Namaku Fais, Aku seorang suami berusia 30th yang berstatus PNS, aku
memiliki istri yang usianya terpaut tidak jauh denganku 2th. Istriku
bernama Disha, seorang lulusan sarjana farmasi. Sedikit gambaran tentang
istriku, wajahnya cantik, dg kulih yg kuning langsat khas orang jawa.
Rambutnya panjang sebahu dan sedikit curly, istriku cukup tinggi untuk
seorang wanita yaitu 170 cm dengan kaki jenjang yg tentunya mulus
dipadukan dengan ukuran payudara 34B dan bongkah pantat yang montok,
serta perut yang rata hasil dari senam BL yg rutin dilakukannya. Dengan
penampilan seperti itu, tentu istriku terlihat sangat menawan dan
menggoda setiap mata pria yang memandangnya. Kami menikah tahun 2009
dibulan september, dan kami sudah dikaruniai 2 orang putra yang
lucu-lucu. Putra pertama kami berusia 5 tahun dan putra kedua kami
berusia 3 tahun.
Liburan hari raya tahun 2015 kami membawa kedua putra kami liburan
dirumah neneknya di kecamatan semanding Gunung Kidul. Liburan kali ini
memang cukup panjang dan kebetulan saya mengajukan tambahan cuti ke
dinas sehingga kami pun memiliki waktu yang lama dirumah orang tua saya.
Tidak banyak yang berubah disini, masih sama seperti saat saya kecil.
Daerah perbukitan yang cukup kering dengan banyaknya hutan jati, ladang
ladang jagung dan ketela pohon karena tidak cukup air apabila masyarakat
disini menanam tanaman padi sehingga mayoritas menanam palawija pada
kebunnya.
Saya berasal dari keluarga yang cukup terpandang didesa ini dan jelas
lah kami termasuk keluarga berada. Rumah orang tua saya adalah rumah
peninggalan dari jaman kolonial yg memang sengaja tidak dilakukan
perubahan pada model bangunan, hanya direnovasi pada dinding, plafon dan
atap sehingga kesan mistis dan kuno terpancar bila melihatnya. Dirumah
ini tinggal ibuku yang berusia lanjut, budi dan sandi yang merupakan
keponakan ku, pak rustam penjaga rumah sekaligus tukang kebun serta bi
narti yang mengurusi keperluan rumah tangga.
Disha sangat senang bila berlibur kemari, dikarenakan suasana pedesaan
yang sejuk dipagi dan sore hari, juga keramahan warga membuat Disha
sangat betah apabila berkunjung. Namun liburan kali ini bertepatan
dengan musim kemarau yg cukup panjang, sumur-sumur warga mengering,
begitu juga dengan sumur dirumah keluarga kami. Namun kami dan
masyarakat masih bersyukur karena sungai besar yang membentang didesa
kami tidak kering, meskipun debit airnya berkurang. Oleh warga sungai
tersebut digunakan untuk keperluan sehari-hari. Kami juga beruntung
karena pak rustam setiap pagi dan sore mengambil air untuk keperluan
mandi, mencuci dan memasak. Namun karena kasihan akhirnya untuk saya,
budi, sandi, dan bi narti setiap hari juga mengambil air disungai
sekalian mandi dan mencuci.
Sore itu disungai banyak warga yang mandi dan mencuci, mereka terbagi
menjadi dua kelompok, ibu-ibu disebelah timur dan bapak bapak disebelah
barat. Karena hanya dua lokasi itu yang tertutup bebatuan yang cukup
besar. Sementara itu kulihat banyak ibu-ibu yang mencuci tidak jauh dari
lokasi mandi ibu-ibu. karena agak rame, akhirnya istriku memilih tempat
mencuci baju agak jauh dari mereka, lokasi tersebut cukup sepi dan
terlindung. namun dari tempatku mandi masih dapat kulihat jelas, karena
aku pun khawatir jika istriku butuh bantuan sewaktu-waktu. Cukup banyak
pula cucian yg istriku cuci, karena sampai 4x pulang pergi mengambil
air, dia belum kelihatan selesei untuk kemudian mandi.
Sebenarnya akupun tadi sudah mandi, namun karena harus angkat-angkat
air, akhirnya aku berkeringat lagi maka kuputuskan untuk mandi kembali
dan kulihat istrikupun selesei juga mencucinya dan dia bersiap untuk
mandi. Karena hari sudah mulai gelap dan sudah tidak banyak orang
disana, bapak bapak sudah banyak yg pulang, hanya tinggal beberapa
ibu-ibu saja yg masih belum selesei mandi. Maka istriku akhirnya
memberanikan diri mandi ditempatnya mencuci tadi, kulihat dia mulai
melepas kancing kancing bajunya, dan menaruh baju tersebut diatas batu
disebelah kanan nya. Walaupun tubuh indahnya bias kulihat setiap hari,
namun melihatnya melepas bajunya tersebut tak ayal membuatku ngaceng
juga, dan sesekali kuelus2 pelan dari luar celana pendek. Seteleah
melepas bajunya tadi, istriku membuka pengait BH nya, dan dapat kulihat
payudara kencang istriku dengan puting kecoklatan yang kontras sekali
dengan kulitnya yang putih semakin membuat ku tegang tak karuan.
Karena aku juga kawatir apabila ada orang yang tiba-tiba datang dan
melihat istriku setengah telanjang. Dalam diriku muncul rasa penasaran
dan aku memutuskan untuk melihat dari tempat yang cukup tersembunyi.
Aku pun berteriak kepada istriku “ma, aku bawa air lagi ya, habis ini balik lagi jemput mama”,
dan di jawab istriku “iya pah, jangan lama-lama ya, takut juga sudah mulai gelap”,
“oke ma” jawab ku sembari pergi.
Setelah berjalan cukup jauh aku pun memutar dan bersembunyi
disemak-semak, kelihatan konyol sekali kelakuanku mengingat yang kulihat
sebenarnya istriku sendiri. Dua menit, lima menit dan sepuluh menit
berlalu akhirnya yg kukawatirkan tadi terjadi juga. Dari jauh aku dapat
melihat sesosok lelaki, bertelanjang dada dan hanya memakai sarung
berjalan sambil memikul dua timba air yang akan diisi disungai. Ketika
itu aku ingin berteriak dan memberitahu istriku, namun aku lupa dengan
tujuan awal kenapa aku bersembunyi tadi. Akhirnya sosok lelaki tersebut
dapat ku kenali, dia adalah Teguh, tukang ronda dikampung ini. Dari
jarak 50 m dari tempatnya berdiri, kulihat Teguh pun tertegun, karena
didepannya melihat seorang perempuan setengah telanjang sedang mandi,
kulit mulus istriku membius pikirannya apalagi ditambah kemontokan dan
keseksian tubuh Disha istriku, bisa dipastikan Teguh pun akhirnya
terbakar birahinya juga. Tangannya perlahan mengelus-elus kontolnya yg
tertutup sarung. Sepertinya cukup besar juga kontol Teguh karena
tonjolan nya begitu kentara.
semilir angin musim kemarau di sore hari rupanya membuat istriku terbawa
suasana menikmati mandi sorenya, apalagi gemericik air sungai yang
melewati bebatuan juga cukup membuat berisik ditelinga. sehingga
kehadiran Teguh yang ada dibelakangnya tidak disadari. istriku sangat
menikmati kesegaran air yang membasahi tubuh indahnya, sambil sesekali
dia bermain air dan sesekali membasuh payudaranya dan entah karena
dingin atau bagaimana akhirnya putingnya mencuat keras. tak bisa
kubayangkan bagaimana perasaan teguh saat itu, aku yang suaminya saja
bisa sangat terangsang sekali. rupanya memang benar perkiraanku, kontol
teguh sangat besar dan panjang. bisa kulihat dia mengeluarkan kontolnya
dengan menurunkan ikatan sarungnya dan dipegangi dengan tangan kiri,
supaya apabila aksinya dilihat orang dia bisa dengan cepat menutupi
kemaluannya sementara tangan kanan nya asik mengocok kontolnya sambil
sesekali menoleh kesekitar lokasi tersebut dimana dia bisa dapat mandi
sambil menikmati indah nya tubuh istriku itu.
akhirnya dia memutuskan mandi tidak jauh dari lokasinya berdiri, dan
dari sana Teguh pun dapat melihat tubuh istriku dengan jelas begitu pula
istriku apabila dia membalikkan badan tentu dapat melihat Teguh. segera
dilepas sarung yang mengganggu nya tersebut dan diletakkan diatas batu
sekenanya dan kemudian dia mengocok kontolnya dengan cepat dan tanpa
sadar Teguh merancau cukup keras
“ahh, indah sekali tubuhmu mbak ….“
dan mungkin istriku mendengar sayup-sayup suara dari belakang sehingga
dia membalikkan tubuhnya sehingga dia dapat melihat Teguh yang sedang
telanjang bersandar pada batu dibelakangnya sementara matanya terpejam
seolah-olah sedang membayangkan menjamah tubuh istriku. istriku cukup
terkejut karena tiba-tiba ada yang mandi tidak jauh darinya dan tentu
dia tau apa yang menyebabkan laki-laki itu beronani. namun ketika dia
melihat apa yang ada digenggaman tangan teguh, dia bergumam lirih
“ …iihhh…” dan dengan segerah dialihkan pandangannya supaya dia tidak ketahuan jika dia melihat kemaluan laki-laki lain.
seumur hidupnya istriku belum pernah melihat secara langsung kemaluan
laki-laki dewasa secara langsung, dan selama ini yang dia tahu hanya
lewat film bokep yang sering kita tonton bersama. pernah dulu dia
berkomentar saat melihat wanita disetuhi laki-laki bule di film bokep
yang kita tonton,
“pah, itunya kok besar dan panjang ya” sambil matanya tanpa berkedip
menatap layar. dan kujawab saja sekenanya “namanya juga film mah”.
namun kini, secara langsung dia melihat kemaluan laki-laki lain secara
live dan dapat kulihat dia pun mulai bergairah karena perlahan payudara
istriku seperti semakin kencang disertai putingnya makin mencuat,
kulihat wajahnya juga memerah karena jengah.rupanya istriku seperti
penasaran saja, dilihatnya kiri dan kanan dimana suasana semakin sepi.
dan perlahan disapukan pandangannya kembali pada sosok Teguh yang sedang
asyik beronani. kontol panjang teguh yang kira-kira 18cm dengan
diameter 8cm dimana urat-uratnya dapat kulihat sangat menonjol tentu
juga dapat dilihat istriku dengan cukup jelas.
rupanya disinilah awal dari lahirnya sisi binal istriku, tiba-tiba angin
cukup kencang karena hari semakin sore. membuat sarung Teguh terbawa
angin dan jatuh ke sungai. Teguh yang kaget karena tiba-tiba ada angin
berhembus cukup kencang membuka matanya dan dapat kulihat mata mereka
berpandangan. mereka pun cukup kaget, Teguh berusaha menutupi
kemaluannya dengan berusaha duduk didasar sungai sementara Disha
menutupi dadanya. dan tak lama kemudian Teguh menyadari jika bajunya
terbawa air sungai yang menuju kearah istriku. dengan terbata-bata dia
berkata
“mbak, tolong ambilkan sarung saya”
namun untuk menggapainya istriku harus melongokkan badannya yang tentu
Teguh dapat melihat bagian atas istriku yang toples. sepertinya Disha
dilanda kebingungan, karena apabila dia memutuskan mengenakan bajunya
dulu dan tidak segera diambil maka sarung itu akan terlewat dan terbawa
jauh. namun jika dia langsung mengambil sarung itu maka tubuh atasnya
yang telanjang akan semakin terlihat saat dia melongokkan tubuhnya untuk
menggapai sarung tadi. rupanya istriku masih tersadar meskipun dia
dalam kondisi bergairah.
“mbak, tolong ambilkan sarung saya , saya tidak membawa baju yang lain lagi”
kali ini dengan wajah panik teguh meminta tolong. dan akhirnya istriku
pun dengan berat hati karena malu, dia menglongokkan badannya diatas
batu disebelah kanannya, tangan kanan nya berusaha menggapai sarung
tersebut sementara tangan kirinya menutupi payudara besarnya. rupanya
dengan cara itu tangannya tidak dapat menjangkau sarung itu, dan mau tak
mau dia memajukan lagi badannya dan supaya tetap seimbang akhirnya
tangan kirinya digunakan untuk bertumpu pada batu tadi. sehingga tampak
lah pemandangan yang sangat erotis, tubuh atas istriku sepenuhnya
telanjang dapat dilihat oleh Teguh dan payudaranya yang besar terlihat
sangat sekal menggantung indah terayun perlahan. seandainya kejadian td
dapat dislow motion tentu akan lebih indah. Teguh tertegun dan meneguk
ludahnya beberapa kali melihat hal itu.
setelah meraih sarung tadi istriku segera keposisi semula dan menutup
payudaranya tetapi masalah kembali datang, karena bagaimana dia
menyerahkan sarung itu pada Teguh karena jarak mereka cukup jauh.
kulihat istriku berkata pada Teguh
“mas ini sarungnya bagaimana???” istriku sedikit berteriak
“eh iya mbak, terima kasih” Teguh baru tersadar dari lamunannya.
“saya ambil mbak”, buru buru teguh berdiri dan berjalan diatas bebatuan dengan hati-hati dan dia lupa jika dia masih telanjang.
istriku kaget karena tiba-tiba laki-laki telanjang tadi berjalan
kearahnya dengan kontol panjang dan besar terangguk-angguk. istriku
ganti yang tertegun, kini kontol panjang dan besar itu semakin dekat dan
terlihat jelas. dan istriku tanpa sadar berkata ketika Teguh hampir
sampai,
“mas, ‘itunya’ kelihatan” sambil memalingkan wajahnya yang memerah.
“wah maaf maaf banget mbak” Teguh pun tersadar segera menutupi
kemaluannya dengan tangan kirinya sambil dia kembali turun ke sungai
untuk menutupi kemaluannya didalam air.
cukup dekat jarak mereka, sekitar 3 meter an yang hanya dipisahkan
bebatuan. ditempatnya Teguh berusaha menjulurkan tangannya sementara
istriku juga berusaha menjulurkan sarung itu. namun lagi-lagi tangan
mereka tidak dapat saling menggapai. hingga akhirnya istriku agak
melongokkan badannya sementara tangan kirinya bertumpu pada batu untuk
menjaga keseimbangan. tentu saja pemandangan indah kembali terpampang
dihadapan Teguh apalagi kini jarak nya cukup dekat untuk melihat dengan
jelas urat kebiruan pada bagian payudara istriku yang kini menggantung
bebas. entah kenapa kali ini istriku seperti tidak berpikir dulu dan
langsung bergerak secara spontan. Teguh seperti tidak konsentrasi ketika
ujung sarung yang diserahkan istriku tadi menyentuh jarinya. karena
pandangannya terfokus pada tubuh istriku, pada payudara nya yang sekal
dan besar dan kemolekan tubuh istriku. hingga istriku memanggilnya
“mas, ini sarungnya”
Teguh yang kaget pun kemudian berdiri dengan spontan meraih sarungnya
sehingga tangannya bersentuhan dengan tangan istriku yang halus dan
lembut. sementara itu kemaluannya kembali bebas terpampang dan terlihat
istriku. cukup lama tangan itu bersentuhan dimana keduanya saling
tertegun seolah saling mengagumi.
dari lokasiku mengintip, kontolku semakin tegang dan dengan sadar aku
beronani, mengocok kontolku yang bila dibandingkan milik Teguh tidak ada
apa-apanya sembari menanti kejadian selanjutnya. Mungkin aku suami yang
bodoh karena dengan sengaja aku meninggalkan istriku yang cantik mandi
disungai menjelang magrib dimana suasana sudah semakin sepi dikarenakan
banyak yang sudah kembali kerumah masing-masing. Berharap terjadi hal
yang seharusnya tidak boleh terjadi, namun membayangkan ketika istriku
mengayun-ayunkan pinggulnya mengimbangi hentakan-hentakan dari sodokan
kontol laki-laki lain yang lebih besar dan panjang dari penis ku,
mendengar erangannya yang tanpa malu-malu lagi keluar dari bibirnya
menahan nikmat ketika kontol panjang dan besar itu mengaduk-aduk vagina
nya dengan ritme cepat serta melihatnya terpejam mengayati setiap
sodokan kontol yang diterima dan sesekali matanya terbelalak karena
dalamnya sodokan pada vaginannya yang sangat sempit dan legit hingga
menyentuh dinding rahim, membuatku semakin terbakar dalam obsesi.
Sering ku bayangkan istriku yang cantik ini selingkuh, entah dengan
teman kerjanya, dengan atasannya ditempat kerja atau dengan siapapun
yang dikenalnya, dimana laki-laki itu pasti sangat bernafsu mencumbu
istriku, menciumi lehernya yang jenjang , menciumi tengkuk dan belakang
telinganya. Sembari tangannya bermain pada payudara istriku yang masih
tertutup blazer kerjanya, meremas-remas perlahan diiringi
desahan-desahan istriku. Dan kemudian tangan kanan laki-laki itu membuka
kancing kancing blazer istriku yang kini dia sudah berciuman berpagutan
lidah yang saling membelit, melolosi blazernya dan meletakkan di kursi
kerja sehingga kini istriku hanya mengenakan blouse krem satin yang
tipis. Tangannya kembali bermain pada payudara istriku dan meremasinya
penuh nafsu. Tak ketinggalan tangan kirinya menjamah bongkahan montok
pantat istriku, meremas-remasnya. Istriku yang dirangsang sedemikian
rupa tak tinggal diam, tangan kanan nya merangkul leher, memeluk
laki-laki itu sembari tangan kirinya membuka ikat pinggang dan resleting
celananya, mencari-cari sesuatu yang dapat menuntaskan dahaga
birahinya. Setelah cukup kesulitan membuka resletingnya akhirnya dia
menemukan apa yang dia cari, dikeluarkannya kontol laki-laki itu yang
ternyata besar dan panjangnya melebihi penisku. Digenggamnya kontol itu
dengan gemas, seolah-olah tangan istriku dan kontol itu sudah saling
mengenal sangat lama dan tidak asing lagi.
Dikocoknya perlahan kontol besar dan panjang itu hingga membuat
laki-laki yang sedang mencumbunya mendesah menikmati. Kemudian
disingkapnya rok istriku keatas sambil dia meraba paha mulus istriku
yang selalu merawat tubuhnya terutama bagian bagian vital, seolah-olah
dia sedang membelai kain sutra karena mulusnya dan akhirnya tibalah
tangan kirinya pada pangkal paha istriku yang tertutup celana dalam
merah maroon sepadu dengan BH nya, diusapnya lembut permukaan vagina
istriku yang sudah terasa lembab dan dimasukkan jari telunjuknya melalui
sisi samping celana dalam istriku membelai belai jembut istriku yang
tipis mencari belahan vaginanya dan dikobel-kobel memek istriku yang
semakin membuatnya terbakar nafsu birahi dan ditandai keluarnya cairan
lubrikasi dari vaginanya.
cukup lama mereka melakukannya dalam posisi berdiri, saling merangsang
satu sama lain, dan pada akhirnya didudukannya istriku pada meja kerja
yang tadi rapi setelah istriku membereskan faktur-faktur pengiriman
obat, kini kembali berantakan berserakan kertas faktur akibat istriku
yang duduk dimeja dan kedua tangannya bersandar menahan tubuhnya agar
tidak rebah. sementara kakinya telah dikangkangkan lebar, roknya
disingkap keatas dan laki-laki itu mulai menciumi paha bagian dalam
istriku dan bergerak dengan tujuan yang jelas yaitu vaginanya yang basah
yang kini telah diciumi dengan rakus, dijilatinya vagina istriku ,
lidahnya dengan terampil membuka lipatan dalam vaginanya, masuk dan
keluar dan sesekali menjilati, menekan nekan itil istriku. mendapat
rangsangan sedemikian dahsyat itu akhirnya Disha tak kuat untuk menahan
erangan dan desahan-desahannya
“ahh… ahh…. mmmphh… terus ahh nikmaaattttnya” racau istriku
ruangan kerja istriku kini penuh dengan suara desahannya yang sebenarnya
cukup keras dan dapat didengar orang dari luar, namun sore ini apotek
yang dikelola istriku tengah sepi karena memang tutup. laki-laki itu
rupanya piawai sekali membuat wanita baik-baik seperti istriku mau
menyerahkan kehormatannya sebagai seorang istri. tampak wajah istriku
benar-benar menahan nikmat ketika itilnya dijilati dan ditekan tekan
oleh lidahnya yang perkasa itu, itu baru lidahnya, bagaimana dengan
kontolnya yang besar dan panjang itu tentu jauh lebih nikmat lagi. dan
akhirnya aku pun berejakulasi dalam lamunanku membayangkan istriku yang
cantik itu baru akan disetubuhi laki-laki lain. ah, aku memang suami
yang gila punya pikiran seperti itu.
akhirnya dinginya udara disungai itu dan basahnya tanganku menyadarkan
lamunan kotorku , ternyata aku benar-benar sudah berejakulasi. namun
tunggu, sepertinya ada yang aneh dengan mereka…
POV : Disha (istri Fais)
Musim kemarau kali ini memang membuat kering sumur-sumur warga, namun
ditengah kesusahan yang melanda, tetap ada nikmat yang dapat disyukuri
kami semua, yaitu air sungai yang membelah desa kami ini tetap mengalir
meskipun debitnya menurun. Sehingga kami dapat memanfaatkan nya untuk
kebutuhan masak, mandi ataupun mencuci. Karena kasihan dengan pak Rustam
yang setiap hari mengambil air disungai untuk kebutuhan rumah, akhirnya
suamiku berinisatif untuk sedikit meringankan bebannya dengan membantu
mengambil air. Aku pun juga turut serta supaya bias sekalian mencuci dan
mandi supaya tidak kemalaman jika menunggu mas Fais selesei mengisi bak
air dirumah. Sore itu cuaca cukup cerah dan banyak ibu-ibu yang mencuci
dan mandi ditempat khusus karena yang mandi disana juga ada
bapak-bapak.
Cukup kurasakan suasana kekeluargaan didesa ini, sepanjang jalan kami
banyak bertegur sapa dengan para warga hal ini dikarenakan suamiku
adalah keturunan orang terpandang didesa ini. Akhirnya kami sampai juga
disungai yang kumaksudkan. Namun kulihat tempat mandi cukup banyak
ibu-ibu sehingga aku takut baju yang kucuci akan sedikit kotor karena
airnya bercampur. Kulihat sekeliling akhirnya kutemukan juga tempat yang
pas untukku mandi dan mencuci. Tempat itu cukup tertutup batu-batuan
besar jika dilihat dari arah seberang (tempat bapak-bapak mandi). Aku
berjalan dengan hati-hati diatas batu-batu besar supaya tidak
terpeleset.
Setelah sampai, segera ku cuci baju-baju kotor yang kubawa supaya nanti
tidak pulang terlalu malam. Satu dua tiga dan akhirnya selesei juga,
sementara matahari sudah mulai terbenam. Kulihat mas Fais masih ada
disana sedang mengobrol dengan bapak-bapak. Dengan bergegas aku buka
kancing baju ku satu persatu dan kuletakkan di atas batu disebelahku.
“mmm, ternyata ada rasa tersendiri mandi ditempat terbuka seperti ini
ya” gumam ku yang tanpa sadar memacu aliran adrenalin ditubuhku dan
membuatku merasa hangat.
Kugapai pengait BH yang menutupi payudaraku yang berukuran 34B ini,
cukup besar dan kencang yang membuat setiap lelaki selalu menatap nanar
karena aku senang memakai pakaian yang cukup ketat. Kuloloskan melewati
kedua lengan ku, akhirnya tubuh atasku telah sepenuhnya telanjang, dan
putingku pun mencuat keras karena pengaruh adrenalin ku tadi. Ku ambil
air dan ku siramkan pada wajah dan tubuhku, segar sekali air sungai ini
sehingga rasa penat sehabis mencuci tadi. Rasanya ingin sekali
berlama-lama mandi disini. Segera kusabuni badanku dan ketika aku
menyabuni payudaraku, ku bermain disana cukup lama dan membuatku semakin
bergairah. Dan ketika aku terhanyut dalam birahi ku ini tiba-tiba
kudengar suamiku memanggil.
“ma, aku bawa air lagi ya, habis ini balik lagi jemput mama” teriak suamiku.
dan ku jawab “iya pah, jangan lama-lama ya, takut juga sudah mulai gelap”..
setelah itu kulihat suamiku berjalan menjauh sembari membawa timba air.
Segera kulanjutkan mandiku yang sempat tertunda tadi karena aku asyik
bermasturbasi dengan meremasi payudaraku. Kembali aku asyik menyirami
tubuhku dengan air agar aku dapat segera bersiap-siap. Namun kudengar
lamat-lamat dari belakang seperti ada suara orang, dan seperti suara
desahan. Perlahan aku menoleh ke belakang, dan betapa terkejutnya aku
melihat seorang lelaki ada disana dan ya ampun… dia tengah beronani,
mengocok kemaluannya yang sangat besar dan panjang sembari memejamkan
matanya menikmati setiap kocokan yang dilakukan. Dapat kulihat kemaluan
lelaki itu berurat sangat menonjol. Baru kali ini aku melihat kemaluan
lelaki lain secara live yang selama ini hanya kudapat melihatnya di
video bokep yang kutonton bersama suamiku. Namun kali ini aku melihatnya
secara langsung yang hanya berjarak beberapa puluh meter saja dari
tempatku berada. Gairahku yang sempat terbakar tadipun akhirnya muncul
kembali, kutertegun dengan ukuran kemaluannya itu, entah bagaimana
rasannya apabila kemaluanku ini dimasuki kemaluan sebesar dan sepanjang
itu. Ketika aku tertegun memandangi laki laki itu, tiba-tiba berhembus
angina yang cukup kencang sehingga membuat sarung lelaki itu yang
diletakkannya diatas batu jatuh kesungai terbawa air, sepertinya dia
belum menyadari karena mata kami berpandangan. Wajahkupun memerah karena
malu ketahuan memperhatikan lelaki yang sedang beronani, sementara dia
seperti belingsatan bingung harus bagaimana dan tersadar ketika hendak
mengambil sarungnya yang kini terjatuh terbawa air kearahku.
Dengan terbata dia memintaku mengambilkan sarungnya sembari tangannya menutupi kemaluannya.
“mbak, tolong ambilkan sarung saya”
Aku masih terdiam selain karena masih kaget karena aku terpergok
memandanginya tadi, aku pun juga tentu harus berusaha menggapai sarung
tadi karena tanganku tak cukup untuk langasung mengambilnya. Hal ini
tentu akan memperlihatkan ketelanjangan tubuh atasku karena aku tidak
akan sempat berpakaian dulu. Akhirnya dia pun mengulangi permintaannya
sekali lagi sembari memohon padaku.
“mbak, tolong ambilkan sarung saya , saya tidak membawa baju yang lain lagi” ,
Bias kulihat ekspresi kebingungan dari wajahnya. Akhirnya aku berusaha
menggapai sarung yang sebentar lagi akan melewati batuan disebelahku.
Kulongokkan badan ku untuk tangan kanan ku dapat menggapai sarung tadi
sementara tangan kiriku kugunakan menutupi payudara besarku. Rupanya
tangan kananku masih tak sampai dan sebentar lagi sarung itu akan
melewati ku, akhirnya kugunakan tangan kiriku tadi untuk bertumpu pada
batu sehingga payudara ku bebas terlihat oleh lelaki itu yang ku tak
tahu namanya itu. Aku tak dapat menyebutkan perasaan yang aku rasakan
sekarang, namun rasa malu, canggung dan gairah kini menjadi satu dalam
pikiranku sehingga tanpa sadar putingku pun kembali mengeras. Baru kali
ini tubuhku telanjang dilihat lelaki lain sehingga membuatku sedikit
merasa ‘nakal’. Segera kuraih sarung lelaki tadi dan aku kembali
menutupi payudaraku, namun dapat kumelihat sepintas lelaki itu sangat
menikmati moment-moment langka dalam hidupnya tersebut. Bahkan ketika
aku memanggilnya untuk memberikan sarungnya pun lelaki itu masih
melamun. Hingga ku dapat melihat dia menelan ludahnya melihatku tadi.
Akhirnya dia pun tersadar dan terlihat senang, hingga tanpa sadar dia
berjalan dengan santainya menghampiriku. Kini kemaluan lelaki itu tampak
jelas kulihat dan semakin mendekat, kemaluan yang besar dan panjang
berayun-ayun diselakangan lelaki itu masih dalam kondisi tegang
maksimal. Aku pun menjadi malu dan memalingkan wajahku sembari berkata
“mas, ‘itu’ nya kelihatan”. Terlihat dia cukup panik dan akhirnya
kembali turun kesungai menutupi tubuh bawahnya yang jaraknya denganku
kini tinggal beberapa meter. Aku berusaha menjulurkan tangan ku
kepadanya dan dia pun melakukan hal yang sama menjulurkan tangannya
untuk meraih sarung yang berada ditanganku. Namun tentu saja kedua
tangan kami masih berjauhan, namun tiba-tiba sifat ‘nakal’ dalam diriku
muncul seiiring dengan aku yang masih bergairah tadi. Hingga tanpa
canggung dan malu lagi ku longokkan tubuhku sembari tangan kiriku
bertumpu pada batu untuk menjaga keseimbangan. Tentu saja hal ini
membuat lelaki itu girang, kulihat wajahnya berbinar memandangi tubuhku
yang mulus dan payudaraku yang besar dan kencang yang kini tergantung
bebas didepan matanya yang hanya berjarak beberapa meter darinya.
Sepertinya dia benar-benar menikmati indahnya tubuhku ini hingga aku
memanggilnya beberapa kalipun dia masih belum memberi respon seolah-olah
pikirannya berada ditempat lain. Akhirnya dia pun tersadar juga dan
dengan segera dia berdiri meraih sarung ditangan ku hingga tangan kami
saling bersentuhan cukup lama. Kini dengan jelas kulihat kemaluan lelaki
itu, besar panjang dan berurat. Berbeda jauh dengan milik suamiku yang
tidak ada apa-apanya dibandingkan milik lelaki ini. Entah bagaimana
rasanya kembali ku membayangkan seandainya kemaluanku dimasuki oleh
kemaluan lelaki ini, tentu rasanya sangat sesak dan pasti nikmat sekali
hingga tanpa sadar aku mengagumi kegagahan kemaluannya.
Lelaki itupun rupanya tidak melewatkan kesempatan dalam larutnya aku
dalam lamunan, dia tetap diam sembari matanya menelusuri tubuhku dari
ujung rambut hingga ujung kaki, centi demi centi dia perhatikan dengan
cermat namun sepertinya dia sedikit kecewa karena aku masih mengenakan
kain untuk menutupi bagian bawah tubuhku. Seperti seolah tahu jika aku
sedang mengagumi kemaluannya hingga tak memanggilku yang mungkin dapat
membuatku tersadar. Dapat kurasakan kemaluanku basah oleh cairan
lubrikasiku sendiri yang menandakan aku sedang terangsang. Dan entah
tanpa sadar aku melangkahkan kaki ku menghampirinya, sementara tangan
kiriku kuarahkan kekemaluannya yang besar dan panjang itu. Ketika
semakin dekat dan tangan ku sudah menyentuh kemaluannya dia pun
memanggilku “mbak….” dengan perlahan. Seperti tak ingin aku terkejut dan
malu atas aksiku sendiri.
Aku pun tersadar aku berada persis dihadapan lelaki itu, lelaki yang
telah telanjang bulat sementara aku hanya mengenakan kain jarit untuk
menutupi bagian bawah tubuhku sementara tubuh atasku telah telanjang
terpampang dengan jelas. Aku menunduk, rasa malu kembali menerpaku namun
tak urung tangan kanan ku masih berpegangan dengan nya sementara aku
tak berusaha menutupi payudaraku. Meski begitu, entah dari mana aku
punya keberanian untuk mengatakan hal ini kepadanya, “mas, ini sarungnya
aku pakaikan ya”. Dan tanpa menunggu persetujuannya aku pun berjongkok
didepannya yang kini aku berhadapan persis dengan kemaluannya yang besar
dan panjang. Tubuhku benar-benar bergairah melihat pemandangan yang
begitu menakjubkan ini, dapat kulihat bagaimana urat-urat dikemaluannya
begitu menonjol dan sepertinya sangat keras sekali. Sengaja kusenggolkan
lenganku ketika melilitkan sarung tadi dan benar-benar terasa sangat
keras seperti batang kayu.
Setelah sarung tersebut selesai aku kenakan padanya kini pemandangan
yang membuatku kagum itu pun hilang dan berganti ucapan terima kasih
dari lelaki itu yang memandang tubuhku yang sedang masih berjongkok
didepannya.
“te terima kasih banyak mbak, saya tidak tahu bagaimana pulangnya nanti
jika sarung itu hanyut” ujarnya. Akhirnya aku pun dengan berat hati
berdiri, dan kembali lelaki itu dapat menikmati keindahan payudara ku
lebih jelas. Dapat kulihat dari matanya jika dia sangat terangsang, dan
sangat ingin menggauliku. Namun rasanya cukup gila juga jika dia
menggauliku ditempat ini karena ini tempat terbuka meskipun aku tidak
akan menyebut hal itu ‘pemerkosaan’ karena sebenarnya akupun juga
menginginkan kemaluannya menyetubuhiku. Rupanya dia masih memiliki akal
sehat dan untuk mengalihkan birahi dalam tubuhnya dia memperkenalkan
diriku. Yang kini kutahu namanya adalah Teguh, seorang tukang ronda
dikampung ini. Kemudian dia berjalan kearah tempatku mencuci tadi dan
mengambilkan baju dan BH ku. Ternyata cukup gentlemen juga mas teguh
ini, dia tidak membiarkan ku terus-terus an telanjang memamerkan
payudaraku sendiri meskipun dia sendiri juga pasti menyesali karena
kehilangan kesempatan memandangi payudaraku. Diberikannya pakaianku dan
segera kukenakan namun aku sengaja tidak memakai BH, perlahan
kukancingkan baju ku dari bawah supaya dia dapat melihat payudaraku
hingga detik terakhir aku mengancingkan bajuku. Dia pun meneguk ludah
ketika kini aku sudah berpakaian karena payudara besar ku terlihat
sekali dari luar baju jika aku tak mengenakan BH apalagi putingku pun
mengeras. Aku pun berbalik kearah tempatku mencuci untuk membereskan
cucianku, ketika aku berbabalik dan berjalan aku sengaja
melenggak-lenggokkan pantatku dan membuatnya semakin pusing, aku yakin
dia memperhatikan goyangan pantatku tadi karena dia seperti tidak
konsentrasi ketika mengajakku berbicara menanyakan nama dan asalku.
Dia mengambil tempat duduk diatas batu tidak jauh dari tempatnya berdiri
tadi sambil kita mengobrol aku menunggu suamiku. Aku memperkenalkan
diri dan memberitahukan jika aku istri dari mas Fais. Rupanya dia kenal
dengan suamiku dan dia kembali bertanya sampai kapan aku berada di desa
ini. Obrolan kami semakin santai hingga tak sadar hari sudah gelap.
Kulihat dari jauh suamiku berjalan dengan tergesa-gesa, dalam hati aku
takut juga jika suamiku tahu apa yang terjadi tadi. Sebelum berpamitan
mas teguh mengatakan setiap pagi dia mengambil air pukul 03.30 sembari
tersenyum penuh makna dan berjalan kearah suamiku dengan tenangnya.
Ketika berpapasan dia menyapa suamiku dan suamikupun juga seperti tidak
tahu apa-apa. Suamiku menanyakan keadaanku karena dia khawatir sudah
larut takut jika ada apa-apa. Aku dan suamiku pun berjalan pulang, ku
gunakan ember cucianku untuk menutupi payudaraku supaya suamiku tidak
menyadari jika istrinya tadi sama sekali tidak memakai BH ketika asyik
mengobrol dengan lelaki lain. Namun aku penasaran arti senyumannya tadi
dan kenapa dia memberitahukan jadwalnya mengambil air disungai…
Karena hari sudah gelap, maka aku dan mas Fais bergegas pulang kerumah.
Karena penerangan listrik tidak sampai ke sungai tempat kami mandi tadi.
Kami masih harus melewati persawahan untuk dapat sampai kerumah. Cukup
jauh juga sebenarnya jarak dari sungai kerumah keluarga mas Fais.
Sesampainya dirumah segera kusiapkan makan malam untuk orang-orang
dirumah. Mas Fais makan dengan lahapnya, sepertinya dia benar-benar
kelelahan sehingga membuat perutnya kosong. Sesudah semua selesei makan
aku bergegas membersihkan piring-piring yang kotor untuk dicuci,
sementara mas Fais pamit ke kamar dulu. Mungkin dia mengantuk karena
kebiasaan suamiku jika makan kekenyangan maka dia akan cepat tertidur
dan pulas sekali. Akhirnya aku sendirian didapur mencuci piring kotor
tadi. Dapur dirumah ini merupakan bangunan yang terpisah dari bagunan
utama (rumah), letaknya ada dibelakang dan dihubungkan dengan koridor di
pintu samping rumah. Dapur ini sangat luas, maklum karena rumah kuno
sehingga dulu mungkin berfungsi sebagi tempat menyimpan hasil panen.
Dapur ini memiliki ventilasi yang tidak tertutup dan cukup besar dan
panjang. Namun ditutupi oleh kawat ram ukuran 10x10 yang terpasang kokoh
pada setiap tepinya.
Ketika aku mencuci piring kotor, entah hanya perasaan ku saja atau
bagaimana aku merasa seperti ada yang mengawasi ku dari arah belakang
melalui ventilasi, namun ketika kutengok ke belakang aku tidak melihat
siapapun. Aku yakin dengan perasaan ku tadi karena firasatku selalu
tepat, perasaan seperti yang biasanya aku alami ketika sedang berpergian
sendirian atau ditempat kerja. Mungkin karena aku selalu mengenakan
pakaian yang cukup ketat namun terlihat profesional jika dikenakan
ditempat kerja. Aku biasanya memakai celana bahan kain yang press dengan
kaki ku yang jenjang atau rok span yang juga press kakiku, sehingga
cetakan celana dalamku selalu terlihat. Sementara untuk kemejanya aku
biasa mengenakan blouse ketat atau tanktop yang aku tutupi blazer. Namun
untuk blouse tersebut kadang biasa aku lepas diruang kerjaku. Sehingga
apabila ada tamu atau orang berkunjung tentu dapat melihat keindahan
payudaraku dan tentu warna dari BH yang hari itu aku kenakan. Dari
kebiasaanku tadi akhirnya aku memiliki intuisi yang kuat apabila
diperhatikan oleh lawan jenis. Namun siapa yang memperhatikan ku
sekarang. Dirumah ini hanya ada budi dan sandi serta pak rustam saja,
sementara kalau bi narti tentu tidak mungkin. Akhirnya aku masa bodo
saja, kulanjutkan aktifitasku agar pekerjaan ku segera selesei. Memang
malam ini aku hanya mengenakan daster tanpa lengan dan panjangnya 10cm
diatas lutut. Sehingga kulitku yang putih mulus serta kaki jenjangku
dapat dilihat siapa saja. Setelah selesei aku segera menyusul suamiku ke
kamar, dan ternyata benar sekali jika dia sekarang sedang tertidur.
Setelah mengunci pintu kamar akupun membangunkan suamiku, ingin
mengajaknya bercinta karena aku masih merasakan sisa gairah tadi sore.
Kubangunkan suamiku dengan menciumi lehernya supaya dia terbangun. Dan
ternyta usahaku berhasil, rupanya suamiku tau apa yang kuinginkan.
Segera dia mencium bibirku sementara tangan nya meremas payudaraku, ahhh
nikmat sekali. Akupun tak tinggal diam, aku kocok kemaluannya yang
sudah tegang, sambil kami tetap berciuman. Namun ternyata baru beberapa
kali kocokan saja mas Fais sudah keluar sambil meremas kuat payudaraku.
Bukan nikmat yang aku terima tapi rasa nyeri, dia pun meminta maaf
padaku, dan sebagai gantinya dia akan mengocok vagina ku dengan jarinya,
karena kepalang tanggung akhirnya aku iya kan saja.
Segera kuangkat dasterku sebatas pinggang hingga kemaluanku yang
tertutup celana dalam satin merah pun terlihat. Meskipun aku yakin
pemandangan ini sangat menantang setiap lelaki, namun nampaknya suamiku
terlihat tidak bergairah karena kemaluannya sudah mengecil lagi. Setelah
itu ia lepaskan celana dalam ku dan ia mulai menjilatinya. Nikmat yang
tadi terhenti kini kurasakan kembali, perlahan aku mulai mendesah dan
menerang sambil tanganku menekan kepala mas Fais supaya dia terus
melanjutkan jilatannya. Setelah 15 menit berlalu aku coba memegang
kemaluan mas Fais namun hasilnya nihil, kemaluannya sama sekali tidak
ereksi. Sementara aku sudah terangsang hebat, setelah capek menjilati
kini jarinya mengaduk-aduk vaginaku, desahanku semakin memburu dan
wajahku tengadah keatas menikmati setiap tusukan tusukan jarinya
berharap aku dapat segera orgasme. Namun kulihat suamiku sepertinya
sudah capek dan aku pun mengatakan untuk menyudahi saja. Dia terlihat
enggan namun kuyakinkan aku tidak apa-apa sembari mengucaokan I love you
untuk menghiburnya. Mas Fais segera tertidur dan aku berbaring
disampingnya, kubiarkan vagina ku terekspose karena tak kupakai lagi
celana dalamku. Kutatap langit-langit dan tiba-tiba terbayang sosok mas
Teguh yang kutemui sore tadi disungai, terbayang badannya yang kekar
dengan perut rata serta otot lengan yang kokoh yang menandakan dia
adalah pekerja keras dalam artian sesungguhnya, dan tak lupa betapa
besar dan panjangnya kemaluan mas Teguh yang berurat itu. Kugelengkan
kepalaku tpertanda aku tidak menginginkan bayangan itu, namun nafsuku
yang tak tersalurkan tadi menuntut hal yang lain. Perlahan kuraba
vaginaku sendiri, kutekan tekan klitorisku dan kugosok bibir vaginaku
dengan cepat sembari membayangkan kembali kegagahan mas Teguh yang
melakukan itu padaku. Ku tahan desahan desahan ku supaya suamiku tidak
terbangun. Setelah beberapa menit, akhirnya kudapatkan orgasmeku yang
jarang sekali kudapat dari suamiku. Kulihat sudah pukul 22.00 aku ingin
segera tidur supaya besuk tidak bangun kesiangan. Namun sebelum aku
terlelap, kembali bayangan mas teguh dan kemaluannya yang besar dan
panjang itu ada dipikiranku.
Home
Cerita Eksibisionis
Disha
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Disha : The Begining, Binalnya Istriku | Sebuah Awal
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar