Dengan langkah jutek, Citra berjalan kembali ke teras. Meninggalkan
Muklis, adik iparnya yang entah kenapa akhir-akhir ini susah sekali
diajaknya bercinta. Selalu membiarkan Citra kelimpungan sendiri menahan
birahinya yang semain lama semakin memuncak.
Sesampainya diteras, Citra mendapati lantai terasnya berantakan. Nampan
berisi jajanan tergeletak dibawah dan menghamburkan segala yang ada
diatasnya.
"Maaf Neng... Tadi nggak sengaja nyenggol nampan makanannya....” Ucap
Jupri yang ternyata sudah jongkok disamping meja teras dan berusaha
membereskan segala kekacauan yang ia perbuat.
"Eh iya Mas... Nggak apa-apa..." Jawab Citra sembari ikut-ikutan jongkok
dihadapan Jupri dan membantu tamu prianya memunguti jajanan yang masih
berserakan dilantai. Namun karena usia kehamilan Citra yang sudah
terlalu tua, ketika ia ingin jongkok tiba-tiba pahanya terganjal
perutnya yang besar dan membuatnya kehilangan keseimbangan.
GJEDUK
"Aduh.... " Seru Citra sembari jatuh terjengkang kebelakang. "Aduh maaf
mas... Aku nggak bisa nolongin...” tambah Citra sambil berusaha menahan
tubuhnya supaya tak semakin jatuh kebelakang.
Marwan yang melihat Citra terjengkang kebelakang hanya bisa menatap diam
tanpa berucap sepatah katapun. Matanya melotot dan mulutnya ternganga.
Wajahnya terlihat begitu kaget.
"Aduh Mas... Maaf.... Tolongin aku berdiri dooong....” Pinta Citra reflek sambil menjulurkan tangannya.
Namun Marwan masih mematung. ia sama sekali tak mempedulikan permintaan istrinya, melainkan masih saja melotot kearah Citra.
Bukan, Marwan tak sepenuhnya menatap kearah Citra, melainkan lebih
tepatnya, melotot kearah, selangkangan Citra yang hanya terpaut sekitar
60 centi dari posisi jongkoknya. Marwan menatap celana dalam kecil milik
istrinya yang terlihat begitu jelas dihadapannya. Menatap kearah celana
berwarna ungu tua, terselip diantara gemuknya daging vagina yang begitu
putih ,mulus dan tanpa bulu kemaluan. Menatap dengan seksama ke celana
dalam yang basah, dengan lendir berwarna bening dan masih mencetak jelas
tonjolan daging klistoris yang ditutupinya.
"Mas Jupri....Ternyata kamu mesum juga ya mas....?" Batin Citra dalam
hati tanpa berusaha membetulkan posisi pahanya yang masih terbuka lebar,
"Silakan Mas... Nikmati pemandangan selangkanganku....”
Melihat pria yang ada didepannya masih tak berkedip menatap kearah
selangkangannya, membuat nafsu birahi Citra mulai muncul. Alih-alih malu
dan menutup selangkangannya, Citra malah semakin memperlebar bukaan
pahanya. Dengan berpura-pura bangun, Citra berulangkali
menggerak-gerakkan pahanya semakin lebar, dan membuat bawahan dasternya
semakin tersingkap naik, memamerkan paha putih mulusnya yang jenjang.
Mungkin karena gelombang birahinya mulai meninggi, Citra mulai melupakan
siapa Jupri sebenarnya. Terlebih, karena tadi ia ditinggal nanggung
oleh Muklis. Semakin membuat pikiran sehatnya perlahan tertutup oleh
tebalnya kabut nafsu birahi.
"Mas Jupri... Tolong.... Bangunin aku dong Maaaassss....” Lenguh Citra
sambil menjulurkan tangannya kearah Jupri dengan nada mendesah lemas.
Namun, seolah tersihir akan kecantikan organ kewanitaan Citra, Marwan
masih saja mematung dan tak mampu bergerak. Berulang kali jakunnya
terlihat turun naik melihat selangkangan istrinya.
"Maaasss Jupriiii.....” Teriak Citra lebih kencang, "Tolongin aku Maaasss….”
"Eeehh... I...Iya Neng....?" Jawab Jupri gelagapan karena mendengar
teriakan Citra, "Looohh...? Looh...? Neng…? Kok…? Neng Citra habis
ngapain....? Kok malah duduk disitu…?" Tambah Marwan dengan wajah mirip
orang yang baru terbebas dari hipnotis sambil mengucek-kucek matanya.
"Aku kejengkang Masss.... Tolongin....” Pinta Citra manja sambil
mengamit tangan Marwan. "Hihihihi.... Mukamu lucu juga ya mas kalo lagi
mupeng....” Tawa Citra dalam hati sambil berusaha bangun.
"Laaahh....? Kok bisa Neng....?" Heran Marwan yang kemudian memapah
Citra ke kursi panjang dan mendudukkan wanita hamil itu pelan-pelan.
"Aku tadi keganjel perut Mas...” Seru Citra sambil mengusap perut hamilnya
"Waduuuhh... Tapi… Perut kamu nggak apa-apa khan Neng....?" Tanya Marwan
sembari reflek ikut-ikutan mengusap perut Citra. "Dedenya nggak
kenapa-napa khan....?" Tambah Marwan sambil menempelkan telinga ke perut
Citra.
"Ooohh... Mas Jupri... Seandainya Mas Marwan juga memiliki rasa
perhatian yang sebesar ini ama aku… Pasti aku akan jauh lebih bahagia…
Ohh… Mas Marwan…. Ohh… Mas Jupri.... " Ratap Citra tiba-tiba teringat
suaminya yang masih sibuk bekerja ditengah hamil tuanya ini,
"Sayangnya....Suami aku malah lebih mementingkan kerjaan daripada
istrinya....” Tambah Citra lagi yang dengan tiba-tiba, entah kenapa
Citra mengusap perlahan rambut Jupri seperti mengusap rambut suaminya.
"Ehhh… Neng….?" Kaget Marwan yang buru-buru bangkit ketika ia menyadari
jika Citra mengusapi rambutnya dengan penuh rasa sayang dan perhatian.
"Udah.. Nggak apa-apa Mas… Taruh aja telinga Mas di perut aku… Dengerin
dede bayinya…” Ucap Citra pelan sambil menahan kepala Marwan supaya
terus diperutnya.
Sejenak, Citra dan Marwan saling menikmati suasana yang terjadi pagi itu.
"Kamu cantik banget Dek..." Seru Marwan yang masih berpura-pura sebagai
Jupri, dengan sengaja kembali meletakkan kepalanya diatas perut besar
Citra. Memeluk pinggang wanita hamil itu dan menghirup aroma wangi tubuh
istrinya dalam-dalam. Kedua matanya juga berusaha menikmati penampilan
payudara Citra yang terlihat semakin besar, empuk, putih dan mulus.
Dengan puting yang terlihat begitu menonjol, tanpa terlindungi oleh
apapun selain kain tipis dasternya. Marwan terlihat begitu terlena
dengan wanita yang ada dipelukannya.
Mendapat perlakuan dan perhatian yang special dari tamunya, membuat
Citra seolah ikut terlena. Terlebih karena Citra adalah orang yang mudah
jatuh cinta, membuat calon ibu itu secara tak sadar membalas perhatian
ekstra Marwan dengan hal yang serupa. Ia memperlakukan Marwan seperti
seorang kekasih. Berulang kali, Citra mengusapi rambut Marwan dengan
penuh kasih sayang. Mengusap punggung tamunya itu dengan penuh rasa
cinta. Bahkan, walau tahu jika Marwan berulang kali sengaja menyenggol
payudaranya ketika mengusap perut, Citra hanya tersenyum dan membiarkan
tangan Marwan melakukan senggolan-senggolan itu.
"Mas Jupri…” Panggil Citra lirih.
"Ya Neng…?" Jawab Marwan tanpa memindahkan kepala dari perut Citra.
"Kamu pasti kangen dengan istrimu ya Mas…?”
"Hmmm… Iya sih Neng… Kangen banget… " Jawab Marwan terang-terangan, "Mana Si Mirna sedang hamil tua… Emang kenapa Neng…?”
"Ya nggak apa-apa Mas… Berarti nasib kita samaan…”
"Sama gimana Neng…?”
"Ya sama-sama jarang dibelai… Hihihi….” Canda Citra sambil terus mengusap rambut Marwan.
"Jarang dibelai gimana Neng…? Heran Marwan, "Lah ini Neng sedang saya belai…”
"Ahhh… Bukan Mas….” Ucap Citra sambil menghela nafas, "Mas mah nggak bakalan ngerti deh…”
"Hehehe… Mas ngerti kok… Neng Citra kangen khan dengan Pak Marwan…”
Tebak Marwan sambil menaikkan tubuhnya dan menatap mata Citra
dalam-dalam, "Neng Citra ini kangen Pak Marwan karena sudah lama tak
diajak….”
"Ssstttt….” Larang Citra sambil menempelkan telunjuknya di bibir tebal Marwan. "Iya… Aku kangen banget Mas....”
"Telpon lah Neng… Bilang ke Pak Marwan supaya cepetan pulang….”
"Entahlah Mas… Sepertinya suamiku sudah melupakan aku…” Ratap Citra sambil menatap wajah Marwan, "Nasib kita sama ya Mas…?”
"Iya… Sama….” Jawab Marwan.
"Mas juga udah lama ya nggak bisa… Ngentotin bini Mas…?"
"Eh…? Kok Neng mikirnya gitu….?"
"Hihihi.... Nggak usah kaget Mas… Kaya nggak pernah denger cewe nyebut
kata jorok seperti itu… " Ucap Citra santai, "Lagian gimana aku nggak
mikir kesana… ? Kalo tahu-tahu ada yang ngejendol besar dibawah
sana….Hihihihi….” Tambah Citra sembari menunjuk selangkangan Marwan yang
sudah menyembul besar dengan dagunya.
"Ehh.. Ehh…. Maaf Neng.. Maaf… Saya terbawa suasana….” Ucap Marwan malu-malu.
"Hihihi… Nggak apa-apa kali Maas….” Seru Citra yang entah kenapa, tiba-tiba mencubit pipi Marwan dengan gemas.
"Waduuhhh… Waaaduuuuhhh Waduuhhh..... Mbak Citraaaa....... Pagi-pagi
udah mesra-mesra'an aja nih....?" Celetuk suara dari luar pagar rumah
Citra. "Selamat Pagi Mbak Citraku Sayaaang...” Sapa pria tersebut
santai sambil berjalan pelan kearah teras rumah Citra.
Buru-buru Citra segera melepas usapan tangannya pada rambut tamu prianya
itu. Begitupun dengan Marwan, yang juga segera bangun dari perut Citra,
melepas pelukannya dan duduk menjauh.
"Loh..? Set... Seto...?" Kaget Citra. "Se... Sejak kapan kamu ada disitu...?"
"Hehehe.... Kok kaget gitu sih Mbak...? Mas...? Nggak apa-apa kok.... Terusin aja....Hehehe....”
"Engg... Enggak kaget kok.... Tadi Mas Jupri baru aja nolongin aku Set...”
"Nolongin apa nolongiiiinnn....? Nolongin kok sampe peluk-pelukan
segala...?" Goda Seto sambil tersenyum penuh arti kearah Citra, "Kayanya
nolongin enak tuh... Hehehe..."
"Apaan sih Set... Beneran... Tadi aku jatuh....”
"Owww... Nolongin jatuuuhhh....”
"Beneran.... Tadi aku kejengkang... Trus Mas Jupri yang ngebantu mbangunin aku... "
"Hehehehe... Iya deh Mbak... Iya... Jangankan ngebantu kejengkang....
Ngebantu yang lain juga Mas Jupri pasti mau kok Mbak...Hehehe...” Tawa
Seto sambil melirik mesum kearah tonjolan di selangkangan Marwan,
kemudian menatap istri Marwan itu dari ujung kaki hingga ke ujung
rambut. "Wong senjatanya udah siap siaga gitu ya Mas... Hehehe...."
"Ihhhhssss.... Apaan sih Set.... Nggak jelas banget....” Sewot Citra sambil memanyunkan wajahnya.
"Hehehe.... Jangan cemberut gitu ah Mbak.... Ntar cantiknya hilang loh....” Goda Marwan.
"Bodo....” Balas Citra singkat.
"Ntar keriput looohhh.... Trus... Ntar kendor looohhh....”
"Biarin....”
"Ntar ga bisa ngempot lagi loooohhh.... Trus... Susah ngecrot-ngecrot .....”
"Iiihhsss Setoo... Ga jelas benget deeh… Apaan siiiiihhh ngecrot-ngcrot segala..?"
"Ya ngecrot-ngecrot enak Mbaaakk... Kaya nggak pernah aku kasih aja... Hahahaha...."
"Iiihhhsssss.... Apaan siiiihhhh..... Mesum amat jadi orang....” Jawab
Citra yang tiba-tiba meraih serpihan jajanan dari loyang dan melemparnya
kearah Seto.
"Hahahaha..... Nggak kena... Nggak kena....” Ucap Seto sambil
berjoget-joget bak anak kecil, "Sumpah... Kamu ngegemesin banget deh
Mbak.... Hahaha...”
Melihat percakapan kedua orang yang ada didepannya, Marwan seolah
langsung memahami jika hubungan Citra dan Seto jauh dari sekedar
hubungan pertetanggaan. Marwan yakin, jika diantara mereka berdua
memiliki sebuah hubungan special yang mereka sembunyikan.
"Udah..Udah... Ada perlu apa kamu dateng pagi-pagi kesini....?" Tanya Citra ketus
"Hehehe... Aku mau ngasih kamu ini Mbak....” Jawab Seto sambil memperlihatkan bungkusan kresek yang ada ditangannya.
"Cuman sate Ayam..... ?" Tanya Citra cuek.
"Weits… Lihat dulu….Ini sate ayam kegemaranmu loh Mbak....” Ucap Marwan sambil tersenyum, "Ini Sate Ayam Prawoto...”
"Haaaahhh.... Satenya Bang Woto....?" Kaget Citra sambil buru-buru beranjak kearah Seto, "Serius….?”.
"Hehehee.... Iya... Ini Sate Cintamu....Sayaaang....” Ucap Seto santai
sambil mentowel ujung hidung Citra. Tanpa mempedulikan tamu istri
tetangganya yang sedari tadi menatap heran kearah mereka berdua.
"Aaahh... Bang Prawoto... Aku kangen kontolmu Bang...." Celetuk Citra dalam hati.
Sejenak, pikiran Citra melayang ke beberapa bulan lalu. Waktu awal-awal
dirinya sedang memulai perjalanan perselingkuhannya bersama Seto.
Berkunjung ke desa tempat Prawoto tinggal, dan dipertemukan dengan
tukang sate yang mengenalkan Citra kepada nikmatnya anal seks..
"Mbak...?" Panggil Seto, membuyarkan lamunan Citra,
"Eeh... Iya...?"
"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri...?"
"Ahh Enggak kok..." Jawab Citra malu-malu
"Enggak tapi kok muka Mbak merah gitu....?" Cecar Seto.
"Emang kapan kamu dari sananya Set....?" Tanya Citra lagi berusaha
mengalihkan pembicaraan, "Kabar dia gimana Set...? Sehat....? Trus....?
Dia nanyain aku nggak....? Trus... Dia tinggal ama siapa sekarang....?
Istrinya udah pulang belum....? Trus....”
"Wo... Woo... Wooo.... Sabar Mbak... Sabaar....” Sergah Seto menahan
serbuan pertanyaan Citra, "Ini satenya mbok ya diamanin dulu.... Ntar
keburu dingin looohhh....” Ucapnya lagi sembari menyerahkan bungkusan
sate itu pada Citra.
"Yaaah... Ini mah udah dingin Set....” Kata Citra lirih sambil memperhatikan bungkusan kresek itu dari dekat.
"Masa sih....? Kelamaan dijalan kali ya....?” Tanya Seto sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Iya.... Tapi nggak apa-apa deh…. Lumayan buat ganjel laper… Hihihihi….”
Jawab Citra singkat, "Kliiiiisssssss.... Muklisssss...... "
"Ehh... Biar saya aja yang beresin Neng....” Celetuk Marwan yang tiba-tiba meraih kantong kresek sate itu dari tangan Citra.
"Loohh... Nggak usah Mas.... Masa tamu direpotin….?" Tolak Citra, "Eh
iya hampir aja lupa... Set.... Kenalin.... Ini Mas Jupri.... Anak
buahnya Mas Marwan.... "
"Seto...” Ucap Seto sambil menjulurkan tangan.
"Mar... Eh... Jupri....” Sahut Marwan yang hampir saja keceplosan
menyebut namanya. Buru-buru, Marwan meraihnya tangan Seto dan
digenggamnya kuat-kuat
"Awww… Awww... Aduh Mas....” Pekik Seto kaget berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan kekar Marwan.
"Eeh... Ehh... Maaf.... Kekencengan ya....?"
"Busyet deh... Itu tangan keras amat Mas....?" Seru Seto meringis kesakitan.
"Hehehe... Ya maklumin aja Mas... Mas Jupri ini pekerja bangunan....
Jadi tenaganya ya gitu… Kuat... " Celetuk Citra menjelaskan.
"Oooww… Kuli…?" Tanya Seto yang dengan kedua matanya menatap sinis kearah Marwan.
"Iya mas… Saya kuli….” Jawab Marwan merendah, tanpa mengindahkan tatapan mata Seto.
"Mas Jupri ini yang nanti bakal ngejagain aku pas lahiran Set....” Jelas Citra lagi.
"Emang Mas Marwan kemana Mbak…?”
"Mas Marwan....?" Ucap Citra sambil menghela nafas panjang. "Ya khan
kamu tahu sendiri Set… Mas Marwan sekarang lagi sibuk-sibuknya dengan
proyek yang ia pegang.... Lagi kenceng Set… Jadi ya terpaksa... Ia nggak
bisa ninggal-ninggal kerjaannya…"
"Hhmmm gitu ya…? Lha trus si Muklis…? Dia masih disini khan…?”
"Muklis....? Dia nggak kemana-mana kok... Dia juga masih disini...”
Cuman khan Muklis masih belum punya banyak pengalaman dalam mengurus
istri melahirkan Set.... Jadi mungkin Mas Marwan nggak bisa ngasih ke
Muklis banyak tanggung jawab..."
"Hmmm… Gitu yaa Mbak…? Ya ya ya….” Ucap Seto sambil manggut-manggut. "
Waaahh … kalo gitu… nanti Bakalan ada dua terong yang bisa nemenin Mbak
ketika kesepian nih... Hehehe..."
"Iihhss... Apaan sih Set...?"
"Iya khan...? Yaah... Buat sekedar nengokin dede bayi biar aman juga
bisa laaah… Hehehe...” Celetuk Seto mesum sambil mengusap perut bulat
Citra.
"Iiiihhhhsss... Apaan sih...? Nggak jelas banget... " Ketus Citra yang buru-buru menepis tangan Seto dari perutnya.
"Ehh... Enggak ya...? Kalo ama aku... Jadi tiga terong ya Mbak.....? Hahaha.....”
"Terong-terong gundulmu… Bentaran ahhh... Mbak mau ambil piring buat
naruh ini satenya dulu…” Ucap Citra yang kemudian segera melangkahkan
kakinya kedapur.
***
"Mbak…" Panggil Muklis lirih begitu melihat Citra masuk ke area dapur, " Mbak Citra.... Boleh aku ngomong sebentar…?”
"Ngomong apa…?” Jawab Citra singkat tanpa melihat kearah adik iparnya.
"Maafin aku ya Mbak…” Ucap Muklis dengan nada khawatir.
"Maaf...? Maaf buat apa …?" Tanya Citra lagi. Tangannya sibuk mengambil
beberapa piring, sendok, dan mangkok untuk dibawanya kedepan.
"Mengenai hal yang baru saja….”
"Hal yang mana…?”
"Nggg… Yang aku sekarang susah banget buat diajakin Mbak ngent…."
"Udah udah udah… "Potong Citra, "Mbak nggak mau ngomongin tentang hal
itu…. Mbak sekarang laper… Dan sekarang didepan ada Seto yang ngebawain
sate….”
"Nggg... Tapi Mbak...."
"Udah ya Klis... Nggak ada yang perlu dibicarakan lagi..." Potong Citra
lagi, "Kalo kamu nggak bisa muasin Mbak… Mbak bisa kok minta dipuasin
orang lain…” Jelas Citra pelan namun langsung ke inti permasalahan.
"Laki-laki disini nggak cuman kamu aja kok Klis… Laki-laki disini tuh
banyak... Nggak ada kamu… Masih ada Seto… Masih ada Mas Jupri....”
"Mas Jupri....?"
"Iya... Emang kenapa dengan Mas Jupri...?" Heran Citra melihat raut
wajah Muklis yang tiba-tiba berubah ketika ia mendengar nama tamunya,
"Mas Jupri juga laki-laki khan....? Pasti dia mau ngebantu Mbak buat
muasin nafsu Mbak.... Apalagi dia juga udah lama nggak ngentotin
wanita.... "
Mendengar kalimat Citra barusan, entah kenapa Muklis langsung terdiam.
Ia langsung mengurungkan niatannya untuk mengajak ngobrol Citra.
"Kamu laper nggak...? Kalo laper kedepan aja ya… " Ucap Citra menutup pembicaraan.
Muklis tak menjawab. Ia hanya menggelengkan kepalanya pelan dan menatap
tubuh seksi kakak iparnya yang melangkah pergi menginggalkan dirinya.
***
"Ayo… Ayo… Buruan dimakan ini satenya… " Ucap Citra sembari menyajikan
peralatan makan kepada kedua tamunya, "Udah dingin sih... Cuman
sepertinya masih enak...."
"Waaahh… Sarapan pagi hari ini pasti bakalan lebih nikmat dari hari-hari
biasanya nih..." Celetuk Seto yang langsung menuangkan bumbu kacang ke
tusukan sate yang ada dipiring.
"Kok bisa begitu Mas...?" Tanya Marwan yang juga ikut membantu membuka
bungkusan-bungkusan lontong dan meletakkannya pada mangkuk besar dimeja.
"Aaah.. Mas Marwan panggil saya Seto aja Mas... Khan lebih tua Mas Jupri
ketimbang saya..." Ucap Seto yang segera saja menyantap sate
ditangannya,
"Mmmm.... Iya... Seto.... Emang sate ini special banget ya...?" Tanya Marwan lagi.
"Enggak sih... Cuman khan pagi ini... Kita sarapan ditemenin bidadari
Mas... Hahahaha..." Canda Seto, "Mulai deh ngegombalnyaaa.... " Celetuk
Citra, "Ayo Mas Jupri dimakan satenya…” Tambah Citra yang tiba-tiba
menyajikan sate pada tamunya. Seolah ingin membuat Seto cemburu.
Namun, karena Seto orangnya tak mudah terpengaruh, semua perlakuan dan
perhatian Citra yang berlebih pada Marwan sama sekali tak berhasil
membuatnya cemburu. Malahan, Seto semakin menggoda Citra habis-habisan.
"Cie...Cieee...Cieeee..... Mesra sekali kamu Mbak....? Cocok deh jadi istri Mas Jupri... Hahahaha....."
"Iiihhhhsss.... Ga jelas...."
"Hahaha... Ngegemesin deh kamu Mbaaaakkkk...." Celetuk Seto sembari mencubit pipi Citra.
"Adduuhhh.... Sakit taaauuuukkkk...." Seru Citra manja, "Eh iya… Set... Gimana pertanyaan aku tadi…?"
"Pertanyaan yang mana Mbak…?”
"Pertanyaan tentang kabar Bang Prawoto Setooo… Gimana kabar dia….?"
"Owww…. Si Woto…. "Jawab Seto singkat. Dengan malas, Seto lalu menggigit
daging sate yang ada ditangannya dan mengunyahnya pelan… "Kabarnya…
Lagi RUSUH Mbak...."
"Haaaahhhh…? Rusuh gimana…?" Tanya Citra panik.
"Iya… Dikampungnya Prawoto… Sedang ada kerusuhan hebat…"
"Laah...? Kok bisa…? "
"Iya Mbak… Penduduk desa tempat Prawoto tinggal sedang rusuh… Mereka marah dengan Pak Usep…"
"Pak Usep itu Pak Kades yang gemblung itu…? "
"Iya Mbak..... Pak Usep ditangkep Polisi karena penggelapan surat-surat
Mbak… Rumahnya dibakar… Perabot, perhiasan, mobil dan semua surat-surat
berharganya disita… "
Lagi-lagi, pikiran Citra melayang ke beberapa bulan lalu. Saat dirinya
sedang diperdaya oleh lelaki tua pendek kurus bersama ketiga
antek-anteknya, Diki, Kirun, dan Projo. Saat dirinya sedang disetubuhi
ramai-ramai oleh mereka berempat dan menjadi barang taruhan Pak Usep.
"Pantesan… Semenjak beberapa bulan lalu.... Kiriman upeti dari Pak Usep
yang dulu dijanjikan olehnya sudah jarang dikirim lagi….” Pikir Citra
berusaha menyimpulkan sesuatu, "Ternyata Pak Usep memang sedang banyak
masalah….”
"Dan yang paling parah... Istri-istrinya Pak Usep diamanin warga loh Mbak…" Jelas Seto lagi.
"Haaaaah…? Diamanin gimana Set…?" Tanya Marwan yang juga ternyata penasaran.
"Ya diamanin Mas… Khan istri Pak Usep itu banyak... Makanya... Mereka
disekapin oleh warga sampe Pak Kades bisa ngelunasi semua hutang-hutang
warga...."
"Aaaah... Itumah susah Seet... Pak Usep khan licik... Pasti dia mencari
celah buat terbebas dari tanggung jawabnya.... Itupun kalo Pak Usep bisa
keluar dari kantor Polisi...." Celetuk Citra pesimis, "Trus…? Bang
Prawotonya gimana Set…? Pertanyaan aku yang paling penting malah nggak
dijawab-jawab…"
"Hahaha… Kalo Prawoto sih nggak kenapa-napa Mbak… Dia aman-aman aja
diwarung... Masih santai-santai aja ngipasi satenya… Hahahaha..." Tawa
Seto terbahak-bahak.
"Huuu… Dasar… Ditanya apaaa.. Dijawabnya apa… " Sewot Citra lega
"Habisan.... Kalo aku ngobrol ama kamu.... Aku jadi selalu susah konsen Mbak…"
"Yak… Mulai lagi deh ngegombalnya...." Ejek Citra.
"Hahaha… Nggak ngegombal kali Mbaaakk… Beneran iniiihhh…. " Ucap Marwan
sambil tertawa geli, "Kalo nggak percaya... Coba tanya aja ke Mas Jupri…
"
"Au ahhh...."
"Hahahah... Mas Jupri... " Panggil Seto, "Mas Jupro kalo diajak ngobrol ama Mbak Citra... Mas bisa konsen nggak…? "
"Eh.. Eeh… Nngggak bisa juga sih... " Jawab Marwan kaget.
"Tuuuh khaan Mbaaak… Mas Jupri juga berasa seperti itu… Berarti kalo
kami nggak konsen... Itu emang gara-gara kamu Mbak…. Hahaha…”
"Huuuu.. Dasar.. Kalian berdua tuh sama aja…” Ucap Citra yang kemudian
mengambil sisa sate yang masih teronggok di piring sajian dan buru-buru
melahapnya, "Udah pada kenyang belum kalian ini makannya....? Aku mau
habisin satenya nih...."
"Wuidiiihhh... Ada yang kelaperan nih....? Heheheh..." Celetuk Seto.
"Udah kok Mbak..." Sahut Marwan, "Habisin ajah..."
"Eh iya Mbak… Hari ini aku gajian loohh....” Ucap Seto sambil tersenyum lebar.
"Lalu…?" Jawab Citra cuek sambil terus menyantap hidangan satenya.
"Naaah... Biasanya khan kalo aku gajian… Aku ajak Mbak makan diluar... "
Jawab Seto sambil tersenyum aneh, ”Mbak ada waktu nggak…?”
"Waktu…? Buat apaan Set…?”
"Hehehe… Masa lupa sih Mbak…? Khan kita udah sering banget ngelakuinnya….”
"Ngelauin apa ya…? Aku nggak ngerti deh Set…” Jawab Citra yang masih sibuk mengunyah satenya.
"Biasaaalah... Nanti… Abis makan diluar… Kita olahraga bentaran Mbak...
Goyang-goyangin pinggul dikit... Hehehe....” Kekeh Seto sambil
mengedipkan mata nakalnya.
"Uhuk...UHUK.. Uhuk...." Kaget Citra sambil tersedak dan terbatuk-batuk,
"Air... Air..." Serunya sambil meminta minum kearah Marwan,
"Uhuk...Uhukk....."
Mendengar kata olahraga dan melihat kedipan mata Seto, Marwan langsung
memasang wajah penuh tanda tanya. Menatap Citra Dan Seto heran.
"Olahraga..? Tanya Marwan
"Uhuk... Uhukk.... Ehheeemmm....GLEK GLEK GLEK..." Citra langsung
meminum air pemberian Marwan dan berdehem keras untuk berusaha
mengendalikan rasa gatal ditenggorokannya, "Nggg... Si Seto ini... Uhuk
uhuk.... Biasanya ngajak aku… Nggg… Senam hamil Mas... Uhuk...Uhuk...."
Ucap Citra melirik kearah Seto sambil mengusap mulutnya yang belepotan
air minum. "Iya Mas… Senam ibu hamil di klinik yang dekat sini… Deket
dengan tempat jajanan kemarin itu loh Mas…."
"Hehehe…. Iya Mas... Mbak Citra ini khan usia kendungannya sudah
menjelang kelahiran... Jadi harus sering-sering diajak olahraga Mas…
Biar kehamilannya sehat... Bener khan Mbak...?" Bohong Seto sembari
mengelus perut hamil Citra lagi.
"Eh ... Iya bener Mas... " Jawab Citra kikuk dan menepis tangan Seto.
"Ooowww.. Gitu ya...?" Jawab Marwan berusaha mempercayainya.
"Eh iya Mbak... Satu lagi...."
"Apaan...?"
"Nanti aku pinjem tangga ya…? Genteng rumah aku sepertinya ada yang
bocor nih…" Jawab Seto yang ternyata sudah selesai makan dan beranjak
pergi.
"Tumben ijin… Biasanya aja langsung ambil… " Celetuk Citra, "Ada noh dibelakang…."
"Hehehe bukan gitu Mbak... Habisan tadi waktu mau ijin ama Mbak dibelakang… Mbaknya lagi sibuk ama Muklis…. Hehehe…"
"Haaa... Jadi tadi kamu kebelakang...?" Kaget Citra yang sepertinya tak
menyangka jika Seto tadi tahu apa yang baru saja ia lakukan bersama
Muklis.
"Iya... Tapi karena tadi Mbak Citra kelihatan sibuk banget… Jadinya ya
aku nunggu Mbak aja sampe selesai…. Hehehe.. " Ucap Seto sambil masih
tertawa-tawa mesum,
"Kok nggak dipanggil aja Set…? Biasanya juga manggil....?”
"Ya sungkan Mbak… Khawatir akunya ngeganggu….Wong Mbak sampe mangap-mangap keenakan gitu… Hehehe…”
"Mangap-mangap keenakan…?" Tanya Marwan.
"Iya Mas… Mbak Citra kalo keenakan... Pasti deh mulutnya mangap-mangap…
Ya khan Mbak..?" Jelas Seto, "Gimana Mbak…? Enakan mana...? Ngulek punya
Muklis atau ngulek punya aku …?”
DEEEG....
"Seto KAMPREEETTTTT...." batin Citra kaget sekaget-kagetnya. Tiba-tiba
Seto mengutarakan hal yang sama sekali tak Citra kira. Ia seolah ingin
memberitahukan ke tamu Citra mengenai apa yang baru saja Citra lakukan
bersama Muklis dibelakang tadi.
"Iiihhh.. Apaan sih Set…??" Seru Citra berusaha memberi kode pada Seto untuk tidak meneruskan topik pembicaraannya.
"Ngulek gimana ya Neng…?" Tanya Marwan dengan tatapan mata tajam.
"Aaaah.... KAMPREETT… KAMPREETT… KAMPREETT… Si Seto makin ngaco aja
bicaranya…” Gerutu Citra dalam hati, "Anu Mas… . Nggg.. Tadi… Muklis
minta tolong… Nggg… Muklis… Minta tolong buat Nggg… Ngeracikin bumbu
Mas… Iya.... Ngeracik bumbu… " Jawab Citra sepotong-sepotong, berusaha
memikirkan jawaban yang paling cocok.
"Ngeracik bumbu…? Kok sampe mangap-mangap…?” Tanya Marwan lagi.
"Kepedesan Mas… Bumbu racik Muklis pedes banget….”
"Ngulek Muklisnya pedes…. Juga kenceng banget ya Mbak…? Sampe bunyi
kuplak kuplak kuplak loh... Hehehehe…. " Jelas Seto sengaja ingin
menggoda Citra, "Pasti rasanya enak banget Ya Mbak...? Sampe lendir anu
Mbak keluar semua ya...? Hehehe… "
"Bentar-bentar… Saya nggak ngerti… Kalian sedang ngomongin apa sih…?"
Heran Marwan, "Diulek…? Mangap-mangap…? Disodok kenceng… Sampe
berlendir…? Sumpah saya nggak ngerti…”
"Setooo… kamu ngomong apaan sih…? Bukan Mas... Bukan… Jadi ceritanya
tuh.... Tadi Muklis minta aku buat ngeracik bumbu ulek... Trus biar
nguleknya cepet kelar… Aku harus ngulek kenceng-kenceng Mas… Ya
berhubung bumbu uleknya pedes.... Makanya mata aku sampe berair… Begitu
loh Mas….” Ucap Citra berusaha menjelaskan kalimat ambigu dari Seto.
"Berarti... Kalo nguleknya kenceng... Sekarang pingang Mbak berasa capek
dong Mbak…? Wong aku tadi ngelihat goyangannya heboh banget …” Sahut
Seto yang ternyata masih terus menggoda Citra, "Malahan... Saking
kencengnya... Muklis sampe nggak kuat gitu ngeladenin goyangan
Mbak…Hehehe…"
"Setooo.. Iiiihhhsss…. Mending kamu pulang aja deh… Rese banget sih jadi
orang…” Sewot Citra yang buru-buru melempar Seto dengan tusuk sate.
Namun, sepertinya Seto sudah mengantisipasi gerakan Citra yang
tiba-tiba. Karena sebelum Citra sempat menganiaya tubuh Seto, ia sudah
buru-buru menjauh dari posisi Citra berada.
"Hehehe… Nggak kenaaa…” Ejek Seto.
"Iiiiihhss… Pulang sana gih… Jadi orang kok rese banget sih…”
"Ciee... Cieee…. Nesuuuu…. Ngambeeeekkkkk…. "Goda Seto sambil mendekat dan mencubit pipi Citra lagi dengan cepat-cepat.
"Owww.... Jadi gitu...?" Ucap Marwan sambil manggut-manggut,
berpura-pura mengerti maksud perkataan Citra. "Pantesan aja.. Begitu
Neng balik dari dapur… Badan Neng sampe keringetan semua gitu….”
"Gimana nggak keringetan Mas...? Wong Mbak Citra ini kalo ngulek…
Hebohnya minta ampun…" Jelas Seto meneruskan keisengannya,"Bahkan....
Sampe teriak-teriak loh Mas…. Bikin pria manapun yang ngedenger
teriakannya… Pasti minta diulek juga ama Mbak Citra.... Hehehe…"
"Emang ulekannya Neng Citra ini enak ya Set…?" Tanya Marwan tanpa menghiraukan raut cemas yang terlihat di wajah Citra..
"Waaaah… Jadi Mbak Citra belom pernah nawarin ngulekin anunya Mas…?”
"Belom…” Jawab Marwan singkat sambil menatap wajah Citra yang semakin memerah.
"Waaah…Mas Jupri kapan-kapan harus nyobain deh diulek ama punyanya Mbak
Citra.... Dijamin deh Mas... mas Jupri bakal ketagihan.. Hehehe…"
"Hhmmmm..... Nyobain diulek ya Set…?" Heran Marwan sambil melirik kearah Citra. "Emang seenak apa sih Set...?”
"Waaaah….. Enak banget Mas… Top markotop…” Seru Seto sembari
mengacungkan kedua jempolnya, "Enaknya tuh Mas… Sampe ke ubun-ubun…
Apalagi empotannya…. Wuidiiihhh… Dijamin deh… Bikin anu Mas cenut cenut
ngilu… Hahaha….” Puji Seto sambil mengedipkan sebelah matanya.
"SETOOO…. UDAH DEEEEHH….” Hardik Citra emosi sambil bergerak mendekat
kearah Seto. Dengan tanpa basa-basi, Citra langsung melancarkan serangan
cubitan mautnya.
Namun lagi-lagi, gerakan Citra kurang cepat. Karena belum juga
cubitannya berhasil memberi pelajaran pada Seto, tetangganya itu sudah
menangkap kedua tangan Citra erat-erat. Bahkan Seto dengan mudah
memborgol kedua pergelangan tangan Citra dengan satu tangannya.
"Waduh… Mas Jupri… " Panggil Seto dengan wajah panik "Sepertinya... Aku harus cabut dulu nih…”.
"Loh.. Kok buru-buru amat Set…?”
"Iya... Ada singa marah... Aku takut disembur ama tetanggaku yang super
cantik dan bahenol ini… Hahaha… " Jawab Seto iseng sambil mengusap lalu
mencubit pantat bulat Citra dengan satu tangannya yang bebas.
"DASAR ORANG GILAAAA….” Teriak Citra emosi sambil berusaha melepaskan diri.
"Gila tapi Mbak cinta khan...? Hahahaha…” Ucap Seto kurang ajar tanpa
mempedulikan tatapan tajam Marwan. Bahkan, Seto semakin berani dengan
mengusapi dan mencubiti pantat semok Citra secara terang-terangan.
"IIHH… SETOOO....LEPASIN AAAHH…" Rutuk Citra yang terus berusaha melepaskan diri.
"Senyum dulu doooong…” Jawab Seto santai tanpa mengindahkan teriakan kencang Citra.
"HEEEHHHH.… SEEETOOOO… KAMU NGAPAIN DISITUUU...???" Seru sesosok wanita
yang tiba-tiba muncul dari pintu rumah sebelah dan berjalan mendekat
kearah rumah Citra.
"Ee.... Ehh… Sayang…” jawab Seto yang buru-buru melepas cengkraman tangannya pada pergelangan tangan Citra, "Kok udah bangun…?”
"Ditungguin dari pagi nggak nongol-nongol… Eh begitu keliatan malah
ngegangguin Mbak Citra…Sini Kamu…” teriak Anissa lantang sembari
berkacak pinggang.
"Waduh… Ada Nenek Lampir marah…. " Celetuk Seto sambil berlindung
dibelakang tubuh hamil Citra yang masih berdiri diantara Anissa dan
Seto.
"Ayo sini… Nggak usah sembunyi dibelakang badan Mbak Citra…” Seru Anissa
yang kali ini langsung masuk keteras dan menjulurkan tangannya melewati
tubuh Citra.
Dengan secepat kilat, Anissa berhasil menangkap terlinga Seto. Dan
dengan kekuatan penuh, wanita mungil itu langsung menarik telinga Seto
kuat-kuat, membuat lelaki jangkung itu seketika meringis-ringis
kesakitan.
"Aww… Aww… Aww… Ampun sayang… Aww… Aww…” Teriak Seto sambil terus berusaha bertahan sambil perlindungan dibelakang tubuh Citra.
Tak ingin mengganggu kesenangan Anissa yang memang sukanya marah-marah,
buru-buru Citra berkelit dan segera duduk disamping Marwan. Membiarkan
Seto mendapatkan eksekusi paginya dengan puas.
" RASAIN…Makanya… Punya istri tuh diperhatiin…Terus aja Niss.. Jewer
yang kenceeeng… Hihihihi….” Kekeh Citra puas," Kalo perlu... Jewer
telinganya sampe sobek....Hihihiii...."
"Iya Mbak... Suami kurang ajar seperti ini memang harus dikasih
pelajaran.... " Jawab Anissa gemas, "Udah sering kelayapan... Jarang
nengokin bini dirumah.... Eh... Begitu pulang... Mampir dulu kerumah
tetangga...."
"Hihihihi... Hajar aja Niiisss... Haajaaaarrr...." Girang Citra sambil tertawa-tawa.
"Besok-besook... Bakal aku borgol itu kontolmu... Biar nggak kegatelan
dan kaluyuran mulu...." Ancam Anissa sembari meremas selangkangan Seto,
membuat rontaannya seketika lemas dan tak berdaya.
" Aawww... Aawww... Aawww... Ampun Saaayanggg... Aawww... "
"Ayo sekarang pulang..." Bentak Anissa kencang, " Sekalian antar aku kepasar… Hari ini khan kamu gajian...”
"Yaaaaaah… Saaayanggg... Pagi ini aku capek sekali… Kamu aja ya yang berangkat sendiri.. Ini aku kasih duitnya…" Alasan Seto.
"Enggak… Kamu harus nemenin aku…" Bentak Anissa.
"Aaaaduuuhh... Aku beneran capek iniiihh... Ngantuk… Ntar kalo gara-gara
aku nggak konsen dijalan terus kita kenapa-napa gimana…?"
"Ya makanya... JANGAN NGANTUK… Buruan cuci muka dulu sana…!" Murka Anissa lagi.
"Ogah aaaah… Kamu aja yang berangkat sendiri… Aku mau tidur…"
"Heeeehhh... Berani yaaa....?" Ancam Anissa, "Kalo kamu nolak.... Nggak bakal aku kasih jatah loh...."
"Yaaahh... Jangan dong Sayaaang...." Pinta Seto sambil melirik kearah Citra.
"Nnnngg… Mbak… Kalo Mbak mau… Saya bisa antar Mbak kepasa kok…” Celetuk
Marwan tiba-tiba menawarkan diri, ”Neng Citra…. Boleh khan Neng...? Saya
minta ijin buat nganterin Mbak ini sebentar..."
"Ngggg......." Ucap Citra yang entah kenapa merasa ragu untuk merestui
permintaan Marwan. Namun karena Citra tak memiliki alasan yang kuat
untuk menolak permintaan Marwan, akhirnya ia mengangguk.
"Beneran Neng...?" Tanya Marwan memastikan.
"Iya... " Jawab Citra singkat, "Anissa.... Kamu kepasarnya ama Mas Jupri
aja tuh.... Pake mobil aku aja..." Tambah Citra menyarankan
"Ngg.. Gimana ya....?" Jawab Anissa sungkan.
"Udah sana… Nggak apa-apa kok… Sekalian... Mas Jupri nanti cuci mobil sekalian yaaa..." Pinta Citra
"Beneran nggak apa-apa nih Mbak…? Ntar ngerepotin nih…" Ucap Anissa basa-basi.
"Iyaaa.... Enggak apaa-apaaa… Kita khan tetangga… Udah seharusnya kita
saling tolong menolong… Udah sana Mas Jupri… Antar Anissa kepasar… Nanti
malah keburu siang loh…."
"Iya.... Baik Neng… " Jawab Marwan sopan, "Ayo Mbak saya antar…”
"Nggg... Yaudah deh… Aku ganti baju dulu ya…” Jawab Anissa singkat.
"Udaaah... Nggak usah ganti baju kali Nisss.... Daster kamu itu bagus kok buat kepasar...." Saran Citra.
"Ogah ahh... Daster kecil begini mana pantes dipake kepasar...?"
"Aaahh... Pantes-pantes aja kok.... Malahan... Badan kamu makin keliatan seksi loh...." Seru Citra lagi.
"Nggg.... Gitu ya....? Yaudah deh... Aku langsung jalan aja...." Ucap
Anisa yang langsung berjalan balik kearah rumahnya sambil menyeret
telinga Marwan, "Selagi aku kepasar… Kamu cuci baju ya Set… Jangan
malas-malasan…”
"Aww… Aww… I... Iya Sayang… Aaduh… Aww… Aww…"
"Mas Jupri.... Nanti begitu selesai dari pasar.... Cepet pulang ya
Mas..." Pinta Citra yang sudah kembali dari dalam kamarnya dan
memberikan kunci mobilnya pada Marwan.
"Loh kenapa Neng....?" Heran Marwan melihat kecemasan diwajah Citra.
"Nggak kenapa-napa kok Mas.... Aku cuman pengen Mas cepet pulang aja...."
"Hmmmm... Baik deh kalo begitu...." Jawab Marwan yang kemudian mengambil kunci mobil Citra dan melangkah pergi.
***
"Mbak... Mbak Citra ada rasa ya dengan Mas Jupri....?" Tanya Muklis ketika Citra masuk membawa piring-piring kotor kedapur.
"Kenapa kamu berkata seperti itu Klis...?" Tanya Citra.
"Nggak tau Mbak... Aku nebak aja...." Jawab Muklis sambil memeluk tubuh
Citra dari belakang, "Dari tatapan mata Mbak... Gaya bicara Mbak...
Sampai ke permintaan Mbak barusan.... Aku ngerasa Mbak mulai ada feeling
dengan Mas Jupri...."
"Ada feeling atau enggak... Itu bukan urusan kamu Klis... Itu urusan
pribadi Mbak...." Ucap Citra sewot dan berusaha menepis pelukan tangan
adik iparnya. "Kamu cemburu...?"
"Nggg... Iya Mbak.... Aku bener-bener cemburu...."
"Apa hakmu buat cemburu ama Mas Jupri Klis...? Emang kamu suami Mbak...?"
Muklis menggeleng.
"Lalu...? Apa alasannya kamu cemburu...?" Tanya Citra lagi.
"Aku cuman nggak suka kalo Mbak deket ama lelaki lain Mbak... Mbak itu milikku..." Jelas Muklis.
"Jangan ngarep terlalu tinggi deh Klis... Kamu tuh bukan apa-apa Mbak...
Kamu nggak berhak minta macam-macam lagi dari Mbak... Terlebih meminta
kenikmatan dari tubuh Mbak..."
"Yaaahhh... Mbaakk...? Trus... Gimana dengan hubungan kita Mbak...?"
Ucap Muklis tak mengindahkan penolakan Citra, ia malah memeluk tubuh
Citra lebih erat lagi.
"Hubungan gimana....? Hubungan kita yaa tetep Klis... Sebatas hubungan
kakak ipar dan adiknya..." Jawab Citra yang akhirnya membiarkan pelukan
Muklis pada tubuhnya.
"Trus yang kita omongin tadi...? Mbak udah nggak pengen aku entotin lagi...?"
"Udah ah... STOP.... Mbak nggak mau ngebahas tentang hal tadi..."
"Jadi.... Beneran nih Mbak...?" Tanya Muklis penasaran sembari mengendus dan mengecupi leher jenjang Citra.
"Beneran apa...?"
"Beneran aku nggak punya kesempatan lagi buat balik...?"
"Balik...?"
"Iya Mbak... Buat kembali jadi pemuas nafsu Mbak..." Ucap Muklis singkat
sambil menurunkan celana kolornya dan mulai meremasi payudara besar
Citra gemas.
"Aduuhh.... Kamu mau apa Klis...?" Heran Citra begitu mengetahui tingkah
adik iparnya yang mulai kembali mesum seperti sedia kala.
"Ketika Mas Jupri pergi.... Jangan buat aku merana ya Mbak.... " Kecup
Muklis pada leher Citra dan menarik bawahan daster Citra naik. Kemudian,
dengan gerakan super cepat, Muklis buru-buru nyelipkan batang penisnya
yang sudah tegang ke belahan pantat bulat kakak iparnya dan mendorongnya
maju, menyelinap ke belahan vagina Citra yang masih lembab.
"Bentar Klis... Bentar...."
"Hehehehe.... Selalu jadikan aku pemuas nafsu birahimu Mbak....."
"Jangan masukin dulu Klis... Memek Mbak masih...."
CLEEP....
"Ooohh.... Muklisss....."
Bersambung,
By : Tolrat.
Home
Cerita Eksibisionis
Citra
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Citra : Nafsu Birahi Citra part 24 | Apakah Aku jatuh Cinta Lagi...?
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar