“Mulai sekarang... Mas adalah seorang yang jauh berbeda dengan Mas yang
dulu....” Ucap Nimah ketika Marwan dan Suroso hendak meninggalkan rumah
Nyak Enjot.
“Aku...? Berbeda dengan yang dulu...? Maksud Neng gimana ya...?” Heran Marwan.
“Tadi... Sewaktu Mas ngentotin Nyak Enjot....” Bisik Nimah yang kemudian
melongok kearah dalam rumah, “Nyak menyisipkan 'sesuatu' ke dalam diri
Mas...”
“Sesuatu...?”
“Iya... Dan sesuatu itu... Bakalan membuat rencana balas dendam Mas ke
wanita yang Mas cintai.... Bakalan menjadi jauh lebih menarik...
Hihihi....” Tawa Nimah renyah. “Sesuatu itu... Bisa membuat Mas menjadi
orang lain...”
“Orang lain gimana Neng...?” Bingung Marwan.
“Ya menjadi orang lain Mas... Mas bisa menjadi orang yang berbeda...
Yang orang terdekatpun tak akan mampu mengenali Mas lagi...”
“Nggg... Aku masih belum ngerti Neng...”
“Hihihi... Mas nggak perlu ngerti Mas... Jalani aja dulu... Nanti Mas
juga bakalan ngerti sendiri....” Ucap Nimah yang tiba-tiba mengelus
selangkangan Marwan dari luar celananya, “Yang jelas.... Kalo Mas nanti
merasa seneng dengan pemberian Nyak Enjot... Mas janga ngelupain aku
ya... Hihihi...”
“Hmmmm... Pasti Neng... Aku pasti bakal inget Neng terus...” Jawab
Marwan sembari mengecup pipi Nimah singkat, membuat keponakan Nyak Enjot
itu seketika kaget.
“Eh... Mas....?”
“Itu biar kamu juga sabar menunggu aku Neng...”
“Hihihi.. Iya Mas...”
“Yaudah kalau begitu... Aku pulang dulu ya Neng...” Pamit Marwan sambil keluar dari rumah Nyak Enjot.
“Ehhh... Oh iya.... Satu lagi Mas....” Panggil Nimah yang kemudian
buru-buru berlari kecil kearah Marwan sambil memasukkan tangan mungilnya
kedalam kebayanya. Mengambil secarik kertas yang terselip dipayudara
kirinya, lalu memberikannya kepada Marwan.
“Apa ini Neng...?” Heran Marwan yang langsung membuka kertas pemberian Nimah.
“Itu Mantra... Yang bisa Mas baca setelah puas membalaskan dendam Mas...”
“Mantra...?”
“Dengan Mantra itu... Mas bakal menyadarkan orang yang menjadi sasaran balas dendam Mas...”
“Waahhh.. Makasih ya Neng...” Girang Marwan sambil mencium-ciumi secarik
kertas itu sebelum akhirnya ia benar-benar pamit pada Nimah.
“Hati-hati dijalan Mas....” Seru Nimah ketika Marwan dan Suroso mulai
meninggalkan rumah Nyak Enjot, “Minggu depan... Mas harus mampir lagi
kesini loh yaaa... Nimah tungguinnn....”
***
Sepasang tangan putih mulus terjulur kearah meja, meletakkan secangkir
kopi hitam dan sepiring cemilan keatas meja teras yang rendah. Sekedar
mencoba memberi keramahan kepada tamunya.
KLITHIK....
“Silakan diminum Mas... Kopi paginya.... “ Ucap Citra, wanita muda
bertubuh semok dengan perut membuncit besar yang terlihat begitu
rupawan. “Maaf Mas kalo sajian paginya cuman begini.... Soalnya Muklis
belum belanja ke pasar Mas” Tambah Citra lagi sembari menyanggul rambut
panjangnya keatas, membuat leher jenjang itu semakin menonjolkan sosok
citra yang anggun.
“Iya Neng... Nggak apa-apa....” Ucap tamu Citra itu yang secara
diam-diam, sering kali melirik kearah nyonya rumah. “Ini juga udah
cukup....” Tambahnya lagi seraya mengagumi dirinya.
Dengan daster ungu pendek dan tali tipis yang melintang di pundak
putihnya, Citra pagi itu terlihat begitu segar. Kulitnya yang mulus bak
pualam, terlihat seolah bersinar memantulkan cahaya matarahi pagi.
Ditambah dengan posisi kursi teras yang rendah, membuat ujung bawah
daster Citra tertarik keatas. Sehingga betis bulat dan paha mulus Citra
tak mampu ia sembunyikan dengan benar. Membuat Marwan tak henti-hentinya
menatap tubuh istrinya yang terlihat semakin seksi.
“Sumpah… Kamu semakin cantik Dek… Benar-benar cantik…” Ucap tamu Citra
yang beberapa hari belakangan ini tak bisa melewatkan sedetik pun untuk
tak menikmati pemandangan tubuh istrinya, “Tubuhmu selalu membuatku
berpikiran yang aneh-aneh Dek…”
Tak terasa, sudah hampir tiga hari, pria bercambang itu menginap di
rumah Marwan. Dan sudah selama itu juga ia selalu membantu segala macam
kebutuhan Citra semampunya.
“Pak Marwan menugaskan saya untuk mengurus segala keperluan kantor
Bu...” Ucap si tamu itu beberapa hari lalu. Ketika ia diminta
menjelaskan apa tugas dia disini. “Sekaligus membantu segala keperluan
Ibu Citra....” Tambahnya lagi.
“Ah... Jangan panggil saya Ibu... Mas... “ Sela Citra, “ Saya berasa tua
sekali kalo dipanggil dengan sebutan Ibu... Panggil saja saya
Citra....”
“Saya nggak enak Bu....”
“Ya kalo nggak enak... Jangan dimakan Mas... Hihihi....” Canda Citra
“Kalo gitu... Saya panggil Ibu dengan sebutan Neng Citra aja kali ya...?”
“Nggg... Begitu juga boleh Mas.... Hihihi....”
“Baik.... Neng Citra... “ Senyum Marwan sembari tersenyum, “Citra Agustina.... Istri Pak Marwan...”
“Kok senyum-senyum sendiri Mas...?” Tanya Citra ,”Di muka saya ada yang lucu ya...?”
“Eeh... Enggak Neng... Enggak ada apa-apa kok... “ Jawab si tamu itu.
“Kirain.... Yaudah... Diminum dulu itu kopinya.... Ntar keburu dingin
loh... “ Kata Citra sambil tersenyum dan menatap tajam kearah tamu pria
yang duduk di seberangnya.
“Makasih Neng... “ Jawab pria bercambang itu sambil meraih cangkir panas
itu. Meniupnya pelan lalu menyeruput cairan pekat berwarna hitam yang
masih mengepulkan uap panas.
“Slluuurrrppp..... Ahhhh.....” Suara seruputan kopi di bibir tebalnya.
“Masih sama... Rasa kopi ini masih benar-benar sama dengan rasa kopi
yang biasa aku minum dulu...” Batin pria bercambang itu sembari membalas
senyum nyonya rumah yang masih melihat kearahnya.
Melihat senyum dan tatapan mata si pemilik rumah, entah kenapa, pria
bercambang itu mendadak teringat akan video mesum yang ada di
handphonenya.
“Citra Agustina.... Istri Marwan Sudiro....” Ulang tamu itu dalam hati
sembari menatap kearah tubuh lawan bicaranya lagi, “Perutmu sudah
membesar ya Dek…? Pasti sekarang usia kehamilanmu sudah mendekati waktu
persalinan.....”
“Dan... Bener seperti kata orang-orang… Kecantikan wanita hamil bisa
meningkat berkali-kali lipat jika dibandingkan dengan wanita biasa… Ohh…
Istriku… Kamu terlihat begitu cantik sekali sayang....”
“Cantik... Tapi nakal... “ Gerutu tamu itu pada dirinya sendiri.
“Cantik ….Tapi suka bohong...”
“Cantik… Tapi susah diatur…”
Lagi-lagi, pria bercambang itu kembali teringat akan adegan persetubuhan wanita yang ada didepannya.
“Benar nggak Dek....? Kalau kamu sudah menghianati cinta suamimu....?”
“Benar nggak...? Kamu sudah berselingkuh dengan pria lain....?”
“Benar nggak...? Kalau kamu juga sudah mengumbar kenikmatan tubuhmu demi menikmati kontol pria lain...?”
Mendadak, senyum di wajah tamu Citra itu meredup. Pikiran kalut dan raut
wajahnya berubah drastis dari yang semula ceria, menjadi menampakkan
sebuah kecemasan yang amat sangat.
“Silakan dimakan Mas cemilannya....?” Ucap Citra sambil tersenyum.
Memamerkan deretan gigi putih nan rapi yang dibungkus oleh bibir tipis
mengkilap yang berwarna merah muda.
“Ooh... Senyummu.... Selalu membuat hatiku tergoda Sayang.... Selalu
membuat pikiranku melayang-layang…” Ucap tamu itu lagi sambil menatap
wajah berkulit pualam milik nyonya rumah, “Mungkin... Dari senyum itulah
sumber semua masalah ini tetrjadi... “
“Mas...?” Panggil Citra lagi.
“Tapi... Tak mungkin.... Senyum seperti itu bukanlah senyum
penggoda....” Batin pria bercambang itu lagi. Yang entah kenapa, seolah
terlena akan kecantikan si nyonya rumah. “Dia terlalu polos untuk bisa
mengkhianati cinta suaminya....”
“Mas...?”
“Tapi... Apakah dia benar-benar sepolos itu...? Karena.. Jika melihat
adegan di video itu.... Wanita didepanku ini benar-benar liar.... “
Kata pria bercambang itu lagi dalam hati, “Lenguhan suaranya yang
seksi... Kalimat joroknya yang kotor... Goyangan tubuhnya yang
gemulai... Hentakan pinggulnya yang kuat... Dan raut wajahnya.... yang
benar-benar menggairahkan....”
“Oooohhh… Citraaa istrikuuu… Bilang padaku Sayang… Jika wanita yang ada
di video itu bukanlah dirimu….” Sekali lagi, tamu Citra itu menatap ke
arah si nyonya rumah dari ujung rambut hingga ujung kaki. Mengamati
setiap senti tubuh semoknya. Rambut hitamnya. Wajah cantiknya. Leher dan
pundak putihnya. Payudara besarnya. Perut gendutnya. Paha mulusnya. Dan
betis rampingnya.
“Tubuhmu benar-benar sempurna Dek... Benar-benar mampu membuat pria
manapun tunduk dan bertekuk lutut untuk bisa ikut merasakan kenikmatan
tubuh cantikmu itu...” Yakin tamu Citra itu.
“Kira-kira....Sudah berapa pria ya yang sudah menidurinya...?”
“Satu...? Dua... ?Tiga...? Empat...? Atau lima orang...?”
“Aaarrgghh.... Video sialan.... Kenapa setiap kali aku melihat dirimu...
Aku harus selalu teringat adegan persetubuhannya di video itu...?”
“Tak mungkin jika wanita itu hanya meniduri satu, dua, atau tiga pria lain.... “
“Pasti kamu sudah diajak tidur banyak pria ya sayang…?”
“Karena di video itu... Kamu terlihat begitu menikmati persetubuhanmu…
Iya… Kamu terlihat begitu senang ketika sedang disetubuhi banyak
kontol...”
“Arrrgghhh… Tak mungkin…. Citraku bukan wanita murahan….” Erang tamu Citra itu bingung.
“Tapi… Kalau wanita di video itu bukan kamu…. Kenapa memek wanita mirip
sekali dengan memekmu ya…? Warna kulitnya… Bentuk bibirnya… Bahkan
hingga letak tahi lalatnya… Benar-benar mirip dengan memekmu….”
“Sialan….Pasti sudah banyak kontol-kontol yang sudah menikmati jepitan memekmu ya Sayang...”
“Ohhh... Istrikuuu...... Kenapa kamu bisa setega itu...?”
“Ahhh... ANJING.... Salah aku dimana Sayang…? Salah aku apa…? Sampai-sampai kamu bisa melakukan ini semua….?”
“SIALAAANNN…. Citra Agustina.... Kamu memang wanita anjing…”
“Kenapa kamu membiarkan memek sempitmu dimasuki kontol pria lain…?
Kenapa kamu kamu juga memperbolehkan kontol pria lain memasuki lubang
taimu…? Bahkan… Kenapa kamu juga memanjakan kontol-kontol mereka ketika
menyeubuhimu ramai-ramai…? BANGSAT… ANJING KAMU SAYANG… ANJIIINGGG….”
Umpat tamu Citra itu dalam hati, “ANJIIING.... AARRGHH VIDEO SIALAN…”
“Mas Jupri....? “ Panggil Citra lagi sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah tamunya, “Kok ngelamun aja Mas...?”
“Jupri....? “ Tanya si tamu itu, “Siapa lagi dia...? Apa dia pria
idamanmu yang lainnya…?” Apa dia pria yang juga sudah meniduri
tubuhmu...?”
“ Tapi... Tunggu sebentar… Nama Jupri sepertinya begitu familiar di telingaku.... Dia siapa ya...?”
“Hei… Mas Jupri....” Tepuk tangan Citra kelutut si tamu, yang seketika itu membuyarkan lamunannya.
“Astaga... Jupri khan namaku sekarang.... Iya... Karena istri cantikku
itu sama sekali tak menyadari penampilanku... Aku menyamar menjadi
orang lain... “ Batin tamu Citra yang tak lain adalah Marwan. Suami
Citra sebenarnya.
“Inget Marwan....Kamu sekarang bukan Marwan.... Kamu sekarang Jupri....
Marwan adalah Jupri....” Kata Marwan dalam hati, “Berpura-puralah kamu
untuk bisa mengungkat semua perselingkuhan istrimu...”
“Haaallloooo.....? Maaassss.....? “ Teriak Citra gemes. “ Maaassss Juuuprrriiiii.....”
“E.. Ehhh Iya Neng....? Maaf... Kenapa Neng...?”
“Hihihihihi.... Si Mas ngelamunin apaan sih....? Sampe bengong gitu ngeliat mukaku.....?”
“Eehh... Anu... Iya Neng... Maaf... Gara-gara ngelihat senyum Neng... Saya jadi ngelamun....”
“Mas ngelamunin apaan Mas...?” Tanya Citra dengan nada menggoda, “Hayooo... Ngelamunin yang jorok-jorok yaaa...?”
“Nnggg.... Enggak Neng... Melihat Neng... Saya jadi ngelamunin istri saya dikampung Neng...”
“Owalaaaahhh.... Hihihihihi.... Mas Jupri kangen ya ama istri Mas...?”
“I...Iya Neng....”
“Apa aku coba buat ngegodain Citra kali ya..?” Pikir Marwan sambil
melirik kearah Citra yang masih menatap dirinya sambil tersenyum-senyum,
“Khan di video itu... Citra suka banget digodain...”
“Emang istri Mas udah ditinggalin berapa lama Mas...?”
“Nggg... Berapa lama ya....?” Bingung Marwan, “Kira-kira empat - lima bulanan Neng...”
“Waduh.... Lama juga ya....?” Ucap Citra sambil mengetuk-ketuk dagunya,
seolah seperti sedang berpikir keras, “Nanti.... Kalo Mas Jupri bisa
pulang... Buruan samperin Mas...”
“Nggg... Emangnya kenapa Neng....?”
“Wanita... Kalo jarang disamperin suaminya... Ntar ada pria lain yang nyamperin loh...”
“Masa sih Neng...?”
“Hihihi... Iyalah... Selain itu... Bisa-bisa... ‘Sawahnya’ kering tuh Mas.... Hihihi.....” Canda Citra.
“Kering...?” Tanya Marwan, “Kering gimana Neng....?”
“Hihihii... Ah si Mas ahhh.... Kaya nggak ngerti aja.... Kering Mas... Jarang Mas siramin.... Hihihi....”
“Siramin apaan ya Neng....?”
“Hihihi... Ya disiramin Maaaas... Siramin....” Jawab Citra berusaha
memberi kode kepada Marwan, “Pake Nafsu, Cinta, dan Hihihi... Itu
tuh....” Ucap Citra sambil melirik kearah selangkangan suaminya sendiri
yang tak ia ketahui.
“Astaga... Cara bercanda Citra mesum juga....” Batin Marwan. “ Yup...
Citra sepertinya sudah menjadi wanita mesum... Istriku... Wanita mesum
yang selalu menebar senyum...” Tambah Marwan menarik kesimpulan.
“Apa gara-gara senyum itu... Semua lelaki jadi kepincut karenanya....?”
Pikir Marwan sambil menelan ludah birahinya, “Bibir tipis yang selalu
tersenyum.... Bibir tipis yang selalu terlihat basah... Bibir tipis
yang.... Sudah dimasuki dan disodok-sodok oleh banyak kontol pria
lain... Dijejali kontol pria lain... Dikencingi oleh sperma kontol
orang lain....Aaaarrrggggghhh.... Bibir istrikuuuu... Kampreeettt.....”
“Aku harus mencari tahu... Sejauh apa kegenitan dan kegatelan istri sialanku ini...”
“Udah-udah Mas... Ngomong-omong kering... Ayo... Diminum lagi Mas kopinya...” Saran Citra memecah pemikiran Marwan.
“SLUUUURRRPPPP.... “
Suara Marwan kembali menyeruput kopi yang masih ditangannya.
“Enak kopinya mas...?” Tanya Citra.
“Nnggg... Pas banget Neng... Susunya....” Jawab Marwan iseng sambil
melirik kearah belahan dada daster Citra yang cukup rendah. Yang
memamerkan gundukan payudara wanita cantik itu dengan cukup jelas.
Payudara yang menyembul putih dengan urat-urat berwarna hijaunya yang
terlihat samar-samar.
“Pasti... Payudara besarmu itu sudah pernah diremas dan dihisap oleh
pria-pria cabul itu ya Dek...?” Pikir tamu Citra yang mulai melayang
kemana-mana sembari tak henti-hentinya menatap tajam ke payudara
istrinya itu. “Pasti pria-pria itu juga pernah ngocokin kontol mereka di
bulatan daging lembutmu itu ya Dek... ? Memilin puting payudaramu yang
berwarna pink-coklat itu hingga berwarna kemerahan... Yang kemudian....
Kontol mereka memuntahkan pejuhnya di kedua gundukan besarmu itu... Iya
khan Dek....?”
“Hihihihihi.... Mas Jupri aaaaaahhh... Bisa ajaahh....”Ucap Citra
dengan nada genitnya sambil kembali menaikkan kedua tangannya keatas dan
memamerkan ketiak tanpa rambutnya. Kemudian, wanita cantik itu
menyanggul rambut hitamnya. Membuat Marwan yang ada didepannya lagi-lagi
tercengang ketika menatap kagum pada tubuh seksi istrinya.
“ Emang susu yang mana Mas...? Yang berasa pas banget...?” Tanya Citra
lagi sambil membetulkan tali daster rumahnya, seolah memamerkan gundukan
besar tanpa beha yang ada diatas perut besarnya.
“Hehehehe... Ya Susu kopinya lah Neng... Masa susu abang tukang sayur
itu....?” Jawab Marwan sambil menunjuk kearah Mang Yanto yang sedang
sibuk mendorong gerobak sayurnya. Berteriak-berteriak lantang memanggil
seluruh ibu-ibu komplek.
Mendengar celetukan Marwan, seketika Citra tertawa terpingkal-pingkal.
Tawanya begitu kencang sambil memegangi perutnya yang juga berguncang
naik turun.
“Hahahahahaha.... Susu Mang Yanto.... Hahahaha.... “ Tawa Citra kegelian
sambil menjejak-jejakkan kakinya kelantai, membuat paha mulusnya
seringkali terlihat karena gerakan kakinya yang juga ikut
terangkat-angkat seiring tawanya.
“Sumpah Mas Hahaha... Kamu lucu Mas.... Hahahaha.... Susu Mang Yanto.... “
“Cantik sekali tawamu Dek...” Batin Marwan yang melihat tawa
terbahak-bahak Citra yang sama sekali tak mampu ia redam. Saking
terbahaknya, Citra sampai menggelijang kegelian di kursi teras tempat ia
duduk. Membuat Marwan dapat sedikit banyak melihat celah selangkangan
Citra dari lubang bawah daster pendeknya.
“Ooohh.. Paha Citra.... “ Kaget Marwan ketika melihat isi selangkangan
Citra yang terbungkus oleh CD berwarna ungu. Warna yang senada dengan
daster pendeknya.
“Tubuhmu memang bak tubuh bidadari ya Dek... “ Kagum Marwan, “Cuman....
Kamu sudah obral tubuh itu buat kepuasan pria-pria lain.... Mas nggak
habis pikir Dek... Kenapa kamu bisa mengkhianati cinta Mas....?”
“Kenapa kamu membiarkan memek sempitmu dientoti banyak pria Dek... ?”
Lagi-lagi Marwan teringat akan video persetubuhan Citra yang ada di
handphonenya, “ANJING....! Kenapa kamu mengkhianati cinta Mas Dek...?
Kenapa...???? “
Sebuah kegalauan tiba-tiba berkelebat di benak Marwan. Ia sejenak
memikirkan apa sebab yang membuat Citra menjadi senakal dan sebinal itu.
Namun, sekeras apapun Marwan berpikir, ia masih belum bisa mendapatkan jawabannya.
“Mas....? Hallooo....? Mas Jupri....?” Panggil Citra sambil
melambai-lambaikan tangannya kewajah Marwan, “Kok kamu jadi ngelamun
lagi Mas...? Ini ayo dimakan cemilannya.... “ Sodor Citra menyerahkan
piring yang penuh berisi cemilan kearah Marwan.
“Tadi pagi.... Muklis sengaja beliin ini buat Mas Jupri...” Ucap Citra terus menyodorkan sepiring lemper pada Marwan.
Memang, sebagai adik kandung yang sudah lama hidup serumah dengan
Marwan, Muklis tau kegemaran kakak kandungnya. Oleh sebab itu, Muklis
itu sengaja membelikan makanan kegemarannya buat Marwan.
“Nnggg.... Emangnya... Sekarang Muklis ada dimana Neng...? Sedang keluar
ya...?” Tanya Marwan yang sudah melahap lemper dihadapannya.
“Enggak... Muklis ada kok... Dia ada dibelakang Mas... Lagi nyuci baju...” Jelas Citra.
“Oooww... “ Jawab Marwan singkat sambil terus menyantap lempernya.
Sejenak, suasana kembali hening tanpa pembicaraan yang berarti. Citra
hanya duduk berseberangan-seberangan dengan Marwan sambil memainkan
handphone yang ada ditangannya. Ditengah mereka berdua, ada sebuah meja
rendah yang memisahkan keduanya. Meja rendah penuh ukiran yang tak mampu
menyembunykan sepasang kaki mulus Citra dari pandangan suaminya.
“Weleh-weleeehh.... Makin mulus aja tuh kakimu Dek....” Ucap Marwan yang
sesekali melirik jauh kedalam bawahan daster tipis pendek yang sedang
dikenakan Citra. Berusaha menikmati kearah putihnya kulit paha dalam
Citra yang sudah lama tak ia jamah.
“Ehh.. Mas... Udah laper belom...? Ucap Citra santai, yang walaupun tahu
akan tatapan mata mesum Marwan, ia berpura-pura tak tahu. Bahkan
terkadang wanita hamil yang cantik itu semakin membuka pahanya lebih
lebar. Mempertontonkan celana dalamnya yang berwarna ungu terang
miliknya.
“Hihihi... Mas Jupri ternyata genit juga ya...?” Celetuk Citra
tiba-tiba, ketika mendapati kedua mata tamunya itu terus terusan menatap
kearah selangkangannya.
“Ehh.. Maaf Neng....” Sadar Marwan ketika lirikan mesumnya diketahui istrinya.
“Hihihihi... Nggak apa-apa kok Mas.... Kalo pria kelamaan ninggalin
istri di kampung... Jadinya ya bakalan seperti itu... Hihihihi....”
Jawab Citra yang aliht-alih menutup celah di kedua pahanya, ia malah
semakin memperlebar bukaan selangkangannya. Seolah memamerkan keindahan
penutup vaginanya yang gemuk kepada Marwan.
“Hehehe.. Iya... Maaf Neng...” Jawab Marwan yang kemudian buru-buru menyeruput kopi yang sudah tinggal ampasnya saja.
“Kenapa Neng...? Apa ada yang salah dengan muka saya...?” Tanya Marwan kikuk ketika Citra gantian menatapi wajah bingungnya.
“Hihihihi... Enggak Mas.... “ Jawab Citra, “Aku cuman heran aja....”
“Heran...? Heran kenapa...?”
“Nggak tahu juga sih... Cuman... Kalo ngelihat muka Mas Jupri.... Entah
kenapa saya kok jadi inget dengan seseorang....” Jelas Citra.
“Seseorang...? Siapa Neng...?”
“Nah itu dia Mas.... Aku juga nggak tahu... Yang jelas muka Mas berasa familiar banget buat saya....”
“Ooowwhhh.... Itu... “ Potong Marwan singkat, “Emang sih... Kata
orang-orang... Muka saya kadang mirip ama Tom Cruise Neng... Ganteng...”
Tiba-tiba, tawa Citra meledak lagi, “ Hahahahahaha..... Tom Cruise.... Hahahaha....”
“Yeee... Beneran Neng... Aku mirip Tom Cruise khan...?”
“Hahahaha.... Iya deh... Iya.... “ Ucap Citra mengiyakan, “Cuman... “
Sejenak, Citra berusaha mengatur nafasnya yang masih bercampur dengan
tawanya.
“Mas nggak hanya mirip di wajah sih... Suara.... Tinggi badan.... Cara
jalan... Sampe bentuk jari kaki Mas pun semua mirip loh... “
“Naaahh... Iya khaan... Akhirnya kamu sadar juga Neng... Kalo saya emang mirip Tom Cruise....”
“Hahahaha... Bukan Mas... Bukan... Mas itu miriiiiipppp.... Hmmm...
Siapa ya......?” Tanya Citra sambil berusaha keras mengingat siapa sosok
pria yang mirip dengan pria yang ada didepannya.
“ASTAGAAAAHHHH.... IYA.... Ketemu Mas...” Seru Citra tiba-tiba, “Mas tuh mirip suami saya.... “
DEG...
“Waduh... Ketahuan deh... “ Batin Marwan.
“Eeehhhhh tapi... Ngggggg.... Coba dong Mas... Berdiri sebentar...” Pinta Citra tiba-tiba.
“Haah...? Berdiri....?” Bingung Marwan.
“Iya berdiri.... “ Ucap Citra yang kemudian beranjak dari kursi terasnya
dan bergerak kearah Marwan. Kemudian, Citra mengamati sosok pria teman
kerja suaminya itu.
“Hmmm.. Oke deh....” Jawab Marwan mengikuti permintaan Citra.
“Mas mirip Mas Marwan.... Cuman.... Warna kulit Mas agak berbeda...
Agak gelap.... Mas juga punya brewok... Sedangan Mas Marwan tak
punya.... Hmmmm... Postur badannya juga beda.... Mas terlihat jauh lebih
kekar ketimbang suamiku...” Ucap Citra.
“Apalagi.... benda yang berada di selangkanganmu Mas... Benar-benar
berbeda jika dibandingkan dengan milik Mas Marwan...” Ucap Citra dalam
hati, “Pasti... Kontolmu besar sekali ya Mas...?”
“Neng...? Kok ketawa-tawa sendiri sih....?” Tanya Marwan, “Neng udah mulai gila ya...?”
“Heeeh... Enggak kaliii... Aku masih sehat....” Sangkal Citra.
“Kalo Neng sehat... Kenapa Neng dari tadi senyum-senyum sendiri coba...?”
“Hihihihi... Diantara beberapa kesamaan Mas dengan suamiku.... Aku cuman
ngerasa ada satu hal yang jauh berbeda dengan milik Mas Marwan...
Mas...” Sejenak, ketika Citra kembali mengamati selangkangan Marwan dan
kembali tersenyum lebar.
“Iya... Kontolmu pasti berbeda banget dengan kontol Mas Marwan ya
Mas...?” Tawa Citra dalam hati, “Memekku pasti bakal berasa penuh ya
Mas...? Kalo dientotin dengan kontol besarmu itu... Hihihi...”
“Tuuuh... Senyum-senyum sendiri lagi... Emangnya apanya yang beda di diriku Neng...?” Heran Marwan.
“Hihihihi... Ada deeeehhh.... “ Seru Citra lagi sembari kembali duduk di kursi seberang Marwan.
“Ini sarapannya Mbak... “ Ucap Muklis yang tiba-tiba nongol dari dalam
rumah sambil membawakan nampan penuh dengan makanan. Dengan cekatan,
Muklis meletakkan semua piring makanan di meja teras. Setelah itu, ia
ikut duduk di samping Citra.
“Waaaah... Muklis... Makasih yaaa...” Seru Citra girang sambil mengecup pipi Muklis.
“Eh... Mbak... “ Celetuk Muklis yang buru-buru mengelap pipi kanannya, membersihkan pipinya dari bekas bibir Citra.
“Hihihi... Masih malu aja Klis...” Celetuk Citra yang melihat muka
Muklis memerah karena tingkahnya barusan, “Biasanya juga kamu biasa aja
Klis...?”
“Emang bener begitu Klis...?”
“Ehh... Apaan sih Mbak....? Enggak Mas Mbak Citra becanda... Ayo dimakan sarapannya Mas...” Ucap Muklis dengan nada yang tegang.
“Cieee...Cieee... Muklis maluuuu..... Eh iya...Mas Jupri sudah berkeluarga...?” Tanya Citra mengalihkan pembicaraan.
“Sudah Neng...”
“Sudah punya momongan...?”
“Sudah... Anak saya sudah delapan Neng... “
“Wooww.... Delapan anak....? Banyak amat mas...?” Kagum Citra, “Mas emangnya mau kejar setoran...?”
“Hehehehe... Enggak Neng... Si Mirna aja yang suka kalo... Di.....Nnggg.... “ Jawab Marwan ragu.
“Dientotin...?” Tanya Citra vugar. Sama sekali tak merasa canggung dihadapan Marwan atapun Muklis.
“Eeh...?” Kaget Marwan, karena tak menyangka jika istrinya bakal berkata seperti itu.
“Iya khan...? Istri mas pasti suka dientotin...?”
“Nggg... Iya Neng....”
“Hihihihi... Istri Mas Jupri suka dientot loh Klis...” Ucap Citra sambil
melirik kearah Muklis. Wanita hamil itu sengaja menyindir Muklis yang
entah kenapa, sudah beberapa hari belakangan ini susah sekali diajak
bersetubuh olehnya.
“Cuman... Istri saya nggak secantik dan se-seksi Neng...” Puji Marwan.
“Aaaaahh... Si Mas mah bisa aja ngegombalnya...”
“Emang bener Neng... Neng Citra cantik banget....” Goda Marwan lagi, “Ya
nggak Mas...? Istri Pak Marwan itu cantik banget khan....?” Tanya
Marwan ke adik kandungnya dengan tatapan tajam.
“Eeh.. I.. Iya Mas... Cantik...” Jawab Muklis dengan nada takut.
“Tuuuhh khan... Mas Muklis aja bilang kalo Neng itu cantik...”
“Aah... Kalo Muklis mah emang biasa ngegombal Mas... Hihihihi.... “ Canda Citra sambil kali ini, mencubit dada Muklis.
“Aawww... Mbak... Sakiiittt....”
“Heeeeh...? Kok tumben kamu kesakitan Klis... ? Biasanya aja kalo Mbak
cakar-cakar kamu... Kamunya juga berasa keenakan... ? Hihihihi...” Canda
Citra lagi yang mentowel-towel hidung Muklis..
“Iiihhhhssss.. Mbak Citra aaahh.....” Tepis Muklis ke tangan Citra.
“Hehehehe... Kalian berdua keliatan begitu mesra ya... Nggak kaya kakak
adik...” Sindir Marwan yang sepertinya ditangkap oleh Muklis. Adik
kandungnya itu buru-buru kembali terdiam, menjaga sikapnya dihadapan
Marwan.
“Masa sih Mas...?” Tanya Citra.
“Hiya... Kalian terlihat begitu mesra... Kaya sepasang suami istri yang
baru aja menikah...” Sindir Marwan lagi sambil tersenyum sinis kearah
adiknya.
Kembali, suasana teras terasa hening. Hanya terdengar suara dentingan
sendok yang beradu dengan piring. Diantara mereka bertiga, hanya Citra
yang terlihat kelaparan, begitu bersemangat menghabiskan sarapan
paginya. Sementara Marwan dan Muklis, hanya menyantap sarapan pagi
mereka seadanya.
“Delapan anak... “ Celetuk Citra memecah kesunyian, “Gimana rasanya ya
Klis kalo Mbak ngelahirin anak sebanyak itu...?” Ucap Citra lagi sembari
mengusap perutnya yang sudah semakin membesar.
Muklis yang mendengar kalimat Citra, hanya bisa kebingungan. Ia memilih
untuk tak menjawab pertanyaan kakak iparnya itu, dan lebih berdiam diri.
“Sepertinya… Neng Citra juga lahiran sebentar lagi ya Neng...?” Tanya Marwan.
“Iya Mas... Mungkin beberapa minggu lagi.... “ Jawab Citra dengan bibir tersenyum,
“Kira-kira… Anaknya Cewek atau cowok Neng…?”
“Nggg.. Nggak tahu Mas… Eh iya... Istri Mas Jupri ngelahirin anaknya Cesar atau normal Mas...?”
“Istriku melahirkan dengan cara normal semua Neng...”
“Hmmm..... Kalo lahiran normal.... Memeknya pasti dijahit ya Mas...?”
“Hehehe... Iyalah Neng...Dijahit.... Khan sebelumnya disobek....”
“Nggg.... Sakit ya pastinya....?”
“Hehehehe... Kalo soal sakit atau enggak... Saya sih kurang tahu Neng...” Jawab Marwan.
“Trus... Ketika setelah melahirkan... “ Citra mengentikan pertanyaannya,
dan melirik ke arah Muklis, “Memek istri Mas masih berasa sama atau
nggak Mas...? Masih ngejepit nggak...? Masih peret nggak...? Masih
berasa enak nggak...?”
“Hahahaha... Pertanyaan Neng ada-ada aja Neng...?”
“Iiihhhss Mas Jupri... Jawab aja Maaaas.... Memek istri Mas masih berasa enaaah nggaaakkk.... “
“Hmmmm.... Sepertinya sih sama aja Neng.... Masih peret dan
ngempot-ngempot juga...” Jawab Marwan asal, “Malah terkadang...Memek
istri saya jauh berasa lebih sempit daripada sebelumnya Neng...”
“Masa bisa begitu Mas...?”
“Udah ah Neng... Jangan nanya hal begituan lagi... “
“Loohh...? Emang kenapa Mas...?”
“Bikin saya jadi makin keinget yang ada dirumah Neng...” Jawab Marwan
yang kemudian sengaja membetulkan batang penisnya yang mulai
menggelembung di depan tatapan Citra dan Muklis,
“Hihihihi... Mas Jupri ngaceng ya Mas...?”
“Wow... Semakin vulgar aja kalimat-kalimatmu Dek...” Batin Marwan yang terus-terusan meladeni pertanyaan Citra.
“Habisan... Ngelihat perut hamil Neng Citra... Bikin si anu saya... Jadi
makin cenat-cenut Neng...” Goda Marwan mengimbangi kenakalan Citra
sambil kembali membetulkan posisi penisnya yang semakin keras.
“Hihihihi.... Masa ngelihat perut cewe hamil kaya punya saya bisa bikin
keras gitu Mas...?” Tanya Citra sambil terus-terusan menatap
selangkangan suaminya.
“Hiyalah Neng... Bisaa....” Jawab Marwan semangat, “Terlebih kondisi Neng sekarang juga sama dengan istri saya...”
“Waah... Istri Mas juga sedang hamil....?”
“Iya Neng... Istri saya sedang hamil tua...”
“Wuidiiihh... Berarti saya ama istri Mas samaan dong Mas...?
“Samaan gimana Neng...? Ya bedalah....” Tanya Marwan
“Looh... Kok...? Emang bedanya apa Mas...?”
“Istri saya ngggak secantik dan seseksi Neng...”
“Aaaaaaaah...... Mas Jupri mah bisa aja ngegombalnya....” Ucap Citra
dengan nada genit, “Mas Jupri jadi bikin saya kangen suami saya ...”
“Looohh...? Kok kangen....? Kangen gimana Neng...?”
“Aaaaah... Ya kangen pengen dientotinlaah.... Hihihihii...” Celetuk
Citra vulgar sambil lagi-lagi melirik kearah Muklis. “Sudah lama Mas
Marwan nggak ngasih nafkah jasmani nih...”
“Waduh.... Masa sih Neng...?” Kaget Marwan. “Bukannya kalo perempuan
sedang hamil tua, dia harus sering-sering di tengokin Neng...?”
“Nah itu dia Mas... Mas Marwan mungkin terlalu sibuk dengan kerjaannya...” Jelas Citra, “Jadinya ya gitu deh....”
“Laah terus...? Kalo Neng lagi pengen gimana....?” Pancing Marwan.
“Kalo lagi pengen.... Nggg.... Yaaa.... gitu deh....” Citra tak
melanjutkan kalimatnya. Ia hanya melirik Muklis sambil menggigit bibir
bawahnya.
“Neng ngelampiasinnya pake masturbasi ya Neng....?” Tanya Marwan mulai menjurus.
“Ngggg.... Hihihi....Gimana ya....?” Jawab Citra malu-malu.
TIIITT TIIITT TIIITT.... TIIITT TIIITT TIIITT.... TIIITT TIIITT TIIITT....
Tiba-tiba, ditengah kesunyian mereka, suara alarm mesin cuci terdengar
begitu keras. Menandakan jika pakaian yang ada didalamnya sudah siap
dijemur.
“Eh I... Iya Mbak... Aku permisi dulu ya... Mau ngejemur baju dulu...”
Ucap Muklis yang tiba-tiba bangkit dari duduknya, “Permisi Mas... “
Tambahnya lagi sembari pamit kepada Marwan.
“Eeh Iya... Aku juga harus cuci piring dulu Mas... “ Ijin Citra yang
juga mulai membereskan meja terasnya dan membawanya kearah dapur.
“Eeeh... Waduh Neng.... Nggak usah repot-repot Neng...” Cegah Marwan, “Sini... Sini... Biar saya bantuin aja Neng...”
“Aahhh... Nggak usah Mas... Saya bisa sendiri kok...” Tolak Citra sopan,
“Lagian Mas khan disini tamu... Masa ikut bantu beres-beres....”
“Aaaahh... Nggak apa-apa Neng.... Sini....”
“Udah-udah... Nggak perlu Mas... Mas disini aja... “ Tolak Citra. “Nanti
deh... Kalo saya memang butuh bantuan... Saya pasti panggil Mas...”
“Nggg... Yaudah deh kalo gitu...” Ucap Marwan yang kemudian kembali duduk di kursi teras.
“Naaahh... Anggep aja Mas dirumah sendiri Mas... Santai-santai
ajalah... Hihihii...” Ucap Citra, “Kalo gitu... Saya permisi dulu ya....
Mas...” Tutup Citra tersenyum sambil menyempatkan diri untuk melihat
kearah selangkangan tamunya yang sudah terlihat begitu menggembung
keras.
“Woooww.... Kontol Mas Jupri keliatannya besar sekali...” Batin Citra,
“Bakalan seru nih kalo Mas Jupri bisa menggaruk gatal di memek aku...
Hihihihi.....”
Sesampainya didapur, Citra segera menghampiri Muklis yang sedang
memilah-milah baju basah yang ia keluarkan dari mesin cuci. Melihat
adanya sedikit perubahan di dalam diri Muklis, wanita cantik yang sedang
hamil tua itupun langsung memeluk pinggang Muklis dari belakang dan
mengecup pundaknya pelan.
“Muklis... Kok tumben akhir-akhir ini kamu jadi pendiam Sayang...?” Tanya Citra lembut
“Ehhh.. Mbak....?” Kaget Muklis yang mendapat pelukan kakak iparnya, langsung celingukan kearah ruang tamu.”
“Kamu ada masalah Klis...? Ada pikiran....?”
“Nnggg.... Nggak kok Mbak... Nggak ada apa-napa Mbak....”
“Bener....?”
“Iya Mbak....”
“Tapi.... Mbak nggak pernah ngeliat kamu seperti ini Klis...?” Tanya
Citra lagi sambil mempererat pelukannya ke punggung Muklis. Menempelkan
payudara bulatnya yang tak terbungkus bra erat-erat ketubuh lelaki yang
ada didepannya.
“Akhir-akhir ini .... Kamu terasa dingin Klis...”
Muklis tak menjawab, ia hanya berdiri tanpa berkata apa-apa.
“Ada apa Klis...? Biasanya aja kamu kalo ngeliat Mbak didapur
sendirian... Pasti udah ngisengin Mbak... Nyium-nyiumin lah...
Remes-remes teteklah.... Sampe kadang... Kamu nggak bisa nahan nafsu
buat ngentotin Mbak....Tapi.... Semenjak adanya Mas Jupri... Sepertinya
kamu kehilangan gairah sama sekali...?” Heran Citra,” Kamu malu ama mas
Jupri ya....?”
“Nnggg.. I...Iya Mbak....”
“Yaeeelaaaah... Biasa aja kali Kliss... Khan Mas Jupri bukan Mas
Marwan...?” Kesimpulan Citra singkat sambil mulai meraba-raba
selangkangan adik iparnya.
“Nnnnggg... Iya sih... Cuman khan Mas Jupri itu orang suruhannya Mas
Marwan Mbak... Khawatir kalo dia tahu hubungan kita... Nanti bisa
berabe....” Ucap Muklis yang kemudian, mengalihkan tangan jahil Citra
dari area penisnya.
Merasa mendapat penolakan Muklis, Citra sedikit kaget.
“Ooowww... Jadi cuman gara-gara itu... Kamu beberapa hari belakangan
jadi ngediemin Mbak...?” Tanya Citra tak mau menyerah begitu saja. Ia
kembali mencoba memasukkan tangan mulusnya dari pinggang kolor Muklis.
“Nggg... Aku malu Mbak...” Jawab Muklis yang lagi-lagi mencoba menolak desakan tangan Citra. “Aku takut ketahuan....”
“Huuh....Jadi beneran nggak mau nih....?” Tanya Citra yang tiba-tiba
melepaskan pelukannya dan memutar tubuh Muklis hingga menghadap dirinya.
Kemudian, tanpa basa-basi Citra langsung berjongkok di depan
selangkangan Muklis dan menarik turun celana kolornya.
“Ehhh.... Mbakk... Jangan....” Cegah Muklis.
“Jadi... Kamu nolak perlakuan aku nih....?” Tanya Citra yang begitu
sudah mendapati penis Muklis ditangannya, ia mulai mengurut batang jumbo
itu pelan.
“Bukan begitu Mbak.... Ngggg.... Sebenernya sih aku masih Mbak... Cuman
kalo kita ketahuan gimana Mbak...? Mas Jupri khan orang suruhannya Mas
Marwan... Pasti dia sering kasih informasi ke suami Mbak...”
“Lalu....? Masa sama yang begituan aja takut Klis... ?” Tantang Citra
yang sudah mulai mengocok-kocok batang penis adik iparnya yang mulai
mengeras.
“Uuuhh... Mbak... Jangan Mbak... Nanti Mas Jupri ngelihat....Ooohh.....”
“Hihihihi... Kok kamu jadi cemen gini sih Klis...? “ Ejek Citra tak lama
kemudian, sudah membetoti penis keras Muklis, “Kemaren aja kamu suka
kalo ngentot diliatin banyak orang... SLUUURRPP....”
Ooohh... Beda Mbak... Khan yang kemaren-kemaren itu yang
ngelihat...Ohhh... Bukan temannya Mas Marwan Mbak...” Erang Muklis yang
dengan berat hati mendorong kepala kakak iparnya menjauh,
“Astaga..Ooohh...Jangan ya Mbak...”
“Tapi Mbak pengen klis.... “ Ucap Citra melas, “Nih kamu liat... Memek
Mbak udah basah....” tambah Citra sambil mengangkat roknya dan menggeser
kain celana dalamnya. Memperlihatkan vaginanya yang sudah mengkilap
banjir karena lendir birahinya.
“Memek Mbak udah gatel Klis... Memek Mbak kangen kontol besarmu ini....
Memek Mbak nggak bisa Klis... Kalo nggak kamu entotin tiap hari.... “
Jelas Citra, “Ayo Klis... Sodok memek Mbak sekarang.... Mumpung Mas
Jupri masih di ruang tamu...” Pinta kakak ipar Muklis itu sambil
merebahkan diri di lantai dapur.
“ Waduh.... Nnnnngg.. Gimana ya Mbak...?” Bingung Muklis yang
berkali-kali melirik kearah ruang tamu, “Ntar kalo Mas Jupri ngelihat
gimana Mbak...?”
“Sudaaaah... Nggak usah dipikir dulu Klis... Kalo Mas Jupri ngelihat...
Kita urus hal itu belakangan... “ Ucap Citra diplomatis, “Ayo...
Sekarang aja Klis... Sodok memek Mbak sekarang... “ Pinta Citra yang
kemudan menggenggam batang penis Muklis dan menariknya turun.
Dengan santai, Citra kemudian membuka kedua pahanya lebar-lebar, dan menyibakkan kedua bibir vaginanya yang sudah merekah merah.
“Aaayoo Klis... Sodok memek Mbak...” Pinta Citra sambil kembali menarik
batang penis Muklis mendekat kearah liang peranakannya. “Ayo Klis...
Entot memek Mbak.... Sebelum Mas Jupri kesini.... “ Tambah Citra sambil
menempelkan kepala batang penis Muklis ke bibir vaginanya.
“Ngggg....Mbak... Jangan aahh... Nanti Mas Jupri denger....”
“Persetan dengan Mas Jupri Klis.... “ Raung Citra putus asa. “Ayolah
Klis... Mbak sudah nggak tahan... Mbak pengen banget kamu entotin.... “
Desah Citra yang kemudian melingkarkan kakinya kepinggang Muklis dan
menariknya maju.
CLEEPPPP...
Suara kepala batang penis Muklis ketika berhasil menguak bibir vagina kakak iparnya yang sempit.
“Oooooooooooohhhhhhhhh.... Muuuukliiiiiiiissssss... “ Lenguh Citra dengan nada lega, “Enak bener rasa Koontolmuuuu Klisss... “
“Sssttt…. Mbaak…” Tegur Muklis, “Jangan keras-keras ngomongnya Mbak…”
“Ooohhhh… Muklisss… Terus sodok memek Mbak Klisss… Tusuk yang dalam
memek Mbaakkk…” Rengek Citra tanpa menghiraukan terguran Muklis, “Ayo
Klisss… Masukin yang daleeemm… Ooohh…. Kontolmu memang selalu bisa
mengobati gatel birahi memek Mbak...”
“Ssstttt.... Mbaak... Jangan berisikk…. “
“Ooohh…. Mukliisss…. Enak banget kontolmu Sayang... Ayo mulai goyangin
pinggangmu...Entot memek Mbak iparmu ini Klis...” Pinta Citra yang
lagi-lagi tak mengindahkan kalimat adik iparnya. Wanita hamil itu terus
menggerak-gerakan kakinya yang ada dipinggang Muklis dan membuat batang
penis adik suami Citra itu mulai bergerak maju mundur.
CLEP...CLEP...CLEP...
Kecipakan vagina basah Citra ketika didesak maju mundur oleh batang penis Muklis.
CLEP...CLEP...CLEP... CLEP...CLEP...CLEP...
“Ooohhh.. Mukliisss..... Enaaknya sodokan kontolmu Kliiissss.... Ohhh... Ohhh...”
“Sssttttt... Mbaakkk jangan berisik Mbak.... Nanti Mas Jupri denger....”
“Sssshhh…Ooohh.. Muklisss… Gesek itil Mbak Kliss… Ayo Klis… Oooh… Eenaaakknya…”
CLEP...CLEP...CLEP... CLEP...CLEP...CLEP...
“Ooohh... Ooohh.. Muklisss.... Enaaaakkk....” Raung Citra yang seolah
tak mendengar peringatan dari Muklis. Alih-alih memelankan suaranya,
Citra malah semakin meraung-raung keenakan. Dengan kaki yang masih
melingkar di pinggang Muklis, istri Marwan itu semakin mempercepat
genjotannya.
CLEP...CLEP... PEKK ...CLEP... CLEP... PEKK...CLEP...CLEP... PEKK...
“Puasin Mbak mu ini Kliss… Oooohhh... Ngeentttooottt.... Enak sekali
kontolmu ngentotin memek Mbak Sayang... Memek Mbak berasa penuh
banget....”
“Heeee…Mbak Citra.... Jangan keras-keras ngomongnya...!” Hardik Muklis makin panik. “Nanti Mas Jupri denger...!”
“Aahhh... Ahhh... Maaf Sayang... Tapi beneran... Mbak nggak bisa rasa
gatal di memek Mbak ini Sayang... Mbak udah kecanduan garukan kontol
besarmu… Kontol kamu bener-bener enaaakkk Kliss...”
“Sssttt… Mbak… Jangan berisik Mbak…. Nanti Mas Jupri ngedenger… “
“Maaf Klis… Ooohh... Maaff…” Ulang Citra yang sepertinya tak
mengindahkan peringatan Muklis, karena beberapa saat kemudian, Mulut
mungil Citra kembali berisik dengan lenguhan kenikmatannya.
Hingga akhirnya, Muklis yang merasa khawatir, bingung dan takut jika
ketahuan Marwan, berusaha menyudahi persetubuhan paginya dengan Citra.
“Sssttt… Mbak…. Sudah ah… Sudah ya Mbak... Sudah.... Aku nggak mau kita
sampe ketahuan Mas Jupri...” Bingung Muklis sambil berusaha melepaskan
diri dari pelukan kaki Citra.
“Aaaahh.... Muklisss... Bentaran dikit napa Klisss... Memek Mbak masih
gatel banget ini.... Ooohh...Ayo sodok memek Mbak Kliss… Entotin memek
Mbakmu ini Muklissku Sayaang…” Tolak Citra yang alih-alih ikut takut
akan kepanikan Muklis, wanita hamil itu malah mengunci pinggang adik
iparnya dan memperepat genjotan kakinya.
CLEPEK... CLEPEKK...CLEPEK... CLEPEKK...CLEPEK... CLEPEKK...CLEPEK...
Suara beceknya vagina Citra mulai terdengar nyaring.
“Uuuuuuuhh.... Mbak.... Citraaa...” Lenguh Muklis yang mau tak mau,
ikut-ikutan menikmati persetubuhan paginya. Dan mulai menghajar liang
peranakan Citra dengan batang penisnya yang keras.
CLEPEK... CLEPEKK...CLEPEK... CLEPEKK...CLEPEK... CLEPEKK...CLEPEK...
“Oooohh...Mukliss…. Ooohh... Ooohh... Iya gitu Kliss… Iya… Iyaaa.
Iyaaahh… Entotin memek Mbak Kliss.... Teruuss… Kontolmu Kliss... Eeenak
baangeeeetttt.... Ooohh... Ooohh...” Lenguh Citra.
Mendapat respon dari penis Muklis yang semakin brutal menyodok liang
rahimnya, membuat desahan dan teriakan Citra, semakin lantang.
“Kontolmu enak sekali rasanya Sayang.. Enak sekaliii….” Teriak Citra
sembari meremasi payudaranya yang bergoyang naik turun, seiring tusukan
dan sodokan kasar penis Muklis di vaginanya.
“Heee… Mbaakkk…. Jangan keras-keras teriaknya….” Hardik Muklis yang
kemudian menghentikan sodokan pinggulnya dan membungkam mulut Citra,
“Uuhh.... Udah ah Mbak... Nanti Mas Jupri deng....”
“Sssttt... Bentaran aja Klis.... “ Ucap Citra yang menarik tangan adik
iparnya lepas dari mulutnya, “Bentar aja Klis… Memek Mbak masih pengen
kamu sodok-sodok ini... “ Tambah Citra yang dengan santai
menggerak-gerakkan otot vaginanya. Membuat penis Muklis seketika terasa
diempot-empot.
“Astaga memekmu Mbaak… Enak bener….” Celetuk Muklis sambil merem melek keenakan.
“Hehehe.. Makanya… Ayo Klis... Tolong Mbak garukin gatel di memek Mbak ya Sayaaang....”
“Nggg... Tapi....”
“Ooohh...Ayolah Kliiisss... Mbak mooohoooonnn.... Mbak nggak bakalan berisik lagi deh… “
“Nnngg.. Bener…?”
“Hihihi.. Iya deeehh… Suwer…” Kata Citra yang menunjukkan 2 jemarinya sebagai tanda janji.
“Ngggg... Yaudah.... Tapi kali ini aja ya Mbak...” Ucap Muklis yang
kemudian menarik keatas daster kakak iparnya hingga keleher. Lalu ia
mulai meremasi payudara Citra dengan gemes. “Aku nggak mau hubungan kita
sampai ketahuan Mas Jupri ataupun Mas Marwan....” Ucap Muklis lagi
yang kembali menggoyang pinggulnya, memompa penisnya ke celah kenikmatan
kakak iparnya.
“Iya Klisss.. Kali ini ajaa.... Ooohh... Mukliiiissss.... Ooohh...
Ooohh...” Pinta Citra keenakan, “Ayo goyang Kliss... Mbak mau keluar
iniiihh...”
CLEPEKK...CLEPEK...PLAK.... CLEPEK...PLAK.... CLEPEK...PLAK....PLAK...PLAK...
Suara persetubuhan Citra dan Muklis mulai terdengar semakin nyaring. Mulai memenuhi ruangan dapur.
“Ooohh...Iya gitu Klis... Iyah.... “ Rintih Citra ketika mulai menerima
sodokan kasar Muklis, “Terus Klisss... Sodok yang kencenggg... Ooohh...
Terusss.... Mbak udah lama nggak ngerasain enaknya dientot oleh kontol
yang seenak ini Klis…”
“Huuu… Gombal… Orang kita nggak ngentot selama tiga hari aja Mbak Citra udah lebay… Hehehe…” Goda Muklis.
“Yaa.. tiga hari khan juga lama Klis… “ Ucap Citra membela Citra, “Khan
kamu tahu sendiri… Memek Mbak ini khan selalu butuh sodokan enak dari
kontolmu… Hihihi….”
“Huuuu… Dasar MBAK LONTE…. Hehehehe….”
CLEPEK...PLAK.... CLEPEK...PLAK....PLAK...PLAK... CLEPEKK...PLAK....PLAK...PLAK...
“Oooooohh Muklis... Terussss... Sodok yang kenceng memek Mbakmu ini
Kliiiss... Terusss....” Ucap Citra lantang sambil menguatkan jepitan
otot vaginanya. Memerah batang berurat Muklis dengan kuat.
“Aaarrgghh... Mbak.. Jangan diempot-empot dulu Mbaakk…” Jawab Muklis spontan.
“Oooohh.. Nggak bisa Kliss.... Itu reflek memek Mbak kalo Mbak mau orgasme… Ohhh…. Mbak mau keluar Klis… Mbak mau ngecrooott….”
“Aaaarrrgghhh… Ngentot...Aku juga mau keluar Mbak....” Erang Muklis
tiba-tiba, “Memekmu ngejepit banget Mbak... Aku nggak kuat lagi.... Aku
mau keluar Mbaaakkk… Ooooohhhh….”
“Jangan dulu Klis… Bentaran lagi... Kita harus keluar bareng…. Mbak juga mau keluaar... Ooohh... Ooohh...”
KLOOONNNTAAANNGGG... KLONTANGG... KLONTANGG...
Tiba-tiba terdengar suara benda yang terbanting keras dari arah ruang tamu.
“Ehhh... Mbak... Udah Mbak...” Ucap Muklis kaget. Wajahnya pucat dan nafasnya terhenti.
Muklis tiba-tiba sadar, jika lenguhan dan teriakan akibat
persetubuhannya dengan kakak iparnya, mungkin terdengar hingga ruang
tamu.
“Mbak… Sepertinya Mas Jupri denger…” Ucap adik ipar Citra itu panik
sambil berusaha -buru berdiri dan mencabut batang penisnya yang masih
tertancap erat didalam vagina kakak iparnya.
“Mana…? Enggak ah… Sepertinya Mas Jupri nggak tahu kok…” Jawab Citra
sambil melongokkan kepalanya kearah ruang tamu. “Mana…? Mas Jupri nggak
kesini kok Klis…”
“Iya… Tapi kali aja Mas Jupri denger Mbak…” Panik Muklis yang kembali
berusaha mencabut penisnya lagi dari vagina istri kakak kandungnya yang
sudah berbusa itu.
“Enggak Kliisss… Mas Jupri nggak denger… “ Ucap Citra lagi yang berusaha
meyakinkan lawan bersetubuhnya sambil kembali mengalungkan kedua
kakinya ke pinggang Muklis. Berharap adik iparnya itu bisa kembali
menyetubuhinya.
“Nggak ahh Mbak… Aku nggak berani ngelanjutin…” Tolak Muklis tegas.
“Uuuuuuhhh.. ..Muukliss bentaran dulu....” Cegah Citra yang merasa sedang tanggung sambil melirik kearah pintu ruang tamu.
“Tuuhh… Mana…? Mas Jupri nggak kesini kok Klis....” Ucap Citra kembali
berusaha menenangkan adik iparnya, “Dia nggak kesini Klis… Ayo Sayang…
Sodok memek Mbak lagi.... Mbak mau keluar ini.... “
“Tapi Mbak.... “ Bingung Muklis yang juga mengntip kearah pintu ruang tamu.
“Setusuk dua tusuk lagi dehh... Mbak mau keluar nih Klisss... Ayoo.. Goyangin lagi kontolmu Sayang...”
“Nnnnnggg.... Nggak dulu deh Mbak... Kita udahan aja ya...”
Dengan mengerahkan tenaganya, Muklis berusaha bangkit. Melepas tusukan penisnya dari vagina Citra.
CLEP...PPLOP....
“Uuuuuuhhh.... Muukliss kok dicabut sihhh…?” Bentaran dulu napa....
Aaaahhh.... “ Gerutu Citra yang mendapati lubang vaginanya ditinggal
buru-buru.
“Sudah Mbak.... Nanti kita bisa ketahuan Mbak....” Ucap Muklis yang
segera berdiri dan mengelap batang penisnya yang masih berlumuran lendir
kental barwarna putih dengan kaosnya.
“Aaaaahhh... Muklis niiihhh... Nggak seru deh.... Ayolah Klis...
Lanjutin lagi...Mbak nanggung banget nih... Bentar aja Klis… Ini Mbak
mau keluar kok....” Ucap Citra yang juga ikut berdiri dan menarik penis
Muklis. Lalu ia memunggungi Muklis dan berusaha mengarahkan ujung batang
penis Muklis
“Ayo entotin lagi memek Mbak Klis…” Pinta Citra buru-buru memundurkan
pantatnya dan Muklis supaya kembali menyodok celah vaginanya dari
belakang.
“Jangan Mbak... Beneran deh.... Aku khawatir Mas Jupri kesini karena denger persetubuhan kita....”
“Nggak bakalan Klisss... Mas Jupri khan masih diruang tamu...”
“Tetep aja Mbak... Aku nggak berani...” Tolak Muklis yang kemudian mendorong tubuh Citra menjauh.
“Aaahhh... NGENTOT kamu Klis.... “ Omel Citra ketika tak berhasil mengajak Muklis bersetubuh.
“Kamu sekarang nggak seru Klis... “ Gerutu Citra lagi sambil menurunkan
kain dasternya yang masih tersangkut di lehernya. “Kamu tega ya Klis...
Nggak bisa ngertiin gimana perasaan Mbak... “ Tambahnya dengan mata
melotot. Menatap emosi kearah adik iparnya, “ Kamu tega Kliss....
TEGA…”.
“Loh...Ehh....? Mbak....?” Bingung Muklis.
“Mbak lagi pengen banget disayang Klis... Mbak lagi pengen banget dimanja-manjain...”
“Nggg....”
“Kamu pernah denger khan Klis... Wanita... Kalo sedang hamil tua...
Pasti nafsu birahinya sedang tinggi-tingginya Klis... ?” Tanya Citra
yang kemudian menarik kursi makan, lalu duduk menghadap pintu ruang
tamu.
Sejenak, suasana dapur terasa hening. Citra dan Muklis tak berkata sepatah katapun. Mereka saling diam tanpa bersuara.
“Mbak…” Ucap Muklis yang memutuskan untuk meredakan ketegangan diantara mereka, “Maaf ya Mbak… Aku…..”
“Sudahlah Klis… Lupain aja permintaan aneh Mbak tadi….” Ucap Citra tanpa
menatap kearah Muklis. Mata Citra terlihat kosong. Hanya memandang jauh
kearah pintu ruang tamu.
“Mungkin…. “ Citra tak meneruskan kata-katanya. Sengaja membiarkan
Muklis penasaran akan kalimat berikutnya. Citra menarik nafas
dalam-dalam, siap mengatakan sesuatu. Namun, entah kenapa, kakak ipar
Muklis itu tak juga berkata apa-apa.
“Mungkin…. “ Ucap Citra lirih, “Jika kamu nggak bisa membantu Mbak buat ngebantu melampiaskan nafsu….... Yah kamu tahulah… “
Lagi-lagi Citra tak meneruskan kalimatnya. Ia hanya mengusap
selangkangannya yang masih berasa begitu gatal dari luar dasternya
sambil tersenyum.
“Mungkin Mbak harus mencari pria lain lagi yang mau untuk…. “ Tersirat
perasaan gamang di wajah cantik Citra sebelum ia melanjutkan lagi
kalimatnya, “Yaaahhh…. Sekedar bersenang-senang bareng Mbak….”
“Mas Marwan… Kapan ya kamu pulang…?” Tanya Citra lagi.
Mendengar ucapan Citra, ingin rasanya Muklis memberitahukan kepada kakak
iparnya mengenai hal yang sebenarnya. Namun, Muklis tak berani sama
sekali. Ia hanya terdiam menatap kegamangan Citra dari tempatnya
berdiri.
“Mas Marwan kok nggak pernah ada lagi untuk Mbak ya Klis… ?“ Tanya
Citra, “Dia kok lebih milih menemani pekerjaannya daripada calon
anaknya… “
“Apa Masmu udah nggak kangen ama Mbak ya Klis…?”
“Apa Masmu udah nggak sayang lagi ama Mbak Klis…?”
“Atau apa mungkin Masmu sudah punya istri lagi disana…?”
“Mbak bingung Klis… Mbak juga butuh Masmu…”
“Butuh seorang pria untuk menemani Mbak… Bermain, jalan, dan bercanda ama Mbak…”
“Selain itu… Mbak juga butuh Masmu buat… Nengokin anak yang ada didalam kandungan Mbak…”
“Klis… ?“ Panggil Citra lirih.
“I… Iya Mbak…?” jawab Muklis yang penasaran dengan apa maksud dari semua curahan hati kakak iparnya.
“Kalo kamu emang udah nggak mau nolongin Mbak lagi….” Perkataan Citra
berhenti, wanita cantik itu kemudian menarik nafas dalam-dalam sebelum
akhirnya melanjutkan kalimatnya, “Kamu boleh kok ninggalin Mbak…. Dan
pergi dari rumah ini… ”
“Loohhh… Kok Mbak ngomongnya seperti itu Mbak…?”
“Hihihi… Nggak apa-apa Klis… Mungkin Mbak sekarang udah nggak menarik
lagi… Jadi kamu sudah tak tertarik lagi untuk bersenang-senang dengan
Mbak…”
“Bukan begitu Mbak…”
“Hihihi.. Nggak apa-apa Klis.. Mbak tahu kok…” Ucap Citra yang kemudian
bangun dari duduknya, berdiri, dan melangkah kearah ruang tamu, “Maafin
Mbak ya Klis kalo udah selalu nyusahin kamu…”
“Loohh….? Mbak…? Kamu mau kemana…?”
“Hihihi.... Berhungung adik ipar Mbak yang satu ini udah nggak mau
diajak buat seneng-seneng… Mbak sekarang mau nyari pria yang bisa Mbak
ajak buat… Hihihihi….” Tak menyelesaikan kalimatnya, Citra malah tertawa
sambil melangkah menuju ruang tamu.
“Mas Jupri….” Panggil Citra dari dalam rumah.
“Yaaaaa….?” Jawab Marwan spontan.
“Sini Mas… Temenin aku dooong…”
Bersambung,
By :Tolrat.
Home
Cerita Eksibisionis
Citra
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Citra : Nafsu Birahi Citra part 23 | Kecemasan Muklis
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar