Kulihat istriku kembali kedapur seusai mengantar tukang sayur itu
kedepan rumah, pinggulnya bergoyang kekiri dan kekanan ketika dia
melangkahkan kakinya, dan tak hanya itu kedua pantatnya yang indah pun
turut bergoyang seirama dengan lenggok pinggulnya. Aku buru-buru memutar
kesamping rumah supaya istriku tidak menyadari jika aku sudah pulang
dan bahkan aku mengetahui tentang persetubuhannya tadi dengan tukang
sayur.
Aku bergegas kembali ketempat aku menaruh sepeda motor dan menuntunnya
keluar pagar dengan perlahan. Istriku menuju ke kamar mandi yang ada
didekat dapur untuk mandi tanpa mengambil dasternya yang ada didapur. Ku
urungkan niatku untuk beristirahat dirumah karena tiba-tiba sakit magh
ku sembuh, entah karena aku menonton dan ikut terangsang melihat
persetubuhan istriku barusan atau jika aku tetap memaksa beristirahat
dirumah akan membuat istriku mengurungkan niatnya menjemput pardi di
stasiun namun yang jelas, rasa perih pada lambungku sekarang sudah
hilang. Setelah menuntun agak jauh aku baru menstarter motor yang
kupinjam di bengkel langgananku tadi. kupacu kuda besi itu ke warnet
terdekat untuk menunggu waktu. “arrghhhh” gerutu ku karena tidak ada
yang menarik yang dapat kulakukan di warnet ini. Kulihat sudah 15 menit
berlalu, kucoba menghubungi istriku.
Satu panggilan. Dua panggilan dan baru pada panggilan teleponku mendapat balasan.
“iyaa mas ada apa?” jawab istriku diseberang telepon.
“lagi dimana dik?sudah berangkat kerja?”tanyaku basa-basi
“ohh sudah mas, tadi adik masih ada tamu dari supplier obat”, istriku rupanya berbohong
“hari ini mau kemana dik?, makan siang yuuk?” aku memancing jawabannya
“wah maaf mas, nanti adik mau ke tempat supplier obat di jl.
Kertanegara, ada faktur yang beda selisihnya dengan obat yang dikirim”
istriku beralasan. Jadi benar, istriku nanti akan menjemput pardi di
stasiun karena jl. Kertanegara memang sangat dekat dengan stasiun.
“oh ya sudah kalau gitu dik, mas tak makan siang dulu, hati-hati dijalan dik”
“iya mas juga hati-hati dijalan ya”
Begitu telepon ditutup aku harus menyiapkan rencana untuk mengikuti
istriku tanpa dia ketahui, aku bergegas ke toko pakaian yang tidak jauh
dari warnet tempatku menghabiskan waktu tadi. Sesampainya disana aku
membeli kemeja, celana jeans, sepatu kets, jaket bolak balik dan topi.
Segera kubayar belanjaankudan bergegas ke indomart membeli masker debu
untuk menutupi wajahku. Kembali kupacu kuda besi tua ini ke arah jl.
Trunojoyo dimana stasiun yang akan dituju istriku, begitu sampai disana
aku buru-buru ke toilet umum untuk berganti pakaian dan menyimpan
pakaian serta sepatuku di tas yang aku bawa dari kantor tadi. Sepintas
penampilanku mirip bagpacker yang berjalan-jalan tanpa beban ketika aku
melihat dicermin yang memang tersedia di dekat toilet. Aku akan menunggu
istriku didekat halaman parkir mobil supaya memudahkanku untuk
mengintai kedatangan istriku. Jangan sampai nanti aku malah kehilangan
jejak karena suasana yang cukup ramai hari ini distasiun.
Rasa kantuk mulai menjalari kelopak mataku, berkali-kali mata ini
terpejam dan kemudian terbangun lagi takut jika aku tidak tahu jika
istriku sudah datang, beberapa bungkus plastic berisi kopi hitam yang
kuminum ternyata tidak juga mampu menghilangkan kantuk ku. Kulihat
arloji ditanganku, 14.40, hampir 1 jam aku menunggu kedatangan istriku,
dan 10 menit lagi kereta yang ditumpangi pardi akan tiba distasiun. Dari
ujung jalan kulihat sedan Honda Civic hitam yang dikendarai istriku,
aku yakin karena aku hapal dengan plat nomor polisinya N xxxx BC. Mobil
itu kemudian diarahkan oleh tukang parkir ketempat yang kosong dan
letaknya diujung.
“prriiiitt priiitt…. Maju bu depan ada yang kosong” kudengar teriakan tukang parkir
“iya bu teruus mundurr teruus buuu pelan-pelan” tangan tukang parkir memberi kode pada istriku.
Kulihat tukang parkir itu mencatat nopol kendaraan istriku disecarik
kertas kecil seperti punyaku ketika parkir motor tadi. Dan tak lama
kemudian kulihat pintu depan sebelah kanan terbuka, kaki yang jenjang
dengan betis membunting padi memijak pada aspal dibawahnya, selaras
sekali dengan sandal highhills putih gading yang dia pakai saat itu.
Kemudian disusul oleh kaki kirinya hingga semua sudah berpijak kulihat
istriku turun dari mobil. Aku terperangah dengan penampilan istriku yang
siang ini sangat mempesona, seksi namun elegan. Istriku mengenakan rok
dress diatas lutut dengan renda-renda diujungnya, sementara dibagian
atas istriku memakai dress yang cukup ketat dibagian dada namun longgar
pada bagian perut karena itu merupakan dress santai, apalagi dress itu
juga berbelahan dada rendah yang tidak hanya memperlihatkan belahan dada
istriku namun juga bongkahan payudaranya yang besar dan montok itu.
Dress atasan itu menggunakan tali diatas pundak sebagai penyangganya,
sehingga aku semakin yakin istriku saat ini tidak mengenakan BH karena
tidak kulihat adanya tali lain dipundak istriku. Pantas saja cetakan
payudara istriku Nampak sekali “alami” meskipun putting susunya tidak
terlihat menonjol. Biasanya dress itu dipakai istriku bersama dengan
cardigan namun sepertinya cardigannya ditinggal dirumah dan tidak
dibawa.
“pakk pakk heii pakk” sapa itriku ambil mengayunkan telapak tangannya didepan wajah tukang parkir itu.
“eehhhh maaf maaf bu, hehehe” jawabnya cengengesan
“mikirin apa pak sampe mlongo kayak gitu” balas istriku sambil tersenyum
“ada bidadari cantik turun dari mobil bu, gimana saya gak terpesona, hhehe” jawabnya terang-terangan
“ah bapak ini bisa aja, saya kan sudah ndak muda lagi pa, anak saya saja
sudah 2” istriku memperlihatkan cincin kawin dijari manis kanannya
“buseettt, saya pikir ibu masih mahasiswa, cantik e apalagi masih muda.
Lagi jemput suaminya ya bu?” sambung tukang parkir sambil menyerahkan
karcis ditangannya
“bapak ini pengen tahu saja sih, sebentar ya pak”, istriku tersenyum dan kemudian berbalik mencari uang receh di dashboard,
mungkin istriku ingin menggoda tukang parkir itu, karena posisi istriku
yang tengah melongok kedalam mobil, sehingga kini posisinya seperti
menungging, memperlihatkan kemulusan kulit pahanya, beberapa kali angin
yang cukup nakal menyingkap kain rok dress yang dipakai istriku hingga
memperlihatkan celana dalam yang menutupi bongkahan pantatnya itu.
Otomatis tukang parkir itu meneguk ludah melihat indahnya pemandangan
dari tubuh istriku. Cukup lama istriku diposisi tersebut, berpura-pura
mencari uang receh.
“sebentar ya pak, ini saya masih mencari uangnya dulu” sahut istriku disela-sela ia mencari didashboard mobil.
“iii yyaaa bu gak apa” tukang parkir itu tergagap sambil menjawab
istriku, tangannya dengan cepat berusaha membetulkan posisi penisnya
yang keluar jalur karena ereksi.
“Gila, Disha semakin berani dia mempertunjukkan keseksian tubuhnya pada
orang siang hari begini apalagi ini tempat umum” gumamku yang melihat
dari kejauhan.
“aduuhh” tiba-tiba istriku mengaduh kesakitan
Istriku memeganggi tangan kirinya yang tadi bertumpu pada kursi kemudi, dan kulihat dia meringis kesakitan.
“kkkenapa bu?” tukang parkir itu panic
“terkilir pak tangan saya, adduhhh” jawab itriku sambil duduk di kursi kemudi.
“sini buu coba saya lihat” tukang parkir itu kemudian berjalan mendekat
Posisi tukang parkir yang berdiri sementara istriku duduk sehingga
membuat nya lebih rendah, membuat tukang parkir itu semakin leluasa
menikmati pemandangan payudara istriku yang indah itu. Berkali kali dia
meneguk ludah karena menahan gejolak birahi yang menjalarinya. Aku
segera berusaha pindah tempat untuk bias melihat apa yang mereka
kerjakan karena posisiku melihat sekarang tertutup pintu mobil yang
terbuka.aku berjalan dan mengambil posisi duduk diseberang mereka,
sedikit tertutup mobil, hal ini justru menguntungkanku karena posisiku
tidak gampang terlihat. Aku duduk diatas pot beton yang sengaja dibuat
permanen oleh dinas tata kota, dari tempatku cukup terlihat jelas apa
yang mereka lakukan. Tukang parkir itu berusaha mengurut pergelangan
tangan istriku, namun sorot matanya tajam kearah payudaranya. Tatapan
lapar yang sepeti menelanjangi pakaian yang istriku kenakan.
“Adduuhh pak pelan sakit” jerit istriku
“iyyaa bu, sayangsaya tidak punya balsam disini”
“kebetulan saya bawa counterpein pak, ada didasbord sana depan kursi
penumpang, tolong bapak ambilkan ya, lewat sini saja biar lebih cepat”
Bukannya dia memutar agar lebih mudah mencari didashbord depan kursi
penumpang, namun justru istriku menyuruhnya mencari lewat ruang kemudi,
tukang parkir itu kemudian melongokkan badannya kedalam. Tentu saja
posisi itu cukup sulit karena terhalang istriku.
“pperrmisi bu, tolong agak bergeser kekanan sedikit bu”tukang parkir itu
sengaja memanfaatkan kesempatan yang diberikan istriku, kulihat lengan
kirinya yang hendak dipakai bertumpu, bahunya sengaja digesekkan kearah
payudara istriku, dan tentunya mau tak mau istriku melebarkan pahanya
sehingga tangan kiri tukang parkir tadi tepat bertumpu didepan
selakangan istriku. Kulihat rok istriku ikut tersibak akibat gerakan
tukang parkir tadi, dan tidak hanya memperlihatkan kemulusan pahanya
namun juga keindahan pangkal pahanya yang tertutup celana dalam.
“assshhhh” desis istriku lirih ketika pergelangan tangan tukang parkir
itu menekan-nekan liang senggama istriku yang masih tertutup celana
dalam. Tukang parkir itu sengaja berlama-lama mencari krim pereda nyeri
supaya dapat lebih lama mengerjai istriku. Apalagi dia juga mendengar
istriku memdesis lirih tadi yang menandakan bahwa ia juga terangsang dan
sepertinya memberikannya kesempatan alias lampu hiju untuk berbuat
lebih jauh lagi. Tukang parkir yang tadinya menggenggampun akhinya
membuka genggamannya dan menggunakan ibu jarinya untuk menekan-nekan
diluar liang senggama istriku yang kuyakin sudah lembab karena dia juga
terangsang.
“aassshhh pakhh kok lamaa” desah istriku tertahan, mata istriku semakin
sayu, pipinya memerah karena perbuatan tukang parkir itu.
“ iya bu, sebentar lagi yaaa” sahut tukang parkir dengan entengnya. Aku
sendiri pun kurang paham apa maud dari kata-kata tukang parkir tadi
dengan “sebentar lagi”, apa maksudnya belum menemukan yang dicari atu
apa belum puas mengerjai istriku.
“iiiiiyyyahhh pakkhh” jawab istriku dengan mendongakkan kepalanya.
istriku tidak dapat menyembunyikan sensasi rangsangan yang diberikan
oleh tukang parkir itu melalui ibu jarinya yang terus menekan-nekan
liang senggamanya dari luar celana dalam.
“Asshhhh asshhhhh” istriku mendesah dengan menggigit bibir bawahnya untuk mengecilkan suara desahannya
Namun tiba-tiba tukang parkir itu mengangkat tangan yang tadi bertumpu
didepan pangkal paha istriku dan dia pun semakin maju kearah kursi
penumpang, akibatnya kini badan tukang parkir itu semakin memepet
istriku terutama bagian pinggulnya yang menyangkut di selakangan
istriku, aku yakin istriku dapat measakan tonjolan batang penis dtukang
parkir itu dibalik celana kolor yang diapakai, dan dengan kurang ajarnya
tukang parikr itu berusaha mengepaskan posisi tonjolan batang penisnya
pada selakangan istriku. Ediaaannn gillaaa, istriku seperti menikmati
perbuatan tukang parkir itu ketika dia mendorong-dorongkan tonjolan
penisnya kearah liang kenikmatan istriku, matanya terpejam dan
digigitnya bibir bawah menahan birahi yang meletup-letup didadanya.
Cukup lama tukang parkir itu menggesekkan tonjolan penisnya hingga akhirnya kudengar di seperti berjakulasi,
“ohhhhhhh haaasshhhh” lenguhan lirih tukang prkir itu terdengar dari dalam mobil
“nah ini bu sudah ketemu setelh hamper 10 menit mencari” sahut tukang parkir dengan wajah merah padam kepanasan menahan birahi
Dia kembali beringsut kebelakang dan melihat pemandangan indah didepan
matanya, dari tempatku terlihat jelas payudara kiri istriku hampir
mencuat keluar dari balik dressnya karena tali penyangga dipundaknya
tadi telah jatuh kelengan sehingga membuat penutup yang ada dipaudaranya
ikut tersingkap, apalagi posisi istriku yang mengakang memperlihatkan
kemulusan paha dan liang senggamanya yang tertutup celana dalam yang
sudah basah akibat rok dressnya tersingkap.
“sini bu lengannya saya urut lagi” tukang parkir itu seolah tidak terkejut dengan pemandangan indah didepan matanya.
Istriku pun kemudian mengulurkan lengannya sambil membetulkan posisi
tali dress nya sehingga payudaranya yang hamper mencuat keluar tertutup
lagi. Meski demikian istriku juga tidak Nampak panic bahkan rok dress
yang tersingkap tadi tetap dibiarkannya. Tukang parkir itu
terengah-engah melihat pemandangan yang menggugah nafsu setiap pria
apabila melihatnya, punggungnya brgerk naik turun dengan cepat seiring
dengusan nafas.
“sudah enakan belum bu?” Tanya tukang parkir
“belum mas, ini masih sedikit tanggung tekanan tangannya mas” jawab istriku dengan wajah sayu
“mmm, jadi ibu ma…” belum selesei tukang parkir itu meneruskan ucapannya, tiba-tiba smartphone istriku berbunyi
“Kamu inginkan aku
Peluk aku cium aku
Kamu inginkan aku
Ingin bercinta dengan ku
Mari semua dansa dengan ku
Dekap aku dan hanyutkan ku
Dengan irama yang menggoda
Melepaskan hasrat dirimu”
Istriku terlihat buru-buru menjawab teleponnya, yang ternyata dari pardi
karena dia sudah turun dari kereta dan menunggu didalam.
“ha hhalo mas” jawab istriku terengah
“kok lama sih mbak, ini aku sudah sampai distasiun dari 15 menit yang lalu” jawab pardi spertinya kesal
“oia, permintaanku tadi tidak lupa kan?” tambah pardi lagi
“iyya maaf mas, ini sudah diparkiran kok, tunggu sebentar ya”
“tenang aja mas, ini aku pakai kok mas”
“iya mbak, jangan lama!”
“hufffttt” istriku mendengus perlahan karena birahinya masih belum terpuaskan
“dari suaminya ya bu?wah beruntung banget suaminya punya istri secantik dan semolek ibu” sahut tukang parkir tiba-tiba
“ah mau tau saja bapak ini” sahut istriku sambil berdiri,
namun dengan sengaja dia pura-pura terjatuh dan dengan cepat meremas
batang penis tukang parkir dari balik celana kolornya. Kejadian itu
begitu cepat sehingga belum sempat tukang parkir itu sadar istriku udah
berdiri lagi sambil menutup pintu, dia berjalan menjauh, lalu dia
membalikkan kepala sambil menyibakkan rambutnya dan melempar senyum
kearah tukang parkir yang masih terbengong-bengong terpesona akan
perbuatan dan kecantikan istriku. Sebuah senyuman dengan wajah sayu
terlihat sangat manis sekali menurutku, sebuah senyuman yang
mengisyaratkan untuk mengajak merengkuh kenikmatan darinya. Tukang
parkir itu tetap terpaku terdiam seperti patung melihat senyum manis
istriku barusan. Senyum disha memang begitu indah… aku pun ikut
meninggalkan tukang parkir itu ketika istriku melewati tempatku duduk,
dan aku berjalan agak menjaga jarak agar dia tidak curiga sambil
berpikir apa permintaan si pardi tadi ya???
Dari kejauhan aku melihat disha berusaha mencari pardi diantara
kerumunan orang, semenjak masuk stasiun istriku cukup menarik perhatian
orang dengan penampilannya yang seksi itu, aku melihat banyak sekali
mata para hidung belang yang menatap istriku ketika berjalan seolah
seperti tengah menelanjanginya, namun disha cuek saja bahkan beberapa
kali dia melempar senyuman manis kepada bapak-bapak atau mas-mas petugas
KA, pedagang asongan ataupun penumpang lainnya ketika dia mencari pardi
tadi. tak lama kemudian dia melihat ponselnya dan langsung memasukkan
lagi kedalam tas yang dibawanya lantas segera melangkahkan kaki kearah
mushola. Aku mengendap-endap membuntutinya meskipun aku yakin bahwa
istriku tersebut tidak akan mengenali diriku. Aku mengambil posisi duduk
dikursi tunggu penumpang yang cukup banyak pula orang disana.
“waahh mas maaf ya nunggu lama, ini tadi tanganku terkilir” disha menyapa pardi dan menunjukkan tangannya yang terkilir tadi
“elalah mbak, tak kira mbak lupa kalau hari ini jemput aku di stasiun, nunggu lama ini tadi” pardi berbicara dengan nada sebal
“iyaa iyaa maaf mas, ayok mas kita cabut dulu, gerah disini, panas juga”
istriku mengibas-ibaskan ujung dress nya dibagian dada yang tentu
membuat pardi menelan ludah
“wiih, tambah montok aja teteknya mbak” sahut pardi santai memandangi
kemontokan payudara istriku tanpa memperdulikan jika dikiri-kanannya
ramai orang
“ehh mas pardi ini, malu mas ada banyak orang” istriku terlihat sedikit
panik karena ternyata disekitar mushola banyak laki-laki bertampang
sangar
“ayook ah mas kita jalan” pinta istriku, tangannya berusaha meraih tangan pardi
“iyaa iyaa mbak” pardi menggapai tangan disha dan kemudian berdiri.
Namun tanpa diduga-duga, ketika hendak berjalan melangkah meninggalkan
tempat itu, pardi dengan kurang ajarnya memasukkan tangan kirinya
kebawah rok dress yang dipakai istriku dan kemudian meremasnya.
“awww” pekik istriku kaget yang kemudian menepis tangan nakal pardi
“hahaha…” melihat hal itu pardi tertawa senang, apalagi kejadian tadi
juga dinikmati beberapa pasang mata yang melihat keindahan dan
kemontokan pantat istriku. Mereka kemudian melanjutkan langkahnya, dan
bebrapa dari bapak-bapak itu ada yang bersiul dan berujar jorok terhadap
istriku
“wah enak nih panas-panas minum susu segar”
“putih coy, garai ngaceng ae”
“bagi-bagi mas mbak e itu”
Pardi yang mendengar itu menoleh dan mengacungkan kedua ibu jarinya dan
tersenyum kearah bapak-bapak itu, seolah-olah dia beruntung bias
berjalan dan bahkan bias menggauli disha istriku yang cantik dan
meninggalkan pria-pria kesepian distasiun.
Aku menunggu tempo yang pas untuk membuntuti mereka, jangan sampai aku
kehilangan jejak mereka mau kemana. Ternyata mereka masih berdiri
didekat pintu masuk, entah apa yang mereka bicarakan, sepertinya pardi
kembali kesal dengan istriku.
“terus mas pardi maunya bagaimana?” Tanya istriku bingung
“ya terserah mbak, gimana ngaturnya, yang jelas aku maunya tinggal dirumah mbak” sahut pardi tegas
“tapi dirumah kan ada suami dan anak-anakku mas”, sepertinya mereka memperdebatkan tempat tinggal pardi nantinya
“terserahlah, kalau mbak gak mau aku bakal bilang ke suami mbak dan juga
keluarga besar suami mbak dikampung sana bahwa mbak wanita gatel yang
suka dientot kontol gede!” pardi mulai marah, dan hal tersebut membuat
beberapa orang mengarahkan pandangan kearah mereka. Sepertinya pardi
memang tidak perduli dengan keadaan istriku dan tak ragu untuk
membuatnya malu
“mas pardi, kamu keterlaluan! Ya sudah aku turuti apa mau mas pardi,
tapi mas pardi harus janji, mengikuti apa kata-kataku selama mas pardi
tinggal disana nanti” istriku mulai menitikan air mata sambil mengatakan
hal tersebut
Aku kasihan melihat disha, istri yang kucintai ditekan sedemikian rupa
oleh orang yang pernah meneguk nikmatnya madu yang diraihnya
bersama-sama dengan orang itu, namun justru itu kini menyulitkan
dirinya.
“ya sudah ayo jalan, kita makan dimana nanti?” Tanya pardi kembali
“ke jalan suhat saja, disana banyak tempat makan”
Kemudian mereka berdua berjalan kedalam mobil tempat istriku diparkir,
dan sepanjang jalan itu pula tangan jahil pardi meremasi pantat istriku
diluar rok dressnya, beberapa kali pula disha berusaha menepis tangan
pardi, namun akhirnya dia seperti menyerah dan membiarkan dirinya
dilecehkan oleh pardi dan ditatap belasan pasang mata yang ada ditempat
itu.
Tukang parkir yang tadi tersenyum-senyum ketika melihat istriku wajahnya
cemberut dilecehkan oleh pardi. mereka memasuki mobil, perlahan mobil
itu berjalan pelan meninggalkan komplek stasiun.
“mbak, aku juga pengen” teriak tukang parkir itu setelah mobil istriku
berjalan menjauh, hal tersebut membuat beberapa pedagang asongan
berkumpul disekeliling tukang parkir menanyakan siapa perempuan barusan
yang naik mobil tadi
Tukang parkir : “ndak kenal juga sih pak di, tapi memang agak gatel itu perempuan”
Asongan 1 : “gatel gimana ta jo?”
Tukang parkir : “ya itu pak, suka dientot”
Asongan 2 : “ah masak jo?tau dari mana kamu?”
Kemudian tukang parkir itu kudengar menceritakan dengan detil peristiwa yang dialaminya tadi dengan istriku.
Asongan 1 : “buseett, beruntung banget kamu jo, bias merasakan angetnya tempik bini orang, canti lagi itu perempuan”
Asongan 2 : “iya nih jo, kalau tau dia sudah basah, kok gak kamu garap saja itu bini orang?”
Tukang parkir : “pengennya sih gitu pak, kontholku ini juga sudah
ngaceng berat dari tadi” sahutnya sambil menunjukkan batang penisnya
yang besar namun pendek
Asongan 2 : “hehh jo, nggilani kamu ini, masukin gak atau tak sentil
kontholmu itu” rupanya pedagang asongan itu jijik juga melihat batang
orang lain
Asongan 1 : “lha teru kenapa jo kok gak jadi kamu entot tadi?”
Tukang parkir : “gimana mau tak entot pak di, pak man, lha pas lagi
tegang-tegangnya hp nya ibu itu bunyi, kayaknya sudah ditunggu mas mas
tadi lho”
Asongan 2 : “eman e jo, kapan lagi kamu dapat gratisan kayak gitu”
Asongan 1 : “ huuuuuu” dan kedua pedagang asongan itu mengacak-acak rambut tukang parkir karena kecewa
Aku yang melihat kejadian lucu itupun ikut tersenyum dibalik masker yang
kupakai. Aku bergegas ke tempat motorku terparkir, karena letaknya
berbeda dengan lokasi parkir untuk mobil. Tiba-tiba aku teringat dengan
anak-anakku, duhh gimana ini aku harus mengikuti mereka, namun siapa
nanti yang akan menjemput anakku.
“Arrgghhhhh shhiittt”, umpatku dalam-dalam
POV Disha
Kesal sekali aku terhadap sikap pardi yang sama sekali tidak
menghargaiku dan seperti sengaja mempermalukanku dengan kata-kata dan
tingkahnya barusan. Kupacu mobil ini bergegas meninggalkan stasiun,
menuju jalan soekarno hatta untuk mencari makan siang. Sementara pardi
duduk disebelahku sibuk dengan teleponnya yang kudengar sedang
menghubungi seseorang jika dia sudah sampai disini.
“oia mas, mas pardi kok bisa dapat no hp ku dari mana?” tanyaku mencoba
menyelidiki bagaimana bisa pardi mendapatkan nomor ponselku
“kan mbak sendiri yang dulu menyuruh aku buat main kerumah, eh pas kesana mbak sudah balik” jawab pardi santai
“terus???” aku mengejarnya dengan pertanyaanku
“ya sudah, aku tanyakan saja sama keponakanmu yang dirumah, aku bilang
saja kalau kemarin aku ada titipan buat kamu, jadi sama keponakanmu tadi
diberikan deh no ponselmu mbak”
Sial bener itu budi sama sandi gumamku, aku kembali fokus mengemudi
menyusuri jalan raya yang sore ini cukup ramai, namun tiba-tiba aku
dikagetkan dengan elusan tangan pada pahaku.
“mas, apaan sih, ini aku sedang fokus nyetir, jalannya cukup ramai”
“kamu kalau marah-marah gini jadi makin cantik aja mbak”, sahutnya
dengan senyum-senyum namun tangannya tetap saja tidak lepas dari paha
mulusku namun malah semakin nekat mengelusi pahaku semakin keatas masuk
kedalam rok dress yang kupakai.
“mas tolong hentikan dulu, aku gak mau kita kenapa-kenapa apalagi kita
sekarang ada dalam satu mobil” aku berusaha mencegah pardi dan menepis
tangannya,
“santai sajalah mbak, gak usah sok jaim apalagi sok jual mahal gitu lah,
kita kan sama-sama tau mbak itu bagaimana” sergahnya sambil tersenyum
dan tangannya mulai lagi mengelusi pahaku . mendengar kata-katanya aku
terdiam dan mengingat kejadian dimalam itu dimana ketika itu aku dengan
sengaja ingin memamerkan keindahan tubuhku di malam hari pada keramaian,
yang tentunya akan memberikan sensasi tersendiri bagiku. Namun
sepertinya kecerobohanku saat itu karena aku terbuai kenikmatan ketika
ada seorang pemuda dibelakangku dengan sengaja berusaha melecehkan aku,
ditempelkannya batang kontolnya kebelahan pantatku yang saat itu aku
benar-benar menikmati sensasi yang kucari, hingga akhirnya aku semakin
pasrah dengan berbagai tindakannya termasuk ketika aku membiarkannya
menyelipkan batang kontolnya yang besar dan panjang itu ditengah
kerumunan orang. Memang sensasi persetubuhan yang kualami saat itu
sangat nikmat dan semakin membuatku terbuai dan bahkan aku menuruti
ajakannya untuk mencari tempat yang lebih aman untuk menuntaskan birahi
kami yang tanggung sebelumnya, ya ditengah ladang tebu, aku disetubuhi
habis-habisan olehnya, batang kontolnya menusuk, menghujam,
mengaduk-aduk liang senggamaku yang harusnya hanya boleh dilakukan oleh
mas fais suamiku. Tetapi saat itu aku mendapatkan kepuasan darinya,
permainannya dalam menyetubuhiku benar-benar membiusku, seperti senyawa
Methylene Dioxy Meth Amphetamine yang umum ada dalam kandungan pil haram
ekstasi. Gesekan batang penisnya dalam dinding liang senggamaku begitu
kerasa karena batang penisnya dihiasi urat-urat yang menonjol, yang
ketika dia menarik batang penisnya dinding liang senggamaku seperti ikut
tertarik begitu pula ketika dia menghujamkan batang penisnya
dalam-dalam.
Damn, kenapa aku jadi melamun jauh seperti ini, untung saja aku masih
mampu mengendalikan laju mobil yang kukemudikan. Namun tak terasa
lamunanku tadi membuat selakanganku kembali basah, dan tanpa kusadari
tangan pardi sudah sampai disana.
“wah sudah basah rupanya mbak, hahahaha” dia mentertawakan aku karena mengetahui aku terangsang
“bilang aja mbak kalau pengen mbak, gak usah jutek begitu” tangannya terus berusaha memasuki celah celana dalamku
“ahhh masssshh” aku mendesah begitu ujung jarinya menyentuh bibir
memekku. Pardi memasukkan jari telunjukknya mengaduk-aduk liang
senggamaku, rasanya geli dan nikmat.
“mashh jangan ahhh ashhhh” aku menolak perlakuannya namun isyarat
tubuhku mengatakan sebaliknya, liang senggamaku semakin lembab oleh
rangsangan yang dilakukannya. Aku memelankan laju mobilku menghindari
hal-hal yang tidak kuingankan
“ashhhh ahhhhh masshhhhh, oouuhhhhh” aku melenguh panjang ketika ujung
jarinya menusuk dalam-dalam keliang senggamaku, dan kini ibu jarinya
juga ikut menggesek-gesek itilku. Aku menggelinjang dirangsang
sedemikian rupa.
“aku kangen mbak dengan seponganmu” sahutnya tiba-tiba sambil menurunkan
resleting celana jeans yang dia pakai. Dan sekarang disebelahku, sudah
mengacung tegak dan kokoh batang kontol yang pernah memberikan aku
kepuasan. Nampak jelas sekali tonjolan urat pada permukaan batang
kontolnya, yang dulu hanya dapat kurasakan, namun sekarang jelas sekali
terlihat. Pantas saja aku liang senggamaku sangat sesak oleh hujamannya
karena memang batang kontol pardi berukuran super, sebelas dua belas lah
dengan milik mas teguh, namun bedanya batang kontol milik pardi seperti
jauh lebih ‘lempeng’.
Tanpa sadar aku arahkan tangan kiriku untuk membelai batang kontol pardi
yang sudah ereksi dengan maksimal, aku elus dengan telapak tanganku
yang halus dan lembut sehingga membuatnya kegelian
“mbaakk geli banget sumpah, gila mbakk tanganmu lembut banget”
Kata-kata pardi barusan semakin membiusku, kugenggam batang kontolnya
namun tetap saja aku tidak mampu menggemnya secara penuh, perlahan aku
kocok batang kontol pardi dan dia semakin keenakan karenanya. Sementara
tangan pardi tidak berhenti menusuk-nusuk liang senggamaku, bahkan kini
semakin cepat, membuatku meracau keenakan.
“aasshhhh massshh parddiiii nikmmaattttt”,
Dengan hati-hati aku menepikan mobilku, aku tidak ingat ini berada
didaerah mana, karena aku sudah kehilangan sedkit kesadaranku saat tadi
mengemudi, dan kini yang kulihat sebuah jalan yang cukup lenggang yang
sepi dan kiri kanannya terdapat hamparan hijau persawahan. Melihat
kondisi yang cukup aman tersebut, pardi menyibakkan ujung rok dressku
keatas memperlihatkan selakanganku yang menggembung karena tangan pardi
tengah mengaduk-aduk liang senggamaku. Pardi dengan tergesa-gesa menarik
turun celana dalamku, aku membantunya dengan mengangkat sedikit pantat
ku agar dia mudah melolosi celana dalam yang kukenakan. Kulihat celana
dalam itu dengan cepat meluncur menyusuri paha dan betiku. Kini
dihadapannya terpampanglah liang senggamaku, yang seharusnya hanya dapat
dinikmati oleh mas fais, namun kini terhidang untuk dinikmati oleh
pardi, tetangga suamiku dari kampung halamannya.
“indah sekali memekmu mbak, tembam dan memerah” ujarnya memujiku
Pipiku merona akibat sanjungan yang diberikannya kepadaku, aku gapai
kepala pardi dan sedikit kutekan kearah selakanganku, rupaya dia
mengerti maksudku. Aku ubah posisi kursiku sehingga agak rebah, dan oleh
pardi kakiku diangkat sehingga posisiku kini rebah kearahnya dengan
kakiku yang terbuka lebar-lebar. Dan yang kutunggu pun, kurasakan sebuah
sapuan hangat pada bibir memekku yang tembam itu, “asssshhhhh” desahku
perlahan. Pardi dengan semangat menjilati liang senggamaku, berkali-kali
lidahnya menusuk-nusuk lipatan mememkku berusaha menerobos sempitnya
liang senggamaku ini, dan tangannyapun memelintir itilku sehingga aku
terus-terusan mendesah karenanya
“giiilaaaaa maassss ennnaaaaaaaakkkkk”
“teruussss masshhhh terruuuussss, yang dhaalamm maasss”
Pardi terus memberikanku kenikmatan dengan permainan lidahnya itu,
hingga akhirnya aku seperti ada yang ingin keluar, ya aku hendak meraih
orgasmeku dari jilatan lidah pardi pada liang senggamaku. Tangan pardi
yang satunya menyusup kedalam baju dress ku yang cukup longgar dibawah,
dan kemudian dengan mudahnya menggapai payudaraku, diremasinya
payudaraku dengan gemas
“iiyyaa masshh ittu milikmuuh mashh”
“aahhhhs masss niikmaatt gillakkkk”racaukanku tidak berhenti karena
dorongan birahiku yang kuat, ketika payudaraku itu diremasi oleh pardi.
Belum pernah aku mendapatkan kenikmatan seperti ini ketika bersetubuh
dengan mas fais suamiku, pardi memang pandai dalam memberikan kepuasan
seksual kepadaku, mampu memancing birahiku hingga membuatku terbakar,
panan dingin karenanya. Aku sudah tidak ingat lagi dengan rasa kesalku
pada pardi tadi, bahkan dengan perlakuannya yang melecehkanku
terang-terangan didepan umum tadi aku juga sudah lupa, yang ada ganti
rasa birahi yang ingin dipuaskan olehnya.
“maasshhhh aku keluuaarrrrr, assshhhhhhh ashhhhhh” lenguhku panjang
menjemput orgasmeku, pardi bukannya menghentikan jilatannya namun justru
tambah semangat menjilati liang senggamaku, menyapu setiap cairan cinta
yang kukeluarkan.
“hhhh hhh hhh” nafasku memburu mendapatkan orgasme pertamaku sore ini,
badanku terasa lemas, tulang-tulang punggungku seperti dilolosi oleh
tenaga yang menekanku dari atas, pardi pun menghentikan aktifitasnya dan
membiarkanku menikmati sisa-sisa orgasmeku barusan. Aku tergolek
dikursi kemudi dengan mata terpejam dan kedua pahaku yang terbuka lebar,
memperlihatkan keindahan liang senggamaku yang aku yakin mampu membuat
setiap laki-laki ereksi karenanya.
Kurang lebih 5 menit kemudian aku mendapatkan kembali sedikit tenagaku, aku melihat pardi dan dia tersenyum kepadaku,
“ayo mbak, dilanjutkan lagi”, dia kemudian bergeser kekursi belakang
tanpa keluar dari pintu, kursi penumpang yang didudukinya telah
direbahkannya, dia melangkah kebelakang dan bersandar dikursi baris
kedua, diturunkkannya celana jeans yang dia pakai sebatas betisnya.
Setelah ltu direngkuhnya badanku kebelakang dan akupun bersandar
disebelahnya, pardi memalingkan wajahku dan mulai mencumbuiku.
“ahhh masss” pardi mencumbui leher jenjangku, disibakkannya rambutku
yang menghalanginya, aku sedikit mengaduh ketika dia menghisap kuat-kuat
leherku yang indah ini.
“aaww mass pela-pelan sakit, jangan sampai berbekas mas, nanti suamiku
curiga” ujarku, namun dia hanya memandangiku sambil tersenyum saja, dan
kembali mencumbuiku, kembali kurasakan rasa nyaman dari cumbuannya,
tangan pardi pun tak tinggal diam, diturunkannya tali penyangga dressku
dipundak sehingga dengan mudah dia bisa menyingkap turun dressku yang
menutupi payudaraku. Kini liang senggama dan payudaraku sudah terpampang
bebas didepannya, diremasinya kedua payudaraku, saat dia mencumbu leher
dan belakang telingaku,
“aaahhhh massshh” aku meremas kuat lengannya karena aku tidak tahan bila
bagian belakang telingaku dicumbui, karena itu adalah salah satu G-spot
pada tubuhku, pardi yang menyadari itu terus melanjutkan cumbuannya
disana, dan semakin membuarku mendesah dan meracau tidak karuan.
“maasshhh stoopp masshh aahhhhh masshhh” suaraku menggema didalam mobil,
Meskipun AC tetap kunyalakan, namun peluh juga membasahi tubuh kami,
sangat hot permainan yang diberikan pardi, hingga aku kewalahan
mengimbanginya. Pardi kemudian mengarahkan cumbuannya ke keningku,
dikecupnya mesra keningku dan kemudian turun mencium hidung mancungku,
ciumannya kemudian mengarah kekedua pipiku hingga aku teringat saat aku
kuliah dulu bercumbu dengan mantan-mantan pacarku. Selanjutnya ciumannya
turun kebibirku yang sejak tadi sedikit terbuka menunggu ciuman
darinya. Kami seperti orang yang berpacaran saat ini, diperlakukannya
aku dengan lembut dan mesra, membuatku melupakan siapa dia yang tengah
mencumbuiku, siapakah aku saat ini yang sudah menjadi istri sah dari mas
fais suamiku, dan dimana kami sekarang berada, aku dimabukkan oleh
candu asmara permainan cinta pardi. Tangan pardi tak henti-hentinya
meremasi payudaraku, dipilin-pilinnya putting susu ku, ditarik-tarik
kecil hingga aku menggelinjang jalang. Tangan pardi yang satunya
mengarah keliang senggamaku, dimasukkan lagi jari telunjuk pardi
kedalamnya, ditusuk-tusukkan dengan cepat jari tersebut yang semakin
mudah karena kini celana dalamku sudah terlepas. Pardi benar-benar
mengeksploitasi tubuhku tanpa terkecuali, mungkin dia tidak ingin
menyia-nyiakan kesempatan yang jarang dia dapatkan, dapat meniduri istri
orang yang cantik sepertiku.
Tanganku yang tadi pasif, mulai menggenggam batang penis pardi, kukocok
batang penis itu hingga memerah pada ujungnya. Hal itu membuat pardi
semakin kesetanan menciumi bibirku, lidahku yang terpagut dengan
lidahnya, dihisapnya kuat-kuat. Dan remasan payudaraku juga semakin kuat
dia perbuat. Meskipun sedikit nyeri, namun kenikmatan yang kudapatkan
jauh dari itu.
“mas, aku sepong yah hhh hhh???” ujarku ketika aku melepaskan diri dari pagutannya
Tanpa menunggu jawaban darinya aku mulai menciumi batang penisnya yang
panjang dan berurat itu, aku jilati dari ujung kepala penisnya hingga
kantung kemihnya yang ditumbuhi rambut yang tertata cukup rapi. Aku emut
perlahan kepala penisnya dan mulai seponganku, kusedot kuat-kuat dan
kumasukkan batang penis itu dalam-dalam ke mulutku, meski aku sudah
berusaha semaksimal mungkin melebarkan mulutku, namun aku sangat
kesulitan untuk mengulumnya, dan bahkan meski sampai mentok ke
tenggorokanku, masih menyisakan batang penis yang tidak mampu aku
tamping semuanya, sungguh batang penis super milik pardi ini. Seandainya
saja penis mas fais bias segagah batang penis pardi mungkin aku dapat
kepuasan tiap saat. Pardi Nampak keenakan ketika aku mengulum dan
menyedot batang penisnya, tangannya menggapai payudaraku yang tergantung
bebas untuk diremasi, tanpa aku duga-duga karena saat ini posisiku
sedikit menungging, pardi merebahkan diri dan mengakangkan kedua pahaku
diantara kepalanya, dan dia mulai menjilati liang senggamaku yang haus
akan kepuasan,
“asshhhhh” desisku tertahan karena aku tengah asyik mengulum batang
penisnya, mendapat rangsangan tersebut, aku tidak mau kalah darinya yang
juga tengah menjilati memekku. Posisi kami sekarang seperti posisi 69
namun kurang sempurna karena kondisi tempat yang seadanya, jilatan pardi
menusuk-nusuk lipatan dinding memekku, keras dan hangat kurasakan
apalagi dia juga senang merangsang itilku. Setelah beberapa lama memekku
dijilatinya, aku merasakan gelombang orgasme yang bergejolak dalam
diriku, aku akan keluar lagi… ini gila, padahal aku hanya dijilati saja
dengan lidahnya namun itu mampu menghantarkanku meraih orgasme untuk
yang kedua kalinya sebelum penetrasi.
“maasshhh aku gakkk kuatttt asshhhhh, giilllaakkk ennaaakk bangeethh
massss…..” aku mendesah menahan gelombang orgasme yang datang, dan
bersama dengan itu tubuhku mendongak keatas disertai lelehan cairan
cintaku yang kemudian jilatinya hingga bersih.
Aku masih terkulai lemas ketika pardi mulai berdiri membetulkan
posisinya, ditariknya pantatku dan diarahkannya ke batang penisnya yang
mengacung gagah, mengkilat akibat jilatan yang kulakukan. Tak menunggu
seperti tadi, kini pardi mulai memasukkan batang penisnya kedalam liang
senggamaku,
“aaggghhhh, pelan-pelan masss, sesaghh” pintaku padanya karena batang penisnya yang besar itu
‘bllleeesss’ masuklah batang penis pardi, ditekannya perlahan dan semakin membuatku merintih kesakitan
“aahhhhh”
Dan dengan sekali tekan, masuklah separuh batang penis pardi hingga
menyodok dinding rahimku, memekku terasa sangat penuh dengan batang
penisnya itu, berbeda sekali ketika aku disetubuhi suamiku. Memang sejak
persetubuhan pertamaku dengan mas teguh dulu, kini aku tidak lagi
merasakan nikmatnya disetubuhi oleh suamiku. Dan hal ini menuntutku
untuk mencari kepuasan yang lain agar birahiku terpuaskan.
Mulailah diayunkan pinggul pardi, dinding memekku tertarik keluar ketika
dia menarik batang penisnya dan dinding memekku kembali terlipat
kedalam ketika dia menghujamkan batang penisnya dalam-dalam, sayang
kasihan pardi meski dia memaksa memasukkan semua batang penisnya namun
masih menyisakan hamper separuh yang tidak mampu ditampung liang
senggamaku. Aku disetubuhi dengan posisi agak menungging dengan tanganku
bertumpu di kursi penumpang baris kedua, sementara pardi setengah
berdiri karena tempatnya sempit sehingga menyulitkan kepalanya.
“ahhh ahhh ahhhh” aku mendesah tanpa henti menerima kenikmatan persetubuhan ini, rasanya sungguh nikmat sekali
“maaasshh sodhookk yang dhallam, asshhhh”
Pardi dengan semangat terus mengayun-ayunkan batang penisnya mengaduk
liang senggamaku, rasa nyeri yang diawal tadi kurasakan kini berganti
dengan rasa gatal didinding memekku ini, yang hanya dapat diobati dengan
gesekan batang kontol yang besar dan panjang itu
Hampir 15 menit aku disetubuhi dalam posisi doggystyle, dan tak terasa
pula gelombang kenikmatan yang tadi melandaku kini datang lagi, aku akan
meraih orgasmeku yang ketiga dan pardi sama sekali belum menunjukkan
akan berejakulasi. Gila, bagaimana bias pardi mempunyai stamina sekuat
ini, mampu menyetubuhiku tanpa merasa letih dan ingin ejakulasi. Ritme
hujaman batang penis pardi pun semakin dipercepat olehnya yang membuatku
kewalahan.
“asshhh ahhh ahhh ahhhh , mass pardhiii aku keluaarrr, oouugghhhh” aku
melenguh panjang ketika mendapati orgasme yang ketiga, aku tertunduk
dikursi kelelahan karena lemas. Pardi tetap mendiamkan batang penisnya
yang masih ereksi sempurna didalam liang senggamaku ini, terasa sanggat
nyaman sekali ada benda yang mengganjal didalam liang senggamaku.
“mas pardi apa tidak capek???” tanyaku padanya ketika menoleh kearahnya
“ah mbak, barang enak kok mau cepet-cepet sih, sudah istirahatnya? Balas pardi dengan percaya diri
Aku membalasnya dengan senyum manisku dan anggukan kepala, yang
mengatakan aku siap untuk persetubuhan selanjutnya. Mengerti akan
maksudku, pardi kemudian mengambil posisi duduk, dia mengangkang lebar,
aku tau posisi itu pardi ingin aku berada diatasnya, aku pun dengan
gontai melangkahkan kakiku melewati tubuhnya, mengakang lebar dan
menghadap kedepan, sementara kursi baris kedua juga sedikit direbahkan
kebelakang setelah dia menarik tuas yang ada disamping bawah kursi,
pardi merebahkan diri dikursi tersebut, sementara aku masih mengangkang
diatas batang penisnya mencari posisi yang pas, setelah semuanya siap
aku mulai menurunkan pantatku dengan hati-hati, kuraih batang ppenisnya
dan kuarahkan kedalam liang senggamaku, cukup kesulitan aku karena masih
sedikit lemas akibat orgasmeku sebelumnya tadi. Setelah kurasa pas,
kutekan pantatku kebawah dan batang penis pardi mulai menusuk liang
senggamaku.
“aaahhh masss pardhiii” aku mendesah memanggil namanya
Perlahan batang penis itu menghujam keliang senggamaku, aku berusaha
menurunkan pantatku perlahan supaya tidak kaget jika nanti batang
penisnya mentok didinding rahimku. Namun rupanya pardi sengaya
mengerjaiku, tiba-tiba dihujamkannya penis tersebut kuat-kuat kedalam
liang senggamaku hingga mentok.
“aahhhh masss sakkiittt” rintihku akibat hujaman penisnya tiba-tiba
Diapun tertawa kecil melihat ekspresiku itu, aku mulai mengayun-ayunkan
pinggulku diatas batang penis pardi yang menghujam kuat-kuat dalam liang
senggamaku. Sensasi tarikan dinding rahimku yang menggesek batang
penisnya ketika aku mengayunkan pinggulku membuatku semakin bergoyang
dengan liar, rasa gatal itu kembali. Aku mengayun-ayunkan pinggulku
ketas dan kebawah untuk meraih kenikmatan batang penis pardi,
“aahhh ahhh ahhhhh ahhhh” desahan itulah yang terus terucap dari bibirku
setiap kali aku menurunkan pinggulku, rambutku kini sudah acak-acakan
tidak karuan, dan payudaraku berguncang hebat kekiri dan kekanan setiap
kali aku menghentakkan pinggulku kebawah, pardipun meremasi payudaraku
dan memilin putting susuku, memberikan kenikmatan ekstra persetubuhan
ini. Diraihnya kepalaku dan ditolehkannya wajahku ke wajahnya, aku
langsung memagut bibirnya, kamipun berciuman dalam-dalam, lidah kami
saling membelit sementara kedua tangannya kini menopang kedua pahaku,
membantuku untuk terus mengayunkan pinggulku karena aku mulai kehilangan
focus akibat ciuman kami. Pardi juga menghujam-hujamkan batang penisnya
menjemput ayunan pinggulku, kenikmatan yang kudapatkan sore ini tidak
dapat aku tuliskan atau aku ungkapkan, sangat nikmat sangat sangat
nikmat, bersetubuh dengan posisi seperti itu dan kami berciuman, seolah
kami tidak ingin kenikmatan ini berakhir. Namun tak lama kemudian, aku
merasakan gelombang orgasme ku lagi,
“ahhh ahh ahhhh, masshh aku mauu keluaarrr lagiihh” kulepaskan ciumanku,
dan kuremas-remas sendiri kedua payudaraku yang berguncang guncang itu
“iii iyyyaa mbbhhakk sebentarr, aku juga mau keluuar, kita barengann”
“maasshh aku sudah gak kuattt, aku keluarrrr masshhhh”
Pardi masih terus menggenjot liang senggamaku dengan ritme yang semakin
cepat, dan kemudiaan kurasakan batang penisnya seperti semakin menegang
“aahhhh tempikmu enakk mbakkk” teriak pardi dan kemudian ‘crreeettt …
crrreeeet… ccrrrreett… creeeet… crreeett… creetttttt….’ tak terhitung
berapa kali pardi menyemprotkan spermanya kedalam liang senggamaku ini.
Dia mendiamkan sejenak batang penisnya itu hingga akhirnya lemas dan
baru ditarik keluar.
Ruangan dalam mobilku kini penuh dengan aroma sperma, segera kubuka
jendela agar tidak meninggalkan bekas dan membuat suamiku curiga. Kuraih
batang penis pardi dan kubersihakn sisa sperma yang masih ada setelah
itu kuambil tissue dan kubersihkan memekku.
Aku yakin mobilku bergoyang-goyang hebat selama kami bersetubuh tadi,
namun karena jalanan cukup sepi membuat persetubuhan yang kami lakukan
tidak memancing kecurigaan orang lewat.
Kamipun segera berpakaian kembali, kunaikkan tali baju dressku keatas
lengan, dan merapikan bagian atas dressku yang terlihat lecek. Rambutku
sudah acak-acakan kuikat sekenanya saja dengan tali rambut membuatku
semakin terlihat seksi dan menggoda, kuambil celana dalamku yang
tergeletak dibawah kursi kemudi dan kupakai. Pardipun segera mengenakan
celananya lagi setelah itu dia membantuku merapikan kursi-kursi yang
tadi dia ubah posisinya.
“mas aku capekk, lemas” sahutku
“iya mbak, habis mbak enak sih, cantik lagi, jadi pengen ngentotin mbak terus”
“yeee maunya, ayuk mas car”I makan, aku lapar”
“ayoo mbak”
“tapi kita dimana ya ini mask ok aku belum pernah lewat sini”
Sawah sawah dikiri kanan kami mulai berwarna kuning keemasan dikarenakan
mataari yang mulai tenggelam, dan kemudian aku teringat sesuatu
“ya ampuun, aku lupa menjemput anak-anakku”
bersambung...
Home
Cerita Eksibisionis
Disha
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Disha : The Begining, Binalnya Istriku | Kunjungan dari Kampung
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar