Cerita Eksibisionis Irma Seorang Istri : Gara-Gara Mencoba Eksib, Aku Jadi..... 2

“Eh ma, besokkan hari minggu, tukang-tukang itu pasti libur. Berarti sampai besokpun mama harus telanjang terus lo. Kecuali kalau papa suruh pake baju” suamiku meningkatkan tantangannya lagi.

“Ooke…” aku menyetujui usulan suamiku.

Aku berpikir tidak ada salahnya aq terus telanjang di dalam rumah. Toh yang melihat hanya suamiku. Apalagi aku juga merasa seksi dan erotis jika suamiku terus memandang tubuh bugilku.

Setelah itu kami sama-sama membersihkan tubuh kami dari sisa-sisa keringat dan lendir yang menempel akibat percintaan kami yang hebat barusan. Aku pergi ke belakang untuk mempersiapkan masakan untuk makan malam kami dalam keadaan telanjang bulat. Rumah kami belum ada dapurnya karena masih rumah original dari developer sehingga aku harus memasak masakan di belakang rumah yang masih terbuka. Tidak ada tembok sama sekali yang memisahkan tanah kami dengan tanah orang lain. Tapi aku tidak khawatir dilihat orang meski memasak sambil telanjang karena hari sudah malam dan tidak ada orang sama sekali.

Setelah masakan selesai, kami makan bersama dengan lahap. Perut kami lapar sekali setelah percintaan yang menguras banyak energy. Kami makan sambil bercanda. Suamiku memakai t-shirt dan celana kolor sedangkan aku tetap telanjang. Sambil makan, tangan suamiku dengan nakal menggerayangi tubuhku. Kadang punggungku di elus-elus, kadang dicubit putingku, kadang digelitiki membuat aku sedikit menjerit-jerit kecil karena kaget dan geli. Kami bahagia sekali. Malam itu kami kembali bercinta dengan hot hingga kami sama-sama kelelahan dan tertidur sampai pagi.

Esok harinya aku bangun lebih dulu dari suamiku. Matahari sudah mulai terbit, aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB. Saat hendak mengenakan baju untuk keluar rumah, aku ingat pada janjiku untuk tetap telanjang hingga besok. Akhirnya aku tidak jadi berpakaian. Aku berjalan menuju kamar mandi yang pintunya terletak di luar rumah untuk mandi. Di depan pintu kamar mandi, dengan malas aku menggeliatkan tubuhku, udaranya segar sekali. Aq sadar bahwa saat ini aku di luar rumah dalam keadaan telanjang. Jika ada orang dari kampung sebelah yang sedang ke sawah, pasti mereka akan melihat tubuh telanjangku ini namun biarlah anggap aja sebagai rejeki mereka. Aku tersenyum sendiri teringat pada kejadian kemarin sore yang begitu mendebarkan.

Setelah mandi dan mengeringkan tubuh, aku melumuri seluruh tubuhku dengan hand and body lotion hingga merata. Kemudian aku memasak makanan untuk sarapan kami. Seperti yang aku ceritakan sebelumnya, rumahku masih belum ada dapur jadi aku memasak di belakang rumah di ruang terbuka.

Tiba-tiba aku mendengar ada seseorang yang mengetok pintu depan. Pada saat itu gorden jendela depan dalam keadaan terbuka. Aku bingung karena tidak bisa berbuat apa-apa. Mau masuk rumah takut terlihat oleh tamu tersebut, untuk membukakan pintupun pastinya tidak mungkin karena aku masih telanjang. Aku berharap suamiku bangun dan menemui tamu tersebut. Setelah beberapa lama ternyata suamiku belum juga bangun. Aku mendengar ada langkah kaki yang mendekati aku melalu samping rumah. Mungkin tamu tersebut mencoba mencari kami di belakang rumah karena tidak ada yang membukakan pintu depan.

Aku menjadi panik, mau mencari sesuatu untuk menutupi tubuhku tetapi tidak bisa aku temukan. Hanya ada peralatan masak. Akhirnya cepat-cepat aku nekat masuk rumah sebelum tamu tersebut mengetahui aku di belakan rumah dalam keadaan telanjang bulat.

Betapa sialnya aku pada saat itu. Ternyata masih ada 1 orang tamu lagi yang masih ada di depan rumah tepat di depan cendela kaca sambil melihat di dalam. Otomatis tubuh telanjangku terlihat dengan jelas oleh tamu tersebut. Aku hanya bisa tersenyum pada orang itu sambil kedua tanganku menutup putting dan vaginaku.

“sebentar ya pak…” teriakku kepada tamu tersebut.

Cepat-cepat aku masuk kamar dan membangunkan suamiku.

“paa… bangun pa… ada tamu tuh….” Kataku sambil menggoyangkan tubuh suamiku…

“HHmmm…masih ngantuk maa.. ada apa?” Tanya suamiku

“ ada tamu di depan…”jawabku

“siapa..?” Tanya suamiku lagi dengan mata masih terpejam karena masih mengantuk

“kayaknya kuli-kuli yang kemarin paa…”jawabku

“temuin aja ma… papa msh ngantuk banget” kata suamiku…

“gak bisa pa… mama masih telanjang nih.. katanya gak boleh pake apapun kecuali di suruh papa….mama pake baju aja ya pa..” kataku

“ iya mah..bisa-bisa mama diperkosa kalau nemuin mereka dalam keadaan telanjang…sana pake baju trus temuin mereka, papa lanjut tidur dulu. Ngantuk….”jawab suamiku.

Aku lega sekali mendengar ucapan suamiku barusan. Ternyata apa yang diucapkan kemarin supaya aku bisa di kerjain kuli-kuli tersebut tidak serius adanya. Namun rasa erotis pada kejadian kemarin masih sangat menggodaku untuk sekali lagi berbuat nakal. Apalagi barusan aku juga kepergok dalam keadaan telanjang bulat jadi tidak ada salahnya aku mencoba eksib lagi di depan mereka.

Akupun mengenakan daster yang kemarin aku pakai saat menggoda kuli-kuli tersebut. Sebenarnya aku masih risih tapi aku merasa agak aman karena di rumah masih ada suamiku. Apalagi sepengetahuan aku tadi tamu yang berkunjung ke rumah cuma 2 orang. Setelah mengenakan pakaian seksi dan menggoda itu, dengan berdebar-debar aku membuka pintu depan. Ternyata masih ada 3 orang lagi yang ada di depan pintu yang tidak dapat aku lihat dari dalam rumah sehingga pagi-pagi sudah ada 5 orang yang bertamu di rumah aku. Sontak akupun terkejut dengan kedatangan mereka berlima. Aku berusaha menutupi keterkejutanku itu dengan tersenyum semanis mungkin.

“Pagi Bapak-bapak….ada apa ya…?” aku berkata sambil tersenyum manis menyambut mereka.

“Pagi mbak…” jawab mereka hampir bersamaan.

“gak ada apa-apa kok mbak, cuma pengen main kesini aja. Pengen nambah teman mbak..mumpung libur” kata pak Karjono

“Oooo…. Mari silahkan masuk sambil ngopi-ngopi dulu pak” kataku.

Lalu aku membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan mereka untuk masuk. Pada saat melewatiku, sepintas aku melihat mereka mengintip ke belahan payudaraku yang memang terlihat jelas. Anehnya aku malah merasa seksi banget sehingga bukannya aku berusaha menutupi dadaku tetapi malah membiarkan saja mereka mengintipnya. Toh mereka tidak akan berbuat macam-macam karena masih ada suami di rumah.

“maaf…belum ada kursi maupun perabot lain pak, jadi terpaksa duduknya lesehan deh…maklum pak, baru belajar mandiri. Xixixixi…..” kataku.

“gak pa pa mbak..justru saya salut ama mbak..karena masih muda tapi udah punya rumah sendiri” kata pak karjono. Kata-kata itu membuat aku menjadi bangga.

“Suaminya dimana mbak?” Tanya kasiman

“masih tidur pak. Dia lagi libur kok.” jawabku. Sengaja aku tegaskan kalau suamiku libur supaya mereka tidak berani macam-macam.

“Jangan panggil pak donk…aku belum nikah nih..panggil nama aja mbak biar gak keliatan tua. Hehehe…” kata kasiman lagi.

“ngomong aja perjaka tua. Hahahaha…” timpal Jupri. Kami semua tertawa terbahak-bahak mendengar kata-kata Jupri

“ Eh, bentar yak pak, aku bikinkan kopi dulu” sambungku.

“wah, jadi ngrepoti nih”kata pak karjono

Aku tersenyum dan kemudian melangkah ke belakang membuatkan kopi untuk mereka. Selama obrolan singkat tadi, pandangan mereka semua tidak pernah lepas dari tubuhku mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak ada yang luput dari pandangan mereka. Kulit tubuhku yang putih dan mulus ditunjang dengan wajah cantik dan tubuh yang proporsional di tambah lagi dengan penampilan aku yang seksi rupanya sangat menarik perhatian mereka. Membuat aku menjadi tersenyum-senyum sendiri. Akupun membayangkan seandainya aku telanjang di depan mereka. Hiii…. Aq jadi ngeri kalau terus melanjutkan lamunanku itu. Yang jelas mereka itu lelaki normal, pasti mereka akan berbuat lebih jauh lagi.

“iiihhhh…ngeri…” aku bergidik dan menghentikan lamunanku. Saat aku pegang memekku ternyata becek sekali, aku terangsang.

Setelah kopi selesai aku buat, aku mengantarkannya ke ruang tamu dimana mereka berada. Sesaat sebelum aku bagikan kopi tersebut, aku ingat kalau pakaianku minim dan tidak mengenakan cd maupun Bra. Jika aku menunduk pasti payudaraku terlihat jelas. Dari belakangpun memekku pasti juga terlihat. Kalau kemarin saat menyapu halaman jarak antara aku dan para kuil tersebut masih cukup jauh, tetapi sekarang jaraknya tidak lebih dari 1,5 meter. Dan yang paling mengerikan, mereka duduk agak berpencar sehingga jika aku menunduk membagikan kopi itu, tak di ragukan lagi, yang di depan dan di sampingku pasti melihat payudaraku dan yang di belakangku pasti melihat pantat dan memekku.

“aduh..gimana nih..?” kataku dalam hati.

Celakanya, dalam keadaan seperti itu justru aku merasa memekku membanjir.

Bagaimana kalau jupri yang ada di belakangku tau kalau memekku banjir…? Apa aku harus berganti pakaian dulu? Atau aku harus membangunkan suamiku? Berbagai pertanyaan keluar dari dalam hatiku. Tetapi kalau aku harus mengganti pakaian kayaknya tidak mungkin karena sekarang aku sudah ada di tengah–tengah ruang tamu di antara mereka.

Akhirnya dengan terpaksa aku putuskan untuk membagi sendiri kopi yang sudah ada di atas nampan di tanganku ini. Perlahan-lahan aku meletakkan lututku di lantai, berusaha sebisa mungkin agar bagian bawah dasterku yang mini ini tidak tersingkap. Setelah kedua lututku mendarat di lantai dengan sukses, maka inilah saat kedua payudaraku akan terlihat. Dengan berdebar-debar aku mulai merunduk, aku tidak berani melirik kearah mereka. Aku tau saat ini mereka pasti memandangku tanpa berkedip. Aku hanya berani melirik kearah payudaraku sendiri dan berkata dalam hati “ tuh… kan… terlihat deh… aduh…. Malunya aku……” kemudian secara bergantian mereka menelan ludah hingga suaranya terdengar olehku. Aku yang sudah malu menjadi semakin malu karena aku merasa cairan memekku saat itu keluar cukup banyak hingga lelehannya terasa mengaliri pahaku. “ aduh, pasti si jupri tau deh..”kataku dalam hati. Waktu untuk membagikan kopi tersebut terasa sangat lama sekali. Mukaku terasa tebal akibat malu. Aneh memang, ingin eksib tapi merasa amat sangat malu. Mungkin karena masih pemula. Hehehe…..

“Silahkan di minum kopinya.. “ kataku

“ Te..te..terima kasih mbak…” kata Jupri tergagap. Dia terlihat shock setelah melihat memekku tadi..bukan cuma Jupri, ternyata yang lainnya juga shock. Mereka seakan mematung. Benar kata suamiku, mereka sepertinya tidak pernah melihat wanita kota yang cantik, sexy, dan bersih hingga mereka menjadi shock. Aku tersenyum dalam hati. Asyik juga rasanya.

“sebentar ya pak… aku mau ke belakang dulu” kataku

Aku pergi ke belakang hendak meletakkan nampan. Setelah itu tanpa sepengetahuan mereka aku menguping pembicaraan mereka. Aku penasaran ingin mendengarkan komentar mereka tentang aku tadi.

“wuih, bos… mbak Irma benar-benar cantik dan seksi…aku bisa liat susunya dengan jelas…”kata nyoto kepada pak Kardjono.

“iya, susunya bagus banget” timpal kasiman

“ aku malah bisa ngeliat memeknya… wuih..indah sekali” kata Jupri

“Memang indah sekali…” kata Pak Kardjono

Aku yang mendengarkan pembicaraan mereka dari belakang menjadi tersanjung. Ternyata asyik juga memamerkan tubuhku ini kepada orang-orang kasar seperti mereka. Kalau Cuma di kagumi sama mereka sih gak pa pa.. tapi kalau mereka sampai nekat gimana?

“bos, kita tadi kok kayak orang blo’on aja setelah melihat tubuh mbak Irma”kata Nyoto

“Hahahaha… “ merekapun tertawa

“Kita nikmati aja pemandangannya bos..gak usah kikuk..toh mbak Irma juga senang kita liatin. Hehehe…”kata Jupri

Deg, jantungku terasa berhenti. Darimana dia bisa berkata seperti itu? Rasa Maluku muncul kembali..

“darimana kamu tau pri…?”kata pak Kardjono

“dari memeknya…hehehe…tadi tuh memeknya sampai banjir. Cairannya sampai mengalir ke bawah” kata Jupri.

“Artinya ?” Tanya kasiman

“dasar perjaka tua…hehehe… artinya mbak Irma terangsang…berarti kalau kita telanjangi, dia pasti suka…hehehe…”jelas pak Kardjono.

Seluruh persendianku rasanya lemas sekali…otot-ototku sama sekali tak bertenaga mendengar obrolan mereka. Tetapi aku masih aman karena masih ada suamiku di rumah. Trus, bagaimana kalau suamiku sudah mulai kerja..? Aku berharap semoga tidak terjadi apa-apa denganku.

Aku berusaha menenangkan diri. Setelah agak tenang, aku masuk kembali ke dalam rumah berkumpul lagi dengan mereka di ruang tamu.

Dengan tersenyum aku berkata “Maaf Bapak-bapak, agak lama di belakang, sekalian nyuci piring dulu”

“Wah.., suami mbak beruntung banget. Punya istri cantik…, rajin lagi…”kata pak Kardjono

“iya, jadi pengen nih punya istri kayak mbak…” kata kasiman

“ah.., bisa aja… makasih deh” aku tersipu dan merasa bangga mendengar pujian mereka

Apa yang aku dengar dari obrolan mereka tadi saat aku di belakang ternyata benar. Mereka mulai berani merayu aku. Tidak seperti sebelumnya yang masih sungkan-sungkan. Bahkan mereka saling sahut menyahut untuk memuji dan merayu aku.

Tidak terasa sudah 10 menit kami ngobrol. Sebenarnya senang juga mendengar ocehan dan rayuan mereka walaupun ocehan mereka sudah mulai agak-agak kurang ajar tetapi karena lucu jadi aku abaikan aja. Kamipun tertawa terbahak-bahak sampai akhirnya suamiku bangun dan bergabung dengan kami.

“Wah-wah…ramai sekali… ngobrol apa aja nih…” kata suamiku.

Akhirnya suamiku pun ikut bercanda bersama kami. Suamiku orangnya supel dan mudah bergaul jadi tidak perlu waktu lama untuk ikut larut dalam obrolan kami. Bahkan suamiku lah yang paling sering memancing omongan-omongan yang agak jorok sehingga kami semua semakin akrab.

Tiba-tiba ada telepon masuk di HP suamiku. Suamiku segera keluar rumah dan mengangkat HPnya di luar. Tidak tau apa yang di bicarakan tetapi kelihatan serius sekali. Setelah selesai berbicara melalui telepon dia masuk kembali.

“mah…aku di telepon oleh bos..ada masalah dengan proyek yang ada di Banjarmasin. Aku di suruh menyelesaikan masalah itu dan harus berangkat sekarang juga”kata suamiku

“sampai berapa lama pah…? Trus aku gmana?” tanyaku khawatir karena sebentar lagi aku di tinggal suamiku dinas ke luar pulau.

“gak tau sampai berapa lama, mungkin paling cepat 1 minggu mah…” jawab suamiku

“Yaa…, mamah takut pah….1 minggu sendirian” kataku

Suamiku tampak berpikir sejenak. “mau gimana lagi mah, namanya juga tugas…” kata suamiku

“Gak usah khawatir mas.. mbak Irma biar kita jagain. Di tanggung aman deh…” kata Jupri dengan semangat.

Tentu saja mereka bersemangat karena aku akan sendirian. Aku khawatir mereka lebih berani dan nekat karena tidak ada lagi yang melindungiku selama minimal 1 minggu kedepan.

“ya deh pak, aku minta tolong ya… terima kasih banyak..”kata suamiku lagi kepada para kuli bangunan tersebut.

“siapin pakaian papah mah…. Papah mau mandi dulu..”kata suamiku kepadaku

Dengan langkah gontai aku masuk kekamar mempacking pakaian-pakaian suamiku yang akan di bawa dinas. Tak berapa lama kemudian suamiku selesai mandi dan masuk kekamar kami. Saat berdua di kamar, aku mengungkapkan kekhawatiranku terhadap kuli-kuli tersebut.

“Pah, Mamah tuh selain takut sendirian di rumah sebenarnya juga takut ama mereka. Kok malah disuruh jagain mamah sih…”protesku

“lo emank kenapa?” Tanya suamiku

Aku mulai menjelaskan kepada suamiku bagaimana mereka memandangku dan menggodaku. Aku khawatir dengan tidak adanya dia di rumah, mereka lebih berani dalam menggoda dan bahkan lebih berani untuk bertindak lebih jauh seperti menyakiti atau memperkosaku. Aku benar-benar merasa takut.

Kemudian suamiku meyakinkanku bahwa tidak akan terjadi apa-apa dengan aku. Para kuli bangunan itu tidak akan menyakitiku karena di rumah memang tidak ada barang berharga yang bisa menimbulkan kejahatan perampokan. Suamiku memintaku untuk menjaga sikap dan berkata-kata yang baik kepada mereka. Dengan demikian, tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tetapi jika aku masih takut, lebih baik aku ke rumah orang tua aja untuk sementara waktu.

Aku setuju dengan ucapan suamiku. Aku bisa kerumah orang tuaku kalau aku takut sendiri. Namun jauh di lubuk hatiku, aku merasa penasaran dengan apa yang akan terjadi tanpa ada suami dirumah. Sensasi eksib yang aku rasakan benar-benar membuat adrenalinku meningkat. Membayangkan itu membuat jantungku menjadi berdebar-debar.

Setelah semua keperluan suami sudah aku siapkan dan terpacking dengan rapi, suamiku berangkat ke bandara menggunakan taxi. Mobil di tinggal di rumah supaya aku tidak bingung apabila membutuhkan kendaraan. Sebelum berangkat tak lupa dia mencium bibirku di depan kuli-kuli tersebut. Aku menjadi salting dibuatnya. Aku mengantar suami sampai di depan rumah hingga taxi yang di naiki suamiku tidak terlihat.

Di daerah perumahanku yang masih kebanyakan sawah, angin bertiup cukup kencang. Hal itu membuat pakaianku berkibar-kibar sehingga pada satu waktu angin tersebut mengangkat pakaian yang aku kenakan. Aku berusaha keras untuk menahan pakaianku agar tidak terangkat. Kedua tanganku aku gunakan untuk menahan rok bagian depan namun tetap saja yg bagian belakang terangkat sehingga seluruh pantatku yang tanpa cd terekspos dengan jelas. Untungnya tidak ada orang sama sekali di belakang tubuhku. Meskipun begitu aku tetap gugup dan salting karena pak Kardjono dan yang lainnya dari tadi terus memperhatikan aku. Sambil tersipu malu dan wajah yang merah padam aku masuk ke dalam rumah, kembali bergabung dengan kuli-kuli bangunan tersebut.

“Aduh, jadi malu aku… maaf ya…” kataku kepada mereka.

“Ah gak pa pa mbak, justru rejeki bagi kami. Pagi-pagi udah dapat pemandangan indah. Hehehe…” sahut Jupri sambil tertawa mesum.

“Iya mbak… mbak jadi semakin cantik aja. Apalagi kalau mbak tanpa baju…. Waduh….bener-bener cantik mbak.” Timpal kasiman.

Mereka sudah semakin berani dan terang-terangan menggoda aku. Sebel rasanya mendengar omongan mereka. Pelecehan mereka melalui kata-kata membuat diriku seakan-akan tidak berharga lagi tapi….

“ Huuu… maunya…” kataku sambil tersipu. Anehnya, kata-kata melecehkan itu justru membuat aku merasa erotis. Tiba-tiba aku merasa senang dan tersanjung terhadap kata-kata itu.

Melihat aku yang selalu tersipu dan tidak marah terhadap godaan-godaan mereka, kuli-kuli tersebut semakin menjadi-jadi dalam menggoda. Untungnya itu semua hanya melalui kata-kata saja. Meskipun begitu, godaan-godaan itu sudah membuat aq terangsang. Vaginaku sudah mengeluarkan banyak cairan hingga membasahi karpet. Wajahku pastinya merah karena menahan malu.

Tidak terasa, sudah sekitar 1 jam kami bercanda. Pak Kardjono cs pandai sekali membawa suasana sehingga aku merasa relax dan enjoy dengan keberadaan mereka. Saat ini waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB. Tiba-tiba HPku berdering. Aku kaget sekali karena sedang asyik menikmati pujian dan godaan Pak Kardjono dan kawan-kawan. Saat aku akan berdiri mengambil HP yang ada di kamar, aku melihat karpet tempatku duduk basah oleh cairan vaginaku sehingga aku tidak berani untuk berdiri. Akhirnya aku meminta tolong kepada nyoto untuk mengambilkan HP dengan alasan kakiku kesemutan.

Setelah nyoto mengambilkan HP dan menyerahkannya kepadaku, aku melihat suamikulah yang menelepon. Dia mengabarkan bahwa sekarang dia sudah di Bandara bersama Bos dan kira-kira 1 jam lagi akan terbang. Saat aku dan suamiku sedang ngobrol di HP, perlahan-lahan Jupri pindah ke samping kananku. Aku santai saja dan tidak curiga sama sekali sampai aku melihat Jupri mengajak pak Kardjono untuk pindah ke sisi kiriku dengan menggunakan isyarat.

Aku mulai curiga dengan apa yang akan mereka rencanakan namun aku berusaha tetap berbicara santai dengan suamiku di telepon supaya dia tidak khawatir dan mengganggu pekerjaannya. Perlahan-lahan Jupri mulai menurunkan tali dasterku yang sebelah kanan. Dengan serta merta aku menahan tali itu supaya tidak merosot dengan menggunakan tangan kiri sambil melotot kearah Jupri namun jupri hanya tersenyum mesum saja. Rupanya dia sudah mulai berani. Jantungku menjadi berdebar-debar.

Pada saat tangan kiriku menahan tali daster, Pak Kardjono perlahan-lahan menurunkan tali daster sebelah kiri. Aku menjadi bingung karena tangan kananku memegang HP sehingga tidak bisa menahannya. Aku rapatkan tangan kiriku ke tubuhku untuk menahan dasterku supaya tidak melorot namun justru memudahkan pak Kardjono karena otomatis tali dasterku menjadi longgar sehingga tali itu kini sudah berada di bawah siku kiriku. Jadi semakin lebarlah bagian dadaku yang terbuka. Sama dengan Jupri, pak Kardjonopun hanya senyam-senyum saja.

Aku semakin panik dengan keadaan ini. Aku tidak mau membuat suamiku terganggu pekerjaannya sehingga dalam pembicaraan di telepon aku berusaha biasa-biasa saja namun mataku melotot kearah Pak Kardjono dan Jupri dan meminta dengan isyarat untuk menghentikan tindakannya itu. Aku juga tidak berani berdiri dan meninggalkan mereka karena malu akibat karpet yang basah oleh cairan vaginaku.

Dengan lembut Pak Kardjono membelai-belai bagian dadaku yang terbuka. Bulu kuduku berdiri karena merasa geli dan terangsang. Aku berusaha menepis tangan pak Kardjono dengan tangan kiri yang menahan tali dasterku namun akibatnya justru menjadi boomerang. Siku kiriku menjadi longgar dan tidak lagi menahan daster sehingga daster itu langsung melorot dan terpampanglah payudara sebelah kiri. Aku agak menjerit dan berusaha menaikkan daster itu namun disaat bersamaan Jupri berhasil menurunkan tali daster sebelah kananku.

“ Ada apa mah..?” Tanya suamiku

Aku menjadi gelagapan di tanya suamiku “ Eh..gak ada apa-apa pah… ini lo pah, ada kecoa lewat..mamah jadi kaget” jawabku.

Mendengar hal itu, Kuli-kuli itu menjadi semakin berani. Mereka yakin aku tidak akan melapor ke suamiku atas tindakan mereka. Sekarang daster itu sudah melorot di bawah payudaraku. Hanya talinya saja yang masih nyangkut di sikuku. Tangan kananku masih memegang HP dan tangan kiriku berusaha menutupi kedua payudaraku. Apa daya, satu tanganku tidak cukup untuk menutupi kedua payudaraku. Suamiku terus aja mengajak ngobrol di HP sehingga aku tidak bisa mencegah tindakan Jupri dan Pak Kardjono.

Pelan-pelan pak Kardjono berusaha melepaskan tali dasterku dari siku-sikuku. Aku menahannya dengan menguatkan kedua tanganku. Nyoto datang membantu. Dia mengambil tempat di belakangku, mengangkat rambutku dan mulai menciumi tengkukku. Aku memejamkan mataku menahan rasa geli dan merangsang ini sambil tetap berusaha konsentrasi ngobrol dengan suami melalui HP. Rupanya mereka berusaha memperkosaku dengan cara yang sangat halus.

Apakah ada memperkosa dengan cara halus..?? ataukah memang hal inilah yang aku kehendaki..?? yang jelas inilah akibat dari memamerkan tubuh kepada lawan jenis. aku merasa sungguh sangat seksi di hadapan mereka dalam keadaan begini. Tangan-tangan yang tadi berusaha aku kuatkan perlahan-lahan melemah dan tidak tahu kapan, kedua tali dasterku sudah terlepas dari sikuku. Aku terbuai oleh kelembutan perlakuan mereka.


bersambung....
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar