Cerita Eksibisionis Disha : The Begining, Binalnya Istriku | Serpihan Masa Lalu Yang Datang Kembali pt. 1

lanjutan cerita Disha yang sebelumnya akan dimulai dengan point of view dari Fais suaminya Disha, dan sementara untuk filler akan ditunda dulu kelanjutannya dan mungkin akan dilanjutkan dalam satu cerita atau bisa juga dibuat side storynya.

Update 15 - Serpihan masa lalu yang datang kembali pt. 1


Ilustrasi Disha

POV : Fais

“maaf ya mas, jadi lama nunggunya. Tadi masih ramai jadinya antri deh” kata Disha saat usai menutup pintu kamar

“iya, gak apa sayang” sahutku sambil mencium keningnya

“eh, mas tumben cium keningku?” tanya Disha menyeritkan dahi

“pengen ya?” tambahnya lagi

“iya nih dik, dingin disini” kataku saat memeluk tubuhnya

“tapi ini dimakan dulu ya mas, aku gak mau kamu sakit nanti” balas Disha dengan mendorong tubuhku

“siap sayangku” dan dengan segera kuambil bungkusan dari tangan Disha

Rasa nasi goreng ini sebenarnya biasa saja, tidak ada yang istimewa. Mungkin karena aku terbiasa dengan masakan Disha yang luarbiasa enaknya, sehingga nasi goreng ini tidak ada apa-apanya dengan yang biasa Disha buatkan. Namun karena aku menghargai istriku, kumakan juga nasi goreng ini. Butuh perjuangan sebenarnya menghabiskan nasi goreng ini, karena dari awal aku kurang menyukainya. Setelah 20 menit berlalu barulah nasi goreng ini bisa aku habiskan.

“nah gitu kan nyenengin istri namanya” celetuk istriku dari belakang. Aku yang dari tadi terfokus pada usaha menghabiskan nasi goreng menjadi terkejut dengan sahutan istriku barusan.

Disha kini telah mengganti bajunya yang dikenakan tadi dengan lingery merah maroon kesukaanku. Dapat kulihat, dari balik lingery yang dikenakannya, Disha hanya mengenakan celana dalam saja. Payudaranya yang besar membusung terlihat jelas cetakannya dari luar baju, ditambah lagi putingnya mencuat cukup keras sehingga memberikan pemandangan cukup menggairahkan.

“cantik sekali istriku malam ini” pujiku pada Disha yang membuatnya tersipu malu

“apaan sih mas Fais ini, kayak tidak pernah lihat istrinya telanjang saja” balas Disha malu-malu

“sudah lama ya dik kita tidak berhubungan” sambung Fais lagi dengan masih memandangi tubuh istrinya yang sudah tidak utuh lagi baginya

Disha menjadi semakin bersalah kepada suaminya dengan ucapan Fais barusan hingga membuatnya melamun. Disaat dia jarang memberikan kenikmatan liang senggamanya pada aku suaminya, Disha justru berkali-kali merengkuh kenikmatan surgawinya bersama pria lain.

“dik kamu gak apa-apa?” tanya Fais kawatir, Fais dapat menangkap perubahan pada wajah Disha barusan

“ah, gak apa-apa kok mas, “ sergah Disha

“kalau sakit tidak usah saja dik” ujar Fais lagi karena dia tahu jika kata-katanya tadi dentu menyinggung perasaan istrinya

“ndak apa-apa kok sayang, adik juga kangen banget dengan kepuasan yang mas berikan” balas Disha sambil memeluk suaminya

Agar aku tidak terlalu bertanya, Disha mencium bibirku dan tangannya memeluk kepalaku sementara jari-jemarinya mengusapi bagian belakang kepalaku. Kurasakan lidah Disha menyeruak masuk kedalam mulutku, membelit lidahku dan mengajaknya saling menari. Bibir kami berpagutan basah, sementara kulihat Disha memejamkan matanya.

Setelah cukup lama kami berciuman sambil berdiri, aku berinisatif membopong Disha menuju ranjang yang tidak jauh dari tempat kami sekarang. Disha cukup kaget saat aku mengangkat pinggulnya sehingga dengan otomatis kedua tangannya merengkuh erat leherku. Meski demikian Disha tidak melepaskan pagutan bibirnya padaku.

Dengan lembut, aku menidurkan Disha berbaring diranjang. Aku kemudian menaiki tubuhnya dan setengah menindihnya. Sekarang ganti bibirku yang asik mencumbui tubuh indah istriku. Kuciumi dan kujilati leher jenjangnya hingga Disha menggelinjang kegelian. Kucumbui belakang telinganya yang merupakan salah satu titik rangsang ditubuhnya. Disha yang sudah menikmati cumbuanku semakin panas hingga keluar desahan dari bibirnya.

“aaasshhh....geli masss” desah Disha didekat telingaku

Terus kucumbui Disha dengan penuh nafsu, menuntaskan hasratku yang telah terbarkar semenjak sore tadi saat memergoki mbak aryanti disetubuhi dan juga perselingkuhan Reny dengan pak Siswoyo. Namun tanpa kuduga cumbuanku semakin membuat Disha panas hingga dia membalikkan posisiku sehingga Disha sekarang berada menduduki selakanganku yang sudah mengeras. Aku yang tadi hanya memakai celana boxer tentu dapat merasakan hangatnya liang senggama Disha yang masih tertutup celana dalam

Dengan menggesekkan selakangannya pada selakanganku, Disha mulai menarik keatas lingery yang dipakainya. Saat ia menarik keatas lingerynya perlahan dapat kulihat payudara Disha yang besar dan kencang itu berguncang indah karena ikut tertarik keatas. Payudara yang mampu membius setiap pandangan laki-laki yang berpapasan dengannya saat berjalan untuk setidaknya menatap sepintas kearah dadanya, dan kemudian kulihat ketiak mulus Disha yang tak kalah menggiurkannya untuk dapat dicumbu.

Disha dengan tersenyum nakal meremasi kedua payudara besarnya, menggodaku. Tangan kirinya kemudian berusaha menarik keatas kaos singlet yang kupakai sementara tangan kanannya tetap meremasi payudara besarnya bergantian. Aku membantunya dengan mengangkat badanku sehingga kaos singletku bisa terlepas.
Tanganku mengelus pelan perutnya yang ramping, kulitnya begitu halus kurasakan. Perlahan kedua tanganku merabai hingga sampailah pada kedua pangkal payudara Disha, begitu kenyal dan kencang payudara indah istriku tercinta ini. Kuremas dan membuat Disha menggelinjang menahan geli, sesekali kudengar desahan halus dari mulutnya. Disha membungkukkan badannya hingga putingnya menyentuh bibirku. Dengan gemas kuhisap puting susu nya yang kanan sementara tanganku masih meremasi payudara kirinya.

“uuugghhh...” Disha mendesah menahan nikmat saat aku mengerjai payudaranya

Kurasakan selakanganku sedikit lembab karena Disha semakin terangsang dengan perlakuanku. Tanganku kemudian mengelusi bibir liang senggamanya yang masih tertutupi celana dalam. Kumasukkan jemariku melalui sisi samping celana dalamnya, dan kusibakkan. Jari telunjukku akhirnya dapat bermain diliang senggamanya yang sudah sangat basah.

“aahhh ahhhh...” desah Disha saat jari telunjukku mengocok pelan liang surgawinya. Disha yang berada diposisi dominan, memasukkan tangannya kedalam celana boxerku dan mulai meremasi batang penisku yang tentunya masih kalah jauh dengan apa yang telah didapat Disha selama ini meski sudah ereksi maksimal.

Aku menarik turun celana dalam Disha, melepaskan penutup liang senggamanya. Disha melepaskan batang penisku yang tadi digenggamnya untuk membantuku dengan sedikit berdiri mengangkat pinggulnya. Setelah terlepas, giliran Disha menarik lepas celana boxerku yang masih kukenakan. Kini, kami sama-sama telah telanjang. Disha kembali duduk mengakangi selakanganku sehingga membuat batang penisku terjepit tepat dibibir liang senggamanya.

Kurasakan cairan vagina Disha yang hangat merembes keluar melumuri batang penisku. Disha dengan nakal mulai memainkan pinggulnya, memaju mundurkan pinggulnya yang indah sehingga batang penisku seperti terasa digesek-gesekkan.

“mas, aku masukkan sekarang ya?” pinta Disha manja dengan suara tertahan karena nafsu
Disha dengan setengah berdiri mulai bertumpu pada kedua lututnya, mengggenggam batang penisku dan mengarahkannya dibibir vaginanya.

“aaahhhh” desah Disha saat kemaluan kami menyatu, dan kurasakan nikmatnya jepitan liang senggama Disha masih sama saat malam pengantin kami dulu.


..........

Ilustrasi Disha

POV : Disha

Masih kurasakan sperma mas Fais meerembes keluar dari liang senggamaku yang disemprokannya 20 menit yang lalu. Mas Fais tidur dengan wajah penuh kepuasan seusai menggauliku, cukup banyak juga sperma yang ditumpahkannya kedalam rahimku. Aku memang tidak terlalu kawatir jika hamil karena aku telah melakukan sterilisasi pada saluran ovariumku. Sehingga meskipun para pria yang menyetubuhiku menumpahkan spermanya didalam rahimku tidak akan membuatku hamil.

Kuakui, permainan seks mas Fais malam ini sedikit lebih lama jika dibandingkan malam-malam yang sebelumnya, meskipun aku tetap saja tidak dapat meraih orgasme darinya. Namun, untuk menjaga perasaannya aku harus memendam hasratku dan berpura-pura meraih orgasme sebelum mas Fais berejakulasi. Malam ini hatiku gelisah dan sulit sekali memejamkan mata, bukan karena aku tidak mendaatkan orgasme dari suamiku. Toh aku juga bisa mendapatkan kepuasan dari pardi yang selalu tidak pernah absen menggauli tubuhku dimanapun ada kesempatan. Namun karena aku bertemu dengan cinta pertamaku, mas Dicky saat membelikan makan malam buat mas Fais tadi.


“...Kata orang, cinta pertama adalah kenangan, cinta kedua adalah pelajaran namun bagaimana jika cinta pertamamu bukan hanya menjadi kenangan, namun juga sebuah pelajaran...”


“Disha ya?”

Aku yang terkejut karena disapa akhirnya menoleh dan aku melihat seorang lelaki dengan setelan casual, memakai celana bahan jeans ukuran ¾ dan dengan kacamata hitam menutup matanya, sementara itu ditangannya dia membawa sebuah map yang bertuliskan ‘bukit ijen indah adventure’ yang kutahu dari mas Fais itu adalah tempat dimana besuk acara selanjutnya digelar.

“maaf siapa ya? Apa kita sebelumnya pernah bertemu?” tanyaku pada lelaki itu

“mmmas Dicky” sahutku tak percaya saat lelaki itu melepas kacamatanya.

Seorang yang terakhir kali kulihat saat mengantarnya di Juanda Airport karena orang tuanya memindahkan kuliahnya ke Kanada menyusul mereka yang telah terlebih dahulu menetap disana. Hubungan kami saat itu memang tengah renggang karena perbedaan keyakinan yang kami anut tidak memungkinkan kami untuk bersama meskipun hubungan cinta ini sudah begitu jauh.

Orang tuaku menentang keras hubungan kami hingga akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami dengan baik-baik. Meskipun Dicky bersedia berpindah keyakinan namun tak urung orang tuaku mau memberikan restunya. Sehari sebelum keberangkatan Dicky ke Kanada, kami bercinta begitu hebat malam itu, berkali-kali aku dibuatnya merai orgasme dengan batang penisnya yang besar dan panjang mengaduk-aduk liang senggamaku, persetubuhan terakhir yang mungkin kami lakukan.

“akhirnya kamu ingat juga Dish” sahut pria yang aku panggil dengan mas Dicky tadi

Sebenarnya tersimpan rasa benci yang teramat dalam pada pria yang berdiri didepanku ini, karena keputusannya untuk menyerah dan pergi padahal aku bersedia jika dia mengajakku untuk kawin lari saat itu. Terlebih, setelah kepergiannya, hatiku begitu hampa dan sepi. Aku merasa sangat kehilangannya, hingga akhirnya aku jatuh dalam nafsuku sebagai pelampiasan kesepian.

“sudah sangat lama ya kita tidak bertemu, apalagi kamu sama sekali tidak terdengar kabarnya” sahutnya kembali saat aku masih terlarut dalam kenangan masa lalu

“iiya mas, mas Dicky apa kabarnya?” tanyaku gugup

“baik Dish, kamu sendiri bagaimana?” tanya mas Dicky

“baik juga mas” balasku singkat

“bagaimana dengan keluargamu, mereka sehat saja kan?” tanya nya lagi saat melihat cincin kawin yang melingkar indah di jari manisku

“mereka juga baik mas, mas sendiri bagaimana, lagi liburan sama keluarga juga?”jawabku dengan kembali bertanya tenntang keluarganya

“aku sendirian Dish, masih jomblo ini, maklum aku sibuk mengurus usaha kecil-kecilan” jawab mas Dicky dengan tersenyum. Mungkinkah mas Dicky belum menikah karena menungguku, karena memang setelah selesei kuliah aku kembali kerumah orang tuaku dan memutuskan kontak dengan teman-temanku yang di Surabaya.

“mas Dicky sibuk apa sih sekarang?” tanyaku kembali

“ini lho dish, sekarang aku sibuk dengan mengelola adventure game,...” jelas mas Dicky padaku dengan menunjukkan portofolio legal usahanya yang kebetulan dipakai oleh kantor mas Fais untuk acara besuk

“ini kan yang besuk dipakai kantor suamiku untuk paralayang mas” sahutku tiba-tiba

“wah, kebetulan sekali Dish kalau begitu. Kamu harus nyobain tandem tuh, dijamin seru” balas mas Dicky

“ndak ah mas, aku takut ketinggian” elak ku beralasan

“gak apa-apa, kan nanti ada instruktur guidenya yang menemani” mas Dicky mencoba meyakinkanku

“atau aku saja yang jadi instruktur guidemu besuk?” tawar mas Dicky lagi

Ah, tandem berdua dengan mas Dicky...sebuah rencana yang dulu pernah terucap namun akhirnya kandas tanpa sempat terealisasi. Dan dengan sadar aku membayangkan betapa nikmatnya dicumbu oleh mas Dicky saat diatas udara besuk. Disha, kenapa kamu bisa berpikir senakal itu, padahal mas Dicky sama sekali tidak menunjukkan godaan secara seksual kepadamu kan.

“hei, kok melamun malahan” tegur mas Dicky karena melihat mataku menerawang

"iya, boleh kalau mas Dicky tidak repot” jawabku berkilah menyembunyikan perasaan jika sebenarnya aku sangat mau menerima tawarannya itu

“ndak lah, kenapa kok repot juga. Lagipula aku kan juga mengawasi anak-anak saat memberikan servis pada konsumen” jelas mas Dicky

Obrolan kami semakin akrab, meskipun masih sedikit tersisa rasa canggung karena lama kami tidak bertemu, dan kini saat bertemu kami dalam kondisi yang berbeda

“ini bu pesanan nasi gorengnya” sahut seorang pelayan sambil menyerahkan sebuah kotak nasi kepadaku

“terima kasih ya” balasku singkat pada pelayan tadi

“buruan dianterin ke suamimu Dish” sahut mas Dicky yang sepertinya tahu jika aku memesan ini untuk suamiku

“iya mas, oia mas...”

“aku minta kontakmu ya Dish” belum sempat aku menyeleseikan kata-kataku mas Dicky memotong ucapanku seperti tahu jika aku bermaksud meminta hal yang sama darinya

Akhirnya kami saling bertukar no handphone dan pin bbm sebelum aku pergi meninggalkan restoran. Mas Dicky tersenyum melambaikan tangannya padaku. Hati kecilku berbunga-bunga kembali teringat saat dia pertama kali mengantarku pulang kekost setelah kami jadian.


‘tung ting tung ting’

Sebuah pesan blackberry messengger masuk dalam smartphone ku yang tergeletak diatas meja dekat ranjang kami, lampu indikator yang tadi padam kini berkelap-kelip merah menandakan ada sebuah pesan yang masuk.
Kuraih smartphoneku dengan sedikit malas untuk membuka pesan yang baru kuterima dan ternyata dari mas Dicky

‘besuk ya Dish, selamat malam’

Kulihat mas Fais masih terlelap dalam tidurnya disampingku, dengan tersenyum aku mengetik pesan balasan untuk mas Dicky

‘pasti’


bersambung...
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar