya Bu Ratmi mendadak kepingin
buang air besar. Dan jika melihat kebiasaan istrinya ketika menuntaskan
hajatnya, Pak Utet tahu jika istrinya selalu menghabiskan waktu yang
relatif lama.
"Sekarang.... Aku bisa bebas ketemu ama Neng Citra.... Hakhakhakhak..."
Kekeh Pak Utet girang sambil berjalan menuju kamar Citra, "Bisa bebas
kalo mau hewes-hewes-hewes....."
Dengan berjingkat, lelaki tua itupun kembali melangkah masuk. Menuju pintu kamar Citra yang tak tertutup rapat.
"Permisi Neng....?" Bisik Pak Utet pelan sembari membuka pintu kamar tidurnya.
"Looohhh Eeeeh...? Pak Utet....?" Kaget Citra ketika mendapati lelaki
tua itu sudah berada didalam kamarnya, "Kok Bapak kesini...?"
"Hiya... Habisan Saya kangen ama Neng Citra... Udah lama banget ya
Neng... Saya nggak main-main kesini buat sekedar ngelihat Neng Citraku
yang semok ini..."
"Iya ya Pak...Udah lama banget..."
"Maka dari itu Neng... Berhubung Saya denger Neng habis lahiran... Saya
buru-buru kesini Neeeng... Buat melepas rindu dengan kekasih cantikku
ini"
"kekasih...? Iiihhhss... Pak Uteeett..." Kaget Citra mendengar perkataan tamunya, "Ntar kedengeran Bu Ratmi loh Paak..."
"Nggak bakalan lah Neeeng..."
"Masa sih Pak...?"
"Iya... Istri Saya tuh Neng... Kalo udah pup... Pasti jadi kaya orang
bego Neng... Udah budek.... Juga lama pula.... Jadi... Bakalan lama dia
ngejogrok dikamar mandi Neng... " Jelas Pak Utet dengan nada yakin,
"Lagian lebih seruan nunggu disini bareng ama Neng Citra... Daripada
nungguin dia diruang tamu.... Hakhakhakhak... "
"Ohh gitu ya Pak....? Berarti... Kalo istri bapak sedang buang air... Pak Utet berasa bebas dong...?"
"Woooo HIYA......" Jawab Pak Utet singkat, "Makanya saya bisa kesini
Neng.... Biar Saya bisa liat Neng Citra lagi... Hak.. Hak Hak.... "
Tawanya lagi memamerkan deretan gigi kuningnya.
"Nyot Nyot Nyot Nyot... CLEPUK... " Tiba-tiba, puting payudara Citra
terlepas dari kenyotan mulut putrinya, "Hiks Hik Hiks...Oeek..." Tangis
Clarissa pelan.
"Eeeeh... Kelepas lagi nih Sayang..." Jawab Citra yang dengan sigap.
Langsung kembali menyodorkan puting payudaranya kemulut putrinya.
GLEK....
Suara ludah Pak Utet membasahi tenggorokan keringnya..
"Hik Hik.... Hik... HAP... Ahemm.... " Kenyot Clarissa lagi yang begitu
disodorin payudara Citra, langsung melahap puting payudara ibunya dengan
lahap, "Nyot... Nyot... Nyot..."
"Shhh... Shhh Shhh... Cup Cup... Sayang... Shhh... Shhh..." Bisik Citra
menyusui putri kandungnya sambil menepuk-nepuk pantatnya pelan," Shhh..
Shhh Shhh.. Pelan-pelan Sayang mimik cucunya... Ntar keselek loh...
Shhh... Shhh Shhh..."
"Ehem... Nyot... Nyot... Nyot..." Balas Clarissa seolah tahu ucapan Citra.
"Wuuuiiiihhhh... Lahap bener ya Neng... Dedenya kalo netek..." Celetuk
Pak Utet yang terus-terusan menatap payudara Citra yang besar itu.
"Iya Pak... Sampe ngilu saya ngerasain kenyotannya lidahnya...."
"Ngilu....? Kok ngilu Neng...?"
"Iya... Ngilu tetek Saya kena kenyotan lidahnya Pak..."
"Hmmm... Ngilu mana ama waktu tetek Neng Saya hisep dulu...? Hakhakhak..."
"Ihhhsss... Apaan sih Pak...?"
"Pasti... Dede bayinya keenakan ya Neng..."
"Keenakan gimana ya Pak...?"
"Ya enak aja bisa nenen di tetek Neng yang besar itu... Hakhakhakhak... "
Kekeh Pak Utet terus-terusan menelan air liurnya, "Apalagi kalo liat
tetek Neng yang super empuk dan montok itu.... Bapak jadi ingeeett....."
"Inget apa Pak...?" Potong Citra.
"Jadi ingeeetttt.... Nggg.... Kejadian dulu yang sering banget kita
lakuin Neng... " Jawab Pak Utet sambil membetulkan batang penisnya yang
mulai kembali menegang di selangkangannya.
"Kejadian...? Kejadian yang mana ya Pak...?" Sahut Citra pura-pura tak mengerti.
"Ah Neng masa nggak inget sihh Neeengg...?" Tambah Pak Utet yang dengan
terang-terangan mulai meremasi batang selangkangannya dihadapan Citra,
"Kejadian yang bisa bikin kita sama-sama enak itu looohhh..."
"Kejadian sama-sama enak gimama Pak...?"
"Hiya Neng... Kejadian dimana memek Neng yang sempit itu...
Disodok-sodok ama kontol Saya yang besar ini.... Uuuuuhhhh... Rasanya
Neeeeng... Enak baaangeeettt.... Apalagi kalo pas memek Neng Citra
ngempot-empot kontol Saya.... Pasti bikin saya langsung ngecrotin pejuh
ke rahim Neng..."
"Hmmm.... Itu kejadian yang mana ya...?" Heran Citra terus berpura-pura
bingung, "Yang saya inget cuman kejadian pas Pak Utet diusir ama Pak
Darjo dulu... Hiihihi..." Canda Citra tertawa geli sembari menatap
kearah batang penis tamunya yang tercetak jelas dicelananya.
"Yaaaahh... Neeeng... Masa yang diinget kejadian yang itu sih...?" Jawab
Pak Utet malu, "Khan sebelum kejadian itu... Kita sering banget buat
beginian..." Tambah lelaki tua itu sambil menjulurkan tangannya kedepan.
Menunjukkan susunan jempol yang terselip diantara jari telunjuk dan
jari tengahnya pada Citra.
"Hihihi... Terus...?"
"Ya kali aja.... Nggg... Kita bisa ngulangin lagi Neng... Hakhakhakhak..."
"Ngulangi gimana Pak...?"
"Ya ngulangi lagi Neng... Kaya dulu lagi... Memek Neng itu... Saya entot
pake kontol Saya ini... Ngentot Neng... Nngeenttoott..." Jelas Pak Utet
sembari menurunkan resleting celananya dan mengeluarkan kepala penisnya
yang sudah benar-benar tegang dari dalam celananya.
"ASTAGA... Paaakk Uteett..." Kaget Citra melihat keberanian tamunya, " Ada Bu Ratmi looooohhh...".
"Bentaran aja lah Neeeng... Secelup dua celuuuppp..." Ucap Pak Utet yang
kemudian melangkah mendekat kearah Citra sembari meludahi tangannya
kemudian mengusap-usap kepala penisnya.
"Huusshhh.... Enggak ah..." Tolak Citra terus menyusui putrinya.
"Mmmm... Nyot.. Nyot.. Nyot.. Nyot.." Gemas Clarissa terus mengenyot
puting payudara Citra. Bahkan saking gemasnya, bayi mungil yang sedang
belajar menyusu itu semakin sering kali kelepasan mengenyot puting
ibunya secara tak sengaja.
"Hihihi... Pelan-pelan Sayang neteknyaaa.... Kelepas mulu tuh...." Ucap
Citra yang ikut-ikutan gemas melihat tingkah putrinya, "Jangan dilepasin
mulu ahhh... Ntar tetek Mama diambil ama Pak Utet loh.."
"Nyot... Nyot... Nyot..." Kenyot Clarissa sambil tersenyum, seolah mengerti ucapan Citra.
"Loooh... Kok kamu malah ketawa sih Sayang...? Kamu mau tetek Mama
diambil ama Pak Utet...?" Goda Citra sambil bercakap-cakap dengan
putrinya, "Jangan ya Sayang... Ntar kamu nggak kebagian ASI Mama loh...
Karena Pak Utet pasti rakus... Pasti bakal ngehabisin ASI Mama...
Hihihi...."
" Hakhakhakhak...Enggak ya Deek... Pak Utet mah nggak bakal bisa
ngehabisin tetek Mama ya Dek...?" Kekeh Pak Utet yang tiba-tiba duduk
ditepi ranjang Citra. "Khan tetek Mama yang super besar ini nggak
bakalan kehabisan ASI..."
"Eh Awas Dek... Ada kakek kakek cabul...." Goda Citra sembari berpura-pura melindungi putrinya dari gangguan Pak Utet.
"Iya Deek... Mau nyabulin Mama Adeeekkk..." Tambah Pak Utet sambil
menjulurkan tangannya kearah Citra. Dan tanpa meminta ijin, lelaki tua
itu lalu meremas payudara Citra lainnya yang masih tertutup kain handuk
kecilnya.
"Iiiihhhsss.... Pak Uteett..." Lenguh Citra berusaha menjauhkan tangan jahilnya dari payudaranya.
"Ck ck ck ck.... Tetekmu masih besar dan empuk aja ya Neng...?" Puji Pak
Utet terus meremasi daging bulat besar itu tanpa menghiraukan tepisan
tangan Citra, " Malahan...Sepertinya kok malah makin besar yak... Juga
makin empuk banget Neng... Hakhakhakhak... "
"Heeeehhh... Jangan Paaakkk..." Elak Citra terus menepis tangan Pak Utet.
"Yuk ah Neng..."
"Yuk apaan sih...?"
"Ngeennntooootttt... " Bisik Pak Utet pelan sambil menyelipkan tangan
tua keriputnya kebawah handuk kecil Citra, menerobos masuk kedalam
selangkangan istri Marwan itu.
"Iiihhsss... Memek saya masih nifas Pak... Jadi nggak bisa dipakai ngentot dulu..." Tepis Citra ke tangan Pak Utet lagi.
"Eh iya yaa...?" Celetuk Pak Usep yang kemudian menyibak bawahan handuk
Citra dan mengamati paha mulus beserta vagina gundul wanita cantik itu.
"Yaudah.... Kalo memek Neng nggak dientot... Pake anus aja deh..."
"Anus Saya masih sakit Pak..."
"Sakit...? Kok bisa Neng...?" Heran Pak Utet ,"Emang anus Neng Citra abis disodok siapa Neng....?"
"Ya sakit ajalah pokoknya..." Jawab Citra yang tak mungkin menceritakan
perihal insiden dirumah sakit bersama Dokter Beno kemaren.
'Hmmm... Kalo gitu.... Sepongin kontol saya aja deh..." Pinta Pak Utet
yang kemudian beranjak dari tepi ranjang Citra dan berdiri di samping
wajahnya. Setelah itu ia menjulurkan batang penisnya yang sudah menegang
keras ke wajah cantik Citra, "Ya Neeeng.... Dikit aja deehh..."
"Enggak aahhh Paak...." Tolak Citra, "Saya nggak mau..."
"Ayolaaahh Neeeennggg... Saya kangen banget ama isepan mulut seksi Neng
niiihhh...." Ucap Pak Utet sembari terus menyodorkan kepala penisnya ke
mulut Citra.
"Enggak Paaak....Enggak..." Tolak Citra tegas.
"Kok nggak mau sih Neng..? Dulu aja biasanya Neng Citra yang sering minta ngisepin kontol saya...."
"Itu khan dulu Pak..."
Sekilas, Citra melirik kearah penis lelaki tua yang berada tepat
didepannya itu. Menatap tajam kearah penis yang dulu selalu memberinya
kepuasan orgasme ketika ia tak terpuaskan oleh Mas Marwan.
"Gimana Neng... ? Ayolah... Mau Yaaa.....?" Pinta Pak Utet yang terus berusaha menjejalkan batang penisnya ke mulut Citra.
"Ngggg... Enggak Pak... Saya nggak mau..."
"Cobain dulu lagi deh Neng... Kontolku makin besar loh ini... Pasti bisa
lebih muasin Neng Citra..." Pinta Pak Utet tanpa putus asa, "Atau...
Kalo Neng masih nggak mau.. Coliin saya aja deh... " Ucap Pak Utet
mengamit tangan Citra dan meletakkan ke batang penisnya.
"Enggak mau Pak... " Tolak Citra lagi, "Enggak...".
"Ayolaaah.... Sedikit aja... Saya udah nggak tahan lagi nih Neng Citra... LONTE cantikku..."
"LONTE...?" Tanya Citra dalam hati
Mendengar sebutan barusan, Citra mendadak ingat dengan panggilan yang
seringkali diucapkan oleh para lelaki yang berulangkali menikmati
tubuhnya. Mulai dari Pak Utet, Seto, Prawoto, hingga Muklis dan Mas
Jupri, sering sekali mengatainya dengan sebutan itu. Namun entah kenapa,
mendengar Pak Utet memanggilnya dengan sebutan itu, ada kilasan rasa
emosi yang perlahan muncul dihatinya.
"Enggak Pak Saya nggak mau coliin kontol Bapak..." Ucap Citra tegas,
"Kalo Bapak mau... Coli aja sendiri.. " Tambahnya gamang dengan mata
yang terus menatap penis berurat milik tamunya itu
"Huuuhh... Yaudah deh.... Ketimbang pulang bawa nafsu yang tak
terselesaikan... Mending dituntasin disini ama kamu ya Neng..." Celetuk
Pak Utet yang kemudian mulai mengocok penisnya cepat-cepat.
TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK
Suara tarikan penis Pak Utet terdengar begitu nyaring.
"Buruan colinya Pak... Keburu Bu Ratmi kembali dari kamar mandi..."
"Ho'oh...." Jawab Pak Utet singkat sembari menjulurkan tangannya kepayudara Citra dan meremasnya kuat-kuat.
"Ehh..? Bapak mau apa...?"
"Ayolah Neeeng... Masa udah nggak dikasih memek... Tetek juga nggak
dapet....?" Rayu Pak Utet ,"Dikit ajalaaahh... Biar Saya cepet
ngecrotnya...."
"Ngggg... Yaudah... Buruan kalo gitu...."
"Yeeesss... Makasih Neng...." Girang Pak Utet yang kemudian menyibakkan
seluruh handuk kecil Citra dari tubuhnya. Menelanjangi istri Marwan itu
bulat-bulat sebelum akhirnya kembali mengusap dan meremasi payudara
besar Citra.
"Oooohhh.... Pelan-pelan Paak..." Lenguh Citra ketika mendapat perlakuan kasar pada payudaranya.
"Wuuuuuiiihh... Neng Citra...? Tetekmu ini baru diremes sedikit aja...
ASInya udah langsung muncrat-muncrat gini ya Neng...?" Girang Pak Utet
makin meremas kencang payudara Citra. Membuat payudara besar itu
memancarkan ASInya kesegala arah.
"Ssshh.. Pelan-pelan Paak..."
"Gilaaaa... Banyak amat ASImu Neeeng... Bikin saya pengen ngenyot
aja..." Tambah Pak Utet yang kemudian jongkok didekat payudara Citra dan
mengarahkan semprotan ASI Citra kemulutnya. "Enak banget rasa ASImu
Neng... Asin-asin manis..."
"Ssshh.. Ehhhmmm.... Udah ah Paak... Jangan muncrat-muncratin ASInya....
Ntar colinya malah nggak kelar-kelar...." Tegur Citra mengingatkan,"
Buruan Pak kelarin colinya... Keburu istri Bapak selesai dari kamar
mandi loh..."
"Eh iya-iya... "Jawab Pak Utet seolah tersadar dengan tujuan awalnya.
Buru-buru ia kembali berdiri dan melumuri batang penisnya dengan cairan
ASI Citra.
TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK
"Ssshhh... Neng Citra.... Kamu bener-bener cantik Neeng... Kamu
bener-bener seksi..." Lenguh Pak Utet memuji-muji Citra, "Walau kamu
sudah beranak Neng... Tak bakal menyurutkan niatan Saya buat
mempersuntingmu jadi istri Saya... Ohh Neeng Citra Agustinaaa...."
"Hush... Nggak usah banyak ngimpi Pak.... Mending cepet kelarin colinya...."
TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK
"Ooohhh..... Neng Citraaa... Sssshhh.... Kamu menang makin cantik kalo
emosi Neng... " Lenguh Pak Utet dengan tubuh yang mulai
melengkung-melengkung. Pertanda jika orgasmenya mulai datang.
TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK
Dan, tanpa menunggu terlalu lama. Tiba-tiba, Pak Utet memejanmkan mata sembari tersenyum lebar.
"Neng Citra Agustinaku... Terimalah Neng... Semprotan benih cintaku
padamu.... Ooohhh.... Ooohhh.... Ooohhh.... Neng Ciiiittraaaaa......"
CROOT... CROOOTT... CROOOCOOOTTT.. CROOTTT.... CRROOCRROOTTT.... CROOOTT...
Semburan lendir kental berwarna keputihan tiba-tiba melayang cepat,
keluar dari mulut penis Pak Utet. Menyembur begitu cepat, jauh kedepan
dan mendarat tepat kewajah cantik Citra.
CROOT... CROOOTT....
Ke rambut Citra
CROOOTT... CROOOCOOOTTT....
Ke payudara Citra
CROOOTT... CROOTTT.. CRROCOOOTTT...
Dan terakhir, ke arah tubuh putri kandung Citra.
"Iiiihhhhhhssss... Pak Utet mah kebangetan deeehh..... Masa nyemprotin
pejuhnya banyak banget gini siihhh...." Omel Citra ketika sadar jika
hampir seluruh tubuh atasnya basah karena semprotan lendir birahi
tamunya,"Mana pejuhnya juga kena ke Clarissa.... Ihhhsss....
JOROOOKK...." Tambah Citra yang buru-buru bangun dari posisi rebahannya
dan mengambil tissu dimeja samping tempat tidur.
CLEPUK...
"Hik hiks... Oeeekkk..."
Karena Citra sibuk membersihkan tumpahan sperma pada tubuhnya, otomatis
puting payudaranya terlepas dari mulut putrinya. Membuat bayi mungil itu
seketika menangis keras..
"Oooooeeeeeekkkkk...."
"Yaaah... Gara-gara Pak Utet siiihhh... Clarissa jadi bangun lagi nih..."
" Hakhakhakhak... Maaf ya Neng... Habisan... Tadi Saya nggak
sengajaa..." Kekeh Pak Utet sembari ikut-ikutan membersihkan tumpahan
spermanya di payudara dan wajah Citra.
"Nggak sengaja tapi kok nyemburnya banyak begini..."
"Ya maklum Neng... Kontol saya khan kalo nyemburin pejuhnya selalu banyak begini... Neng lupa ya...?
Tanpa menjawab, Citra buru-buru melilitkan kembali handuk kecilnya sebatas perut dan buru-buru menggendong putrinya lagi.
" Sshh... Sshh... Cup Cup Sayaaang... Sshh... Sshh... Sshh... Ayo bobo
lagi.... Sshh... Sshh..." Ucap Citra berusaha menimang-nimang putrinya
supaya tertidur lagi. Tak mempedulikan dengan separuh ketelanjangan
payudaranya yang terbuka bebas.
"Sumpaaah Neng Citraaa... Tetekmu itulooohh... Bikin kontolku
nyut-nyutan lagi...." Seru Pak Utet yang tanpa sungkan, kembali meremasi
satu payudara Citra yang masih lengket karena spermanya. Payudara yang
bergoyang bebas karena tidak sedang menyusui putrinya.
"Kenapa...? Masih kurang...?" Elak Citra berusaha menghindar dari remasan tangan tamunya itu.
" Hakhakhakhak... Kalo Neng mau... Bolehlaaah... Kita ngentot sebentar... Mumpung bini peyot Saya masih dibelakang...."
"Dibilang memek saya masih nifas kok masih pengen aja sih Pak...?" Ucap
Citra sebal sambil terus membersihkan tumpahan sperma Pak Utet pada
tubuh Clarissa
"Tapi khan...? Neng kemaren lahirannya cesar... Lewat perut... Masa memeknya sama sekali nggak bisa dipake sih Neng ...?"
"Ya walaupun bisa... Saya nggak mau ngentot ama kamu Pak..."
"Yaaaahhh... Neng Citraaaa.... Sebentar ajaloh Neeeng... Lihat nih... Kontol Saya udah ngaceng lagi..."
"HEEH TUA BANGKE....Ngapain lo disini....?" Bentak Bu Ratmi yang
tiba-tiba sudah berada didepan pintu kamar Citra, "Pantesan dari tadi
dipanggil-panggilin kaga ngejawab... Ternyata sedang ngeliatin tetek
bini orang... Bandel kamu yaaaa...."
"Eeehh... Loohh... Bu'neeee.... Kok udah selesai...?" Kaget Pak Utet
begitu mendapati Bu Ratmi sudah berkacak pinggang dibelakangnya. Karena
tak ingin tertangkap tangan melakukan hal mesum pada Citra, Pak Utet
buru-buru memasukkan batang penisnya yang masih belepotan sperma kedalam
celananya.
"Dasar Mata keranjang... Ngapain kamu disini...? Mau ngegodain Neng
Citra lagi ya...?" Jewer Bu Ratmi menarik telinga suaminya dengan nada
marah pada suaminya.
"Aduh aduh aduh... Enggak Bu'nee.. Enggak..."
"Kalo enggak... Kenapa itu resleting masih kebuka gitu...?" Tunjuk Bu
Ratmi kearah tonjolan celah di celana suaminya, "Terus... Kenapa kepala
kontolmu bisa keluar gitu...?"
"Ehh.. Ini... Anu Bu... Nggg.... Kontol aku khan panjang... Jadi... Anu...."
"Haaallaaahhh.... Kebanyakan alesan.... Dasar suami cabul... Nggak
orangnya... Nggak kontolnya... Sama-sama mesum..." Remas Bu Ratmi
kencang ke batang penis suaminya sambil menyeretnya keluar kamar.
"Aaaaduuuhhh....Maaf buu'nee... Maaf... " Jerit Pak Utet kesakitan.
"Udah-udah... Ayo keluar... " Seret Bu Ratmi penuh tenaga, "Neng Citra... Maaf yaa... Suami saya udah nggak sopan begini..."
"Hihihi... Iya ibu... Nggak kenapa-napa..." Jawab Citra sambil tersenyum geli.
"Tuuuhhh.. Neng Citra aja nggak kenapa-napa... Kok malah Bu'ne yang sewot..." Elak Pak Utet
"Dasar suami messsuummm... " Seret Bu Ratmi terus menarik batang selangkangan suaminya keluar dari kamar Citra.
"Wah wah waaah.... Pantesan diluaran rumah ini terasa sepii... Ternyata
didalam sini ada yang sedang seru-seru ya...? Kekekek...." Kekeh seorang
pria yang entah sejak kapan sudah berada didalam kamar Citra juga,
"Rupanya ada si Kakek cabul... Kekekek....".
"Loohh...? Eeehh...? Pak Darjo....?" Kaget Citra dan Pak Utet hampir berbarengan.
"Waaalaah walaaahhhh.... Kalian ternyata kompak juga yaaa...?
Kekekek....." Kekeh Pak Darjo dengan nada mengejek, "Nggak heran kalo
bayi Mbak Citra itu mirip ama.... " Sengaja Pak Darjo tak meneruskan
kalimatnya, ia hanya melirik mengejek kearah Pak Utet, "Jangan-jangan...
Itu bukan hasil benih suamimu ya Neng...?"
"Heeh... Jaga ya mulutmu..." Bentak Pak Utet lantang kearah Pak Darjo.
Seolah tak ingin semua kelakuan mesumnya diketahui oleh Bu Ratmi.
"Kekekek.... Yang harusnya dijaga tuh kontolmu.... Pak Uteeettt.... Biar
nggak sering maen ke rumah tetangga..." Balas Pak Darjo santai.
"Kontolmu sering main kerumah tetangga Pak...?" Tanya Bu Ratmi bingung.
"Anu Bu... Nggg... Anu...." Gagap Pak Utet
"Kekekekek...." Tawa Pak Darjo girang, "Hmmmm... Ibu ini istrinya Pak Utet...?" Pak Darjo sambil menjulurkan tangannya
"Eh Iya Pak....Ratmi...." Balas Bu Ratmi menjabat tangan Pak Darjo.
"Saya Darjo Bu... Pemilik komplek rumah kontrakan ini....CUP...." Ucap
Pak Darjo mengecup punggung tangan Bu Ratmi, "Hebat juga kamu Tet...
Bisa ngedapetin istri yang cantik begini... Kekekek... " Tawa Pak Darjo
sumringah melihat Pak Utet mati kutu karenanya.
Melihat perlakuan Pak Darjo, Pak Utet tak bisa berbuat banyak. Karena
selain terpojok akibat tak mampu menjawab kalimat-kalimat sinis Pak
Darjo, Pak Utet juga tak ingin istrinya tahu akan kenakalan dirinya
terhadap wanita lain.
"Uteeet-Uteet.... Punya istri cantik begini kok ya sering ditinggalin
siiihhh...?" Celetuk Pak Darjo, "Ya kalo nggak sanggup menafkahin Bu
Ratmi ini... Saya juga mau kok... Kekekekek...." Tambah Pak Darjo
sembari membetulkan posisi penisnya diselangkangannya.
"Ahhh... Pak Darjo ada-ada aja deh...." Ucap Bu Ratmi dengan wajah tersipu-sipu.
"Loohh.. Beneran kok Buuu... Daripada punya suami tapi kontolnya sering kelayapan..."
"Kontol kelayapan...? Maksudnya apa ya Pak...? Saya kurang paham...."
"Kekekek.... Bu Ratmi ini polos banget ya...?" Sindir Pak Darjo, "Coba lihat deh bu... Putri Neng Citra..."
"I...Iiya...? Terus...?" Jawab istri Pak Utet memperhatikan ke arah Clarissa.
"Mirip nggak ama suami ibu...?"
"Nggg... Jadi maksud Bapak...? Suami saya ini Bapak dari putri Neng Citra....?" Tebak Bu Ratmi
"KEKEKEKEK.... Ya Saya nggak bilang seperti itu Bu... Saya cuman menarik kesimpulan... Kekekek..."
"Nggg.... Kalo Pak Darjo mengira jika putri kandung Neng Citra adalah
hasil dari suami saya... Sepertinya nggak mungkin deh Pak... Karena
suami saya khan mandul Pak... Jadi nggak mungkin itu anak suami
saya...." Jawab Bu Ratmi polos sambil melirik tajam kearah Pak Utet.
"Waduuuhh... Beneran tuh Pak Utet....? Bapak mandulll....?
KEKEKEKEKEKEK...." Tawa Pak Darjo puas sekali, "Ya kalo gitu... Mending
Bu Ratmi jadi istri Saya aja Bu... Saya pasti bakal kasih ibu banyak
momongan... "
"Marniii... Eniiii... Srinaahhh... Leenaaa.... " Panggil Pak Darjo
lantang yang diikuti oleh munculnya beberapa wanita dari arah ruang tamu
,"Perkenalkan Buu.... Ini istri-istriku... Dan yang disamping mereka
itu anak-anakku... Abi, Adi, Ali, Ami, Ani, Minda, Mina, Mirna, Nina,
dan Nia... "
"Eh iya hampir lupa.... Heh Kalian... Tolong dong... Bawain masuk
kado-kado buat Mbak Citra ini..." Pinta Pak Darjo kepada kesepuluh
anak-anaknya...
Berhubung orang yang masuk kekamar Citra makin banyak, lama-lama ia
merasa jengah juga karena masih mengenakan handuk. Oleh sebab itu, Citra
meletakkan kembali putrinya keatas kasur dan buru-buru mengambil daster
ala kadarnya guna menutup ketelanjangan payudaranya.
"Hik hiks... Oeeekkk.... " Tangis Clarissa lantang begitu terlepas dari puting payudaranya.
"Loohh.. Mbaaak... Bayinya nangis tuuuhh..." Celetuk Pak Darjo sambil
mengangkat Clarissa dari atas kasur dan menyerahkan kesalah satu
istrinya, "Lena... Tolong dong susuin ini bayinya Mbak Citra...."
"Baik Maass..." Jawab Lena sigap. Melucuti kancing kemejanya sebelum
menggendong bayi Citra dari tangan suaminya. Setelah itu ia mengeluarkan
payudaranya dan menyodorkan puting bulatnya ke mulut Clarissa.
"Loohh...? Mbak...? Jangan..." Ucap Citra panik sembari berusaha merebut kembali Clarissa dari tangan istri muda Pak Darjo.
"Kekekek.... Heeeehhhh... Nggak apa-apa Mbaak... " Sergah Pak Darjo,
"Biarin aja bayi Mbak disusuin istri Saya.... Khan itung-itung... Saya
juga ikut andil bagian pada proses pembuatan bayi Mbak ini...
Kekekek..."
"Lohhh....?" Heran Bu Ratmi.
"Kenapa Bu...? Ibu bingung...?" Tanya Pak Darjo.
"Jadi...? Bayi punya Neng Citra ini... Adalah benih dari Pak Darjo...?" Tebak Bu Ratmi.
"KEKEKEK... Hush... Ngawur....Saya nggak bilang begitu Bu..."
"Tapi... Ada kok sedikit kemiripannya ya Pak..." Celetuk Bu Ratmi lagi.
"Udah yuk Bu'ne... Kita pulang...." Celetuk Pak Utet tiba-tiba sambil mengamit tangan istrinya.
"Heeehh... Sebentar dulu dong Pak Uteeettt...." Cegah Pak Darjo yang
juga mengamit tangan istri Pak Darjo yang satu lagi, "Tawaran saya belum
dijawab ama istri Bapak...."
"Tawaran apa...?" Sewot Pak Utet.
"Jadi gimana Bu Ratmi... ? Apa ibu bersedia jadi istri muda Saya...?
CUP...." Tanya Pak Darjo lancang sambil kembali mengecup punggung tangan
Bu Ratmi lagi, "Yah walaupun udah agak tua... Saya yakin kok Ibu masih
bisa ngelahirin banyak anak dari kontol saya... Kekekekek...."
"Heeehhh... BAAANGSAAATTT.... Jaga bacot lo ANJING..." Emosi Pak Utet
meledak. Mukanya memerah dan tubuhnya bergetar hebat. Tangannya mengepal
keras siap memukul lawan bicaranya.
"Aapaa LOOO....? BERANI Nantangin gue....?" Tantang Pak Darjo tak kalah emosi ,"Dasar suami tua tak tahu diuntung..."
"Dia bini gue... Apa yang gue lakuin ke dia... Itu adalah hak gue..."
"Udah syukur gue mau NGEBAGI KONTOL gue buat kasih anak ke bini lo...
Ehhh lo malah pake sok-sok'an segala..." Ejek Pak Darjo, " Dasar...
Lelaki mandul aja belagu..."
"ANJING LO...."
"BERHENTI KALIAN BERDUA....?" Suara seorang lelaki tiba-tiba terdengar
lantang. Membuat emosi kedua lelaki yang ada didalam kamar Citra
mendadak sirna. Menghilang karena kaget.
"Ehhh... Mas Jupri....?" Tanya Citra.
"Mas Manto...?" Tanya Bu Ratmi
"Mas Tejo...?" Tanya keempat istri Pak Darjo hampir berbarengan.
Merasa mendengar panggilan yang berbeda-beda terhadap lelaki yang baru
saja masuk kedalam kamar Citra, membuat kelima wanita itu saling
bertatap muka.
Heran.
Sekaligus Bingung.
"Apa Mas Jupri itu sebenernya adalah Mas Marwan ya.... Dan Mas Marwan
itu Mas Jupri...." Batin Citra berusaha merangkai semua potongan misteri
terkait dengan lelaki yang tinggal bersama dirumahnya beberapa bulan
terakhir ini.
"Fisiknya, raut wajahnya, cara bicara dan senyumnya.... Semua hampir
sama...." Batin Citra, "Yang beda hanyalah warna kulit... Kumis dan
jambang... Beserta... Kontol besarnya yang bikin sesek memek...."
"Lalu... Kalo memang Mas Jupri adalah Mas Marwan... Kenapa juga ya... Bu
Ratmi kemaren memanggil Mas Jupri dengan sebutan Mas Manto...?" Heran
Citra semakin tak habis pikir, "Dan kenapa pula... Keempat Istri Pak
Darjo... Juga terlihat begitu kaget ketika Mas Jupri datang...? Terlebih
lagi....Kenapa pula mereka memanggil Mas Jupri dengan nama Mas Tejo....
?"
"Aaaaarrrggghh... Ada apa sih ini semua.... Aneeehh... Pusing banget aku dibuatnya...."
"Marwan... Jupri... Manto... Tejo...."
"Apa.... Mereka itu adalah satu orang yang sama.... ? Apakah mereka semua itu adalah Mas Marwan....?"
"Kalau memang iya... Lalu apa hubungannya Mas Marwan alias Mas Jupri dengan semua wanita-wanita itu ya...?"
Puluhan pertanyaan seketika muncul di benak Citra tanpa ada yang bisa ia
pecahkan sama sekali. Sekeras apapun ia berpikir, tak ada sedikitpun
jawaban yang bisa melegakan rasa penasarannya.
"Bete... Bete... Bete... Beeteeeeeee... " Pekik Citra yang sedari pagi
hanya bisa menemani putrinya yang masih tertidur lelap tanpa bisa
melakukan hal lainnya. "Mau jalan-jalan ngak bisa.... Mau ke salon juga
nggak bisa.... Mau ngentot... Arrrgggh... Apalagi itu... Lebih nggak
bisa lagi..." Seru Citra sambil merabai vaginanya sendiri dan meremas
payudara tanpa behanya.
"Uuuuhhh.... Membosankaaannn...." Batin Citra kesal sambil beranjak dari
tidurannya. "Masturbasi... Tak akan membantu rasa penasaran aku
mendapatkan jawabannya... Yang ada ntar aku malah kebingungan mencari
pelampiasan..." Tambah wanita cantik itu sambil berjalan keluar kamar.
Celingukan, Citra berusaha mencari kesibukan. Namun tetap saja, tak ada
pekerjaan rumah yang bisa ia kerjakan. Rumahnya sudah rapi, cucian sudah
terjemur, dan masakan sudah tersaji rapi di meja makan.
"Ohh ini semua pasti hasil tangan Muklis... " Tebak Citra yang akhirnya
duduk di meja makan dan menyantap sarapan paginya, "Muklis... Rajin
bener tuh anak...."
KLENTING.. TLING... TING.. KLENTING....
Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang menemani Citra ketika sedang makan sendiri.
"Hhhhhhh.... Sepi sekali hari ini..." Celetuk Citra menghembuskan nafas
bosannya. Pagi itu ia benar-benar tak semangat. "Aku butuh kesibukan
niiihhh.... "
"Muklis sudah dipasar... Clarissa tidur... Seto sedang keluar kota ama
Anissa.... Pak Utet sudah nggak boleh kesini oleh bininya.... Dan Mas
Jupri..... ?" Sejenak Citra diam. Menatap tajam kearah pintu kamar
tamunya yang sudah 4 hari tak kelihatan batang hidungnya. Terlebih
semenjak Jupri menghardik Pak Utet dan Pak Darjo beberapa waktu lalu, ia
menjadi semakin jarang berada dirumah.
"Kemana ya tuh orang...? Kok tiba-tiba menghilang tanpa kabar dan pesan
sama sekali...?" Heran Citra, "Apa jangan-jangan dia pulang ke proyeknya
bareng Mas Marwan...?
"Eh... Tapi kalo misal Mas Jupri itu ternyata adalah Mas Marwan... Sudah
lama juga ya dia meninggalkan kerjaan di proyeknya...? Atau mungkin...
Proyeknya udah lama kelar kali ya..?"
"Kalo proyeknya udah kelar... Kenapa Mas Marwan nggak pulang kerumah
buat menengok istri dan anaknya ya...? Atau... Kalo enggak... Paling
tidak dia bisa khan ngabarin sedikit saja...?"
"Hmmm.... Atau mungkin... Mas Marwan sebenarnya beneran pulang... Namun ia sengaja menyamar menjadi Mas Jupri...?"
"Cuman... Buat apa Mas Marwan harus menyamar jadi orang lain…?"
"Apa dia mau memata-mataiku...?"
"Aaaahh... Ngentot... pusing bener kepala aku..." Seru Citra yang
akhirnya menyelesaikan sarapannya dan melangkah keruang tengah. "Kalo
memang Mas Jupri itu Mas Marwan.... Dan Mas Marwan itu juga Mas Jupri...
Dia harus punya alasan yang tepat untuk melakukan semua hal itu...
"Mungkin... Aku harus menanyakannya langsung ke orang yang
bersangkutan..." Niat Citra," Pokoknya.. Semua ini harus bisa dia
jelaskan sampai tuntas... Harus..." Tambahnya dengan penuh rasa bingung.
Setelah mencari-cari nomor kontak Marwan, Citrapun langsung
menelponnya.
TUUUUUUUUUTTT.... TUUUUUUUUUTTT.... TUUUUUUUUUTTT....
Panggil Citra ke nomor telepohon suaminya.
"Hhmmmmm.... Nggak diangkat...."
"Nomor yang Anda telephon... Tidak menjawab...."
Tak puas begitu saja, Citra kembali menelpon nomor suaminya lagi.
TUUUUUUUUUTTT.... TUUUUUUUUUTTT.... TUUUUUUUUUTTT....
"Nomor yang Anda telephon... Tidak menjawab...."
"Tetap... Tak ada jawaban... " Ucap Citra dalam hati, "Tapi... Tunggu
sebentar..." Sekali lagi, ia menelpon nomor handphone suaminya.
TUUUUUUUUUTTT.... TUUUUUUUUUTTT.... TUUUUUUUUUTTT....
DRRRRTTTT... DRRRRTTTT... DRRRRTTTT... DRRRRTTTT...
"Suara apa ya itu...?" Heran Citra yang seiring nada tunggu
telephonenya, ia samar-samar mendengar suara getaran aneh dari arah
kamar Muklis.
DRRRRTTTT... DRRRRTTTT......
"Ooohh... Ternyata itu cuman suara getaran hape...." Ucap Citra sambil
meraih benda kecil yang berkelap-kelip disamping bantal tidur adik
iparnya, "Tapi.... Handphone siapa ya ini...? Kok mirip punya Mas
Marwan..."
DRRRRTTTT... DRRRRTTTT......
"ISTRI LONTEKU...?" Baca Citra ketika ia melihat siapa penelpon yang
sedang menghubungi handphone yang ada ditangannya, "Jangan-jangan... Ini
memang handphone suamiku...?" Pikir Citra yang buru-buru mematikan
panggilan telephonenya.
Dan begitu Citra berhenti menelpon, getaran pada handphone itupun seketika berhenti.
"Looohh... Kok handphone ini ikut berenti bergetar... " Bingung Citra
lagi. Karena semakin penasaran, ia langsung melihat history panggilan di
handphone Marwan.
"Wooowww... Riwayat panggilan tak terjawabnya ada ratusan... Dan yang
paling banyak, adalah nomor dari Istri Lonte Mas Jupri..." Heran Citra
yang karena iseng, mencoba menelpon balik nomor Istri Lonte Mas Jupri
melalui handphone milik tamunya itu.
KRRRIIIINGGGG.... KRRRIIIINGGGG.... KRRRIIIINGGGG....
"Looohh... Kok nyambungnya kehape aku...? Karena disini tertulisnya Mas
Marwan memanggil...?" Ucap Citra tertegun, "Berarti... Istri Lonte yang
dimaksud oleh Mas Jupri itu adalah aku...?"
"Kalo begitu... Bisa jadi ini benar handphone Mas Marwan..." Tebak
Citra, " Dan kalo begitu... Tak salah lagi... Jika selama ini... Mas
Jupri adalah Mas Marwan..."
DEG....
Mendapat kesimpulan seperti itu, jantung Citra seolah berhenti berdetak.
Kepalanya berat dan pandangannya berputar. Kakinya melemas dan nafasnya
menghilang.
"Jadi selama ini... Ooohh.... ASTAGAAAA..... Kalo Mas Jupri adalah Mas
Marwan... Berarti Mas Marwan sudah tahu dong semua kelakuan binalku...."
Batin Citra sama sekali tak menyangka jika lelaki lain yang sudah
pernah menidurinya hingga pingsan itu adalah Mas Marwan, suaminya
sendiri.
"Kalo begitu... KAAMMPPPRRRREETTT.... Mas Marwan juga pasti tahu... Semua tingkah nakalku selama tak bersamanya..."
"Waduh... Aku harus bagaimana ini...?" Bingung Citra pasrah memikirkan tentang apa yang akan terjadi padanya.
Dengan melangkah gontai, Citra beranjak kekamar tidurnya dan duduk
ditepi tempat tidurnya. Ditatapnya sosok bayi mungil yang sedang
tertidur lelap di tempat tidurnya sambil tersenyum. Sambil menghela
nafas panjang karena rasa bingung yang mengganjal, Citra membisikkan
sesuatu di telinga putrinya.
"Kamu cantik ya Nak... Kamu juga lucu... Senyum kamu manis.... " Ucap
Citra menatap wajah Clarissa sembari mengusap rambut kening putrinya, "
Walau Mama sendiri tak tahu kamu itu dari pejuh siapa... Yang jelas Mama
selalu sayang padamu Nak... "
"Maafin Mama ya Nak.... Mama telah mengkhianati cinta Ayahmu.... Maafin
Mama atas semua hal nakal yang sempet Mama perbuat dahulu bersama lelaki
lain... " Ucap Citra lirih sambil terus mengusap rambut tebal putri
kandungnya.
"Jika entah esok atau kapan.... Kamu mendengar hal-hal yang memalukan
tentang Mama.... Mama minta maaf Nak... " Tambah Citra lagi, "Karena
Mama yakin... Hal itu akan membuatmu banyak mengalami penghinaaan, rasa
maslu dan kerepotan kelak.... "
TIIITTT...TIIITTT.... TIIITTT...TIIITTT....
Belom juga rasa bersalahnya terobati, tiba-tiba muncul sebuah pesan baru
yang disertai dengan sebuah gambar vagina yang sudah benar-benar basah.
"Mas Alex... Ntar malem kerumah aku lagi ya.... Lubang memek aku sudah
basah banget nih... Kangen sodokan kasar dari kontol raksasamu Mas...
Buruan dateng ya..." Tulis pesan singkat itu.
"Astaga... Apalagi ini...? Siapa pula Mas Alex...? Apa Alex itu nama
samaran Mas Marwan lagi...?" Kaget Citra sambil buru-buru membaca ulang
pesan yang masuk barusan, "Apa Mas Marwan sekarang sudah menjadi seorang
gigolo...? Menjadi lelaki pemuas birahi wanita...?"
TIIITTT...TIIITTT.... TIIITTT...TIIITTT....
Pesan lain masuk.
"Mas... Karena suamiku nanti pergi selama 3 hari... Kamu nginep sini aja
sekalian ya Mas... Seperti kemaren... Jadi Mas bisa ngentotin memek aku
sepuasnya Maaasss... Aku tunggu ya..."
"Busyeeett... Ternyata... Seringnya Mas Marwan tak pulang kerumah... Disebabkan oleh hal ini toh...?"
Tebak Citra sembari terus mencari pesan-pesan mesum lainnya yang masuk
kedalam handphone tamunya itu, " Ohhh Mas Marwan... Ternyata...Kamu
adalah seorang penjahat kelamin Mas...."
Tak berhenti disitu saja, karena rasa keingin tahuannya yang
meluap-luap, Citra langsung menelusuri apa saja yang ada di handphone
suaminya itu. Dan ketika ia melihat ke folder galerya, mata bulatnya
langsung terbelalak lebar
"AAASSSTAAAGGGGAAA..." Kaget Citra sejadi-jadinya begitu mengetahui apa isi galery tersebut.
Di galery handphone Marwan, Citra melihat begitu banyak persetubuhan dan
perbuatan-perbuatan cabul yang dilakukan suaminya bersama pasangan
selingkuhnyanya. Bahkan saking banyaknya, jumlah gambarnya mencapai
angka ribuan. Mulai dari hanya gambar alat kelamin, oral seks, hingga
gambar persetubuhan antara penis, vagina dan anus banyak sekali terdapat
disitu. Bahkan gambar yang diambil dari jarak yang sangat dekat pun
lengkap didalam folder itu.
Begitu juga dengan video kecil berisikan persetuhan antara suaminya
dengan puluhan wanita lain. Jumlahnya mencapai ratusan, membuat mata
Citra terasa begitu lelah untuk memperhatikan gambar-gambar mesum itu
dengan seksama.
"Looohhh.... Astagaaa... Ini khan Anissa...."
"Ini Bu Ratmi..."
"Dan ini... Keempat istri Pak Darjo..."
"AAASSSTTTAGAAA MMAASSS... YA AMMPUUUNNN..... Ternyata Mas Marwan
sekarang... Sudah menjadi seorang predator seks.... " Teriak batin Citra
yang sepertinya kecewa karena melihat isi file yang ada didalam
handphone suaminya itu.
"Gimana Dek...? Suka ngelihat gambar dan video mesum yang ada di hape aku...?"
"Loh Eh.. Mas Jupri.... ? Eh... Bukan... Mas Marwan...?"
KLOTAK KLOTAK...
Karena kaget, Citra menjatuhkan handphone yang masih memutar file persetubuhan suaminya itu kelantai.
"Hehehe... Kok kaget gitu Dek...? Padahal kamu sudah tahu khan siapa aku sebenarnya...?"
"Nnnggg.. Anu....Mas..."
"Iya..... Kamu Benar... Kamu nggak salah kok..." Senyum Marwan sambil
terus berdiam diri di dekat pintu kamar istrinya, "Aku Jupri Dek...
Sekaligus Marwan... Suami syahmu...." Tambah Marwan singkat.
"Jadi semua itu benar Mas...?"
"Semua...?"
"Iya... Semua gambar dan video dihape Mas itu... ? Semua benar...?"
"Hehehehe.... Iya...." Ucap Marwan singkat sambil tersenyum santai, "Itu semua benar..."
"Lalu...? Jupri... Manto.. Tejo...Alex itu siapa Mas...?"
"Itu panggilan wanita-wanita yang terlalu sayang padaku Dek... " Jelas
Marwan dengan terus tersenyum santai, "Reno...Manto... Tejo... Burhan...
Nino... Alex... Semua itu aku Dek... Suamimu..."
Tanpa menangis, tiba-tiba air mata Citra mendadak merembes turun tanpa bisa ia bendung sama sekali.
"Kamu...? Kamu...? " Bingung Citra ketika berkata-kata, "Kamu selingkuh Mas...?".
"Iya.. Sama dengan yang kamu lakuin Dek...?"
" Sudah...? Sudah berapa wanita yang sudah kamu tidurin Mas...?" Tanya
Citra menatap sosok lelaki yang ada didepannya sembari mengamati video
porno yang masih tergeletak dilantai.
"Memangnya kenapa Dek...?"
"Adek pengen tahu aja Mas... Sudah berapa wanita yang sudah kamu tiduri...?"
"Lupa.... " Jawab Marwan singkat
"Kamu ternyata penjahat kelamin ya Mas..." Celetuk Citra yang kemudian mematikan handphone Marwan dan melemparkannya ke kasur.
"Apa bedanya dengan kamu Dek...?"
"Maksud Mas...?"
"Kamu juga sudah sering ngelakuinnya khan... ? Tidur dengan banyak
lelaki...?" Ucap Marwan yang kemudian melangkah masuk dan meraih
handphonenya. Gantian sekarang Marwan yang memutar video persetubuhan
Citra ketika sedang dikeroyok banyak lelaki.
"Ta... Tapi... Tapi nggak sebanyak kamu Mas..." Jawab Citra tergagap-gagap.
"Yang jelas... Aku nggak pernah mau ngajak lawan mainku bermain gangbang
Dek..." Sindir Marwan sembari menunjukkan tayangan video mesum istrinya
di handphonenya, "Membiarkan semua lubang tubuh selingkuhanku untuk
bisa dientotin banyak kontol sepertimu..."
"Kamu menghianati kepercayaan istrimu Mas.... " Kilah Citra tak
mempedulikan tayangan mesum dirinya. Ia hanya terus menghapus air
matanya yang terus mengucur membasahi pipinya, "Kamu pembohong..."
"Eh... Kok Maling teriak maling...? Bukannya kamu juga begitu Dek...?"
"Kenapa kamu ngelakuin hal itu Mas...?"
"Kok kamu bertanya hal itu padaku sih...?" Bingung Marwan, "Harusnya...
Aku yang bertanya seperti itu padamu Dek..... Karena setahu aku... Kamu
duluan yang memulai hal ini... "Jelas Marwan mulai panas.
Mendengar penjelasan Marwan, Citra hanya bisa terdiam. Ia lebih memilih
duduk di tepi tempat tidur daripada menatap wajah dingin suaminya.
"Kamu... Sudah menghianati kepercayaanku Dek... Lihat ini..." Ucap
Marwan sambil mempertunjukkan adegan dimana Citra sedang mengocok penis
lelaki lain, "Itu cincin nikah kita khan...?
"I... Iya..."
"Kamu masih menggunakannya ketika sedang ngocokin kontol lelaki lain
Dek... Kamu sudah mengkhianati sucinya pernikahan kita...."
Lagi-lagi Citra terdiam. Ia hanya bisa menunduk malu.
"Kenapa kamu ngelakuin hal ini Dek...?" Balas Marwan yang kemudian
mendekat karah Citra dan mengangkat dagunya, "Apa ini pembalasan darimu
karena kesalahanku....? Kamu marah padaku...?"
Citra menggeleng.
"Lalu kenapa...?"
Citra menarik nafas panjang, sebelum akhirnya berbicara pelan. "Adek pikir... Kamu udah nggak peduli lagi denganku Mas..."
"Kata siapa...?"
"Nggak tau... Feeling aja.... "
"Felling...?"
Tak menjawab, Citra hanya mengangguk pelan.
"Jika memang aku sudah tak peduli denganmu Dek... Bukan berarti... Kamu
bisa seenaknya memberikan kenikmatan tubuh dan memekmu ke pria lain...
"Ucap Marwan dengan nada yang meninggi. "Bukan berarti kamu bisa terus
bersenang-senang dengan kontol-kontol pria lain ketika aku sedang tak
ada dirumah... Bukan berarti kamu bisa memperbolehkan liang rahim dan
anusmu untuk dinikmati oleh kontol lelaki lain..."
"Kontol... Lelaki lain.... " Ucap Citra menatap nanar kearah selangkangan suaminya.
"Iya... Kontol-kontol ini Dek... Ini kontol pria lain khan...?" Bentak
Marwan ketika sambil mempertontonkan video lain dimana vagina dan anus
Citra sedang di sodok depan belakang oleh banyak lelaki.
Citra mengangguk.
"Kenapa kamu melakukan hal itu sih Deeeeek Citra Agustinakuuuuu...?" Tanya Marwan lagi dengan nada gemas campur emosi
"Nggak tahu Mas... " Jawab Citra lirih
"Kok nggak tahu...?"
Citra mengangkat bahu.
"Bener...? Kamu sama sekali nggak tahu....?"
Lagi-lagi Citra mengangkat bahu.
"Pergi.... " Ucap Marwan singkat namun tegas.
Citra menatap wajah Marwan lekat-lekat.
"Kamu denger khan kata-kataku...? PERGI...!"
Citra sama sekali tak mengindahkan kalimat Marwan. Ia hanya menatap wajah suaminya dengan pandangan kosong.
"Kamu TULI ya...? AKU BILANG PERGI ya PERGI...." Ucap Marwan lagi sambil melempar handphonenya kepayudara Citra keras-keras.
JDUGG.....
"Aaaawwww... Aduuuh Mas... Sakit....Hik hik hik... " Rintih Citra sambil mengusap-usap bekas lemparan handphone di payudaranya.
"PERGI ANJING..." Bentak Marwan dengan nada lebih kencang sembari
menunjuk kearah pintu keluar. "Kalo kamu nggak pergi... Aku yang
pergi... " Tambah Marwan. "Dan aku akan bawa Clarissa pergi juga
bersamaku..."
Mendengar nama putri kandungnya disebut-sebut, Citra buru-buru menangkap kaki Marwan dan mendekap kaki suaminya itu erat-erat.
"Jangan bawa anak aku Mas... Jangan...Hik hik hik ...." Tangis Citra
mulai terlihat, "Kalau kamu bawa dia... Bawa Adek sekalian Mas..."
"Lepasin kaki aku Dek... " Pinta Marwan sambil mendorong tubuh Citra mundur.
"Aduh... " Pekik Citra ketika tubuhnya terdorong mundur kebelakang.
Namun, buru-buru ia mendekap lagi kaki Marwan erat-erat, supaya tak
pergi membawa putrinya.
"Kamu mau apa lagi sih...? Lepasin kaki aku... Aku mau pergi... " Ucap
Marwan sambil kembali mendorong tubuh Citra lebih keras lagi. Membuat
istri cantiknya itu lagi-lagi terhempas mundur kebelakang dengan keras.
BLUGH..
"Adduuuhhh..." Pekik Citra lagi, "Jangan Maaas... Jangan... Adek tak
akan membiarkanmu dan Clarissa pergi Mas Hik hik hik... Adek masih ingin
terus bersamamu....Hik hiks...."
"Buat apa...? "
"Adek pengen minta maaf Mas...."
"Maaf...?"
"Iya Mas... Maafin Adek...Hik hik hik ..."
"Istri LONTE macam kamu... Tak perlu aku maafin Dek..." Ejek Marwan penuh emosi.
"Istri LONTE...?" Kaget Citra ketika mendengar ucapan laknat itu dari mulut suaminya.
"Kenapa...? Nggak terima kamu aku panggil LONTE...?" Bentak Marwan, "Padahal bener khan...? Kamu tuh ISTRI LONTE...?"
Citra terdiam.
"Kamu tuh memang LONTE.... Malahan... Kamu tuh LONTE gratisan.... LONTE
MURAHAN yang jauh lebih murah daripada LONTE paling murah sekalipun...."
Walau Citra sudah sering dipanggil sebagai lonte, entah kenapa ucapan
dari mulut Marwan membuat telinganya begitu panas. Wajahnya memerah dan
hatinya begitu sakit. Ia tak mengira, jika kata LONTE yang dilontarkan
oleh mulut suaminya itu bakal membuat perasaannya tak karu-karuan
seperti itu.
"Hentikan Mas..." Ucap Citra sambil menutup telinganya.
"Kenapa...? Bukannya kamu suka kalo dipanggil LONTE...?"
"Stop Mas... Disini ada Clarissa.... Jangan panggil Adek dengan sebutan seperti itu didepan Clarissa...."
"Kamu LONTE Dek.."
"Kamu LONTE yang sama sekali tak menghargai suaminya...."
"Stop Mas... Stop..." Rintih Citra sambil terus menutup telinganya, "Stop Maas..."
"LONTE murahan yang tega membiarkan kontol lelaki lain menyetubuhi setiap lubang di tubuhnya...."
"LONTE gratisan yang bisa dipakai setiap kontol lelaki kapan saja mereka mau..."
"ISTRI LONTE yang merelakan liang rahimnya dibuahi oleh pejuh lelaki manapun semau mereka..."
"STOOOPP MAAASSSS.... STOOOPPP...."
"Kok LONTE nggak tahan dikata LONTE sih Dek...? Hahaha... " Kekeh Marwan dengan nada mengejek.
"Stop Mas... Jangan panggil aku seperti itu lagi.... Aku minta Maaf..."
"Hahaha.... Maaf... ? Dasar LONTE yang aneh... "Hina Marwan lagi,
"Emangnya.... Kamu dapet apa sih dari ngelayanin nafsu bejat mereka...?
Dapet apa kamu kok sampe suka banget nyediain lubang memek buat
ngelayanin kontol-kontol mereka...? Dapet apa hah...?
Citra tak menjawab. Ia hanya kembali menundukkan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya
"LONTE GOBLOK.... LONTE BAJINGAN....LONTE GRATISAN...."
PLAAAAKKKK
Tampar Marwan ke wajah Citra saking emosinya melihat kepasrahan Citra dalam menerima ajakan persetubuhan dari lelaki lain.
"AAARRGGHH.... Aduuuh Maaasss..." Jerit Citra yang karena tamparan keras
di wajahnya, terhempas kesamping dengan keras, "Saakiiittt...."
"LONTE SAMPAH... Murahan sekali dirimu Dek....." Sungut Marwan dengan
wajah yang merah saking emosinya, "ISTRI GOBLOK....Bener-bener murahan
dirimu Dek... Mau aja dikontolin banyak lelaki lain..."
PLAAAKK...
"Aduuuhhh... Hik hik hik...."
"Aku yakin... Kamu juga tak tahu Clarissa itu hasil dari pejuh siapa..."
Bentak Marwan lagi, "Iya khan...? Heehh...? DASAR LONTE TOLOL...."
Alih-alih menjawab pertanyaan Marwan, Citra hanya mengangkat bahu ambil terus menunduk. Sesenggukan sambil terisak tangis ..
Mendengar suara gaduh didekatnya, mau tak mau membuat Clarissa terbangun, dan menangis.
"Oooeeeekkk... Ooooeeeekkk... Hik hik... Ooooeeeeekkkk..."
"Ssshhh... Shh.. Shhh...." Ucap Citra mencoba menenangkan Clarissa dari
tempatnya berada sembari terus mendekap kedua kaki Marwan.
"Bagus... Mumpung Clarissa udah bangun... Aku mau sekalian bawa dia..."
"Jangan Mas... Jangaaan..." Pinta Citra sekuat tenaga menahan kaki Marwan dalam dekapannya.
PLAK... PLAK... PLAAKKK...
Tampar Marwan berulangkali ke arah wajah dan tubuh Citra keras. Hingga membuatnya tersungkur ke lantai, "Minggir kau LONTE..."
JBUUGHH... JBUUUGGHHHH...
Tambah Marwan menendangi tubuh Citra keras.
"Aaawwww... Aduuh Maasss..."
"Rasain tendanganku LONTE GOBLOK... Rasain...."
"MAS MARWAN... HENTIKAN MAS...." Ucap Muklis yang tiba-tiba muncul dari
belakang Marwan dan segera menelungkupkan tubuhnya diatas tubuh Citra.
"Jangan siksa Mbak Citra lagi Mas... Jangan..."
"Wah wah wah.... Akhirnya... Datang juga pahlawan kesianganmu Dek....
Adik Ipar tercintamu..." Sindir Marwan sambil tersenyum sinis kearah
Muklis, "Adik pintar yang saking baeknya... Bukan menjaga istri kakak
kandungnya.... Tapi malah ngetotinnya hingga berulang kali..."
"ADIK BANGSAT..."
JBUUUGGGHHH.... JBUUUGHHH.. JBUUUGGGHHH.....
Tendang Marwan keras-keras kearah Muklis. Melampiaskan kekesalannya kepada adik kandungnya.
"Puas ya Klis kamu nidurin kakak iparmu...?"
JBUGH... JBUUGGHH... JBUUGHHHH...
"Seneng ya NJING kamu udah bisa ngontolin memek istriku...."
JBUGGH... JBUUGGGH... JBUUGHHH.
"Kamu tuh seharusnya menjaga kakakmu itu Klis... Bukannya meniduri tubuhnya kapanpun kamu mau..."
JBUGGH... JBUUGGGH... JBUUGHHH.
"ADIK BANGSAT..."
"Aduuh aduuhh... Ampun Mass... Ampunnn... Maafin aku Maaas... Aku khilaf
Maaass... Ampuun..." Rintih Muklis terus menerima tendangan Marwan.
"Khilaf tapi dilakuin terus-terusan... Kalian berdua tuh sama aja.... Sama-sama bajingan..."
JBBUUUUGGGHHHH...
"Arrghh.." Erang Muklis kesakitan.
"Udah Mas... Udaah... Jangan sakitin Muklis lagi... Ini semua salah Adek..." Ucap Citra yang keluar dari dekapan Muklis.
"Jangan Mbak..." Erang Muklis yang masih berusaha melindungi tubuh Citra
dari tendangan kakak kandungnya, "Bukan Mas... Ini semua salahku..."
Sahut Muklis.
"Kompak ya kalian berdua.... Sama-sama selingkuh... Sama-sama membohongiku..."
JBUGGH JBUUGH... JBUUUGHHH....
Tendang Marwan tanpa ampun. Membabi buta kearah istri dan adik kandungnya.
"HEEEGGGHH....AADUUUHHH....." Rintih Citra tertahan, "Uhuk Uhuk....Uhuk Uhuk..."
"Oooeeekkk... Ooooeeeekkkk...." Tangis Clarissa kembali terdengar nyaring.
"Uhuk Uhuk... Maafkan Adek Maass... Maafff... Hik hik hik... Adek
bener-bener minta maaf... " Rengek Citra dengan tangis yang
tersedu-sedu, "Adek tahu Adek salah Mas... Adek tahu Adek tak bisa
menjadi istri setiamu.... Oleh karena itu.... Adek minta maaf Mas..."
JBUGGH JBUUGH...
"Tak semudah itu aku bisa memberikan maaf padamu ANJING.... "
JBUUGGHH
"Tak segampang itu...."
"Oooeeeekkkkk..... Oeeeekkkkk...." Tangis Clarissa makin kencang.
"Mas Marwan... Tolong hentikan... Jangan sakiti Mbak Citra lagi...."
Ucap Muklis yang kemudian langsung menangkap kaki Marwan. Menahan kaki
itu supaya tak menendangi tubuh kakak iparnya, "Jangan sakiti Mbak Citra
lagi Mas..."
"Diam kamu ANJING..."
PLAAKK...
Tampar Marwan kearah Muklis.
"Sudah Mas... SUDAH..." Jerit Citra yang juga mengiba dikaki suaminya.
"Ampuni Mbak Citra Mas... Jangan sakiti dia lagi..." Pinta Muklis.
"Suka-suka aku mau memperlakukan istri LONTEKU ini seperti apa ANJING...
Semau aku... " Bentak Marwan sambil menjambak rambut Citra
"Stop Mas... Jangan sakiti Mbak Citra..."
"Apa hakmu melarang aku...?"
"Karena aku.... "
"Apa...?"
"Karena aku mencintai istrimu Mas.... Aku mencintai Mbak Citra...."
Jawab Muklis pasrah menerima segala konsekuensi karena curahan
perasaannya.
"Muklis...." Kaget Citra mendengar ucapan jujur adik iparnya.
"Iya Mbak...Aku cinta padamu...." Ucap Muklis lagi, "Dan aku nggak rela
kalau ngelihat orang yang aku cintai disiksa seperti ini... Sudah Mas...
Ampuni Mbak Citra...."
"Berani kamu sekarang mengatur-atur aku...?"
"Maafin aku Mas... Maafin Mbak Citra juga..."
"ENAK BANGET kamu minta maaf begitu aja Heehh...? Setelah enak-enakan
udah ngentotin memek istriku... Kamu cuman bilang minta maaf...?"
"Kalo aku harus menebus kesalahan Mbak Citra... Aku sanggup Mas... Yang
penting jangan sakiti Mbak Citra lagi...." Ucap Muklis bernegosiasi.
"Mau-maunya kamu berkorban buat wanita murahan seperti dia..."
"Karena aku cinta Mbak Citra Mas... Aku sayang dia..." Jelas Muklis,
"Bahkan kalo mas sudah nggak mau dengan Mbak Citra... Aku mau Mas
menikahinya..."
"Udah Klis... Udah.... Cukuppp...."
"Enggak Mbak... Aku mau Mas Muklis tahu perasaanku padamu..."
"Udah.... Mending kamu bawa keluar Clarissa... Tenangin dia... Biar Mbak
yang meminta maaf kepada Masmu ini..." Ucap Citra sembari mengusap
rambut Muklis.
"Aku sayang kamu Mbak..."
"Iya iya.... Mbak tahu..."
"Dasar LONTE BANGSAT...ADIK BAJINGAN..... Udah ketahuan berbuat salah... Masih aja bermesra-mesraan didepan aku..."
PLAAAK... JBUUUGGHH...
"Aduuuuhhh... Hik hik hik... Ampuuun Maasss.... Ampuuunnn... Adek akan
melakukan apa aja Mas... Demi bisa mendapatkan ampunan darimu... Hik hik
hik...." Iba Citra yang buru-buru kembali memeluk kaki Marwan supaya
tak menendanginya lagi dengan kedua tangannya.
"Buat apa aku memelihara ISTRI LONTE sepertimu Dek...?"
"Buat muasin kamu Mas..." Celetuk Citra singkat sambil terus mendekap kaki suaminya.
"Kaya kamu mampu saja..."
"Adek mampu Mas... Adek bisa..." Yakin Citra yang segera menyelipkan tangannya kesabuk Marwan dan membuka ikatan celananya.
"Loh...? Kamu mau apa...?"
"Adek mau jadi LONTEmu Mas..." Ucap Citra sembari menurunkan celana
suaminya dan menarik celana dalamnya turun. Dan tanpa meminta ijin,
Citra langsung mengocok dan mengoral penis besar suaminya yang masih
lemas, " Adek mau muasin kamu.... HAP...Sluuurrpp... Sluuurppp..."
"Eeehh... Dek..."
"Kontolmu besar sekarang Mas... Adek suka.... SLUURRP... Juhh...Juhh... Sluuurrpp..."
"Sssh... Sudah sudah.... Aku nggak mau kamu sepongin... Udah Dek..."
"Kenapa Mas...? Kok nggak suka...? Ini kontol Mas udah mulai ngaceng kok... Sluuurrpp... Sluurpp..."
"Aku nggak suka kontolku disepong ama mulut LONTE sepertimu..."
"Sluuurrpp... Kalo kontol Mas nggak suka disepong mulutku... Mungkin Mas
bakal suka dientot ama memekku....Pokoknya... Adek bakal muasin
kontolmu Mas...
Dengan tanpa basa-basi, Citra kemudian mendorong tubuh Marwan supaya
rebahan diatas tempat tidurnya. Setelah itu, ia melepas celana dalamnya
dan merangkak keatas tubuh Marwan.
"Muasin kontolku...?" Tanya Marwan.
"Iya Mas... Adek bakal muasin semua nafsu birahimu..." Jawab Citra
sembari mengarahkan penis suaminya yang masih lemas itu kearah vaginanya
"Kamu nggak bakalan bisa muasin nafsuku ANJING..."
"Bisa Mas... Adek pasti bisa..." Yakin Citra yang kemudian duduk diatas
batang penis suaminya sambil bergerak maju-mundur, menggesek-gesekkan
batang penis Marwan yang masih lemas itu dibelahan liang vaginanya, "
Adek pasti bisa memuaskan kontol yang seharusnya jadi milikku seorang
ini Mas...."
SEK ESEK ESEK..
"STOP.... Gausah kamu terusin... " Bentak Marwan, "Aku nggak sudi ngentotin memek murahanmu..."
Citra menggelengkan kepalanya dan terus menggerakkan pinggulnya maju mundur
"Adek bakal pergi setelah bisa memuaskan kamu Mas... Ooohh... Ssshh...
Enak banget kontolmu Maaasss....." Tambah Citra sembari meraih tangan
Marwan dan meletakkannya pada kedua payudaranya yang membulat besar,
"Remas Mas... Remas tetek istri LONTEmu ini...."
SEK ESEK ESEK..
Melihat gerakan mengulek Citra yang seksi, ditambah mendapat jepitan
vagina istrinya yang begitu merangsangan, membuat emosi Marwan pun
berangsur hilang. Bahkan, penisnya yang semula lemas pun perlahan mulai
mengeras.
"Oooohhh... Kontolmu mulai terasa keras Mas... Kontolmu mulai ngaceng ya.... Ooohhh.. Ssshhh...."
SEK ESEK ESEK..
Dan ketika penis Marwan sudah makin mengeras. Citra langsung menaikkan
tubuhnya lalu meraih batang penis Marwan. Dengan cekatan, istri Marwan
itu pun menegakkan batang jumbo suaminya dan mengarahkan kepala penisnya
tepat kearah liang vaginanya.
" Adek bakal muasin kontol besarmu ini.... Mas Marwanku sayang......"
CLEEEP...
"HHHOOOOOOHHHH... MAAAaasssss.... " Pekik Citra kaget karena tak mengira
jika vaginanya yang masih nifas itu bakal ia paksakan untuk melahap
batang penis besar suaminya,"Ooohhh.. Besar sekali kontolmu Maas..."
Rintih Citra sambil berusaha terus melahap batang penis suaminya.
SLEEEPPP...
Tarik Citra keatas sebelum kembali menurunkan tubuhnya kebawah. Berusaha melahap batang penis suaminya lebih jauh lagi.
SLEEEPPP...
Perlahan-lahan, penis Marwan mulai tenggelam. Termakan oleh rapatnya lubang kemluan istrinya.
"Hooohhh Maaasss... Sesek sekali memekku Maaass..." Lenguh Citra kepayahan.
"CABUT...." Pinta Marwan tiba-tiba ketika vagina istrinya sudah hampir menelan separuh batang penisnya, "Buruan CABUT...."
"Loohh..? Mas...? Khan kontolmu belom masuk semuanya Mas...? Kok malah minta dicabut...?"
"Aku bilang Cabut ya CABUT... Bangsat..." Bentak Marwan sambil mendorong tubuh Citra dari penisnya.
PLOOPP
"Aduh... Sssshhh...." Pekik Citra kehilangan keseimbangan karena dorongan Marwan.
BLUGH...
Suara cabutan vagina Citra melepas penis Marwan yang kemudian jatuh terduduk di kaki suaminya.
"Uuuhhh... Mas... Kenapa aku didorong...?"
"Aku nggak mau dientotin dengan memek murahanmu...."
"Ayolah Maasss... Terima permintaan maafku.... Ya Mas Yaaa..." Ucap
Citra sambil melepas dressnya dan memperlihatkan seluruh tubuh
telanjangnya. Setelah itu wanita cantik itu kembali meraih batang penis
suaminya dan mengarahkan ke liang anusnya
CLEEEPP
"Heeeghhh... Oooohhhh... Maaassss..." Lenguh Citra sambil memaksa
anusnya guna melahap batang jumbonya. Walau Citra merasa kesusahan dalam
menelan batang penis Marwan pada liang pembuangannya, tetap saja ia
memaksakan tubuhnya turun. Melahap batang itu agar dapat masuk ke lubang
pembuangan tubuhnya, "Kontolmu besar banget Maaass... Heeeggghh..."
"Cabut BANGSAT....." Bentak Marwan yang lagi-lagi mendorong tubuh Citra
menjauh, "Aku nggak mau kamu entotin... Aku nggak sudi...."
"Heeeghhh.. Ayolah Maaass... Beri Adek kesempatan buat muasin kamu...
Ooohhh.. Ssshhh..." Pinta Citra sembari meraih tangan Marwan dan kembali
mengarahkannya kepayudaranya
"Nggak perlu..."
"Ooohhh... Bentar dulu Maaasss... Aku puasin dulu yahh... Bentaraaan.. "
Paksa Citra berusaha melahap batang panjang suaminya dengan liang
anusnya.
"Nggak mau ANJING... Aku nggak mau ngentotin memek ataupun anus UMUM
milikmu itu...." Celetuk Marwan terus mendorong tubuh Citra, "Kalo kamu
mau ngentot... Ngentot aja dengan Muklis... " Ucap Marwan yang kemudian
kembali mendorong tubuh Citra keras-keras kebelakang
PLOOPPP
Suara letupan anus Citra ketika terlepas dari tusukan penis suaminya.
"Kok Muklis sih Mas...? Adek tuh mau muasin kamu.. Bukan Muklis..."
"Aku nggak mau Dek... Aku ga sudi...."
"Ayolah Maasss..."
"Enggak.... MUUKLIIIISSS..... Buruan keluarin kontolmu dan entot memek gatel LONTE ini...!"
"Adek maunya ngentotin kontolmu Mas... Adek nggak mau ngentotin kontol Muklis..."
"Kenapa enggak....? Bukannya kamu sudah sering dientot ama kontol
dia...? MUUKLIIISSS...." Panggil Marwan dengan suara lebih keras.
"I... Iya Mas...." Jawab Muklis dari luar kamar sambil menggendong Clarissa yang masih sesenggukan.
"Sini NJING.... Cepetan..." Panggil Marwan dengan nada emosi.
"A.... Ada apa Mas....?"
"Nih... Memek ama anus LONTEmu pengen dientotin kontol.... " Ucap Marwan
ketus sambil bangkit dari tempat tidur dan menaikkan celana panjangnya
kembali.
"Adek Nggak mau ama Muklis Maas... Adek maunya dientotin ama kontol
besarmuuuu... " Cegah Citra sembari menangkap batang penis suaminya
lagi.
"Emang apa bedanya kontolku dengan kontol Muklis...?"
"Bedalah Mas... " Ucap Citra sambil mengocok penis Marwan, "Kontolmu ini
bisa ngasih Adek orgasme yang jauh lebih hebat dari kontol Muklis.... "
Jelasnya. "Dan sekarang... Adek pengen muasin kamu sembari pengen
ngerasain orgasme dari kontolmu lagi..."
"Enggak... Aku nggak tertarik.... Lepasin kontolku....Aku mau pergi...."
"Ayolah Mas... Kasih Adek kesempatan buat ngebuktiin omonganku Mas..."
"SUMPAH Pembicaraan ini sama sekali nggak penting... Aku mau pergi dan bawa Clarissa bersamaku..."
"Kalo Adek nggak bisa muasin Mas... Adek bersedia dicerai...." Ucap Citra kehabisan akal.
"Mbak Citra...?!" Ucap Muklis yang ikut-ikutan kaget mendengar kalimat kakak iparnya, "Kamu...?"
"Iya aku serius Klis..." Jawab Citra, "Aku bersedia kamu ceraikan Mas... Kalo nggak bisa muasin kamu..."
"Wooww..." Kaget Marwan yang sama sekali tak mengira ancamannya akan sejauh itu.
"Iya Mas... Adek rela Mas cerai'in... Plus... Mas boleh bawa Clarissa
pergi bersamamu...." Jelas Citra terus mengocok penis suaminya yang
masih keras.
"Wah wah waaahhh.... Hebat bener kamu Dek... Berani nantangin aku..."
"Adek nggak nantangin Mas... Cuman mau kasih Mas kejutan special aja...
"Ucap Citra mencoba membalik situasi, "Lagian kalo ngelihat kontol Mas
yang seperti ini... Ngalahin aku... Bukanlah hal yang susah khan Mas...
?" Senyum Citra penuh percaya diri sembari terus mengocok penis Marwan
yang semakin membesar.
"Hahahaha... Iyalah.... "
"Tapi... Kalo Mas terpuaskan oleh Adek.... Adek minta satu hal....
"Apa....?"
"Hal yang kecil kok Mas..." Ucap Citra dengan wajah terhias senyum diwajahnya.
"Iya... Hal kecilnya tuh apa...?" Tanya Marwan tak sabaran.
"Kalo Adek bisa muasin Mas... Itu artinya Mas kalah... Jadi... Mas harus
terus bersamaku ya Mas.... Bersama Clarissa dan nerusin bahtera
keluarga kecil kita...."
"Hmmmm...."
"Daaann...." Tiba-tiba, sebuah senyum licik tergambar di wajah Citra.
"Dan apa...?" Tanya Marwan penasaran.
"Kalo Mas terpuaskan permainan seks dari Adek.... Mas nggak boleh....
Ngggg... Hihihi...." Citra sengaja memutus kalimatnya, "Nggg...."
"Apa....?"
"Ngggg.... Jangan marah ya Mas..."
"Iya..."
"Mas nggak boleh ngelarang Adek buat ngentot ama lelaki-lelaki lain...."
"APAAAA....? Gila kamu Dek...."
"Hihihi.... Sekalian aja Mas... Kalo udah basah.. nyemplung aja sekalian..."
"GILA.... Dasar WANITA MURAHAN...."
"Gimana Mas...? Mau terima tantangan Adek nggak...?" Tanya Citra dengan
senyum yang masih terus mengembang diwajahnya. "Toh Mas nggak rugi
apa-apa kok..."
"Hmmm....Ini taruhan yang nggak masuk akal...."
"Masa kontol super gini takut ama tantangan memek LONTE Mas...?
Hihihi.... Hap.. Sluuurppp..." Ejek Citra sembari terus mengocok dan
menjilati penis Marwan yang semakin keras.
"OKE.... Aku terima tantangan gak mutumu Dek...."
"Naaah... Gitu dooong...." Dorong Citra kembali merebahkan tubuh Marwan
di tempat tidurnya. Kemudian mengarahkan penis jumbo suaminya kebelahan
vagina nifasnya.
"Dasar LONTE GOBLOK.... Nggak bakalan bisa kamu ngalahin aku...."
"Hihihi... Udah Mas.... Nggak usah banyak bicara.... Nikmatin aja jepitan memek LONTEmu ini...."
CLEEEPPP....
"Hoooohhhss...."
"Kamu pasti kalah Dek..."
"Ssssttt... Jangan kepedean Mas...." Potong Citra, "Ingat... Memek Adek ini udah banyak bikin laki-laki lain ketagihan loh..."
"Termasuk KONTOL... Ngggg..... Hihihi..."
"Kenapa kamu tertawa...?"
"Nggak apa-apa Mas... Adek jadi inget dulu ama kontol kecil Mas ini...
Gampang banget ya Adek bikin ngecrot habis-habisan...Hihihi..." Celetuk
Citra mengingatkan Marwan akan kejadian beberapa tahun lalu.
"Kontol kecil....?"
"Iya... Makanya.... Adek langsung ngedeketin banyak laki-laki lain demi
bisa ngedapetin kepuasan yang udah lama nggak Adek dapetin darimu
Mas...."
"KAMU BAJINGAAN DEK.... BAJINGAAAN...." Ucap Marwan emosi. Mendorong
tubuh seksi istrinya itu mundur hingga penis besarnya terlepas dari
jepitan vagina Citra.
PLOOPP....
Dengan tenaga penuh, Marwan lalu mengangkat tubuh telanjang Citra lalu
menghempaskannya keras-keras kekasur. Setelah itu, ia lalu membuka paha
Citra lebar-lebar dan menghunuskan batang penisnya kevagina Citra
dalam-dalam.
"DASAR LONTEEEE LAAAKNAAATTT..."
CLEEEP...
PLAK PLAK... PLAK...PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK...
Dengan kedua paha mulus Citra yang terkangkang lebar, Marwan langsung
mendorong kuat-kuat batang penisnya masuk. Memaksa kepala penisnya yang
sudah mengeras keras menerobos liang peranakan istrinya hingga mencapai
dasar kemaluannya.
PLEGH...
"HOOOAAARRRGGHHH...." Jerit Citra yang tak menyangka akan mendapat
perlakuan sekasar itu dari suaminya. Mulut vagina nifasnya seolah
dipaksa untuk merenggang selebar mungkin untuk menerima batang besar
suaminya. Akibatnya, wanita cantik itu langsung berteriak-teriak
kesakitan tanpa mendapat ampun sama sekali.
PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK...PLAK...
"ISTRI LONTE HARUS DIHUKUM.... ISTRI LONTE HARUS DIBERI PELAJARAN..."
Ucap Marwan yang terus menghajar kemaluan istrinya kuat-kuat.
"Aaaarrgggghh... Maaassss Maaarrwaaaannn.... Adek Sayang Kamu
Maaassss...." Jerit Citra kesakitan sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya. "Maafin Aaadeeeekkk...."
PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK...
Sodok brutal penis Marwan langsung terdengar begitu nyaring.
Menampar-nampar vagina istrinya keras, hingga suaranya terdengar ke
seluruh penjuru rumah. Tak terkecuali terdengar juga oleh Muklis, yang
sedang berada didekat mereka berdua.
PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK...
Hajar Marwan melesakkan batang penisnya kuat-kuat kedalam vagina Citra.
Mengobrak-abrik liang peranakan istrinya dengan memasukkan seluruh
batang panjangnya.
PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK...
"LONTE KAMU DEK...LONTEEE..." Lenguh Marwan dengan tangan meremasi
kuat-kuat kedua payudara Citra yang masih bisa mengeluarkan cairan
ASInya.
"Oooohhh.... Ssssshh.... Maaafin Adeeek Maasss.... Ssssshh.... Adek rela
mendapat semua hukumanmu iniii... Oooohhh.... Ssssshh....
Aaarrrggghhhh...."
PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK...
"ISTRI BAJINGAAANN... ISTRI LOOONNTEEEE...."
PLAK... PLAKPLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK...PLAK...
Setiap tusukan kasar penis Marwan, membuat bibir vagina Citra ikut
terdorong masuk dan tertarik keluar. Hingga membuat liang peranakan
istrinya itu langsung mengeluarkan busa putih yang tebal.
PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK...PLAK...
"Kamu bakal kalah Dek... Kamu bakal nyeraaah...." Bentak Marwan
kesetanan. Menghajar vagina istrinya itu keras-keras tanpa ampun.
"Hihihihi... Ooohhh... Kamu nggak bakal bisa Mas... Adek yang bakal
menang.... Ooohhh...." Lenguh Citra sambil menggigit bibir bawahnya
PLAK PLAK PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK...
"Kontol kecil begini nggak bakal bisa ngalahin memek istri LONTEmu ini Mas... "
"BANGSAAAAATT... KONTOLKU INI... JAUH LEBIH BESAR.... DARI KONTOL MANAPUN ...LONTE ANJING...." Gempur Marwan semakin cepat.
PLAK PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK...PLAK...
"Hihihi... Oooohhh... Ngentooottt.... Kontolmu ini kecil Mas... Kontolmu ini kecil... Ooohh..."
"ANJING KAMU LONTE.. ANJIIING....Terima sodokan kontolku ini LONTEEEE...."
"Uuuuhhh.... Terus Maas... Terus sooodoookkk.... Sodok memek yang sudah
dinikmati banyak lelaki lain ini Mas... Ooohh... Sodok terus Masku
Sayaaang.... Ooohhh ngeentooottt...Ssshh..."
PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK...
"Kamu pasti KALAH Dek... Kamu pasti KALAAAHHH...."
"Hihihihi.... Sssshhh... Nggak Mungkin Maaas.... Memek LONTEku pasti
bakal bisa bikin kontol kecilmu itu ngecrot duluan... Ooohhh... Ya nggak
Klis.... Ooohhh... Kontol Masmu ini pasti bakal keluar duluan sebelum
Mbak..."
"Ehh... ?" Bingung Muklis ketika ditanya kakak iparnya mengenai hal yang
menurutnya terlalu vulgar dibicarakan dihadapan suaminya.
"Jawab Klis... Jawab..." pinta Citra, "Kontol kecil Masmu ini nggak
bakalan bisa ngalahin nikmatnya jepitan memek Mbak khan..?
Jaaawwwaabbbb.."
"Eh.. I.. Iya Mbak..." Bingung Muklis menuruti permintaan kakak iparnya.
"Sini Klis... Bilang ke Mas Marwanmu ini.... Kalo kamu suka ngentotin
memek kakak iparmu yang LONTE ini Klisss... Ayo Muklis... Bilaang... "
"Nggg... " Ragu Muklis
"Ayo Klis... Bilang.... Kalo kontol besarmu itu jauh lebih enak daripada kontol kecil Masmu ini Klis..."
"Hiya Mas... Kontol kecil Mas nggak bakalan bisa ngebuat Mbak Citra...
Nggg.. Ngcrit duluan... Nggg... Malah... Kontol Mas yang bakal keluar
duluan... "
"Tuuuhh... Maasss... Gimana...? Denger khan kata-kata adik kandungmu
sendiri...?" Goda Citra sambil menggoyang-goyangkan pelan pinggul
semoknya, " Kontolmu mah standart Mas... Tapi kalo kontol Muklis....
Jaaauuhh lebiiihhh ennaaakk... Hihihihi..."
"BAANGSAAATTT... KALIAN BERDUA MEMANG BAJINGAANN..."
"Hihihi... Oleh karena itu... Adek suka banget Mas kalo dientotin ama
kontol Muklis.... Sshh.. Hooohh... Terus sodok memek istri binalmu ini
Maaass... Terus sodoookk...Ooohh... NGENTOOOTT..."
PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK...
PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK. PLAK... PLAK...
PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK...
PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK...
PLAK... PLAK... PLAK. PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK...
PLAK...
"Benar-benar penghinaan...." Batin Marwan langsung menggenjot batang
penisnya kuat-kuat kedalam vagina istrinya. Marwan marah. Marwan
terhina. Ia benar-benar tersinggung setiap kali mendapat kalimat yang
meremehkan kemampuan penis jumbonya dari istrinya. Hatinya juga sudah
terlalu sakit ketika mendengar perselingkuhan dan persetubuhan yang
secara gamblang diceritakan istrinya.
Namun, aneh. Walaupun Marwan yakin mampu mengalahkan stamina istrinya,
tapi entah kenapa setiap kali mendengar ocehan kejujuran Citra, ia
merasakan sebuah persetubuhan dengan sensasi yang berbeda.
"Selain Muklis... Memek Adek ini... Sssshh... Ooohhh.. Sudah pernah
dinikmati orang lain juga loh Mas... Seperti kontol tuanya Pak Utet...
Ssshhh... Kontol dia juga rasanya jauh lebih nikmat daripada kontol
kecil Mas loohh... Ooohh Ngentooott.... Ooohhh..."
PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK...
"Lalu... Selain Pak Utet... Memek Adek ini... Juga sudah pernah
dinikmatin oleh tetangga sebelah rumah kita... Eeehhmmmhh...Si Seto
Mas..." Jelas Citra terus bercerita, "Bahkan... Pernah sewaktu Mas tidur
dirumah... Seto ngentotin memek istrimu ini diruang tamu Mas...
Hooohh... Kontolnya gedhe dan enak banget Mas... Mana maennya lama....
Kuat banget Mas..... Nggak kaya kontol kecilmu yang dikit-dikit
ngecrot..."
"BANGSAAATTT....BANGSAT... BANGSAAATTT.... EMANG KAMU..... LONTE BANGSAAATTT....."
PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK...
"Bukan itu saja Mas... Pak Darjo.... Prawoto... Pak Panjul... Pak
Yusuf... Pak Usep... Diki... Projo... Kirun... Juga sudah pernah
ngerasain jepitan memekku.... Hihihihi...
"Oooohhh.... Memekku ini... Bukan hanya bisa dinikmati oleh kontolmu
saja Mas... Sssshhh.... Memekku ini sudah dinikmatin oleh ....
Ehhhmmm... Banyak kontol lainnya Maaasss.... Ooohhh... Ooohh....
NGENTTTOOOTTT..... " Racau Citra tak henti-hentinya.
PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK...PLAK PLAK...
PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAKPLAK... PLAK... PLAK...
PLAK... PLAK... PLAK... PLAK...
"Sssshh.... Bahkan... Kontol mereka bukan cuma suka ngentotin memek Adek
Mas... Oooohhh.... Anus Adek juga suka mereka sodok-sodok.... Ssshh....
Inget nggak Mas dulu Adek nggak mau disodomi ama kontol kecil Mas...?
Itu karena Adek khawatir... Kontol kecil Mas itu bakal berasa longgar di
liang anus Adek Mas... Ooohhh..."
"BANGSAT KAMU DEK...."
"Hihihi... Kalo jadi LONTE khan harus totalitas Mas... Ya nggak Klis...?
Ohh... Ohh... Ohh..." Goda Citra sambil terus mengajak komunikasi
Muklis yang masih menimang Clarissa tak jauh dari posisi mereka
bersetubuh.
"I.. Iya Mbak..."
" Ohh... Ohh...Kamu juga suka khan Klis ngentotin Bo'ol Mbak...?"
"Suka banget Mbak..."
"Kenapa...? Ssshhh....?"
"Karena Bo'ol Mbak nggak kalah peret Mbak... Sama kaya memek Mbak..."
"Itu karena kontolmu besar Klis... Nggak kaya kontol Masmu yang kecil ini... Hihihi..."
"BANGSAAATT... KALIAN BERDUA MEMANG BANGSAAATT....KELUAR KAMU DARI SINI
KLIS... KELUAAR..." Bentak Marwan pada adiknya sembari terus memaksakan
vagina mungil Citra menerima semua panjang batangnya.
"Aaaaawww... Aduuuhhh.... Jangan marah Maass..." Erang Citra menahan
sakit, "Itu memang kenyataan... Adek tuh khawatir karena anus Adek ini
udah disodomi banyak kontol besar orang lain... Mas jadi nggak suka....
Ooohhh... Terus Mas... Enaaaaak bangettt..... Tukang sate.... Tukang
sampah... Tukang parkir... Satpam... Tukang pijat... Semuanya udah
ngerasain duluan Maasss.."
"AAAARRRRGGGHHH... BAJINGAN KAMU DEK... BAJINGAAANNN... MAS NGGAK NGIRA
JIKA KAMU SELONTE ITTUUU...... OOOHHH...." Teriak Marwan lantang, tak
mengira jika istrinya itu bakal menceritakan semua persetubuhan yang
pernah ia lakukan bersama lelaki lain.
"Hihihi... Marah aja Mas... Marah..." Hina Citra sambil terus menerima
perlakuan kasar suaminya, "Siksa Adek Mas... Siksa Adeeekk...Hooohhh....
Oooohhhh Ngentooottt..."
PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK...PLAK PLAK...
PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAKPLAK... PLAK... PLAK...
PLAK... PLAK... PLAK... PLAK...
Mendengar kalimat-kalimat Citra, entah kenapa, membawa sebuah gelombang
aneh yang belum pernah Marwan rasakan sebelumnya. Gelombang aneh itu
datang bersama rasa cemburu, rasa sakit hati dan rasa bangga yang nikmat
seiring tusukan penis jumbonya pada vagina istrinya.
PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK...PLAK PLAK...
PLAK... PLAK PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK...
PLAK...PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK PLAKPLAK... PLAKPLAK...
PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK PLAK PLAK...
Dengan kecepatan tinggi, Marwan yang panas karena cerita persetubuhan
Citra semakin brutal menghajar vagina istrinya. Tanpa ampun membenamkan
seluruh batang penisnya dalam-dalam keliang rahim istrinya. Membuat
Citra yang sudah kesakitan karena vagina nifasnya belum pernah ia pakai
sebelumnya semakin teriak-teriak kelojotan.
" Ooohh... Ooohh...Aaarrrggghhhhh.... Si pemilik kontol kecil
maraaaahhh.... Aaarrrgghhh... Adek suka cara marahmu Maaasss....
Sukaaa.... Terusin Maass... Siksa memek istri LONTEmu ini Maass...
Terus.... Ssshh.... Ssshh.... "
"Aneh... Ini benar-benar aneh... Kenapa aku suka melihat Citra yang
seperti ini...?" Batin Marwan yang merasakan sensasi nikmat barunya itu
semakin menggebu-gebu seiring hinaan istrinya. Karena semakin dihina,
birahi Marwan malah semakin terbakar. Bahkan, saking birahinya, tak
jarang Marwan melepas tusukan penisnya pada vagina Citra dan melesakkan
pada liang anusnya.
PLOOOPP...
CLEEEEPPPP..
PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK...PLAK PLAK... PLAK...
PLAK PLAK... PLAK PLAKPLAK... PLAKPLAK... PLAK... PLAK... PLAK...
PLAK... PLAK... PLAK PLAK PLAK...
"HOOAAAAARRRGGGHHH.... Si Kontol kecil pengen ngerasain bo'ol istri
LONTEnya ya Mas...Uuuhhh... Aaarrgghhh... Enak ya Mas...? Sukaaa
yaaa....? Aaahhh... Aaahhh... Aaahhh..."
PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK...PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK
PLAKPLAK... PLAKPLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK PLAK PLAK...
"ANUS ISTRI LONTEKU.... HOOOHHH... ANUS MURAHAN MILIK BANYAK LELAKI...."
Dengus Marwan terus menghujamkan batang kemaluannya dalam-dalam.
PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAKPLAK... PLAK
PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK...
PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK...
"Bo'olku... Ooohh... Enak ya Maass... ? Ooohhh.... Hihihihi... Teruuss Maaasss..."
"Kenapa si LONTE ini semakin beringas kalo disiksa ya...?" Batin Marwan
bingung karena melihat kebinalan Citra yang semakin menjadi-jadi seiring
perlakuan brutalnya. Semakin disiksa, Citra bukannya mengeluh
kesakitan. Ia malah semakin keenakan dan terlihat senang. Bahkan jika
Marwan semakin kasar menyetubuhi vagina dan anus Citra secara brutal,
semakin girang pula Citra menerima semua perlakuan kasar suaminya.
PLOP...
CLEEEPP...
Cabut penis Marwan dari liang anus Citra secara kasar. Setelah itu, ia
langsung membenamkan kembali batang jumbonya ke liang peranakan istrinya
kuat-kuat.
"HOOOOHHH.. IYAAAHH.. Teerruusss Maaaassss.... Terussss.... Siksa istri
LONTEmu ini Maass... Ooohh... SIKSA TERUUUSS MAAASSSS...." Jerit Citra
sambil tersenyum keenakan.
"Aneh... Ini benar-benar aneh...." Bingung Marwan melihat kesediaan
istrinya menerima semua kekasaran dirinya. Tak peduli diperlakukan
sekasar apapun, Citra tetap menerimanya tanpa menolak sedikitpun.
"Ssshh.. Hooohh.... Citra Agustinaku.... Kamu benar-benar LONTE Dek..." Desah Marwan diantara gerakan menyodok kasarnya.
"Hooohhh... Hiyaaah Maass.. Adek emang LONTE... Adek emang istri LONTE
Maassss..." Balas Citra terus menggoyang pinggangnya, mengiringi sodokan
penis Marwan yang juga terus memompa kasar ke vaginanya. "Mas suka
ya...? Ooohhh... Kalo suka terus entott Adek Maaasss... Terus ENTOT
ADEEEK..."
PLAK PLAK NYOOOTTT.....
Tampar Marwan berulangkali ke payudara Citra yang tak berhenti
bergoyang. Meremas kedua gundukan daging istrinya yang juga terus
memuncratkan ASI eksklusifnya.
"Aaaawwww... Uuuhhh.... Mas Kaaasar sekali.... Hihihi... " Lenguh Citra
yang sudah diperlakukan brutal oleh Marwan namun tetap saja tersenyum,
"Terus Kasarin Adek Mas... Adek suka Maass... Teruuuss... "
Melihat kesediaan Citra menerima semua perlakuan kasarnya membuat Marwan
kehabisan cara untuk melampiaskan semua kemarahan birahinya. Karena
walau sudah diperlakukan seperti apapun, Citra masih saja tetap
tersenyum.
"Aneh... Ini benar-benar aneh...." Batin Marwan tak tahu harus menyiksa
seperti apa lagi. Tamparan, cubitan, remasan, hingga sodokan, semua
sudah Marwan berikan pada istrinya. Namun, tetap saja Citra masih
terlihat senang dan tak ada sama sekali rasa penyesalan diwajahnya.
"Bangun Dek...." Pinta Marwan yang menarik kedua payudara Citra kasar.
"Aaaawww... Sakit Maass..."
"Ayo bangun..."
Dengan tanpa mencabut penis panjang Marwan dari vagina Citra, ia membalik posisi bersetubuhnya menjadi posisi doggy style.
"Ooohh.. Mau ngentotin gaya anjing ya Mas...?" Ucap Citra sambil
tersenyum kemudian membungkukkan punggungnya, menaikkan pantatnya dan
bersandar pada kedua sikunya ,"Adek mau dijadiin anjing ya Mas... "
"Iya..."
"Mas mau jadiin Adek... LONTE ANJING.... Hihihi..." Canda Citra, "Ayo
kontolin Adek lagi Maass... Sodok memek ANJING Maass ini Maasss....."
PLOOP...
CLEEEEPPP...
Melihat kesediaan Citra yang begitu girang, Marwan sengaja Cabut Marwan
dari vagina istrinya dan melesakkan dalam-dalam ke liang anusnya.
Setelah itu, ia menggenjot pinggangnya dengan gerakan maju mundur dengan
cepat..
PLAK...PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK
" Uhhhh.... Uhhhh.... Uhhhh.... Balik ke bo'ol Adek lagi ya Mas...?
Uhhhh.... Uhhhh.... " Lenguh Citra yang langsung kembali
terhentak-hentak maju menerima sodokan kasar Marwan, " Uhhhh....
Uhhhh.... Sssshh... Mas suka banget ngentotin boo'ol Adek yaaa....?
Ooohh... Enaaakkknyaaa...."
PLOOP...
CLEEEEPPP...
PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK...
"Loohh... Kok nyodok memek Adek lagi Mas...?"
PLOOP...
CLEEEEPPP...
PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK. PLAK... PLAK... PLAK... PLAK...
"Looohhh... Maass...? Kok bolak balik sih...?"
"DIAM KAMU LOONTEEEE...." Bentak Marwan terus melakukan persetubuhan dua lubangnya.
PLOOP...
CLEEEEPPP...
PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK
PLOOP...
CLEEEEPPP...
PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK
PLOOP..
CLEEEEPPP...
PLAK PLAK... PLAK... PLAK PLAK... PLAK... PLAK... PLAK... PLAK
Perlakuan Marwan benar-benar sadis. Secara bergantian, ia terus menyiksa
dua lubang tubuh istrinya tanpa ampun. Berulangkali, ia mengobrak-abrik
vagina dan anus Citra secara kasar. Membuat dua aurat Citra itu
membengkak merah dan terasa panas.
Iya, panas. Marwan merasa penisnya begitu terasa panas. Namun, panas yang aneh...
"Uuuuhhh... Maass Marwaaannku Sayaaang.... Ssshh... Ooohh... Ooohh...
Mas masih kuat ngentotin Adek Mas...?" Tanya Citra yang kepala dan tubuh
bagian atasnya sudah menempel ke kasur. Menimpa payudaranya yang besar.
"Kenapa Heh...?" Bentak Marwan yang masih terus meremas kedua pantat
semok Citra sambil tak henti-hentinya menghujamkan kuat-kuat batang
penisnya maju menusuk vaginanya.
"Nggak apa-apa Mas... Kalo masih kuat... Terusin aja entotin Adek...
Ssshhh...." Jawab Citra sambil dengan tubuhnya menungging tinggi di
bagian pantatnya.
"Adek suka Mas melihat keganasan Mas ini.... Oooh... Adek suka banget
Maass..." Senyum Citra sayu dengan matanya terpejam dan wajah yang
terlihat lemas.
"Aneh.... Sumpah ini aneh sekali.... Kenapa ya...? Tubuh LONTE ini
terasa benar-benar beda...." Batin Marwan melihat sikap datar istrinya,
"Kenapa pula Citra yang sudah berulangkali kelojotan ini nggak segera
orgasme...?" Tambah Marwan heran sambil mengamati tubuh istrinya dari
kepala hingga kaki.
Namun ketika tatapan mata Marwan mengarah bagian kelamin Citra, mendadak ia terkaget-kaget.
"ASTAGA... Memek berdarahh... " Kaget Marwan ketika melihat ada cairan
berwarna gelap yang merayap turun ke paha putih istrinya, "Anusnya
juga..."
Buru-buru, Marwan segera menghentikan sodokan pinggangnya. Ia kemudian mencabut batang penisnya dari vagina istrinya.
PLOOOOPPP....
"HOOOOAAAARRRGGGHHHH.... MMMMAAAASSSS MMMMAAAARRRWWWAAAAANNNN....
AAAARRRGGGHHHHH...... " Jerit Citra sejadi-jadinya. Tubuhnya kelojotan
dan bergetar hebat. Punggungnya melengkung-lengkung kedapan bak cacing
kepanasan. Matanya merem melek dengan pupil mata yang tak terlihat.
Dan perlahan, teriakan Citra pun mereda, seiring dengan pandangannya yang menggelap.
***
Untuk kesekian kalinya, Citra terbangun di sebuah ruangan terang
berwarna putih dengan tirai panjang menggantung di sisi tempat tidurnya.
"Kok aku berada di rumah sakit lagi...?" Heran Citra ketika mendapati
baju yang ia kenakan berupa daster polos dengan ikatan tali di belakang
tubuhnya.
"Kamu sudah sadar Mbak...?" Tanya seorang pria dengan wajah khawatir di samping kiri tempat tidurnya.
"Ehhh... Loohh... Muklis...?" Tanya Citra lemas, " Aku kenapa Klis...?"
"Kamu.... Nggg... Kamu... Pendarahan Mbak...." Jawab Muklis bingung untuk menjelaskan kondisi kakak iparnya itu.
"Pendarahan...? Kok bisa Klis...?"
"Iya... Mbak... Gara-gara kemaren.... Mbak khan....Ngggg...." Bingung Muklis lagi.
"Kemaren kenapa Klis...?
"Kemaren......."
"Kemaren aku ngentotin memekmu sampe ledes Dek.... " Jawab Marwan yang ternyata duduk disamping kanan tempat tidur Citra.
"Ehh..... Mas Marwan....?" Heran Citra.
"Gimana kondisimu Dek...?"
"Nggg... Sakit..." Jawab Citra sambil meringis dan melirik kearah tubuh bagian bawahnya.
"Bentar lagi juga kamu bakalan sehat...." Ucap Marwan datar sambil menyodorkan map berwarna biru.
"Mas... Apa nggak sebaiknya...." Ucap Muklis mencoba menahan niatan kakak kandungnya.
"DIAM kamu Klis..." Potong Marwan
"Apa ini Mas...?" Tanya Citra bingung.
"Itu kejutan buatmu Dek..."
Dengan tubuh lemas, Citra membuka map biru itu pelan.
"Adek nggak ngerti Mas...?"
"Hhhhhh...." Marwan menghela nafas panjang, "Ini... Surat cerai... Dan ini pena.... " Ucap Marwan singkat.
"Tolong kamu segera tanda tangani surat ini.... Karena waktuku sudah mepet...."
"Mas mau kemana....?"
"Aku mau pergi.... Dan aku juga bawa Clarissa bersamaku..."
"Looohhh...? Maasss....? Kok gitu Mas...?" Bingung Citra, "Klis.... Ini mimpi khan Klis...?" Tambah Citra panik.
Muklis hanya diam tak mampu melakukan apa-apa.
"Ooh iya Dek... Mulai detik ini... Semua santunan untuk dirimu sudah tak aku berikan lagi...."
"Looh Mass... Lalu aku harus bagaimana...?"
"Ya nggak gimana-gimana lah... Kamu masih punya pekerjaan khan...?"
"Tapi Mas...?"
"Lagian... Selain pekerjaan itu... Toh kamu masih punya memek dan anus yang bisa dipake buat nyari nafkah...?"
"AASSSTAAGGAAA Mas Marwan... " Panik Citra, "Ampuni aku Maas...."
"Ampun...? Semua sudah terlambat Dek...." Ucap Marwan sengit.
"Ayolah Maas... Adek bakal lakuin apa aja Mas.... Selama kamu tak menceraikan Adek... "
"Hmmmm... Emang kamu bisa ngelakuin apa...?"
"Apa aja... Mas... Apa aja...."
"Kamu sudah tak bernilai sama sekali bagiku Dek.... Terlebih karena kamu
kalah dalam taruhanmu kemaren... Sekarang dirimu tak lebih dari
seonggok kotoran dihidupku.... "
"Kalah....? Masa Adek kalah....? Khan Adek belum keluar Mas...?" Bela
Citra berusaha menanggapi kekalahannya,"Aku masih kuat kok Mas...
Memekku masih sanggup melayani kontolmu lagi.... Uuuuhhh...
Sssshhh....." Desah Citra yang tiba-tiba merasa kesakitan pada tubuh
bagian bawahnya.
"Udah Mbak.... Jangan maksain diri..." Ucap Muklis berusaha menenangkan kakak iparnya.
"Nggak bisa Kliss.. Mbak belum kalah.... Mbak kemaren belum ngecrit..."
"Sudah Mbak... Sudah.... Memek dan anusmu kemaren benar-benar terluka
hebat Mbak..." Jelas Muklis, "Mbak terlalu memaksakan diri buat melayani
Mas Marwan..."
"Tapi Mbak masih sanggup Klis... Masih kuat.... Uuuuhhh...." Rintih
Citra kesakitan ketika mencoba bangkit dari tempat tidurnya lagi.
"Sudahlah Dek Citra Agustinaku Sayang.... Terima saja kekalahanmu...
Kamu sudah kalah... Dan kamu harus konsekuensi dengan apa yang menjadi
persyaratanmu kemaren...." Ucap Marwan sambil mengusap kening Citra,
"Kamu harus aku cerai... Dan Clarissa juga harus ikut ama aku..."
"Enggak Maas.. Enggakkk..."
"Sekarang...Kamu bisa kawinin istriku sampe puas Klis... Kamu bisa
entotin dia sesuka hatimu..." Ucap Marwan sambil menatap wajah melas
istrinya, "Mas harap... Anak kita itu tak mengenal kamu lagi....."
"Jangan Maasss.... Jangan bawa Clarissa... Ssshh... Aduuhhh..." Rengek
Citra yang setiap kali berusaha bangun, merasakan kesakitan pada tubuh
bawahnya.
"Kalo dia kamu bawa Clarisaa... Dia nggak bakal mau Mas... " Jelas
Citra, "Mas juga nggak orang yang bisa merawat atau menyusuinya..."
"Hehehe... Kalo itumah persoalan mudah Dek..." Jawab Marwan sambil
tersenyum, "Saayaaang.... Sini masuk...." Panggil Marwan lantang.
"Ya Mas....?" Sahut suara seorang wanita yang muncul dari balik pintu kamar rumah sakit sambil menggendong Clarissa.
"Loohh...? Itu siapa Mas...?"
"Kenalin Dek... Ini Ratih... Ini Suci... Itu Tia... Disampingnya tuh
marni dan Shinta... Lalu yang sedang menyusui Clarissa... Itu Nimah... "
"Nggg... Mereka tuh siapa Mas...? " Bingung Citra.
"Hehehe... Mereka tuh istri-istriku Dek.... Mereka yang bakal ngegantiin dirimu...."
"OOHHH.... ASTAGA... MAS MARWAN...." Kaget Citra langsung meneteskan air
mata. "Kamu bener-bener mau ninggalin aku Mas...? Hik Hik... Kamu
bener-bener serius Mas...? Hik Hik..."
"Udah udah... Jangan nangis seperti itu ahhhh... Ntar cantiknya luntur
loh...." Seka Marwan menghapus ari mata istrinya, "Marni.... Tolong dong
bawain tas Mas kesini..." Pinta Marwan kesalah seorang istrinya.
"Iya Mas...." Jawab Marni patuh sambil menyerahkan sebuah tas hitam kearah Marwan.
"Citra Agustina... Mantan istriku.... " Ucap Marwan sembari terus
menghapus cucuran air mata yang mengalir deras dari mata bulat Citra,
"Sebagai ucapan terimakasih Mas... Ini ada sedikit rejeki buatmu....
Yang mungkin bisa memenuhi segala kebutuhan dan gaya hidupmu selama
setahun..."
"Hik Hik Hikk.... Mas Marwaaannn.... Huuu-uuuuu... Jangan tinggalin aku
Maass.... Jangan pisahin akuu... " tangis Citra menderu-deru, "Bawa aku
Maass... Bawa aku bersamamuuu... Huuuu-uuuuu"
"Sssshhh.. Uuddaaahh... Jangan nangis aahh Dek... Malu tuh ama suami barumu...." Goda Marwan sambil melirik kearah Muklis.
"Aku nggak mau ama Muklis Maasss... Aku mau bersamamu...."
"Ssshhh... Nggak apa-apa kok Dek... Toh Muklis khan juga adik Mas..."
Rayu Marwan, "Lagian... Kontol Muklis besar juga loh Dek... Hehehe..."
"Enggak Maas... Enggak... Adek nggak Mau..."
"Sudah ya Dek... Mungkin pertemuan kita cukup sampai disini... Mas mau
pamit dulu..." Ucap Marwan yang kemudian mengecup kening Citra
dalam-dalam sebelum akhirnya pergi meninggalkan istrinya bersama suami
barunya, "Jaga baik-baik istriku Klis... Jangan pernah sekalipun kamu
menyia-nyiakan dia.... Rawat dia baik-baik sebagaimana dia merawat
dirimu... Dan satu lagi... Puasin dia supaya tak mencari kenikmatan dari
kontol lelaki lain..."
"Ba.. Baik Mas...." Jawab Muklis takut-takut.
"Hahahaha.... Nggak usah takut gitu ah... Mas sudah nggak punya dendam
lagi padamu kok..." Ucap Marwan sambil menepuk-nepuk pundak Muklis..
"I..Iya Mas... Terima kasih Mas...."
"Iya.... Kapan-kapan... Kita bisa ketemu lagi kok..." Ucap Marwan
memeluk tubuh adiknya, "Dan mungkin... Waktu itu... Aku bakal nyicipin
istri barumu itu lagi..." Bisik Marwan sambil tersenyum licik kearah
adik kandungnya.
"Ehhh...??" Kaget Muklis.
"Udah ah... Mas pamit dulu yaaa..." Ucap Marwan melambaikan tangan
kearah Citra dan Muklis, sebelum akhirnya meninggalkan mereka berdua.
"Yuk Istri-istriku... Kita pulang..."
"Maas Maarwaaaannnn.... Jangan tinggalin Adeeekkk Maass.... "
"Maaaas Maaaarwwaaaaannnnn....."
NAFSU BIRAHI CITRA
BY TOLRAT
T.A.M.A.T
Home
Cerita Eksibisionis
Citra
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Citra : Nafsu Birahi Citra part 31 | ( Tamat )
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar