Cerita Eksibisionis Citra : Nafsu Birahi Citra part 26 | Ulah Nakal Tetangga

Pagi itu, cuaca terlihat begitu cerah. Langit biru tak berawan. Ditambah sinaran matahari yang memancarkan cahaya hangatnya, menambah keceriaan dipagi itu. Namun dibalik cerianya suasana pagi, terdapat sesosok wanita hamil yang suasana hatinya tak terlihat bahagia. Berulangkali, Ia memutar-mutar handphone yang ada ditangannya. Menandakan jika calon ibu itu sedang kebingungan dan dalam masalah yang cukup rumit.

"Mbak... Ini cemilannya..... " Ucap Muklis sambil meletakkan sepiring singkong rebus dan pisang goreng di meja teras, tempat Citra biasa bersantai pagi, "Sarapannya udah aku siapin di meja makan ya Mbak...
"Eeh Iya... Makasih Klis..." Jawab Citra tersadar dari lamunannya. Tangannya masih saja memutar-mutar handphone kecil miliknya.
"Mbak ada perlu lagi nggak...? "Tanya Muklis, "Kalo nggak ada... Aku berangkat dulu ya Mbak..." Pamit Muklis dengan wajah sungkan.

"Loohh...? Kok buru-buru amat Kliss... " Cegah Citra mengamit tangan adik iparnya, "Temenin Mbak sarapan dulu napa... "
"Nggg... Aku udah telat Mbak... Udah harus buka warung...." Jawab Muklis yang buru-buru menepis sopan tangan halus Citra. Sesekali Muklis melirik ke arah Marwan dengan pandangan takut-takut.
"Ihhhhssss... Muklis ihhss... Kamu kok sekarang jarang banget mau nemenin Mbak sih Klis...?"
"Nnnggg....Khan.... Mbak sekarang.... Nggggg... Ada... Mas Jupri... " Ucap Muklis super sopan dengan nada sepertinya ketakuatan ketika menyebut nama tamu Citra itu, yang masih menatapnya tajam-tajam.
"Iya sih... Tapi tunggu bentaran napa.... Kita sarapan pagi bareng yuk...."

"Udah ayo gabung aja.... " Celetuk Marwan sambil tersenyum geli melihat raut ketakutan diwajah adik kandungnya ketika ia berada didekatnya, "Wong diajak sarapan ama Mbak super cantikmu gitu kok ya malah nolak sih Kliss....? Ya nggak Neng...?"

"Bodoh kamu Klis.... Hahaha....." Tambah Marwan sambil tertawa lebar.

"Nnggg.... Gimana ya Mas....? Kalo aku gabung sarapan disini.... Nnggg... Aku khawatir nanti Mas Marwan marah...." Sindir Muklis pada lelaki yang sudah ia ketahui identitasnya.
"Kalo dia marah.... Ya salah kamu sendiri Klis... Mungkin kamu emang punya salah yang amat sangat besar kali ama dia.... " Sindir Marwan membalas, "Emang kenapa dia marah sih Klis...? Kamu punya salah besar apa...?"
"Nggg.... Nggak salah apa-apa kok Mas..."
"Lalu...? Kenapa kamu takut ama Masmu...? Emang kamu udah nidurin istri dia ya...?" Hahahaha...."

"Hussh... Mas Jupri...." Sela Citra yang tak mengetahui ketakutan Muklis terhadap tamu yang ada didepannya.
"Ehhh... Kenapa Neng...?" Tanya Marwan, "Emang Muklis ini udah pernah nidurin kamu Neng...?"
"Huush....Mas Jupri jangan ngegodain Muklis seperti itu ah..." Bela Citra buru-buru menarik tangan Muklis dan memintanya duduk disampingnya, "Ayo duduk sini Klis... Kita ngobrol-ngobrol bentar...."
"Nnnnggg...."
"Looohhh....? Kenapa Klis....? Kalo kamu emang nggak pernah nidurin Neng Citra.... Kamu nggak perlu takut ama Pak Marwan Klis.... Santai ajaa... Hahahaha....." Sindir Marwan lagi.
"Nggg.... Sepertinya... Aku harus jalan sekarang Mbak... Kalo kesiangan... Ntar ibu-ibu yang mau belanja di toko pada kabur ke toko lain...." Alasan Muklis, "Aku pamit dulu ya Mbaakk... Mari... Mas Jupri...."
"Hahaha... Iya Klis.... Iyaa....." Jawab Marwan sambil tertawa terbahak-bahak.

Memang, semenjak kedatangan Jupri kedalam kehidupan Citra dan Muklis, adik iparnya itu dibukakan usaha di pasar yang letaknya tak jauh dari tempat Citra tinggal. Muklis diberi modal Marwan untuk mengelola usaha plastik. Itung-itung supaya ia bisa memutar uang Marwan, sekaligus belajar bisa mencari nafkah sendiri.

Dan karena Muklis sekarang sudah bekerja, otomatis membuat Citra selalu kesepian. Ia tak bisa sebebas dahulu ketika bersama Muklis dalam bermain birahi. Kesehariannya, Citra hanya menonton tivi atau tiduran. Tak bisa melakukan hal nakal seperti ketika dulu bersama adik iparnya.

Mungkin karena Muklis sudah banyak tahu mengenai kebinalan Citra, ia enak diajak kerja sama ketika Citra sedang membutuhkan pelampiasan nafsu. Kapan saja, dimana saja. Bahkan jikapun seandainya Muklis tak dapat membantu Citra untuk melampiaskan nafsu, masih banyak lelaki-lelaki lain yang bisa Citra mintain tolong. Seperti Seto, Pak Utet Office Boy, Pak Darjo pemilik kontrakan, Pak Poniran bos Marwan, Rahman Security bahkan hingga Dokter Beno yang punya klinik bersalin, dapat Citra mintain tolong dengan mudah.

Namun, semenjak adanya Mas Jupri, semua kemudahan itu sulit untuk ia dapatkan.

" Bete... Bete... Bete... Bete... Bete... Bete... Bete... Bete... Bete... Bete... " Ucap Citra kesal dalam hati

"Ahhh... Ini pasti gara-gara adanya Mas Jupri disini... Muklis jadi tak bisa berlama-lama dirumah.... Kampreeeettt.... Hari ini... Aku pasti nggak bakalan dapet jatah pagiku lagi...." Rutuk Citra yang mencomot singkong dihadapannya lalu memakannya gemas. "Dia nggak tahu apa ya...? Kalo akhir-akhir ini aku sedang pengen-pengennya dimanja batang-batang lelaki....?"

"Lagian kenapa sih....? Mas Marwan pake nyuruh Muklis buka usaha dipasar...? Toh kita sekarang udah nggak kesulitan uang...? Pake alesan buat muterin uang...." Heran Citra melihat Muklis yang berjalan gontai. Menjauh. Mencari nafkah untuk dirinya dipasar.

"Kasih dikit kek tuh uang buat adiknya...Biar dia nggak usah susah-susah cari uang sendiri dipasar..... Kalo tiap hari aku jarang dikasih puas.... Bakalan jadi kentang mulu nih tiap hari...." Omel Citra sambil diam-diam, mengusap area selangkangannya sendiri, "Beeeeeeeeeeeeeetttteeeeeeeeeeeeeee......."

Dengan kesal, Citra lalu menekan tombol handphonenya yang sedari tadi berada ditangannya, lalu menempelkannya ke telinga. "Angkat telephonenya Mas... Angkaaat...." Gerutu Citra yang tak henti-hentinya mencoba menelpon suaminya.

TUUUUUUUUTTTTTT... TUUUUUUUUTTTTTT... TUUUUUUUUTTTTTT....
Nada panggil panjang tanpa jawaban.
TUUUUUUUUTTTTTT... TUUUUUUUUTTTTTT... TUUUUUUUUTTTTTT.... TUUUUUUUUTTTTTT.... TUUT... TUUT... TUUT... TUUT...

"Aaaahhh... Suami nggak jelas...." Omel Citra hati sambil mematikan panggilannya dan meletakkan secara kasar handphone itu diatas meja.

"Nggak diangkat lagi telephonenya Neng...?" Tanya Marwan sambil tersenyum. Tangannya tak henti-hentinya mengutak atik handphonenya sendiri. Beberapa kali handphone itu berdering, namun tak ia jawab.
"Enggak Mas... Nggak tahu nih kenapa..." Jawab Citra jutek.
"Mungkin... Pak Marwan sedang sibuk Neng..."
"Iya... Dia sepertinya SUPER DUPER AMAT SOK MERASA SIBUK..." Ucap Citra dongkol yang kemudian melahap cemilan dari Muklis, "Mungkin dia udah nggak peduli lagi denganku Mas...."

"Ssshhh....Pak Marwan masih peduli kok Neng.... Mungkin ia sedang bener-bener sibuk..."
" Ahhh... Mas Jupri maaahhh... Masih aja ngebelain suamiku mulu..." Omel Citra, "Dasar suami nggak sensitif... Tahu istrinya sedang hamil tua bukannya dirumah.... Malah sibuk kerja mulu.... Pulang kek.... Telephone kek... Kasih sedikit kabar kek... Buat istrinya yang bentar lagi mau lahiran... " Gerutu Citra yang masih belum tahu jika Marwan sesungguhnya sudah berada di dekatnya.

Melihat tingkah laku istrinya, Marwan yang menyamar sebagai Jupri hanya bisa senyum-senyum geli sendiri. Karena mantra dan jejampian dari Mak Enjot, Marwan bisa menjadi Jupri, lelaki yang sama sekali tak dapat Citra kenali. Satu-satunya orang yang tahu akan siapa sosok Jupri sebenarnya hanyalah Muklis. Adik kandungnya yang sudah hampir beberapa bulan terakhir ini, menjadi sama sekali tak bebas dan selalu salah tingkah didepannya.

TUUUUUUUUTTTTTT... TUUUUUUUUTTTTTT... TUUUUUUUUTTTTTT.... TUUUUUUUUTTTTTT.... TUUT... TUUT... TUUT... TUUT...
Lagi-lagi, Citra hanya mendapati nada sambung tanpa jawaban.

"Iiiihhhssss.... Suami nyebelin...." Ucap Citra yang kembali menelpon namun tanpa hasil sama sekali. Tak terasa, karena kekesalannya, ia sudah menghabiskan satu potong singkong
"Hehehe... Sabar Neng.... Sabar.... Orang sabar pantatnya lebar... Hehehe..."
"Mas Jupri iiiihsss... Malah becanda.... Susah banget ya nelpon bos Mas... Padahal aku tuh istrinya loh... Nelpon dia kok ga pernah bisa nyambung.... Berasa nelpon pejabat deh... Ntar kalo aku beneran mau lahiran gimana...? Nggak ada suami... Nggak ada keluarga..."
"Khan ada saya Neng... Neng Citra tenang aja... Hehehe....."
"Beda kali Maaasss Juuuupprrriiiii..... Bedaaaa..... Ditemenin suami ama ditemenin karyawan suami itu beedaaa...."
"Hehehe...... Iya ya Neng....."

"Muklis sepertinya anak yang rajin ya Neng.... " Celetuk Marwan mengalihkan pembicaraan sambil menyomot singkong goreng yang ada didepannya, "Neng beruntung banget loh... Punya adik ipar yang rajin seperti dia...."
"Eeh...I.. Iya Mas... "
"Iya... Neng beruntung banget..." Ulang Marwan sambil menyunggingkan senyum aneh diwajahnya,"Muklis.... Anak rajin... Yang beruntung....." Tambah Marwan lagi yang tiba-tiba melirik kearah payudara dan selangkangan Citra.

Melihat senyum dan tatapan mata tamunya, Citra mendadak merasa malu. Ia tiba-tiba teringat dengan kejadian malam kemaren. Malam dimana ia melihat, Mas Jupri menyunggingkan senyum serupa ketika ia baru saja selesai menyetubuhi Anissa. Istri tetangganya.

"Tatapan matanya... Tajam sekali...." Batin Citra yang mendapati beberapa kali Marwan yang menyamar sebagai Jupri, menelanjangi tubuhnya dengan kedua matanya.

"Muklis disini udah lama ya Neng.... Hampir setahun ya Neng...?" Tanya Marwan
"Eh iya Mas... Sejak sebelum aku hamil...."
"Hmmmm.... Sejak sebelum hamil..." Ulang Marwan lirih dengan kepala manggut-manggut, "Sepertinya... Ia bener-bener sayang ama Neng Citra loh..." Tambahnya sambil kembali melihat payudara, perut dan selangkangan Citra.
"Nggg... Ya gitu deh...."

Lagi-lagi, Citra melihat tamunya itu tersenyum.

"Istri yang cantik...Seksi.... Semok... Nan bahenol.... Dan... Adik ipar yang gagah...." Ucap Marwan lirih.
"Kenapa Mas...?"
"Nggaaaakk.... Cuman muji aja...." Jawab Marwan tersenyum lagi.
"Terus...? Kok Mas daritadi senyum-senyum sendiri...?"
"Hehehe... Nggg.....Ada deeehh...." Jawab Marwan yang tiba-tiba membetulkan sesuatu di depan celana kolornya.

"Astaga... Itu Kontol mas Jupri.... " Ucap Citra yang tak sengaja, melihat sebuah tonjolan besar diantara paha tamu yang duduk berseberangan dengannya, "Kenapa udah besar gitu ya...? Atau emang ketika tidurnya ukurannya udah besar begitu...?"

"Eh.... Tapi kok kelihatannya masih lembek ya...?" Tebak Citra, "Habisan... Masih belum keliatan banget batang kontolnya..... Uuuuhhh... Klisss.... Gara-gara kamu nggak pernah kasih Mbak enak dengan kontolmu.... Mbak jadi gampang sange gini niihhh....." Gerutu Citra sambil mengusap selangkangannya lagi.

"Kenapa Neng...?" Tanya Marwan membuyarkan lamunan Citra, "Daritadi kok ngelihat saya terus...? Ada yang salah dimuka saya ya...?"
"Eeh... Enggak Mas... Nggak ada apa-apa..."
"Beneran Neng...?" Tanya Marwan yang lagi-lagi membetulkan tonjolan besar diselangkangannya dan mengurutnya kearah paha.

"Busyet.... Kok makin besar ya...?" Heran Citra, "Itu kontol sepertinya mulai ngaceng... Iya.... Kontol Mas Jupri pasti mulai ngaceng..."

"Pasti kelahiran Neng Citra udah sebentar lagi ya...?" Tebak Marwan sambil terus tersenyum-senyum.
"Ehhh... I.. Iya..." Kaget Citra yang kembali tersadar dari lamunannya.
"Hehehe... Bagus...."
"Kok bagus Mas....?"
"Hehehe... Ya bagus aja..." Lagi-lagi, Marwan membetulkan tonjolan diselangkangannya yang sudah semakin terbentuk. Tercetak panjang dibalik kain paha kirinya. Malahan, tak jarang Citra dapat melihat ujung kepala penisnya mengintip-intip nongol dari lubang celana kolornya.

"ASTAGAA.... Itu kepala kontol Mas Jupri.... Kok bisa panjang beneerr siiihhh...." Ucap Citra sambil berusaha membasahi tenggorokannya. "Iya.... Itu kepala kontol Mas Jupri.... Ooohhh... Kontol besar Mas Jupri... Pasti hitam... Besar... Panjang... Berurat... Dan pastinya.... Bakalan terasa begitu enak jika bisa menyodok-sodok memek sempitku..." Batin Citra yang mengingat kembali apa yang ia lihat semalam.nelan ludah.

"Neng Citra....?" Sapa Marwan.
"Ehhh....?" Kaget Citra.
"Neng sedari tadi kok kelihatannya ngelamun mulu Neng...? Ada apa...?"
"Eeh... Ehh... Nggg... Enggak ada apa-apa kok Mas....."
"Hehehe... Tapi mata Neng sepertinya sedang mikirin hal yang berat...."
"Ah nggak Mas... Berat seperti apa....? Wong aku cuman ngelamun aja kok..."
"Ngelamunin apa Neng...? Neng punya masalah...? Cerita-cerita dong.. Siapa tahu saya bisa sedikit ngebantu... " Ucap Marwan lagi-lagi memamerkan senyum anehnya, "Apa jangan-jangan...."

"Jangan-jangan apa Mas...?"
"Hehehehe... Jangan-jangan.... Neng ngelamunin hal yang terjadi semalam ya...?"
"Nggg... Hal semalam.....?"
"Hehehe... Iya Neng... Hal semalam...." Ulang Marwan sambil kembali mengurut cetakan penis yang semakin tumbuh memanjang di pahanya, "Saya sudah tahu semuanya kok Neng..."

"Ngggg.... Tahu apa ya Mas...? Aku nggak ngerti...."
"Saya tahu.... Hehehe...."
"Tahu apa Mas.... Bikin aku penasaran aja...."

Melihat Citra yang begitu penasaran, Marwan tersenyum. Ia kemudian menghirup nafas dalam-dalam, dan menghembuskannya panjang.

"Saya tahu Neng... Saya tahu kalo Neng... Istri Pak Marwan... Kakak Ipar Muklis... Ternyata nakal juga..."

DEEEGGG
Jantung Citra seolah berhenti berdetak. Gara-gara sebuah kalimat yang sama sekali tak Citra kira bakal ia dengan pagi ini, wajahnya mendadak memerah.

"Nakal...? Nakal gimana Mas...?" Tanya Citra berpura-pura.
"Hehehehe.... Emangnya masih perlu saya jelasin Neng...??"

Citra terdiam. Menatap tamunya dengan pandangan bingung. Detak jangtungnya berdenyut lebih cepat.

"Saya tahu kalo ternyata... Neng Citra punya hubungan special dengan Muklis..." Tebak Marwan, "Ya khan Neng...? Hehehe...."
"Ngggg..."
"Hehehe Saya tahu Neng... " Senyum Marwan sambil mengusap-usap cambang lebat yang tumbuh didagunya

"Dan... Kira-kira.... Pak Marwan tahu nggak ya Neng....? Kalo ternyata... Istri yang ia cintai selama ini.... Tega dan berani melakukan hal nakal seperti itu.......??"

Citra terdiam tak mampu membalas apa-apa. Kalimat pertanyaan dari Marwan barusan, sepertinya mengena banget dihatinya.

"Mas Marwan..." Bisik Citra pelan sambil mengambil nafas panjang. "Mas Marwan... Udah ngggak peduli denganku Mas...."
"Nggak peduli bagaimana Neng...?" Heran Marwan
"Ya nggak peduli...." Jawab Citra pelan, "Sekarang... Mas Marwan sudah lupa dengan istrinya.... Lupa dengan calon anaknya.... Lupa dengan semuanya.... "

"Mas Marwan sepertinya sekarang... Lebih mentingin karirnya ketimbang keluarganya...."

"Hik... Hik... Hik... Hik......"
Tetes air mata, tiba-tiba mengucur dari mata bulat Citra. makin lama makin deras. Membasahi pipi halus mulusnya.

"Loooohhh... Neng...? Kok Neng malah menangis....?" Ucap Marwan yang tak mengira reaksi Citra akan menjadi seperti itu.

Buru-buru ia beranjak dari duduknya dan berpindah duduk kesamping Citra. Ia lalu memeluk tubuh nyonya rumahnya dan mengusap rambut panjangnya. "Udah-udah Neng... Jangan menangis.... Mungkin Pak Marwan memang bener-bener sibuk Neng... Jadi dia belum bisa ninggalin pekerjaannya..."

"Hik... Hik... Hik... Hik..."
"Nggak tahu kenapa ya Mas... Semenjak dia kerja diproyek... Semenjak kerjaannya makin banyak... Mas Marwan susah sekali aku hubungi... Setiap kali aku hubungi... Selalu saja tak diangkat.... Hik... Hik..."

" Cup.... Cup.... Cup...." Sela Marwan mengusap air mata Citra, " Cup.... Cup.... Udah Neng Udah.... "
"Hik... Hik... Hik... Hik...... Malahan... Aku sempet mikir... Kalo sekarang.... Mas Marwan juga sudah punya wanita lain dihatinya...."
"Ssssstttt... Neng Citra.... Udah ahh... Neng jangan berpikiran seperti itu Neng.... "
"Iya khan Mas...? Mas Marwan udah punya wanita lain disana...?"
"Waduh...?"
"Jawab Mas Jupri... Jawaaabbb... Mas Marwan udah punya istri lagi khan disana....? Hik... Hik... "
"Sssssttt..... Neng Citra...." Ucap Marwan lagi penuh perhatian. "Neng jangan berpikiran aneh-aneh aaahhh.... Jangan suka bersedih.... Kasian adek bayinya loh Neng... Ntar dia malah ikut-ikutan sedih...."
" Hik... Hik... Aku wanita Mas... Butuh kasih sayang...." Ucap Citra sambil sesenggukan, "Aku punya suami tapi nggak pernah diperhatiin.... Punya suami tapi sepertinya disia-sia'in.... Hik... Hik..."

"Aku bosen Mas Jupri.... Aku bosen.... Huuu-uuuuuu...." Tangis Citra menjadi-jadi. "Melihat pasangan lain yang begitu romantis ketika menunggu kelahiran putra putrinya.... Melihat suami yang begitu memanjakan istrinya ketika ia hamil.... Aku juga pengen seperti itu Maaasss..... Huuuu-uuuu-uuuu.. Huuu-uuuuuu......"
"Ooohhh... Yang sabar ya Neng..." Ucap Marwan

"Huuuu-uuuu-uuuu....Belom lagi kalo aku sedang butuh kasih sayang Mas... Saya harus mendapatkan darimana kalo bukan dari Mas Marwan...? Wong Mas Marwannya aja jarang ada..." Jelas Citra, "Malam-malam sendiri... Malam-malam kesepian... Sedih Mas.... Sedih... Huuuuuuu...."
"Jadi selama ini kalo Neng Citra butuh temen... Butuh kasih sayang... Butuh dimanja... Neng minta ke siapa...?" Tanya Marwan, "Muklis...?"

"Huuuu-uuuuuuuu-uuuu-uuuuuuuu...."
Tangis Citra makin menjadi-jadi.

"Loohh.. Kok malah kenceng nangisnya Neng...?"
"Huuuu-uuuuuuuu-uuuu-uuuuuuuu...."

"Ssssshhhhh... Udah udah... Jangan nangis lagi ya Neng.... Cup.. Cup...." Ucap Marwan sambil mengusapi rambut panjang Citra, berusaha menenangkan hati istrinya.

"Cuman Muklis yang ada disini Mas... Cuman Muklis..." Ucap Citra, "Cuman dia yang peduli ama aku... Cuman dia yang memperhatikan aku... Yang sayang aku... Yang... "
"Cinta ama Neng...?" Potong Marwan.

"Hik... Hik... Aku nggak tahu apa itu cinta Mas..." Jawab Citra yang mulai reda dari tangisnya, "Hik... Hik... Mungkin... Aku udah nggak tahu lagi gimana rasanya cinta itu seperti apa..."
"Hmmm..... Jadi Neng...?" Tanya Marwan, "Kalo misal Muklis memang memberimu Cinta dikala Pak Marwan tak ada disini... Apa Neng juga membalasnya...?"

Citra mengangkat bahu.

"Yaah... Kita nggak akan pernah tahu apa yang akan terjadi nanti Mas... Selagi ada orang yang tulus memberikan perhatian... Waktu... Cinta... Dan hidupnya kepada kita.... Kenapa harus kita tolak..." Jelas Citra, "Toh suami yang aku cintai.... Sudah tak peduli lagi dengan aku Mas...."
"Termasuk ketika orang itu meminta seks pada Neng...?"
"Bisa jadi..." Jawab Citra singkat sambil menyandarkan kepalanya pada bahu lebar tamunya.

"Seeriuusss Neng...?"
"Hhhhhhh.... " Desah Citra lirih, "Seks.... Bagiku hanya sekedar berbagi tubuhku dengan kontol lelaki lain Mas... Tak lebih..." Jawab Citra singkat.

"Tapi Neng....? Tubuh istri bukannya hanya milik suami...?"
"Itu teorinya Mas... Kenyataannya...? Boro-boro disentuh Mas... Aku telpon aja jarang diangkat... Jadinya ya gini... Kering kerontang.... Mungkin... Mas Marwan memang udah nggak cinta ama aku lagi...."

"Hmmm... Tapi Neng nggak ada masalah seks dengan Pak Marwan khan Neng...?"
"Ngggg...." Tiba-tiba, Citra termenung.
"Kenapa Neng...?"
"Mungkin.... Mas Marwan pembawaannya memang agak sedikit egois...." Jelas Citra, "Dan akunya... Agak sedikit over...."
"Maksud Neng...?"
"Ya gitu Mas.... Mas Marwan tuh lemah.... Mas Marwan tuh... Jarang banget bisa kasih aku kenikmatan seperti yang wanita lain rasakan Mas... Kenikmatan selayaknya yang didapat ketika mereka ngewe dengan pasangannya Mas... Mas Marwan bahkan nggak pernah bisa kasih aku orgas........" Citra sengaja tak meneruskan kalimatnya. Ia hanya diam, sambil terus bersandar di pundak Marwan sambil menghela nafas panjang.

"Dia terlalu egois Mas.... Nggak pernah mau ngelakuin apa yang aku minta...." Lanjut Citra.
"Masa satu kalipun...? Neng nggak pernah dapet puas....?"

Citra mengelengkan kepala pelan.
"Karena dia gampang banget kelarnya.... Aku hanya bisa pura-pura puas Mas... Supaya Mas Marwan tak tersinggung...."

"Hmmm... Maaf ya Neng... Saya jadi tahu urusan ranjang Neng..."
"Hhhhh... Nggak apa-apa Mas..."

"Jadinya Neng... Ketika Pak Marwan tak ada disini... Neng deket ama Muklis.... ?"
"Ya mau gimana lagi Mas...? Toh Muklis juga bisa selalu ngebuat aku nyaman... Dia udah kasih aku perhatian... Kasih sayang... "
"Dan... Kenikmatan ya Neng...." Celetuk Marwan.
"Kenikmatan.... Yaaa.. Kurang lebih seperti itulah Mas... Berbagi tubuh..."
"Wow... Saya nggak bisa ngebayangin Neng... Berbagi tubuh dengan adik ipar..." Ucap Marwan singkat.
"Nggg... Mungkin kalo Mas Jupri berada diposisiku... Mas bakal berpikiran lain..."
"Iya kali ya..."
"Iyaa... Ngentot... Dengan adik ipar... Ssshhh...."

"Oooohh.. Neng Citra Agustina... Kasian banget nasibmu Neng...." Ucap Marwan ketika tahu penyebab istrinya menjadi seperti ini adalah dirinya.

"Makasih ya Mas... Udah selalu ada disampingku..." Merasa mendapat perhatian ekstra dari Marwan, hati Citra perlahan-lahan mulai tenang dan memeluk tubuh besar Marwan.
"Iya Neng.... Sama-sama..."

JDUK...
"Uuhhh...."
"Kenapa Neng...?"
"Ini adek bayinya menendang-nendang... Mungkin dia lagi seneng Mas..."
"Iya... Mungkin dia sedang menyemangati ibu cantiknya supaya tetap semangat..."
"Iya kali ya Mas... Coba deh kesiniin tanganmu Mas... Pegang perut aku deh...." ucap Citra yang buru-buru mengamit tangan Marwan dan meletakkann di tengah-tenga jendolan diperutnya.
"Eeh bener Neng... Dede bayinya nendang-nendang...."

Tiba-tiba, Citra memajukan bibirnya dan mengecup bibir Marwan.

CUUPP....

"Eeehh... Neng Citra...."Kaget Marwan bingung.
"Nggg.... Walau kamu terkadang terasa begitu menyebalkan.... Entah kenapa Mas... Ketika dekat denganmu... Aku merasa sudah lama mengenal dirimu...." Ucap Citra lirih sambil menatap lekat kearah wajah tamu lelakinya. "Seperti aku sudah tak asing sekali denganmu....." Tambahnya lagi.

CUUPPP....
Sekali lagi, Citra memajukan wajahnya dan mengecup bibir Marwan.

Kali ini, Marwan tak tinggal diam. Ia membalas kecupan bibir istrinya. Melumat bibir tipis nan basah itu dengan penuh kasih sayang.

Walau menyamar sebagai Jupri, Marwan merasa jika Citra tak dapat dibohongi. Naluri wanitanya mengatakan hal yang sebenarnya. Jupri adalah Marwan. Dan Marwan adalah Jupri.

Dan tak lama kemudian, Marwan dan Citra sudah saling cium, bergulat lidah. Saling mengaitkan lidah dan bertukar air liur.

"Cie cieee cieee.... Ayang Jupri..... Pagi-pagi gini udah nge-gas aja.... Sarapan dulu kali Ayang.... Masa udah mesra-mesraan aja ama bini orang...." Celetuk Anissa yang entah sejak kapan, sudah berada di depan teras rumah Citra.
"Eeh... Ehhh... Kamu toh... Niss... " Kaget Citra buru menjauh dari dekat Marwan
"Hihihihi... Terusin aja Mbak... Nggak apa-apa kok... Aku nggak bakalan ngeganggu... " Goda Anissa sambil melambaikan tangan kearah tetangganya.

"Paaaah.... Ayo buruuuaan.... Udah telat niiihhh...." Teriak Anissa memanggil suaminya.
"Iiiyaa Maaaah.... Bentaran dikit napa...." Jawab Seto lantang dari dalam rumah.
"Mau jalan-jalan ya Niss...? Gini hari udah rapi amat...."
"Hihihihi... Biasa Mbak... Kalo hari libur ya begini... Bawaannya mau meretin suami.... Apalagi kemaren dia baru dapet gaji dan bonusan..." Ucap Anissa sambil melirik kearah Marwan.
"Oooww... Bonusan.... Nggg.... Bagus itu...."

"Eeh iya... Ayang Jupri... Makasih loh ya buat.... Mmmm... Kerja baktinya semalam... " Ucap Anissa genit sambil mengedipkan sebelah matanya, "Goyangannya Ayang Jupri... Wuueeennnaaaaaaak banget.... Nikmatnya berasa banget nih sampe sekarang... Hihihihihi... " Celetuk Anissa cuek yang tanpa ijin ke Citra langsung saja duduk di kursi didekat Marwan.

"Heeehhh Sayang.... Sssssttt... Jangan keras-keras... Malu aah kedengeran ama Neng Citra.... " Kaget Marwan mendengar keliaran kalimat Anissa.
"Hihihihi... Halaaahhh... Nggak usah malu-malu.... Wong Mbak Citra juga semalam... Kedengerannya lagi enak-enakan kok... " Bisik Anissa sambil mendempet duduk disamping Marwan, "Ya khan Mbak...? Kamu juga semalam ikutan 'wes-hewes-hewes...' Hihihi...."
"Eee.. Eeehh..... Maksudnya...?" Kaget Citra kebingungan.

"Hihihihi... Nggak usah malu kali Mbak... Aku juga denger semuanya kok.... Wong suara desahan Mbak Citra kenceng banget suaranya... Aaahh.... Uhhhh.... Ahhh.... Uhhhh.... " Ucap Anissa sambil tersenyum-senyum genit, "Jadi....? Gimana Mbak...? Bener khan...? Semalem juga dapet enak...?"
"Waduuhh... Nnnnggg... Enaak..... Enak apanya ya Niss...?" Ucap Citra masih berpura-pura nggak ngerti.

"Kontol Muklis Mbaakk... Kontol berondongnya Mbak Citra... " Bisik Anissa, "Kontol yang semalam nyodok-nyodok tempikmu itu loooohhhh.... Rasanya gimanaa....? Enak nggaakk...?"
"Nnnnngg.... Anu... Itu...."
"Hihihihi..... Ngga apa-apa kali Mbak... Nggak usah malu.... Wong aku juga denger semuanya... Hihihi..." Tawa Anissa renyah, "Pantesan... Kok tumben-tumbennya Mbak Citra jejeritan seperti semalam... Ternyata lagi hewes-hewes ama Muklis.... Hihihi... Binal juga kamu Mbak..."

"Ngggg.. Itu juga... Nggg... Karena.... Ngggg... Karena denger... Teriakan-teriakan kamu Niss... "
"Hihihi... Tuuuhh... Bener khan.... Hihihi....Gara-gara tembok rumah kita tipis ya Mbak... Semua jadi yang aku lakuin ama Ayang Jupri kedengeran jelas... Hihihi...."
"Ngggg... Ho'oh...." Angguk Citra pelan, "Kamu nakal banget ya Niss...? Teriak-teriakanmu tuh bener-bener bikin orang kepingin.... Heboh banget gitu...."
"Hihihihi..... Abisan.... Keenakan sih Mbak... " Bisik Anissa sambil mengelus tonjolan di paha Marwan, " Keenakan disodok-sodok ama kontolnya Ayang Jupri yang Ini nih... Hihihi....."
"Ehhh..." Kaget Citra melihat keisengan tetangganya itu.

"Yaelah... Nggak usah kaget malu gitulah Mbaaak..." Ucap Anissa lagi, "Ayang Jupri seneng kok kalo kontolnya dielus-elus seperti ini.... Hihihi..."
"Ehhhhh... Sayang... Ntar Seto ngelihat loh..." Celetuk Citra
"Hihihi... Biarin ajalah...." Jawab Anissa cuek, "Toh semalem dia ngelihat juga diem aja... Hihihi....."

"Haaaah... Semalem pas kamu sedang begituan.... Ada Seto dirumah....?" Bingung Citra
"Hihihihi... Hiya...." Angguk Anissa sambil senyum-senyum genit.
"Kok bisa...?"
"Hmmmm... Gimana ya ngejelasinnya....." Ucap Anissa berusaha berpikir keras, " Ahhh... Ada deeeh.... Tapi... Udah ahh... Aku nggak mau ngobrolin hal itu..."
"Ngggg... Baiklah....Cuman kamu bener-bener berani Nisss...."

"Hihihi.. Jadi cewek... Memang harus berani Mbak.... Biar nggak dijajah lelaki... Ya nggak Ayang...?"
"Ho'oh...." Jawab Marwan singkat sambil terus melahap singkong dipiring.

"Gini loh Mbak.... Mengenai hal yang kamu lakuin semalam...." Ucap Anissa dengan wajah serius, "Kalo aku jadi Mbak nih... Aku juga bakalan ngelakuin hal yang sama kok..... "
"Hal yang sama...?"

"Iyalah.... Khan aku juga sebel tuh ama suami Mbak... Mas Marwan kutu kupret... "
"Uhuk..Uhuk..Uhukkk...." Mendengar gerutu Anissa, Marwan tiba-tiba tersedak.

"Kamu kenapa Yang...?" Tanya Anissa.
"Uhuk..Uhuk... Nggak kenapa-napa Nisss..."

"Pelan-pelan Ayang makan singkongnya..... Minum nih...." Ucap Anissa menyodorkan gelas dan kembali memberikan wejangan pada Citra, "Suami Mbak tuh Gila... Nggak punya otak..... Udah tau istrinya dirumah ini sedang hamil tua begini... Ehhh... Malah nggak pernah nemenin... Nggak pernah ditengokin.... Ditinggal-tinggal mulu.....Belom lagi kalo Mbak Citra lagi butuh-apa... Harus minta tolong ama siapa coba...? Wong disini nggak ada laki-laki yang bisa mbantuin... "
"Iya sih...."

"Coba bayangin Yang...." Jelas Anissa kepada Marwan, "Kalo Mbak Citra butuh kasih sayang... Butuh perhatian.... Butuh pelampiasan.... Kalo nggak ada suaminya.... Gimana Mbak Citra bisa menyalurkan semua hasratnya....? Coba deh kamu mikir...?"
"Loohh... Kok aku....?" Heran Marwan.
"Iyalah... Sebagai sesama wanita... Aku juga ngerasain semua beban emosi Mbak Citra...." Celoteh Anissa, "Belom lagi kalo Mbak Citra kepengen ngelakuin hal yang aneh-aneh... Harus minta tolong ama siapa coba...? Khan kasihan ya Mbak...... " Omel Anissa tak jelas arah pembicaraannya.

"Looh... Kok kasihan....?"
"Iya Mbak... Aku kasihan.... Hihihi ama tempik Mbak... Jadi jarang dimanfaatin..." Celetuk Anissa vulgar.
"Huusss..... Dimanfaatin... Emang memek aku kaya alat...?"

"Hihihi... Maksudnya.... Mbak khan juga punya nafsu yang harus dipenuhi khan Mbak... Kalo ada nafsu tapi suami lagi jauh... Masa harus maen ama gigolo Mbak...? Khan itu jauh lebih bahaya...."
"Iya ya... Bener juga Niss....Bisa kena penyakit kelamin tuh...." Balas Citra polos.
"Makanya Mbak... Aku kasihan.... Mendingan kalo Mbak punya selingkuhan... Selingkuh aja sekalian Mbak... Biar Mas Marwan nyesel udah nganggurin tempik Mbak... Hihihi..."
"Nggg.. Gitu ya Niss....?"

"Iyalah Mbaak.... Lagian Mbak....Aku juga yakin banget..... Kalo Mas Marwan disana.... Pasti juga udah punya banyak wanita lain Mbak.... "
"Masa sih...??"
"Iya dong.... Udah nggak pernah pulang... Jarang ngabarin... Ditelpon susah..... Apalagi coba kesimpulannya kalo bukan udah punya wanita lain....?" Ucap Anissa bak detektif, "Jadi Mbak.... Kalo Mbak punya lelaki lain disini... Menurutku itu nggak masalah kok kalo Mbak mau ngapa-ngapain.... Impas Mbak... Seimbang..... Suami Mbak nakal.... Mbak nakal... Udahlah.... Sama-sama nakal.... "

"Tapi khan...."
"Udah Mbak nggak usah nyoba-nyoba ngebelain Mas Marwan Mbak... Nggak usah pake tapi-tapian lagi... Udah jelas itu semua belangnya suami Mbak..." Sinis Anissa ketus, "Sekarang... Mbak lupain aja tuh suami.... Mumpung dirumah Mbak ada kontol penggantinya tuh... "
"Kontol pengganti...?" Tanya Citra.
"Iya... Ini... Kontol ini....." Kata Anissa yang tiba-tiba memasukkan tangannya kedalam celana kolor Marwan dan meremas-remas penisnya yang sudah menegang.

"Astaga... Anissaaa...." Pekik Citra kaget sambil menutup mulutnya karena melihat kenekatan istri tetangganya itu.
"Hihihi...." Santai aja Mbak... Wong yang punya aja santai kok... Ya nggak Ayang Jupri...? Hihihi..."

"Ssshhh... Tanganmu memang selalu nikmat Nisss...." Lenguh Marwan ketika merasakan remasan lembut tangan Anissa.
"Hihihihi... Tuh khan Mbak... Ayang Juprinya aja nggak keberatan....? Malahan... Dia merem melek keenakan tuh.... Hihihi... " Kekeh Anissa senang sambil terus mengaduk-aduk isi kolor Marwan.
"Ssssshhhhh.... Ooohh... Niissss...." Desah Marwan pelan.
"Hihihihihi... Ayang Marwan keenakan.... " Ucap Anissa yang kemudian melakukan hal yang lebih nakal lagi. Ia menurunkan sebagian tali kolor Marwan dan membetot paksa batang penis Marwan keluar dari dalam celana kolornya.

TUUIIIINNNG...
Batang penis Marwan langsung menjelepat. Keluar separuh dari celana kolornya.

Walau masih lembek, namun terlihat jelas betapa besarnya batang penis Marwan itu. Perlahan namun pasti, batang penis Marwan berkedut. Membesar sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya, batang penis itu menegang sempurna. Berdiri kokoh hingga tingginya jauh melewati pusar.
.
"ASTAGA Anisssaaaa...." Kaget Citra dengan mata melotot dan mulut menganga.

"Hihihihi... Nggak usah kaget gitu Mbaaak...?" Tanya Anissa sambil tersenyum, "Kaya belom pernah liat kontol aja.... Hihihi.... CUUUPPP..... SLUURP...." Tambahnya lagi sambil mengecup dan mencaplok kepala penis Marwan.
"Uuuuhhh.... Anissaaaahh...." Lenguh Marwan makin keenakan.

Melihat penampilan batang penis Marwan, tubuh Citra mendadak adem panas. Bagaimana tidak, akhirnya ia bisa melihat penampilan penis yang beberapa hari ini selalu membuatnya penasaran.

"Kontol Mas Jupri.... Besar sekali...." Seru Citra dalam hati. "Kontol Mas Jupri terlihat jauh lebih besar dari kontol Muklis ataupun Seto....Besar... Hitam... Panjang....."

Dengan tak berkedip sedikitpun, Citra merekam apa yang ia lihat saat itu. Penis besar dan panjang yang menjulang melebihi pusar, dililit oleh urat-urat besar yang mirip urat varises disekujur batangnya. Kepala penisnya membonggol, besar dan merah merekah, mirip seperti paprika. Mengkilap licin karena lelehan cairan pelumasnya yang mulai keluar dari mulut penisnya.

"SLUUURRPP... HAP... AHEMMMM.... SLUUURRPP... SLUUURRPP... CUUP....."
"Uuuuuhhhhh.... Niiissss....." Lenguh Marwan keenakan.

"Anisaaa...Udah aahh... Nanti dilihat orang...." Seru Citra kaget melihat kenekatan tetangganya. Walau baru saja mulai, Anissa terlihat begitu kewalahannya ketika berusaha untuk memasukkan seluruh batang penis tamunya kedalam kerongkongannya.

"Biahin.... Sluuurrpp.... Ahemm…. SLUUURPP .... CUUPPP..." Jawab Anissa dengan mulut penuh penis.
"Aduuuhhh... Kalo mau berbuat cabul..... Jangan disini dong...." Celetuk Citra malu, "Bisa malu kita ama tetangga...."

"Hihihi... SLUURP... Kamu ternyata cemen juga ya Mbak... Gausah khawatir gitu kali... Walau kelihatan ama tetangga... Mereka juga nggak bakalan ngeganggu kok.... JUH… JUH… SLUURP...." Jelas Anissa cuek sambil meludahi batang penis Marwan, "Kemaren aja... Beberapa hari yang lalu.... Pak Surdi ama istrinya ngelihat aku dientot Ayang Jupri di teras... "
"Seriiuuuss...?"
"Iya.... Tapi... Mereka pura-pura nggak ngelihat Mbak.... Malahan... Setelah ngelihat aku.... Mereka buru-buru masuk rumah.... "
"Looh... Kok malah masuk...?" Tanya Citra yang melihat dengan seksama batang penis Marwan ketika keluar masuk rongga mulut Anissa.
"Hiya Mbak.... Mungkin mereka berdua terangsang.... Trus langsung ngentot deh... Hihihi..."
"Haah...? Masa siiihh....?"

"Hihihih... Hiya Mbak... Dulu juga pas aku kelihatan ngentot malem-malem ama Mas Seto di pojok pagar yang dekat rumah Pak Rudi.... Dia juga ga peduli... Cuman senyum-senyum aja...."
"Maasaa Nisss...?"
"Hihihihi... Hiya Mbak... Beruntung banget kita punya tetangga cuek Mbak... Mau berbuat mesum kaya gimana aja... Kita aman Mbak..." Jelas Anissa lagi, "Pokoknya… Selama kita nggak ngeganggu mereka... Mereka pasti ngertiin... Masa kamu udah tinggal lama disini nggak sadar sih Mbak...? Hihihi...."
"Nggg.. Khan aku nggak seliar kamu Nisss... Jadi ya mana tahu hal-hal begituan..."

"Hihihihi... Mangakanya.... Kamu nggak usah takut kalo kita bakal dikeroyok masa kalo sedang ngapa-ngapain disini Mbak... Wong kita khan nggak ngeganggu mereka.... Ya nggak Ayang Jupri...? SLUURRP... CUUPP.. CUPPP.. AHEEMMM...."
"Ho'oh... Sshshhhh..... Terus Nisss.... Oooohhh....."
"Ooohh... Jadi gitu ya Nisss....? Pantesaaann...."

Mendengar penjelasan Anissa, Citra seperti anak kecil yang tak tahu apa-apa. Ia seolah benar-benar baru tersadarkan, kenapa teriakan Anissa dan Seto ketika bersetubuh, selama ini tak pernah mendapatkan teguran dari tetangga. Ternyata, mereka bisa bercinta dengan bebas karena ketidak pedulian tetangga. Padahal menurut Citra, perlakuan binal Seto dan Anissa itu cukup mengganggu ketenangan dirinya.

Tapi, jika dirunut-runut, memang tetangga Citra memang tak banyak mempermasalahkan hal itu. Buktinya, Pak Utet, Pak Darjo, Pak Poniran, Rahman, Dokter Beno hingga beberapa lelaki lain yang sering keluar masuk rumah Citra dan sering berbuat 'onar pada tubuh Citra', mereka sama sekali tak dicurigai sama sekai. Tak mendapat masalah sedikitpun.

"Heeeehhh.... Mbaaak Citraaaa…..Kok malah ngelamun... Ayo ini kontolnya kok dianggurin gitu... Ayo Mbak... Ini... Dipegang juga nggak apa-apa Mbak... Atau kalo nggak... Mbak ikutan ngocok-kocok juga boleh nih... Hihihihi..." Celetuk Anissa santai menciumi sekujur batang penis Marwan yang terlihat begitu panjang. Saking panjangnya, bentangan batang penis itu seolah mampu melewati wajah Anissa dengan mudah.

“Siniin tanganmu Mbak… Pegang yang erat….” Tambah Anissa sambil mengamit tangan Citra dan meletakkannya di batang penis Marwan yang sudah berkedut.
"Eeeh.... Niisss...." Ucap Citra ragu.
"Udaaahhh..... Ayoooo... Mbak.... Pegang aja...."
"Ngggg... Besar banget ya Nisss...." Puji Citra, “Dan panas….”
"Hihihi.... Hiya... Tanganmu keliatan kecil banget Mbak… Sampe ga bisa ngegenggem lingkar kontol Ayang Jupri semuanya…. Ayo Mbak….. Kocok aja.... " Saran Anissa yang mulai membimbing tangan Citra untuk bergerak naik turun sepanjang batang penis Marwan.

TEK…TEK…TEK…TEK….

“Oooh… Neeng Citraaa… Lembut banget tangamu Neeeng…” Lenguh Marwan merem melek.
“Hihihi… Enak ya Ayang….?” Goda Anissa
“Enak banget Niiissss…..”
“Hihihi… Mimpimu mulai terwujud ya Yang…?”
“Sssshhh….. Ooooohh Iyaaa… Enak banget ini kontolku dikocokin tangan istri bosku..….”
“Hihihi…. Tuuuh lihat Mbaaak… Ayang Juprinya keenakan tuuuh.... Ayo cepetin kocokan tanganmu Mbak… Buat kontolnya cepet ngecrot….”

TEK…TEK…TEK…TEK…. TEK…TEK…TEK…TEK….

“Sssshh… Neeeng…. Citraaa… ” Lenguh Marwan yang tiba-tiba bergerak reflek, meraih payudara Citra dan meremasnya pelan.
“Eeehh…. Mas….?” Kaget Citra yang buru-buru menepis tangan tamunya.
“Hihihiihi.. .. Nggak apa-apa kali Mbaak… Biarin aja teteknya diremes-remes…. Khan biar kalian sama-sama ngerasa enak…. “ Ucap Anissa sambil menahan tangan Citra supaya tak menepis remasan tangan Marwan di payudaranya
"Husssshhh... Anisaaa.... Ngaco banget deh...."

"Hihihi.... Kok Ngaco sih...? Khaaannn omongan aku bener semua Mbaaak...? Kalo kalian udah nggak saling sungkan… Khan bisa nerusin kearah yang lebih 'lengket' lagi… Hihihihi…." Goda Anissa sembari menurunkan celana kolor Marwan hingga terlepas dari tubuhnya. Kemudian ia mengusap kedua biji penis Marwan yang menggelantung lemas. Membuat lelaki kekar itu semakin mendengus keenakan.

"Uuuhhh.. Pelan-pelan ngeremesnya Nisss...."
"Hihihihi... Enak ya Ayang...?"
"Uuuhh… Sssshhh... Enaaak... Bangeettss..."

"Ayo Mbak... Kocok yang kenceng Mbak... Nggak usah malu-malu.... Malahan kalo perlu… Isep aja tuh kontol Mbaaak… Hihihihi..." Saran Anissa untuk mempercepat gerakan tangan tetangganya.
"Ehh….. Udah ah... Nanti malah keterusan..." Tolak Citra.
"Yaaaahh.... Mbaak... Jangan muanfik aahh... Hihihihi..." Ejek Anissa
“Aku nggak munafik Niss… Cuman…”
“Cuman apa…? Tanya Anissa yang tiba-tiba memasukkan tangannya kedalam bawahan daster Citra dan menyelipkan jemarinya ke celah vagina Citra, “Cuman takut kalo sange….?”
“Iiiihhsss.. Anissaaaaa….” Pekik Citra kaget.
“Hihihihi… Kamu sange Mbak… Tempikmu udah basah ya…. Hihihi….”
“Iiihhhsss…. Anissa aaah… Rrese banget siiihh….” Jawab Citra dengan wajah tersipu malu.

Tak cukup dengan merogoh celana dalam Citra, Anissa juga ikut-ikutan meremas payudara besar Citra dan mencubit putingnya.
“Aaaawww.. Anissaaaa….” Jerit Citra buru-buru menepis tangan jahil tetangganya.
“Hihihihi…. Iya… kamu pasti sange banget ya Mbak…..Pentilmu juga udah keras gitu…”
“Gimana nggak sange kalo pagi-pagi udah disuruh ngocok kontol besar seperti ini….”
“Yaudah kalo gitu…. Nikmatin aja Mbaak… Isep gih….”
“Nggak ahhh….”

“Ahhhh… Cemen… Kontol enak begini disia-sia’in….” Omel Anissa yang kemudian mengambil alih penis Marwan dari tangan Citra, "Ya kalo Mbak nggak mau... Buat aku aja deh kontolnyaa..."
"Nnnggggg....."
"Mau isep nggak…?”
“Ngggg…..”
“Aaahh kelamaan… Hihihi... JUH…. HAP… SLUUURRRP… " Caplok Anissa lagi pada penis Marwan.
“Uuuuhhh… Anissaaaa… Pelan-pelan Sayaaang….” Lenguh Marwan keenakan.

"Maaaahh... Aku udah selesai nih... Yuk kita berang.....kat...." Kaget Seto begitu keluar rumah ia melihat istrinya edang mengoral penis Marwan.
"Eh... Ada mas Seto.... " Ucap Marwan santai sambil melambaikan tangan, "Duduk sini Mas....."
"Eh Mas Jupri... " Sahut Seto dengan tampang kikuk, "Ehh.. Iya... Makasih Mas.... Saya disini aja..."

"Sluuurpp... Udah siap Paaahh...?...? Sluurp.... " Tanya Anissa yang buru-buru menyudahi oral paginya pada penis Marwan, "Sluuurrpp.... Ayang Jupri... Udahan dulu ya nyepongnya... Aku mau belanja dulu... JUH....." Tambah Anissa sambil menggosok-gosok kepala penis Marwan yang basah akan liurnya.
"Shhh..... Bentaran ah Sayang..... Aku mau keluar nih..... " Tahan Marwan yang buru-buru memegangi kepala Anissa supaya tak menjauh dari penisnya, "Ssssh... Ayo Nisss...Sedot lagi kontolku.... "
"Waduh... Ayang Jupri... Aku udah ditunggu suamiku tuuh...."

"Hehehe..... Suamimu khan bisa menunggu bentaran Nisss..... Tapi... Kontolku nggak bisa... Ooohh... " Jelas Marwan sambil mendekatkan mulut Anissa pada kepala penisnya, "Lagian.. Mas Seto pasti nggak keberatan kok... Kalo mulut istrinya aku pinjem dulu... Buat ngisep pejuh-pejuhku......"
"Iiiiihhhsss... Geniiiitttt...."
"Hehehehe.... Lagian khan istri tercintanya ini... Mau aku kasih sarapan pejuh... Pasti Mas Seto bakalan ngijinin... Ya khan Mas...?" Teriak Marwan menanyakan.
"Eh I.. Iya Mas... Santai aja... " Seru Seto dengan nada sebal dari teras rumahnya.
"Tuh khaaan... Bener apa kataku....Yuk Sayang... Isep kontolku lagi bentaran....? Hahaha...." Tawa Marwan lantang yang kemudian disusul dengan ajakan tangannya kewajah Anissa,

"Maahh.... Aku tunggu di motor aja deh yaa.... " Ucap Seto yang melihat istrinya sama sekali tak menghiraukan dirinya, buru-buru melangkahkan kakinya kesamping rumah dan menuntun sepeda motor bututnya kejalanan. Wajahnya terlihat begitu sebal dan penuh emosi.

Melihat tingkah Seto, Citra merasa ada hal aneh yang sedang terjadi. Namun walau Citra berpikir keras, ia sama sekali tak dapat menemukan hal aneh itu. Seto sama sekali tak melarang atau keberatan akan apa yang sedang diperbuat Anissa pada Marwan.

"Tuuhhh... Suamimu malah mau nungguin....Yuk ahhh... Buruan dikenyot... Mumpung aku mau keluar di mulut istri tercintanya..... Sssshhh... Oooohhh.... Kenyot kontolku kenceng-kenceng ya Anissaa... Aku udah mau keluar... Ssshh... Ooohhh...."

TEK TEK TEK…. TEK TEK TEK…. JUH… SLURRRPPP… SLURRRPPP…
Suara tarikan kulit batang penis Marwan terhentak-hentak oleh kocokan tangan Anissa yang bergerak cepat naik turun. Sesekali, wanita mungil itu mengenyot dan mengisap kepala penis Marwan sembari terus mengcoknya kuat-kuat.
TEK TEK TEK…. TEK TEK TEK….

"SLUUURRPP.... SLUUURRPP.... SLUUURRPP...."
"Yak terus kenyot gitu Sayaaang... Telan kontolku dalam-dalam... Telan sampe abis... Ooohhssss... Ooohh... Ooohh... NGENTOOOT.... "
"SLUUURRPP.. JUUHH... SLUUURRPP... Ahang Huphrii...Khamhu uhah mahu heluarh ha Hang..." Tanya Anissa dengan mulut penuh penis Marwan.
"Hoooo'ooohhh.. Iyaaaa.. Ooohh... Ooohh...Aku mau ngecrooot nih Niiisss... AKU MAU NGECROT...Ohhhh... Mas Seeetoooo.... MULUT ISTRIMU INI MEMANG TERASA NIKMAT MAAS... OHH ANISSAA.. AKU MAU KELUAAR...."

CROTT.... CRROOOT.... CROCOOTT... CROOT.... CROOT.... CROTT....
bergalon galon sperma, meledak dari kepala penis Marwan. Menyembur kencang hingga membuat Anissa tersedak.

CROTT.... CRROOOT.... CROCOOTT...
"Uhuk uhuk uhuk.... "
"Ohhh.... Ohhh.... Ooooohhhh... NGENTOT....Enak sekali Anissa Sayang..."
"Banyak sekali pejuhmu Yang... Uhuk uhuk.."
"Hehehe... Iya....Itu pejuh special buatmu Sayang... CUP..." Kecup Marwan pada dahi Anissa.
"Buanyak banget Yang... Muncratannya sampe kena baju aku nih...."
"Hehehe.. Habisan... Seponganmu dahsyat sih.... Jadinya aku nggak bisa nahan diri...."
"Daaasaaarrr.... Pejuh kamu tuh ya... Nggak ada habis-habisnya....Hihihi..." Kekeh Anissa genit sambil membersihkan lelehan sperma Marwan pada tubuhnya, "Padahal... Semalam udah keluar banyak loh... Ehhh sekarang udah ada lagi aja...."

"Maaaaah... Udah selesai Maaahhh...?" Celetuk Seto dari ujung rumahnya, "Kalo udah... Yuk kita jalan..."
"Ehhh.... Masih ada Mas Seto tohhh..." Balas Marwan cuek, "MAS SETO.... Mulut istrimu bener-bener nikmat loh.... Makasih yaaa...."
"I... Iya Mas.... Sama-sama..."

"Kalian tuh sudah GILA ya.....? " Ucap Citra yang merasa keberadaannya tak dianggap sama sekali oleh Marwan dan Anissa , "Sumpah... KALIAN....BENER-BENER GILA...".

"Waduh... Astaga.... Saya lupa Neeng.... Maaf saya khilaaff... Hehehe..." Celetuk Marwan cengengesan.
"Hihihi... Ada yang pengen tuuuuhhh...." Goda Anissa, "Tenang aja Mbak... Kontol Ayang Jupri ini... Walau udah keluar... Masih bisa keluar lagi kok... Nih lihat... Walau tadi baru aja ngecrot banyak... Udah keras lagi khan...?" Tambahnya lagi, masih dengan gerakan mengurut penis Marwan.

"Anissa... Mas Jupri.... Sumpah....Kalian nekat bangeett...." Heran Citra, "Kalian sama sekali nggak takut dibunuh ama Seto....? Kok dia diem aja sih....?"
"Hehehehe.... Jelasin Nisss...." Ucap Marwan sambil mengusap-usap rambut Anissa.
"Panjang Mbak ceritanya.... Nanti deeeh... Aku ceritain..." Jawab Anissa yang masih membersihkan sisa-sisa sperma Marwan pada batang penisnya.

"Maaaahhh... Yuk...." Ajak Seto dari ujung rumah.
"Ehhh..... Iya... Bentaran Paaah...." Jawab Anissa singkat.

"Mbak Citra.... " Panggil Anissa yang tiba memelankan suaranya, "Mumpung Ayang Jupri ada disini... Beneran deh... Mbak harus cobain ini kontol.... Rasanya Mbak... Sumpah Mbak... Wuuueennaaakkk banget loh Mbak.... Guedhe... Item.... Dan lihat ini urat-uratnya Mbak... Urat ini nih yang bikin tempikmu bakalan merinding abis... Bikin kelojotan mulu Mbak.... "

"Ssssttt... Nissaaa...." Merasa risih dengan segala bujuk rayu Anissa, Marwan buru-buru membungkam mulut mungil Anissa.
"Hihihi... Mmmppffhh... Kenapa Yang...? Malu..? Bukannya kamu pengen banget ngerasain jepitan tempik Mbak Citra...?" Goda Anissa sambil berusaha melepasan tangan Marwan dari mulutnya dan meremas selangkangan tamu Citra itu kuat-kuat.
"Aaawwwww... " Pekik Marwan kaget.
" Rasaaain.... Hihihihi... " Kekeh Anissa, "Beneran Mbak... Pokoknya... Sekali tempik Mbak kena sodok kontol Ayang Jupri ini.... Uuuuuuhhhh... Dalem banget Mbak.... Berasa sampe ulu hati deh pokoknya...." Jelas Anissa yang memperagakan tusukan-tusukan penis Marwan dengan tangannya, "Wong gedhenya aja segedhe tangan aku Mbak... Lihat niiihh.... Kaya kontol kuda liar..... Eh bukan... Kaya batang singkong hutan Mbak.... Guueeddheee...."

"Huuusss..." Tutup Marwan lagi pada mulut Anissa, "Ngaco aah...."
"Eeeeeh... Iya Mbaaak... Beneran... Nih pegang lagi nih... Besar banget khan Mbak..." Celoteh Anissa yang lagi-lagi mengurut batang penis Mawan, "Panjangnya aja sampe lutut Mbak.... Dijamin deh Mbak Citra bakalan kelojotan.... Hihihihi...."
"Iiihhhsss... Anissaaaa... Vulgar banget deh...." Seru Citra malu-malu.
"Ya sekalian aja Mbak... Kalo disodok ama kontol Ayang Jupri... Trus dipejuhin di rahimmu.... Dijamin deh... Lahiranmu nanti bakalan berasa gampang banget...."
"Emang iya...?"
"Hihihihi... Makanya... Buruan buktiin...."

"Maaaaahhh... Udah selesai khan....? Yuk...." Panggil Seto pelan.
"Heeehhh... Udah udah udah.... Tuuuh... Kamu udah dipanggil Seto tuhh....Sana pergi.... Suamimu udah nggak sabaran...." Bisik Citra.
"Hihihihi... Hiyaaa... Kalo gitu... Aku jalan dulu deh...." Ucap Anissa yang kemudian mengecup kepala penis Marwan. lalu ia beranjak meninggalkan Citra dan Marwan berduaan.

"Ehh Mbak Citra... Sini bentaran deh Mbak...." Panggil Anissa tiba-tiba sambil melambaikan tangannya.
"Apaan...?" Heran Citra.
"Sini Mbaak.. Buruan...."

Karena penasaran, Citra pun menuruti permintaan Anissa. Dengan langkah malas, wanita hamil itu mendekat kearah tetangganya.

"Apaan....? " Tanya Citra sambil berbisik.
"Pokoknya.... Mbak nanti harus nyobain kontol Ayang Jupri loh ya..." Bisik Anissa sambil mengintip kearah Marwan yang masih tiduran merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.
"Hus.... Ngaco kamu Niss.... Enggak ah...."
"Ssssttt... Udaaahh... Rasain aja Mbaak....Pokoknya... Mbak Citra nanti harus mau kalo diajak Ayang Jupri ngentot loh ya Mbak... Pokoknya Mbak Citra harus ngerasain betapa nikmatnya bisa dientotin ama KONTOL SINGKONGnya Ayang Jupri.... Hihihi...Enak deeh.. Aku jamin...." Tambah Anissa bersemangat sambil terus memperagakan gerakan sodokan dengan tangannya sambil melangkah menjauh kearah Seto

"Nyobain kontol singkong....?" Pikir Citra dengan senyum mengembang diwajahnya.
"Iya Mbak... Khan sayang banget Mbak... Udah mau lahiran tapi janin Mbak jarang disirami pejuh.... Ntar lahirannya jadi susah loh...." Jelas Anissa yang lagi-lagi melirik genit kearah Marwan.
"Nggg... iya juga sih...."
"Hihihihi... Aku yakin kok... Kalo Mbak Citra bakalan mau dientot.... Hihihi..."
"Nggg... Ahhh... Masa bodoh.... Mungkin ntar aku cobain deh...Toh aku juga udah nggak diperhatikan suamiku sama sekali...." Tambahnya lagi.
"Baaguuuusss... Pemikiran yang tepat Mbak... Tepat banget....." Ucap Anissa yang tanpa sepengetahuan Citra, mengedipkan sebelah matanya kearah Marwan, "Yaudah deh Mbak kalo gitu.... Nanti kita sambung lagi obrolannya yaa... Sekarang aku pamit dulu...." Pamit Anissa, "Yuk Paaah... Kita jalan....."

Sepeninggalan Anissa, Citra merasakan sebuah sensasi aneh pada dirinya. Antara nafsu, tegang, malu dan jatuh cinta. Terlebih karena Citra merasa jika setelah ini, hubungannya dengan Jupri, bakalan tak akan sama lagi, membuat detak jantung Citra berdegup kencang.

Walau Citra sudah sering kali berselingkuhan, menjalin kasih, dan melakukan persetubuhan dengan lelaki lain, namun tak tahu kenapa, kali ini ia merasakan sedikit berbeda.

"Citra Agustina....Kamu jatuh cinta lagi ya...?" Tanya hatinya.
"Entahlah.... Mungkin iya.... Mungkin juga tidak...." Jawab Citra.
"Iya... Kamu jatuh cinta...."
"Mungkin... Tapi tunggu dulu.... " Ucap Citra dalam hati, "Kali ini sepertinya agak berbeda deh..."
"Berbeda....? Berbeda dari mana...?
"Aku juga tak tahu... Mungkin kali ini aku melakukan perselingkuhan dengan tanpa adanya rasa terpaksa sama sekali...."
"Kalo denganmu.... Terpaksa dan tak bisa menahan nafsu tuh tak ada bedanya.... Denganmu... Keduanya terasa sama..."
"Iya ya... Aku memang gampang sekali bernafsu...."
"Dasar wanita murahan...."
"Eh tapi tunggu dulu... Ini bukan nafsu...." Bela Citra
"Lalu apa....? Cinta....?"
"Ngggg... Entahlah.... " Bingung Citra, "Dengan Mas Jupri... Aku merasakan perasaan yang sama seperti ketika sedang pacaran dengan Mas Marwan...."
"Iya... Citra....Kamu sedang jatuh cinta...."
"Mungkin... Dengannya... Aku bisa menemukan pengganti Mas Marwan yang sebenarnya.... "

"Iya... Aku merasa dia begitu cocok untuk menggantikan sosok suamiku..."
"Wajahnya.... Senyumnya.... Posturnya... Tubuhnya... Watak dan sifatnya.... Mirip banget dengan Mas Marwan...."

"Nggg... Apa jangan-jangan.... Mas Jupri itu adalah Mas Marwan....?"

"Aaahhh... Tapi itu nggak mungkin.... Warna kulit Mas Jupri beda dengan Mas Marwan... Dia juga punya brewok... Ototnya lebih kekar.... Dan.... ASTAGA...."

"Ukuran kontol Mas Jupri... Hampir 3 kali lipat lebih besar daripada ukuran kontol Mas Marwan.... Sudah pasti.... Itu bukan kontol suamiku..."

"Ooohh... Kontol Mas Jupri....."



Bersambung,
By : Tolrat
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar