Cerita Eksibisionis Irma Seorang Istri : Gara-Gara Mencoba Eksib, Aku Jadi..... 8

Setelah bersusah payah akhirnya aku bisa masuk ke dalam rumah. Kakiku terasa gemetaran dan lemas sekali. Tubuhku langsung ambruk di atas karpet di ruang tamu rumah. Terong yang menancap di dalam vaginaku perlahan-lahan dicabut oleh Nyoto. Gesekannya menimbulkan rasa nikmat di dalam vaginaku hingga membuatku menggelinjang.

“Aaaahhhhh……………………..…” desahku.

“Heheheh…. Enak ya mbak….” Tanya Jupri dengan terkekeh-kekeh

Aku tidak menjawab pertanyaan jupri itu. Mataku hanya terpejam. Dengan keadaanku yang seperti ini, telanjang bulat dan mulut ternganga, aku yakin sebentar lagi aku akan dikerjain habis-habisan lagi oleh mereka. Mau tidak mau, aku harus siap menerimanya.

Aku tidak tahu siapa yang memulai lebih dulu, tubuhku di telentangkan, pahaku dibuka lebar-lebar, kedua tanganku diletakkan diatas kepalaku namun mataku masih tetap terpejam. Kedua putingku langsung menjadi santapan lezat bagi mereka. Tanpa foreplay lagi, salah satu penis mereka sudah masuk kedalam vaginaku.

Permainan sex kali ini berbeda dari biasanya. Selain kelima kuli bangunan yang biasa menggangbang aku, kali ini ditambah satu orang lagi yaitu tukang sayur keliling. Permainan sex tukang sayur itu tidak sehebat kelima kuli bangunan yang sanggup bertahan lama dan membuatku mengalami multi orgasme hingga squirting. Selain penis tukang sayur itu kecil, dia juga tidak sanggup bertahan lama sampai akhirnya dia mundur dengan sendirinya dari arena pertempuran birahi tersebut.

Permainan berlanjut, kedua puting payudaraku dihisap dan dijilat-jilat tiada henti oleh Santo dan Kasiman. Terkadang kepala mereka berdua menelusup di ketiakku, lidah mereka bermain-main di permukaan ketiakku hingga aku menggelinjang kegelian.

“Aacchhhhh….aduuuhhhh……gggelllli…………aaammmpuuunnnn …….”desahku.

“Ah…ah…ah…. Enak mbak….?” Tanya Jupri terengah-engah sambil tetap menggenjot tubuhku.

Aku mengangguk menjawab pertanyaan Jupri sambil memejamkan mata dan mendesah-desah tak karuan.

“Jawab donk mbak…?”Tanya pak Kardjono

“IIiiiyyaa…..”jawabku.

“iya apa mbak…?”Tanya Nyoto.

“Iiyyyaaaaa……..en..en..eennnnaaakkkk……. ach….ach…ach….” aku berusaha menjawabnya meski terengah-engah.

Sementara penis Jupri sudah tenggelam dan keluar masuk dalam vaginaku. Dia mengocok penisnya yang besar itu dengan cepat namun berirama. Kenikmatan yang aku rasakan sungguh luar biasa. Rasa geli dan nikmat menghinggapi sekujur tubuhku. Aku tidak kuat lagi menahannya sehingga tidak lama kemudian,

“AAACCCCHHHHHHHHH…………….akuu kkkeluarrrr AAAAACCCCCCHHHHHHHHHHHHHHHH……….” Teriakku.

Satu persatu Jupri dkk menggilir tubuhku hingga aku benar-benar kehabisan tenaga. Permainan baru berakhir menjelang jam 12 siang. Sungguh aku tidak pernah membayangkan hal ini terjadi padaku. Berpikir untuk berhubungan intim dengan orang selain suamiku saja tidak pernah apalagi berhubungan intim dengan beberapa orang sekaligus.

Kejadian-kejadian erotis selama beberapa hari terakhir ini membuatku berubah. Aku menjadi sangat menyukai sensasi eksibisionis dan sensasi sex keroyokan. Aku tidak tahu bagaimana jika nanti suamiku pulang?? Apakah aku masih bisa puas dengan hanya berhubungan sex dengan suamiku saja?? dan apakah pelecehan-pelecehan seksual yang aku sukai ini juga akan berakhir??

Setelah kelima kuli bangunan itu puas, mereka kembali melanjutkan pekerjaan mereka sementara aku hanya bisa berbaring tak berdaya di ruang tamu. Kepulangan suamiku masih 10 hari lagi, selama itu pula aku yakin akan mengalami petualangan-petualangan liar bersama kuli-kuli bangunan tersebut. Aku tidak tahu, petualangan-petualangan apa yang akan aku alami.

Sore harinya setelah aku mandi, suamiku meneleponku. Aku menerima teleponnya sambil tiduran di ranjang dengan telanjang bulat.

“Halo mamah sayang……… gimana kabar kamu…?” Tanya suamiku di seberang sana.

“Halo papah…. Mamah baik-baik aja….” Jawabku

“Papah kangen ama mamah ya….. hayo….”timpalku kembali

“Ya pasti donk…. Siapa sih yang bisa gak kangen sama wanita cantik seperti mamah……….”goda suamiku.

“Ah papah…jadi malu….xixixi…”kataku genit.

“Mah, papah minta tolong di emailkan file yang ada di flashdisk papah. Flashdisknya tertinggal di laci meja kerja papah. Warnanya putih. Sekarang ya mah…. Atau nanti malam juga gak pa pa”kata suamiku.

“lo kok bisa tertinggal sih pah….” Kataku

“namanya juga lupa mah….”kata suamiku

“ Gimana caranya meng-email pah….? Kan laptopnya di bawa papah……”tanyaku

“di pos satpam perumahan kita ada computer lengkap dengan jaringan internetnya. Minta tolong aja ke pak Satpam untuk meng-emailnya” kata suami

“Apa gak bisa di tunda pah..?”tanyaku mulai cemas karena tidak mungkin aku kesana tanpa pakaian sedangkan seluruh pakaianku terkunci di dalam lemari pakaian dan kuncinya di sandera.

“Gak bisa mah, itu filenya penting banget.” Kata suamiku

“Aduh, gimana nih…?? Gawat..” kataku dalam hati.

“tolongin papah ya mah…… please…??!!” kata suamiku. Bagaimana aku menolaknya?? Jika aku tolak, bagaimana dengan pekerjaan suamiku??

“I..i…iya…pah….”kataku panic

“Makasih istriku sayang…….”kata suamiku kemudian menutup teleponnya

Aku harus meminta kepada pak Kardjono untuk membantuku. Paling tidak dia mau membukakan lemariku supaya aku bisa mengenakan pakaian. Tapi bagaimana aku harus menghubunginya atau teman-temannya?? Mereka sudah kembali ke basecamp mereka. Dan disana juga banyak kuli-kuli yang lain berarti tidak mungkin aku meminta bantuan pak Kardjono dan kawan-kawan.

Karena tidak ada jalan lain, aku putuskan untuk nekat datang ke pos satpam hanya dengan handuk yang dililitkan di tubuhku saja. Aku menunggu hingga gelap supaya kondisiku tidak begitu mencolok. Letak pos satpam dengan rumahku cukup jauh. Harus melewati beberapa blok. Blok-blok yang akan aku lewati itu ada satu atau dua rumah yang sudah ada penghuninya namun mereka jarang keluar. Aku harus berhati-hati dan tidak boleh terlihat oleh tetangga-tetanggaku itu dalam keadaan setengah telanjang karena akan membuat nama baikku dan suami tercemar.

Saat hari sudah mulai gelap, aku mulai keluar rumah dengan mengendap-endap. Aku melihat kekanan dan kekiri untuk memastikan bahwa tidak ada orang lain yang tampak di luar rumah. Setelah aku merasa aman, buru-buru aku melilitkan handuk untuk menutupi tubuhku yang telanjang bulat ini. Tak lupa flashdisk yang dipesan suamiku aku bawa. Aku mulai berjalan menuju pos satpam di pintu gerbang perumahan.

Aku mengenakan sandal dengan hak yang agak tinggi sehingga tidak bisa berjalan dengan cepat. Apalagi kondisi jalan yang masih belum rata. Aku harus berjalan dengan sangat hati-hati sambil memilih jalan yang agak rata sehingga jalanku sangat lambat dan cara berjalanku bak peragawati yang berlenggak-lenggok. Sensasinya membuatku merasa sangat seksi.

Angin semilir-milir yang menerpa tubuhku membuat handuk yang aku kenakan bergerak-gerak menggelitik tubuhku seakan menegaskan bahwa saat itu hanya handuk tersebut yang menutupi tubuh telanjangku.

Setelah melewati beberapa rumah, aku mendengar ada deru sepeda motor yang akan melewatiku. Aku takut pengendara motor itu melihatku. Cepat-cepat aku keluar dari jalan dan berusaha untuk sembunyi di rumah kosong yang gelap. Oleh karena aku memakai sandal dengan hak yang agak tinggi, gerakanku tidak bisa cepat. Sebelum aku berhasil sembunyi, sepeda motor itu telah melewatiku. Jantungku berdegub kencang, aku yakin dia mengetahui keberadaanku yang hanya memakai handuk sebagai penutup tubuh. Untungnya pengendara motor itu terus memacu motornya. Aku bernafas lega, kali ini aku beruntung.

Setelah yakin situasi aman, aku kembali melanjutkan perjalananku menuju pos satpam. Selama berjalan, mata dan telingaku aku pasang tajam-tajam supaya jika ada orang, aku bisa cepat bersembunyi. Jantungku deg-degan karena takut ketahuan.

Pada saat aku berbelok di tikungan blok, kurang lebih 20 meter aku melihat 3 orang laki-laki berjalan ke arahku sambil berbincang-bincang. Jarak yang tidak begitu jauh untuk bisa melihatku dalam keadaan setengah telanjang dengan sangat jelas. Untungnya mereka tidak melihat kearah depan. Aku berbalik dengan cepat dan berusaha mencari tempat untuk sembunyi namun sialnya rumah di sekitar aku berdiri sudah berpagar semua dan tidak ada yang kosong sehingga aku tidak dapat bersembunyi.

Aku berjalan dengan agak cepat menyusuri jalan yang tadi telah aku lalui sambil menoleh ke kanan dan kekiri mencari tempat sembunyi. Jantungku kembali berdebar-debar takut terlihat oleh ketiga orang tadi. Beberapa detik lagi mereka akan berbelok dan berjalan sama dengan arahku. Saat itu juga mereka akan melihatku sedangkan aku masih belum menemukan tempat sembunyi. “Aduuhhhh…..gawatttt……….” kataku dalam hati.

Malam itu benar-benar malam sial bagiku. Dari arah depan ada mobil yang sedang melaju pelan ke arahku. Lampu mobil tersebut sangat terang menyorot ke depan. Jantungku semakin berdebar, kakiku terasa berat untuk melangkah. Tempat persembunyianpun belum aku temukan. Terus berjalan ataupun tidak, aku tetap akan terlihat. Dari arah belakang ada 3 orang yang sedang berjalan kearahku, dari arah depan ada mobil yang juga melaju ke arahku.

Aku terus berjalan sambil menundukkan kepala. Suara mobil terdengar semakin mendekat, sorot lampupun mulai mengenai tubuhku. Sekarang aku berjalan dengan tersorot lampu mobil yang terang benderang. Aku semakin menunduk karena malu. Penumpang dalam mobil itu pasti bisa melihatku. Tidak tahu kenapa, tiba-tiba aku merasa sangat seksi. Lelaki manapun pasti akan mupeng melihatku seperti ini.

Saat sudah ada di depanku, mobil itupun berhenti. Aku menjadi gemetaran karena malu, takut, seksi dan terangsang. Darahku terasa mengalir lebih cepat sehingga tangan, kaki dan wajahku berasa menebal.

“Mbak…..mbak…. permisi… mau nanya…..”kata sopir mobil tersebut sambil membuka pintunya.

“Iya, ada apa mas…?”tanyaku. aku memanggil mas karena orang itu terlihat masih muda.

“Mau Tanya, alamat ini dimana ya….?”Tanya sopir itu sambil menyodorkan kertas berisi alamat rumah dan memposisikan dirinya disampingku. Lengan kanannya menempel lengan kiriku. Dengan posisi seperti itu, dia dapat melihat dengan bebas belahan payudaraku dari atas.

Seperti yang aku jelaskan sebelumnya, handuk yang aku kenakan berukuran sedang sehingga mampu melilit tubuhku namun sangat minim. Bagian atas hanya menutup sedikit di atas putingku sedangkan bagian bawah hanya sekitar 5 cm dari pangkal pahaku. Simpulnya pun sangat sedikit, dibagian bawah handuk ada belahan yang cukup terbuka.

“EEmmmm….. dimana ya……? Aku masih belum paham betul daerah sini mas…….. maaf yaaa….” Jawabku. Aku ingin cepat-cepat berlalu dari tempat ini.

Dari dalam mobil aku melihat ada empat orang lagi yang terus melihatku dengan mata yang seakan mau melahap tubuhku. Aku pasrah saja menerima tatapan-tatapan seperti itu dan berharap lilitan handukku tidak terlepas.

“Ooohhhh…. Jadi mbak nggak tahu ya…? Mbak juga masih baru ya?” Tanya orang itu seakan ingin mengulur-ngulur waktu supaya aku tetap berada di situ lebih lama.

“Iya mas, belum 1 minggu.” Jawabku.

“Ada apa mas…?” Tanya seseorang yang ada di belakangku. Jantung ini terasa mau copot karena ternyata 3 orang yang tadi akan aku hindari agar tidak melihatku, sekarang sudah ada di belakangku.

“Eh ini pak, saya mau Tanya alamat ini. Mbak ini tidak tahu karena masih baru disini.”tanya sopir itu kembali.

“Trus, mbak ini rumahnya dimana? Kok diluar rumah Cuma pake handuk?” Tanya salah satu orang yang berjalan tadi yang mengenakan Tshirt putih.

“Rumah saya di blok G sana pak. Ini saya mau ke pos satpam di gerbang sana mau minta tolong kirim email ke suami saya. Pakaian yang saya kenakan tadi sedang saya rendam untuk dicuci tapi waktu saya mau ambil pakaian ganti di lemari, kunci lemari saya gak ada. Saya lupa naruhnya sedangkan file yang harus di email ini sangat penting. Jadi terpaksa saya Cuma pake handuk aja.” Jelasku panjang lebar mencari alasan yang masuk akal.

“ Ooooo……kirain kenapa kenapa……”kata bapak yang satunya lagi yang mengenakan kemeja kotak-kotak.

“Bapak tahu alamat ini pak??”sopir itu menanyakan alamat kembali

“Kalau blok itu adadi sebelah sana pak. Tikungan itu belok kanan, trus lurus aja sampai mentok, kemudian belok kanan lagi”Kata Bapak yang mengenakan Tshirt putih memberikan penjelasan.

“Ok pak, terima kasih. Mbak perlu saya antar..?” kata sopir itu menawarkan bantuannya kepadaku.

“Terima kasih mas, saya kesana sendiri aja.” Tolakku halus

“Ya sudah kalau begitu…. Saya permisi dulu…. Terima kasih banyak….”kata sopir itu sambil tersenyum nakal kepadaku

“Iya silahkan……”jawab kami berempat

Setelah mobil itu berlalu, Bapak yang berbaju merah juga menawarkan bantuannya kepadaku.

“ayo saya antar mbak…. Bahaya lo jalan sendirian dan setengah telanjang gitu….”kata Bapak berbaju merah

“Eh, terima kasih pak… gak usah repot-repot.. saya sendiri aja. Terima kasih….. saya permisi dulu…..” kataku. aku cepat-cepat pergi dari tempat itu. Pandangan mereka liar sekali menatap tubuhku dari ujung rambut sampai ujung kaki membuatku jadi merinding dan salah tingkah.

“Bener lo mbak…bahaya banget….” Timpal bapak yang berkemeja

“Gak pa pa kok pak, permisi……”kataku sambil ngeloyor pergi. Simpul handukku terasa agak mengendor. Untungnya saat mau terlepas, tanganku berhasil memegangi simpulnya terlebih dulu. Ketiga bapak-bapak itu hanya bisa bengong melihatku. Sambil berjalan menjauhi mereka, aku memegangi handukku yang akan melorot.

Setelah berbelok di tikungan dan tidak lagi terlihat oleh Bapak-bapak itu, aku berhenti dan mengambil nafas panjang. Lega sekali rasanya karena mereka tidak sampai memperkosaku. Aku betulkan simpul handuk yang terlepas. Jantungku masih deg-degan karena kejadian tadi. Ada 7 lelaki yang tidak aku kenal di sekitarku dalam keadaan aku setengah telanjang.

“Huuhh….asyik juga. Xixixi….” Kataku dalam hati. Ku raba vaginaku ternyata basah sekali. Tiba-tiba aku memiliki ide gila yang pasti akan menaikkan adrenalinku. Sebelum sampai di pos satpam, aku ingin melepas handuk yang menutupi tubuhku. aku ingin berjalan-jalan di alam terbuka dan jauh dari rumah tanpa penutup tubuh sedikitpun. Jika hal itu aku lakukan, pasti menegangkan sekali.

Aku melepaskan handukku, tegang sekali rasanya. Namun saat akan berjalan, aku menjadi ragu-ragu. Aku tidak berani karena terlalu mendebarkan. Akhirnya aku pakai kembali handuk yang sempat aku lepas. Aku meneruskan langkahku menuju pos satpam.
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar