Cerita Eksibisionis Tiara Lestari : Kisahku Kisah Biasa Nggak Hotzzz 1 : Tiara Part 4





Disuatu Pagi yang cerah..

Nuansa pagi ini terasa baru untukku. Aku masih menyesuaikan keadaanku yang kini sudah menjadi istri orang. Namaku Tiara Lestari, panggil saja aku Ara. Diumurku yang sudah menginjak 25 tahun aku memutuskan untuk menikah. Kata orang aku cantik, ya aku memang cantik dan menarik. Kulitku putih dan mulus. Payudaraku lumayan lah antara besar dan kecil.

Suamiku bernama Heri Purnama. Umurnya menginjak kepala 3. Aku bertemu dengannya saat aku masih meniti karir sebagai seorang sekretaris. Mas Heri kebetulan berkantor di satu gedung denganku namun berbeda perusahaan.

Padahal kami baru saja berkenalan. Dan tanpa kuduga Mas Heri ingin meminangku. Kebetulan saat itu aku juga sudah jengah di kantor. Bagaimana tidak. Bosku semakin menjadi-jadi saja melecehkanku. Seperti yang diceritakan sebelumnya aku memang selalu mengalami pelecahan pada saat bekerja dulu. Pahaku sering dielusnya. Bahkan dia dengan berani meraba dan meremas pantatku lalu kedua payudaraku. Bahkan putingku pun pernah di emutnya. Tapi untung saja area kemaluanku hanya dielus-elus dan belum sampai jari-jarinya bermain diliang memekku. Atau bisa dibilang belum dijamah olehnya.

Segera kuiyakan saja tawaran mas Heri. Aku pun dipersuntingnya dan disuruh berhenti bekerja. Namun tak kusangka aku kini tinggal bertiga dengan ayah mertuaku. Pak Badrun namanya. Padahal dia sebelumnya tinggal bersama mba Surti dan mas Imam di Jawa. Tapi anehnya setelah menikah bapak malah ingin tinggal bersamaku dan Mas Heri. Tapi ya itu bapak ada gelagat-gelagat aneh terhadapku. Dia selalu memperhatikan tubuhku terutama payudaraku. Dasar bapak mesum.

Kehidupan ranjangku terasa biasa saja tapi aku cukup puas dengan permainan ranjang Mas Heri. Tangannya sangat lihai menutupi kekurangan pada penisnya yang cepet sekali muncrat alias “crotzzz” tapi bukan ejakulasi dini ya hanya cepat saja menurutku.

Mas Heri kini sudah pindah kerja di tempat pekerjaan yang baru sebagai kontraktor. Namun ya itu, ada peraturan aneh yang melarangnya untuk punya anak terlebih dahulu sebelum masa kerjanya menginjak 2 tahun aku jadi sebel, padahal aku ingin sekali cepat punya anak.

“Ndukkkk, kesini ndukk”ujar suara mertuaku

“ada apa pak?”ujarku sambil menghampirinya yang lagi berada di ruang tengah

“bapak mau main kerumah teman bapak. Di daerah Bintaro. Kamu mau ya temenin bapak”pintanya

“ndak ah pak saya sibuk”jawabku agak medok

“kamu masih marah toh ndok, sama kejadian kemaren. Bapak merasa dicuekin”ujarnya

“ya bapak masa mau ngentot sama menantunya. Udah dikocok penisnya kok minta nusuk”ujarku

Ya saat minggu kemarim saat aku sedang memijit bapak. Aku hampir saja bersetubuh denganya. Untung saja aku tertolong oleh suara ketukan pintu tamu dari tetanggaku. Padahal penis bapak sudah tertempel di bibir liang senggamaku. Aku sudah pasrah, walau menolak namun tubuhku pada saat itu sudan terangsang sekali. Apalagi tubuhku dibanding-bandingkam dengan kakak iparku mba Surti sungguh terlalu.

“ya, ya maaf bapak nggak akan mengulanginya lagi. Tapi temenin bapak ya. Bapak kangem sama temen bapak dulu”ujarnya

“ya udah deh pak. Tapi janji jangan nakalin Ara lagi ya. Kalau nggak Ara bilangin ke mas Heri”ancamku

“iya Nduk”jawabnya

Kubawa mobilku menuju daerah bintaro tempat kediaman bapak Usman yang tak lain adalah sahabat mertuaku.

Tak berapa lama kemudian akupun sampai di kediamannya.

“tok, tok, tok”

Kuketuk suara pintu beberapa kali tidak ada yang menjawabnya.

“pak ndak ada orang kayaknya”ujarku

“walah dia paling lagi ngenthu sama menantunya dasar cah edan”ujarnya

Dasar orangtua mesum pikirannya kok mesum banget. Temen sendiri dibilang edan. Loh bapak kan juga edan.

“Ahhhhhhhhh bapakkkkk aku sampeeeee”suara teriakan dari dalam rumah.

“Aku juga sampeeeeeeeee ndukkkk”suara orangtua dari dalam rumah itu

“Tuh bener kan dia lagi ngenthu sama menantunya. Bapak mau taruhan sama temen bapak kamu jangan malu-maluin ya nduk”ujarnya

“taruhan apa pak”tanyaku

“hehehe, pokoknya ada. Hmmm wangi benar tubuh kamu nduk. Bapak jadi konak”ujarnya sambil mencium aroma tubuhku

Bersambung ..
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar