Cerita Eksibisionis Hani : Aku, Budak Nafsu Pacar Anakku 7 | Sehari Bersama Ardo II

Setelah permainan luar biasa tadi, aku mencoba untuk menenangkan pikiranku dengan berendam di bathup. Ketika aku masuk ke kamar mandi, Ardo masih tiduran di ranjang. Entah kenapa aku jadi memikirkan Ardo. Dia berusaha menyiksa birahiku pelan-pelan agar aku benar-benar tunduk padanya. Di satu sisi, aku benci dengan sikapnya yang memperlakukanku seenaknya, disisi lain, pengalaman sex ini terasa luar biasa karena sikap-sikap lembut Ardo ketika bercinta. Arghh,,kenapa aku jadi suka sama dia? Ku coba-coba mengingat keburukan Ardo, dan…… ah, tidak ada sikap buruknya selama ini yg aku tahu selain yang satu ini. Ya, satu-satunya sikap buruk Ardo adalah menyetubuhi calon mertuanya sendiri. Namun, itupun salahku yang tidak bisa mengontrol diri sehingga kesalahan ini dimanfaatkan Ardo. Artinya, seandainya Ardo tidak melihatku dengan pak RT waktu itu pastilah saat ini dia tetap menjadi Ardo yang manis, yang merupakan menantu idaman. Aduh ! kenapa aku jadi menyalahkan diriku sendiri? Apakah aku mulai suka pada Ardo? Pikiranku terus bergelut mencari siapa yang salah.
Cup! Tiba-tiba sebuah kecupan lembut hinggap di keningku. Aku membuka mataku dan ku dapati Ardo tersenyum ke arahku.

“mikirin apa sih sayang?”

“do, kamu jangan panggil tante sayang dong, ingat Tante ini ibunya pacar kamu!”, aku menekankan kata “ibu” agar Ardo paham posisiku. Aku tidak ingin dipanggil sayang karena bagiku hanya suamiku yang pantas memanggilku sayang.

“iyaa, aku tahu”, Ardo ikutan masuk ke dalam bathup yang sebenarnya hanya muat untuk satu orang itu. Dia mendorongku agak maju dan memposisikan dirinya dbelakangku.

“sejujurnya tan, klo aku kenal tante lebih dulu, aku pasti lebih milih tante daripada Dian”, bisik Ardo di telingaku. Bisikannya itu diikuti dengan jilatan pada cupingku sehingga membuat darahku berdesir. Tangannya mulai kembali bergerilya di dadaku.

“kamu jangan ngomong gitu ah, kamu bisa kenal tante juga karena kamu pacaran sama Dian”, sanggahku.

Tangan Ardo perlahan mulai turun membelai perut dan selangkanganku. Sementara bibirnya mencium telinga serta leherku bergantian. Aku terhanyut oleh rangsangan yang diberikan Ardo. Bahkan aku tidak menolak ketika tanganku dibimbing menuju penisnya. Nafsu anak muda ini memang sangat besar, sekarang saja penisnya sudah tegak menantang lagi.

Ardopun sedikit mengangkat pinggulku dan mulai menuntun penisnya menuju lubang vaginaku. Pelan tapi pasti penis itupun masuk ke dalam vaginaku. Baru kali ini aku bercinta di dalam bathup, dan sensasinya luar biasa! Sodokan-sodokan penis Ardo ditambah suara-suara air yang bekecipak membuatku semakin tenggelam dalam pesona birahi. Akupun akhirnya menyandarkan punggungku ke tubuh Ardo. Ardo berhenti menggoyangkan penisnya, dan seperti dikendalikan birahi, akupun menggoyangkan pantatku. Sesekali kami melenguh menandakan nikmatnya persetubuhan ini. Tiba-tiba saja Ardo merangkul tubuhku dan tanpa aba-aba langsung memutar tubuhku dalam keadaan penis yang masih menancap di vaginaku.

“aargggghhh do!”, aku agak terpekik. Bukan karena kaget tapi karena sensasi yang ditimbulkan dari aksi Ardo itu. Aku mendekap Ardo, nafasku dan nafas Ardo saling memburu seperti orang yang habis lari puluhan kilo.

“goyang lagi tan”, ucap Ardo sambil mengangkat dan menurunkan pinggulku dengan tangannya. Aku menurut saja. Aku kembali menggoyang pinggulku dengan irama teratur. Tanganku ku lingkarkan di leher Ardo. Sesekali aku mendengar Ardo mendesah lembut. Tangannya tak pernah berhenti meraba, mengelus dan sesekali mencubit payudaraku. Semakin lama goyanganku semakin cepat, vaginaku sudah banjir. Kami sudah sama-sama berkeringat. Ardo yang awalnya pasif akhirnya ikut-ikutan menggoyangkan pinggulnya. Jadilah kita sama-sama bergoyang dan menghasilkan bunyi kecipak air yg luar biasa.

“arrggh…do…enaakk…ga tahaann…tante..nghnhh…tante ga tahaan….”

“hmm….sama tanteee…akuhhh jugaa udah ga tahaaan….hmm,..keluarin bareng-bareng…”

ARGHHHHHHHHHH! Tanpa dapat dibendung lagi akhirnya pertahanan kami berdua jebol. Semprotan-semprotan hangat dari penis Ardo terasa sangat banyak dan nikmat. Aku mendekap Ardo, tubuhku benar-benar lemas. Ardo membelai rambutku sambil sesekali mencium kening dan kepalaku. Entah kenapa kecupan-kecupan lembut Ardo terasa seperti kecupan hangat penuh cinta.

“I love you, Hany”, Ardo membisikkan kata-kata itu dengan lembut. Aku hanya diam dan membelai rambut Ardo. Perlahan-lahan penis Ardo mulai mengecil dan terlepas dari vaginaku.

“do, tante lemes banget, tante mau istirahat, gendong tante ke kasur do”, aku meminta dengan manja.

“tante ga mau mandi dulu?”, Tanya Ardo lagi.

“lemeees banget do…”, ucapku lagi.

Ardopun berdiri dan keluar dari bathup, aku bersandar lagi di pinggiran bathup. Kupikir Ardo akan langsung menggendongku, ternyata tidak. Dia menyalakan shower, kemudian memapahku ke shower, kemudian tanpa kuduga Ardo memandikanku. Dia menyabuni tubuhku dengan lembut. Sementara aku hanya bisa pasrah karena sudah terlalu lelah. Kali ini tidak ada nafsu, Ardo benar-benar memandikanku dengan penuh kasih sayang. Setelah selesai,dia memakaikanku handuk dan menggendongku ke ranjang.

“walaupun cape, tetep harus bersih-bersih dulu yaa”, ucap Ardo sambil tersenyum. Aku hanya tersenyum menanggapinya. Ardo berbaring disebelahku dan mendekapku.

“tubuhmu hangat do, tante suka”, tiba-tiba saja kalimat itu meluncur dari mulutku. Mukaku memerah setelah mengucapkan itu.

“aku juga sangat menyukai tante, aku mencintaimu Hany”, balas Ardo.

“jangan ngomongin cinta, tante sudah punya suami, jangan ada cinta diantara kita, jangan rusak rumah tangga tante do, jangan rusak juga hubunganmu dengan Dian”,ucapku lagi.

Ardo hanya tersenyum. Lama kami saling diam, hingga akupun mulai memejamkan mataku. Mungkin Ardo mengira aku sudah tidur, dia mencium keningku dan berbisik “aku mencintaimu, biarlah itu menjadi urusanku, bagaimana kamu kepadaku, terserah, itu urusanmu”. Tak lama setelah itu akupun tertidur.


*****

Aku terbangun ketika sebuah kecupan hangat hinggap di pipiku. Sedikit-sedikit kelopak mataku mulai membuka. Ku lihat Yona duduk di pinggiran kasur sambil tersenyum manis.

“mama udah baikan?”, ucap Yona. Aku mengernyitkan dahiku, tak paham dengan pertanyaan Yona.

“tadi kata kak Ardo mama lagi ga enak badan, makanya mama telepon ka Ardo buat jagain rumah”, ucap Yona lagi. Ardo, dimana dia? Tiba-tiba aku tersenyum sendiri, pintar juga dia bersandiwara di depan Yona.

“mama udah enakan kok sayang, tadi udah minum obat dari Ardo, Ardonya sekarang dimana?”, jawabku sambil mengelus punggung tangan anakku itu.

“ada kok ma, itu diluar lagi bantuin temen-temenku ngerjain tugas kelompok”.

“ya udah ya ma, aku keluar lagi, ga enak klo aku ga ikutan ngerjain tugas”, ucap Yona lagi. Yona tersenyum dan mencium pipiku lagi. Kemudian berlalu keluar kamar.

Aku beranjak dari ranjang. Sekilas ku perhatikan tubuhku memakai daster tadi pagi. Hmm, ternyata Ardo memang pengertian, pasti dia yang memakaikanku daster ini sewaktu ku tidur. Soalnya tadi aku tidur dalam dekapan Ardo dengan keadaan telanjang. Aku mengambil jilbabku dan keluar menemui teman-teman Yona. Seperti biasa, sudah ada Dio, Rizky, Selvy dan Mitha disana. Mereka memperhatikan dengan serius penjelasan dari Ardo.

“semangat yaa belajarnya, yang nggak ngerti tanyain aja mumpung ada yg pinter disini”, ucapku pada anak-anak itu.

“eh, tante udah sembuh?”, suara Dio terdengar semangat.

“udah Dio, tante cuma ga enak badan aja, tadi juga udah dikasih obat sama ka Ardo tuh”, ucapku sambil melirik Ardo penuh arti. Ardo membalas dengan tersenyum pula.

“Tante ambilin minum dulu ya, kasihan kalian dari tadi ga ada yg ngambilin minum”, ucapku sambil berlalu menuju dapur.

Di dapur, ku lihat nasi goring yg ku masak tadi pagi masih tersisa banyak. Akhrinya ku putuskan untuk menyajikan nasi goreng itu pada mereka. Ku goreng telor ceplok utk mereka agar makannya lebih lahap.

“waaah, enak nih”, ternyata Ardo sudah duduk di meja makan. Dia memperhatikan ku yang masih menggoreng beberapa telor lagi.

“kebetulan do, bantuin tante ya bawain makanan ini kedepan”, ucapku pada Ardo.

Ardo mengangguk, kamipun beranjak ke ruang tamu membawa nasi goring serta es sirup untuk Yona dan teman-temannya.

“silahkan dimakan yaa anak-anak”, aku meletakkan piring satu-satu kehadapan mereka. Kebetulan tugas mereka sudah selesai, jadi mereka bisa istirahat sejenak sambil makan sebelum pulang ke rumah masing-masing. Aku kembali ke dapur diikuti oleh Ardo. Sesampainya di dapur, Ardo langsung memelukku.

“do, jangan ! di depan ada Yona…janga dooo”, aku mencoba melepas pelukannya. Ardo mengalah dan melepaskan pelukannya.

“mending kamu di depan, ngobrol2 bareng temannya Yona, jangan disini, tante mau nyiapin makan malam”, ucapku lagi.

“aku disini aja deh,liat calon mertua nan seksi ini masak”, jawab Ardo. Ardo memilih duduk di meja makan sambil memperhatikanku yang mulai sibuk memotong-motong sayuran.

“tante, tadi perhatiin nggak, si Dio sama Rizky merhatiin dada tante terus waktu tante naroh nasi goreng tadi”, ucap Ardo lagi.

“iya tante tau, udah biasa, makanya tante biarin, tiap kesini mereka kayak gitu”, jawabku. Ya, bukan cuma teman cowo Yona, teman Dian atau Ditapun pasti kayak gitu. Huft, Dasar lelaki dimana-mana sama aja.

“tante udah nyobain kontol anak SMP?”, tambah Ardo. Aku kaget mendengar pertanyaannya, nggak cuma itu, aku lebih kaget lagi karena Ardo sudah berdiri di belakangku. Tangannya menangkup buah dadaku dari belakang. Buluku merinding menerima serangan dadakan dari Ardo.

“doo,pleaseee jangan sekarang yaa, tante lagi megang pisau nih, ntar klo tante khilaf nusuk kamu pake pisau ini gimana?”, ucapku. Bukannya berhenti, Ardo malah menarik-narik putting susuku. Rasa geli-geli nikmat mulai terasa lagi.

“tante cobain kontol anak SMP yaaa, pasti seru”, Ardo berkata begitu kemudian melepaskan tangannya dari dadaku. Aku bingung, tapi diam saja. Di ruang tamu terdengar suara ribut-ribut, ternyata Dio dan Rizky sedang berdebat dengan Mitha dan Silvy tentang siapa yang harus mencuci piring. Kata mereka sih biar ga terlau ngerepotin.

“Dio, Rizky, kalian aja yang nyuci piring, nanti kakak kasih hadiah”, ucap Ardo ke mereka. Dio dan Rizkypun mengalah dan membawa piring-piring itu ke dapur, dan tak berapa lama mereka mulai mencuci piring-piring itu sambil sesekali mencuri pandang ke arah ku.

“dari tadi kakak liat kalian merhatiin tante Hany melulu, kalian naksir sama tante Hany”

“engg…enggak kak, seger aja soalnya tante Hany cantik”, jawab Rizky polos.

“nggak cuma cantik, tapi sexy juga”, tambah Dio lebih berani.

“emang mama kalian nggak cantik?”, ucap Ardo lagi.

“mama aku sih biasa aja, mama Rizky nih cantik”, jawab Dio lagi. Rizky kaget dan langsung meninju bahu Dio. Dio membalas perbuatan Rizky. Spontan kelakuan mereka itu membuat Ardo tertawa, akupun ikutan tertawa.

“apa sih yang kalian suka dari tante Hany?”, tanya Ardo lagi.

“ihh kalian kok bahas2 itu sih, ganti topiklah”, aku memotong sebelum obrolan mereka terlalu jauh. Rizky dan Dio sudah selesai mencuci piring, diapun bergabung dengan Ardo di meja makan.

“kalau aku sih suka senyumnya kak”, jawaban Rizky masih terdengar malu-malu.

“ah elaaaah munafik loe, jujur aja loe suka liat teteknya tante Hany kan?”, jawaban Dio lebih berani.

“yeee, loe juga kaliiii”, bales Rizky tak kalah sengit.

“hahaha,,dasar kalian bocah mesum”, ucap Ardo sambil menoyor kepala Dio dan Rizky. Dio dan Rizky hanya tertawa.

“eh kalian buruan ke depan gih, udah beres cuci piringnya kan?”, aku mencoba memutus obrolan mereka. Sejujurnya aku agak risih mendengar obrolan yang mulai menjurus mesum itu.

“ih tante apaan sih”, balas Ardo.

“oia, kalian udah pernah ngerasain susu ibu?”, Tanya Ardo lagi. Rizky dan Dio serentak menggeleng.

"dulu waktu kecil sih, jadi ga ingat lagi rasanya gimana", ucap Dio lagi.

“pengen ngerasain susunya tante Hany nggak?”, aku kaget mendengar pertanyaan Ardo, begitupun Rizky dan Dio. Tapi Dio dan Rizky segera mengangguk cepat. Dasar! anak SMP sekarang, kecil-kecil udah mesum. Aku mendelik kearah Ardo yang dibalas dengan senyum mesum.

“kalian beresin nih meja makan”, Ardo memerintah Rizky dan Dio.

“emang tante Hany nya mau?”, tanya Dio. Dio dan Rizky emang terlihat masih agak bingung.

“Tanya sendiri gih”, jawab Ardo. Ardo mendekat dan menyuruhku duduk diantara mereka. Tatapan Ardo terasa sangat mengancamku.

“emang boleh tan?”

“enhgmmm….tapi jangan bilang-bilang orang lain ya, jangan sampai Yona tahu”, akhirnya aku hanya bisa berkata begitu. Rizky dan Dio dengan semangat langsung membereskan meja makan.

Ardo menyuruhku berbaring di meja makan. Meski ragu,aku akhirnya menurut. Kemudian dengan lembut Ardo meremas-remas dadaku disaksikan oleh Rizky dan Dio. Kamipun mulai berciuman. Entah kenapa bercinta sambil disaksikan orang lain menjadi sensai tersendiri bagiku. Ardo melepas ciumannya. Aku pun menatap sayu. Nafsuku sudah naik lagi.

“Dio, coba cek cewek-cewek di depan lg ngapain”, Ardo menyuruh Dio.

“aman kak, lagi pada main game sambil gossip-gosip”, jawab Dio setelah mengecek ke depan.

“coba kalian buka dulu celananya”, ucap Ardo lagi. Dengan semangat Dio dan Rizky membuka celana sekolahnya. Penis mereka sudah tegang. Punya Rizky hanya 8 cm, normal untuk anak seumuran dia. Sedangkan punya Dio agak lebih panjang dan agak lebih gemuk. Ardopun membimbing mereka berdua kearahku. Ardo mulai membuka dasterku sehingga aku langsung telanjang bulat di depan mereka. Rizky dan Dio melongo melihat tubuh telanjangku.

“ayo silahkan,katanya mau nyusu”, ucap Ardo. Tanpa disuruh dua kali, Dio langsung mengenyot dadaku sebelah kiri dan Rizky sebeluh kanan. Aku hanya bisa menutup mulutku, takut kalau desahanku terdengar sampai kedepan. Sementara Ardo tak tinggal diam, dia mengarahkan penisnya ke mulutku. Aku mengulum penis Ardo.

Rizky mengenyot putingku sambil sesekali meremasi buah dadaku. Tak kuduga ternyata Dio selangkah lebih mahir dari Rizky, dia meremas dan mencolok2 vaginaku, tanganku dituntunnya ke penisnya. Dan memintaku untuk mengocok penisnya. Nafsuku sudah membara lagi. Pasrah, akupun mulai mengocok penis Dio. Tak mau ketinggalan, Rizky pun meminta hal yang sama sehingga sekarang posisinya aku mengocok penis dua anak SMP. Ardo yang hampir orgasme segera melepas penisnya dari mulutku. Dia duduk sambil memperhatikanku dikerjain Dio dan Rizky. Tak lama Rizky pun mengalami orgasme, disusul oleh Dio beberapa saat setelahnya. Merekapun melepaskan dadaku dan duduk disebelah Ardo. Aku ingin segera duduk dan memakai kembali dasterku tapi dihalangi oleh Ardo.

“nggak nyangka tante Hany bisa dipake jg”, ucap Dio sambil cengengesan.

“Dio jangan ngomong gitu…”, ucapku lemah.

“jangan sekali-kali ngomong gitu loe!”, ucap Ardo. Suara Ardo terdengar agak marah membuat Dio ciut.

“maaf kak”, ucap Dio akhirnya.

“udah sana,pasang lagi celananya”, ucap Ardo lagi. Dio dan Rizky bergantian ke kamar mandi membersihkan penisnya dan memakai kembali celananya.

“makasih tante, makasih kak Ardo”, ucap mereka serempak.

“ingaat! Jangan cerita siapa-siapa”, ucap Ardo lagi.

“siaap kak!”,ucap mereka serempak.

Baru saja Dio dan Rizky meninggalkan dapur, Ardo langsung mengangkangkan kakiku dan menusukkan penisnya.

“gilaaaa,,,ga tahan dari tadi pengen ngerasain nih memek yg udah banjir”, ucap Ardo agak kasar.

“ehmm,,,enghmm..hmnhgh..”,aku hanya bisa menjawab dengan lenguhan-lenguhan pelan.

Tak lama akhirnya aku orgasme. Nikmat sekali, sehingga aku orgasme cepat. Lagi-lagi sensasi berbeda diberikan oleh Ardo. Meski merasa dilecehkan, tak bisa kupungkiri aku menikmati permainan hari ini. Ardo melepas penisnya. Meski belum mencapai orgasme, Ardo berdiri dan memakai kembali celananya.

“kamu ga keluar gapapa do?”, entah kenapa aku menanyakan itu. Sejak kapan aku mulai peduli dengan orgasme Ardo? huh!

“gapapa lah Hany sayang, biasanya aku suka lama keluarnya, klo dipaksain ntar kamu kecapean, makan malamnya ga beres ntar”, Ardo tersenyum dan melumat bibirku. Kami saling melumat hingga perlahan Ardo melepas ciumannya. Akupun segera beranjak dari meja makan. Tanpa memakai dasterku lagi, Ku ambil lap, dan kubersihkan sperma Dio dan Rizky dilantai serta cairan vaginaku di meja makan.

“maaa, temen-temen mau balik nih!”,teriakan Yona dari ruang tamu mengagetkanku. Segera ku pakai kembali dasterku

“iyaa, bentaaar”, akupun bergegas ke ruang tamu diikuti oleh Ardo.

“tante,kita pamit pulang dulu ya”, ucap Mitha membuka pembicaraan. Mitha menyalamiku diikuti oleh yang lain.

“kak, tadi Dio sama Rizky kakak kasih hadiah apa? Kok mereka senang banget kayaknya?”, ucap Mitha ketika menyalami Ardo.

“tadi kakak kasih ‘susu’ ”, jawab Ardo sambil tertawa kearahku. Aku hanya tersenyum tipis agar tidak mencurigakan. Sedangkan Dio dan Rizky cengengesan mendengar jawabanku.

“yaaah,tahu gitu mending aku sama Mitha aja yang nyuci piring tadi”, ucap Silvy.

“nah, lain kalian yaa, biar kakak kasih hadiah ntar”, ucap Ardo lagi. Satu persatu teman-teman Yona meninggalkan rumahku.

“kakak-kakakmu kenapa belum pulang ya?”, ucapku pada Yona.

“kak Dita tadi udah pulang waktu mama tidur, terus dia pergi lagi ke rumah temen katanya sih di komplek sebelah, klo kak Dian ga tau deh”, ucap Yona.

“oia, Dian lagi ada rapat tante, abis maghrib baru kelar”,ucap Ardo.

“sekalian aku mau pamit pulang dulu tan”,ucap Ardo lagi sambil menyalamiku. Aku hanya mengangguk.

“Yona, jagain mama nya yaaa”, Ardo mengacak-acak rambut Yona.

“siaaap..makasih ya kak tadi udah jagain mama”, jawab Yona.

Ardopun berlalu meninggalkan rumahku. Aku dan Yona masuk ke rumah lagi untuk melanjutkan masak yang tertunda.

to be continued

PENTING !
Sensasi bermain di bathup emang luar biasa, silahkan semproters coba sensasi yang satu ini, dijamin bikin makin lengket dengan pasangan

-Hany-
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar