Cerita Eksibisionis Irma Seorang Istri : Gara-Gara Mencoba Eksib, Aku Jadi..... 9

Jarak antara pos satpam dan rumahku yang tidak begitu jauh terasa jauh sekali karena suasana yang menegangkan. Tinggal beberapa meter lagi aku sudah sampai di pos. Aku melihat 2 orang satpam sedang mengobrol. Aku dekati mereka setelah sebelumnya aku memastikan simpul handukku sudah rapat.

“Malam Pak…..”sapaku kepada kedua satpam itu. Di seragamnya tertulis namanya Edi dan Bagus. Keduanya berbadan tegap, tinggi, dan gagah.

“Iya, malam mbak…”sahut kedua satpam itu. Mereka tampak terkejut dan bengong melihatku. Mereka heran kenapa malam yang belum larut ini ada cewek cantik dengan penampilan yang hampir telanjang datang ke tempat mereka. Namun itu hanya sesaat saja, setelah itu mereka terlihat bersemangat menanggapi aku. Tatapan mereka membuatku merasa sudah telanjang. Rasanya handuk yang aku pakai sudah tidak ada gunanya lagi.

“Maaf pak aku gak pake baju, bajuku terkunci di dalam lemari.”kataku

“Oh iya mbak, gak pa pa kok. Ada apa ya..? Tanya Edi

“Pak aku mo minta tolong pinjam komputernya. Aku mo kirim email bentar. Boleh ya pak….”kataku.

“Oh iya, silahkan mbak…………”kata Bagus.

Aku berjalan memasuki pos. computer sudah menyala tinggal mencolokkan flashdisk yang aku bawa. CPU komputernya terletak di bawah sehingga aku harus menunduk atau berjongkok untuk mencolokkan flashdiskku. Kulihat dari sudut mataku, Edi dan Bagus berada tepat di belakangku. Seandainya aku menunduk, pantat dan vaginaku pasti terlihat dari belakang. Seandainya aku berjongkok, ujung-unjung handukku bagian bawah akan terbuka lebar sehingga vaginakupun juga akan terlihat jelas dari atas dan samping tubuhku.

Kembali aku diliputi rasa tegang, jantungku berdebar-debar. Apa yang harus aku lakukan?? Menunduk atau berjongkok. Akupun memilih menunduk untuk memasang flashdisk. Karena gugup, flashdisk yang akan aku pasang tidak bisa masuk-masuk ke colokkannya.

Dari belakang Edi dan Bagus melotot kearah pantatku. Aku mengetahui hal itu namun pura-pura tidak tahu supaya mereka tidak kaget. Aku merasakan sensasi yang luar biasa mendebarkan dan mengasyikkan. Vaginaku menjadi basah, aku terangsang.

Setelah flashdisk terpasang, aq duduk di kursi yg ada di depan monitor. Ada rasa lega dan kecewa setelah aku memasang flashdisk tersebut. Lega karena sensasi yang mendebarkan telah berakhir, kecewa karena bagian sensitifku tidak kelihatan lagi oleh Edi dan Bagus.

Saat aku mengirim email, mereka berdua mendekatiku dan memposisikan diri disamping kanan dan kiriku. Mereka ingin mencari kesempatan untuk dapat melihat dari atas belahan dadaku yang terbuka dan pahaku yang sangat mulus. Kulirik kearah bawahku ternyata vaginaku terlihat mengintip dari sela-sela belahan handuk yang aku pakai. Aku membiarkan saja dengan perasaan yang deg-degan.

Edi dan Bagus semakin merapatkan tubuhnya ke tempatku duduk. Mereka pura-pura bertanya kesana kemari untuk mengulur-ulur waktu supaya aku lebih lama di pos mereka. Dengan puru-pura tidak sengaja juga, bagus menempelkan punggung tangannya ke bahuku dan sedikit menggesek-gesekkannya. Sedangkan Edi meletakkan tangannya di sandaran kursi sehingga kadang-kadang menyentuh tengkukku. Aku menjadi sangat terangsang. Aku ingin mereka menciumi dan menjilati sekujur tubuhku hingga tidak ada yang terlewatkan se inchi-pun namun tidak mungkin aku yang meminta dan memulai duluan.

Setelah email terkirim, aku tidak langsung beranjak dari tempat itu. aku berpura-pura mencari file yang akan aku email lagi padahal file yang harus aku kirim hanya 1 saja dan sudah tidak ada lagi. Lalu muncul ide nakalku supaya mereka nekat memperkosaku. Berulang kali aku mengambil nafas dalam-dalam supaya simpul handukku mengendur. Setelah aku rasa sudah cukup kendur, aku mengambil flash disk yang ada di bawah sambil tetap duduk di kursi. Aku menundukkan tubuhku untuk meraih flashdisk tersebut. Bagian punggungku semakin terbuka dan memperlihatkan kehalusan kulitku karena handukku tertarik kebawah. Saat itulah sebenarnya simpul handuk sudah terlepas. Jantungku berdebar-debar.

Setelah itu aku berdiri dan handuk yang melilit tubuhku langsung melorot. “Aiiiihhhhh………………….” Aku menjerit pura-pura kaget. Bukan handuk yang langsung aku raih, tapi aku hanya berusaha menutupi payudara dan vaginaku dengan kedua tanganku. Tentu saja usahaku itu sia-sia. Dua buah payudara hanya ditutupi satu tangan saja sedangkan vaginaku ditutupi tangan kiri yang masih menggenggam flashdisk.

“Aduhhhh… pak Edi, pak Bagus…. Maaf ya, jadi makin gak sopan.. gak sengaja nih….maaf ya…”kataku.

“Gak pa pa kok mbak….. malah kita senang kok ada pemandangan indah di depan mata kita…”kata Edi.

“Ah, bisa aja pak Edi…”kataku dengan tersipu malu dan bangga.

“Pak, Jangan diliatin terus donk….malu ini lho…. Tolong tutup mata donk pak, aku mau ambil handukku…” aku pura-pura merajuk.

“Eh, maaf mbak. Habis mbak seksi banget sih….lebih baik gak usah pake handuk deh…. Lebih cantik begini kok” kata Bagus sambil mengambil handukku yang ada di bawah.

“Sini Gus handuknya biar aku simpan sebagai kenang-kenangan.”kata Edi menimpali

“Jangan pak…. Aduhhh…malu nih pak….sini donk handuknya”kataku merengek.

Edi melipat handukku dan disimpan di dalam tasnya. Otomatis tidak ada lagi sesuatu untuk menutupi tubuhku ini.

“Hehehehe….. ginikan lebih enak di pandang.”kata Edi setelah menyimpan handukku.

“betul ed… pemandangannya lebih indah. Heheheheh..”timpal bagus

Mendengar itu, aku merasa tersanjung. Mereka mendekatiku, aku semakin deg-degan.

“Eh..mau apa kalian..?” tanyaku.

Nampaknya mereka tidak memperdulikan pertanyanku. Bagus mengelus lengan dan bahuku dengan lembut sedangkan Edi mengelus tengkuk, punggung hingga pantatku. Bulu kudukku langsung berdiri merasakan elusan itu.

“Eeemmmmm………….” Desahku agak manja sambil memejamkan mata dan sedikit menggeliat karena geli.

“wuihhh….. halusnya…………”kata Bagus sambil terus mengusap-usap bahuku.

“Iya Gus, udah halus…, cantik…, seksi…, mulus lagi… wahhh…. Mimpi apa kita kemarin Gus….”kata Edi

Aku tersipu malu mendengar pujian mereka dan semakin merasa tersanjung.

“Jangan Pak, kembalikan handukku. Aku malu pak…”aku memang merasa malu tetapi ingin mereka terus melanjutkan perlakuan mereka kepadaku bahkan ingin mereka lebih nekat.

Bagus mulai mencium pundakku, beralih ke leherku, dan kemudian sedikit menjilat telingaku.

“Eeemmmmmmmm………paaaakkkk……”aku kembali mendesah merasakan ciuman itu

“Udah pak… ccuuukkkuuupppp….aahhhh…..” Aku berkata pelan sambil sedikit mendesah. Tentu saja hal itu membuat Bagus dan Edi semakin semangat. Mulutku menolak namun dengan nada menggoda dan tubuhkupun nampak menikmati. Mereka tidak percaya kalau aku menolak perlakuan mereka.

Dengan mata terpejam dan mulut sedikit terbuka, tanpa sadar tiba-tiba Edi sudah mendaratkan mulutnya mengulum bibirku. Aku sudah terbuai dan membalas ciuman Edi pada mulutku.

Bagus menurunkan tanganku yang menutupi payudara dan mengelus payudaraku lembut sekali. Kadang-kadang putingku di colek-colek hingga membuat aku tersentak-sentak seperti terkena sengatan listrik. Kadang-kadang dia juga memuntir-muntir putingku. Aku semakin terangsang dan nafasku terputus-putus mengikuti colekan-colekan jarinya pada putingku.

Sementara Edi masih tetap mencium bibirku. Dia benar-benar menikmatinya. Tak dibiarkannya mulutku terlepas dari pagutannya bahkan hampir seluruh lidahku sampai masuk ke mulutnya karena sedotannya yang kuat seakan-akan mau menelan lidahku itu. Mulutkupun menjadi menganga lebar dibuatnya. Ciumannya dahsyat sekali

“Ahhhh….. ahhhh…..ahhhh…..” desahku dengan mulut terbuka lebar karena kenikmatan yang aku rasakan.

Bagus berpindah tempat di belakangku, sementara tangannya masih tetap meraba-raba payudaraku. Setelah itu, rambutku yang belakang disibakkan lalu dia menciumi tengkukku. Aku merasa seperti melayang-layang. Bulu-bulu di sekujur tubuhku meremang.

Tangan Edi turun ke bawah merabai pantatku. Kadang dia meremas kuat pantatku dan kemudian mengelus-elus lagi. Elusannya bahkan sampai menelusup di belahan pantatku hingga mengenai anusku. Ciumannya tidak pernah lepas sedikitpun. Bagus menurunkan satu tangannya sampai pada vaginaku. Diusap-usapnya vaginaku dengan lembut.

Saat ciuman Edi terlepas, aku menggunakan kesempatan itu untuk mendesah sedikit keras. Rangsangan yang aku terima pada sekujur tubuhku membuatku tidak bisa menahan desahan. Nikmat sekali.

“Ooooohhhhhhhhhhhhhhhhh…………………………………….” Desahku

“Aaaahhhhhhhhh…………………………………..” Aku terlonjak kaget. Klitorisku yang sudah menegang sedari tadi tiba-tiba di jepit oleh jari telunjuk dan jempol oleh Bagus. Setelah menjepit, dia kemudian memuntir-muntir klitorisku seperti memuntir-muntir puting payudara. Vaginaku semakin basah. Rasa nikmat yang aku rasakan tidak bisa aku ucapkan dengan kata-kata. Klitorisku tidak pernah diperlakukan seperti itu. Terasa sangat dimanjakan.

“Aaaahhhhh……….aaahhhhhhh…….aaaahhhhhh……..”tid ak ada jalan lain untukku selain berteriak untuk meredam kenikmatannya. Aku menggeliat-geliatkan tubuhku, meliuk-liuk seperti penari ular. Dalam waktu singkat, aku sudah mendekati ambang orgasme. Sebentar lagi pertahananku akan jebol.

“Aaakkkuuu …mau kkkkeluuaaarrr…..oooohhhhhhh……tttteerrruuuuussss…… …”racauku

Edi menggigit ringan leherku yang mendongak. Rupanya dia gemas dengan mulusnya leherku. Dimainkannya lidahnya disitu, menggelitik leherku yang jenjang, putih dan mulus. Beberapa saat kemudian,

“Aaacccchhhhhhhhhh………………………iiiiihhhhhhhhhhhh…………aa aaccccchhhhhhhhh………..” tubuhku menegang sampai beberapa detik, tanganku meremas pundak edi sekuat-kuatnya lalu cairanku menyemprot dari dalam vagina setelah itu tubuhku mengejang-kejang. Aku mengalami orgasme pertama pada malam itu setelah menahan rangsangan birahi sejak keluar rumah tadi.

Setelah orgasmeku mereda, Bagus mengambil tempat duduk yang ada di depan computer dan langsung menarikku ke pangkuannya dengan posisi aku membelakanginya. Kemudian dia meletakkan penisnya tepat di depan mulut vaginaku dan memasukkan penisnya itu ke dalam vaginaku dengan sekali hentakan sehingga membuatku terlonjak.

“Ooohhhh……….. aduh……., sakit pak…….pelan-pelan donk………..”kataku dengan mendongakkan kepala. Vaginaku masih sensitive akibat orgasme tadi. Penis si bagus membuat vaginaku terasa ngilu. Setelah masuk seluruhnya, Bagus mendiamkan penisnya supaya vaginaku menyesuaikan dengan penisnya yang besar itu. Selang beberapa detik, dia mulai mengocok penisnya dalam vaginaku.

Sementara Edi menyodorkan penisnya ke dalam mulutku. Akupun langsung membuka mulutku dan mulai mengulumnya. Kumainkan lidahku menggelitik kepala penisnya yang ada di dalam mulut. Edi tampak sangat menikmatinya. Dia mendesah-desah dan mengelus rambutku. Lalu tangan satunya meremas-remas payudaraku.

“Hosh….hosh…gimana mbak??...hosh…hosh….enak gak?? Hehehehe….”Tanya Bagus dengan nafas yang mendengus-dengus seperti orang sedang berlari. Pinggulnya masih tetap menggenjotku dengan kecepatan agak tinggi namun tetap berirama.

Aku tidak menjawab pertanyaan itu. Aku hanya merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tidak lama kemudian nafasku sudah semakin berat. Orgasmeku sudah dekat.

“Ehmmmmm….ehmmmm…..ehmmmmm…..” begitulah suaraku karena mulutku masih terisi penis Edi.

Malam itu aku di kerjain habis-habisan oleh Bagus dan Edi. Mereka sangat bernafsu sekali melahap tubuhku. Tubuhku tidak pernah dibiarkan menganggur barang sedetikpun. Mereka mencumbuku secara bersamaan namun saat bersetubuh, mereka melakukannya secara bergiliran. Hal itulah yang membuatku tidak berhenti sama sekali. Saat bagus menyetubuhiku, Edi hanya mencumbuku sambil mengumpulkan energy untuk giliran berikutnya. Begitu juga sebaliknya.

Tidak terasa, sudah 2 jam aku dikerjai. Tak terhitung berapa kali aku mengalami orgasme. Sedangkan mereka berdua sudah mengeluarkan pejunya masing-masing 2 kali dalam vaginaku. Setelah itu kami bertiga merasa sangat lelah, terutama aku. Kami beristirahat sambil ngobrol-ngobrol. Mereka merasa senang bisa berkenalan denganku dan merasakan nikmatnya tubuhku. Mereka mengakui aku benar-benar sangat cantik dan seksi.

Setelah tenagaku mulai pulih, aku berpamitan mau pulang. Aku meminta handukku untuk di kembalikan.

“Pak Edi, Pak Bagus, saya pulang dulu ya.. uda jam setengah 10 malam. Aku mau tidur dulu, capek banget habis kalian kerjain tadi.” Kataku

“Oh iya, silahkan mbak Irma… ayo saya antar…” kata Edi.

“Terima kasih Pak Edi, saya bisa pulang sendiri kok. Tolong kembalikan handuk saya donk…..gak mungkin saya pulang telanjang bulat gini…”kataku memohon..

“Gak pa pa mbak…. Udah malam, gak bakal ada orang kok.. nie handuknya mo saya simpen buat kenang-kenangan. Hehehehe….” Kata Edi

“tapi pak……..”kataku memelas. Bagaimana nih, aku sudah tidak memiliki penutup tubuh sama sekali. Di rumahpun juga tidak ada. Apakah aku harus telanjang terus selama 9 hari ke depan? Batinku. Bagaimana jika aku kehabisan sembako dan aku harus belanja ke supermarket.

“Ayo saya antar aja mbak….”Kata Bagus menawarkan jasanya.

“Gak pak, gak usah. Aku pulang sendiri saja.. makasih… please, kembalikan handukku donk pak…”kataku

Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar