"Aku harus pindah... !" Seru Clara sambil menyisir ke seluruh kursi bus.
Namun sayangnya, semua kursi didepannya masih penuh. "Satu-satunya
kursi yang kosong hanya ada kursi panjang dibelakang bus.... Tapi kalau
aku kembali ke belakang... Aku nggak yakin bakal bisa terbebas dari
perbuatan cabul Bapak setan ini....." Bingung Clara.
"Ooohhh... Sempit sekali memekmu Neng... Kontol bapak pasti berasa enak
banget ini kalo dimasukin ke sini...." Bisik Pak Kori sambil mengusapi
vagina Clara yang sudah tak bercelana itu.
"Sssshhhh...Paaak.... Jangan Pak... " Erang Clara berusaha melepaskan tangan bapak tua itu dari selangkangannya.
Namun usaha Clara sia-sia, tangan bapak itu jauh lebih kuat. Sehingga, ia tak mampu menarik lepas tangan itu dari vaginanya.
"Sini mundur Neng... Jangan bersandar kekursi depan... Kamu nggak ingin
khan...? Ketahuan penumpang lain karena udah ngegodain kontol
bapak-bapak tua...? Malu ah Neng....Hehehehe...." Ancam Pak Kori sambil
terus mengelusi celah vagina Clara dengan tangan kanannya.
"Aaaahhhh... Sialan... " Batin Clara yang tak mampu melakukan hal
apapun. Ia hanya bisa diam sambil memegang batangan besi yang ada di
jendela bis dengan satu tangan. Kakinya berusaha menahan berat tubuhnya
dengan kuat karena usapan jemari tangan Pak Kori membuat tubuhnya
perlahan-lahan mulai menggelijang kegelian.
"Tetekmu besar juga ya Neng... ? Pasti enak tuh kalo bapak isep-isep...
Hehehehe... " Ucap Pak Kori yang tiba-tiba sudah menyelipkan lengannya
dibawah ketiak kiri Clara dan menyentuh payudara besar itu perlahan.
"Astaga... Aahhh... Paak.... Jaangan....." Lenguh Clara semakin panik.
Clara tak menyangka jika perbuatan bapak mesum itu semakin berani.
Kilikan pada vagina yang membuat Clara kegelian ditambah remasan pada
payudaranya, mau tak mau membuat nafsu birahi Clara meninggi. Nafasnya
mulai memberat, dan pipinya memerah.
"Hehehe....Jangan apa Neng...?" Goda Pak Kori yang iseng meremas payudara Clara kuat-kuat.
"Jangan Paak... Aahhhsss... Ampuuunn... Mmmhhhhh...."
"Hehehehe.... Kok jangan sih Neng...? Kalo jangan... Kok ini memek Neng
ini makin basah kuyup ya....? Neng suka ya memeknya bapak
kobel-kobel...?"
"Aaahhssss... Jangan Paak.... Uuuhhdaaah aaahh....."
Ditengah kejadian mesum Clara dan Pak Kori, tiba-tiba penumpang yang
duduk dikursi depan Clara berteriak kencang. "Paaak... Kiri Paak... !"
Teriak ibu-ibu itu sambil menengok kebelakang. Kearah Pak Kori yang
buru-buru melepaskan pelukannya pada tubuh mungil Clara. "Ayo Dek...
Kita turun disini...." Ajak ibu-ibu itu, seolah berusaha menyelamatkan
Clara dari perlakuan mesum Pak Kori.
"Eehhh.....? Ngggg...." Bingung Clara.
"Adek mau turun disini khan....?" Tanya ibu itu lagi sambil menatap sinis kearah Pak Kori.
Namun, sebelum sempet Clara menjawab. Sebuah benda tajam tiba-tiba
menempel kearah tubuh Clara yang tak terlihat oleh siapapun. Benda tajam
yang menekan pinggan Clara itu terasa begitu dingin dan penuh ancaman.
"Si Neng nggak mau turun ama kamu Bu..." Celetuk Pak Kori dengan nada
yang berat, "Dia mau pulang bareng saya.... Ya khan Nengku Sayang...?"
Tambah Pak Kori sambil membisikkan kata 'Sayang' tepat di dekat telinga
Clara.
Karena mendapat tekanan dari benda tajam dipinggangnya, dan mendengar
intonasi bicara Pak Kori yang menakutkan, Clara tak bisa melakukan
apa-apa. Ia hanya mengangguk pelan dengan pasrah. Gadis manis itu
benar-benar takut mendapatkan perlakuan menyeramkan dari Pak Kori
"Uda-udah... Buruan aja sana... Ibu turun sendiri...." Hardik Pak Kori, "Calon istriku ini nggak mau turun disini...."
"Ohh.. Ini calon istri...." Ucap Ibu itu pelan.
Merasa tak bisa melakukan apa-apa lagi, si Ibu itu akhirnya membangunkan
putranya yang masih tertidur nyenak, "Jon.....Ayo jon... Kita turun
disini aja...." Celetuk ibu itu sambil melirik tajam kearah Pak Kori,
namun menatap kasihan pada Clara.
"Kiri-kiri Paak..." Ucap si Ibu itu lagi sambil buru-buru beranjak dari kursinya dan mendekat kearah pintu belakang bus.
"Huuuhh... Ngeganggu orang seneng-seneng aja...." Celetuk Pak Kori
sambil kembali mendekatkan tubuh rentanya kedepan. Menempel kearah tubuh
mungil Clara.
Melihat kepergian ibu itu, hati Clara makin tak karuan. Hilang sudah
kesempatan dirinya supaya bisa terbebas dari kemesuman Pak Kori.
Melihat kursi didepannya kosong, Clara ingin segera duduk. Namun, Pak
Kori buru-buru mendekap tubuh Clara. Menahan tubuh imutnya supaya tak
berpindah dari pelukannya.
"Disini aja Neng... Jangan kemana-mana...." Pinta Pak Kori sambil
kembali menggesek-gesekkan penisnya yang sudah menegang keras ke sela
pantat Clara.
"Pak.. Saya capek berdiri... Saya boleh duduk...?" Ucap Clara yang
buru-buru menggeser posisi berdirinya kesamping, berharap bisa terbebas
dari perbuatan mesum Pak Kori.
"Owww.. Capek.... Hehehe... Silakan aja Neng Clara cantikku..." Ucap
pria bejat itu sambil memegang pergelangan tangan kanan Clara.
Berulang kali, telinga Clara merasa begitu geli ketika mendengar lelaki
tua itu menyebut kata-kata rayuan pada Clara. "Sayangku', 'Calon
istriku', atau 'Neng cantikku'. Rasanya, Clara ingin berteriak dan
memberitahukan jika didalam bus itu terdapat penumpang mesum yang sedang
melakukan pencabulan terhadap dirinya. Namun, Clara bukanlah Karnia
yang kuat dan berani menghadapi godaan para lelaki jahat. Clara hanyalah
cewe biasa yang penakut yang tak tahu berbuat apa-apa.
Setelah duduk di kursi didepannya, Clara berharap dapat terbebas dari
kelakuan cabul Pak Kori. Terlebih diseberang kiri bangku yang Clara
duduki, terdapat dua penumpang pria yang mungkin saja bisa menolongnya
dari perlakuan tak senonoh Pak Kori.
Namun, ketika melihat secara jelas penampakan kedua pria yang duduk
disampingnya, Clara merasa pesimis dengan nyali keduanya. "Ah Sial...
Mereka berdua ternyata cowok cantik.... Walau mereka melihat... Mereka
nggak bakal berani menolong..." Gerutu Clara.
Tiba-tiba, Clara merasakan rambut belakangnya dibelai-belai. Bahkan, Clara merasakan jika kepalanya mulai dielus-elus.
"Kampret ini Bapak... Tangannya iseng amat sih...?" Gerutu Clara lagi
dalam hati sambil menengok kearah Pak Kori yang masih berdiri di
belakangnya.
Betapa terkejutnya Clara ketika ia melihat benda yang menyentuh
rambutnya bukanlah tangan bapak tua itu, melainkan, penis besar Pak
Kori.
"ASTAGA.... TITIT BANGKE ITU LAGI...." Pekik Clara dalam hati begitu
mendapati jika penis besar lelaki tua itu menjulur jauh keluar dari
resleting celananya.
Pak Kori terlihat sedang membelit-belitkan rambut panjang Clara ke
sekujur batang penisnya dan tak lama kemudian, ia berusaha mengocok
penis dengan menggunakan rambut panjang Clara.
" KAMPRET.... KAMPRET.... KAAAMPPREEETTT.... " Emosi Clara meluap, "Bukannya berhenti... Ini Bapak tua malah makin berani..."
Tak kehabisan akal, Clara segera mengambil rambutnya yang panjang
tergerai, ia lalu menggulung dan melatakkannya ke samping, melewati
pundak dan payudaranya.
"Aduh... Kaki Bapak pegel juga nih...." Seru Pak Kori yang kemudian
bergerak ke samping Clara dan duduk di kursi kosong disebelahnya tanpa
memasukkan batang penisnya.
Melihat Pak Kori duduk disamping Clara, kedua pria cantik yang duduk di
bangku seberang sedikit terkejut. Clara berharap banyak jika kedua pria
itu berani menegur perbuatan Pak Kori. Atau setidaknya, dengan adanya
kedua pria diseberangnya itu, Pak Kori tak jadi melakukan perbuatan
mesum pada Clara lagi.
Namun sekali lagi, ternyata Clara salah.
Pak Kori sama sekali tak memepedulikan keberadaan kedua lelaki yang ada
disampingnya. Lelaki tua itu hanya meletakkan tas kain dipangkuannya
guna menutupi tingkah mesumnya lebih lanjut.
"Siniin tanganmu Neng... " Ucap Pak Kori yang kemudian meraih tangan
kiri Clara dengan tangan kanannya, "Tolong kocokin kontol bapak lagi ya
Neng... " Kecup Pak Kori pada tangan Clara sebelum akhirnya meletakkan
di tonjolan selangkangannya lagi.
"Astaga.. Pak...." Kaget Clara begitu jemari lentiknya menyentuh batang penis Pak Kori yang berurat.
"Hehehe... Kenapa Neng.... ?" Goda Pak Kori, "Belum pernah ngelihat kontol ya..? Neng kaget ya ngeliat kontol bapak...?"
"Mati aku... " Ucap Clara yang tak mampu berbuat apa apa lagi. Ia dengan
pasrah hanya bisa menuruti permintaan mesum bapak tua itu. Menyentuh
penis besarnya yang terlihat begitu tak terawat. Walau sebenarnya Clara
pernah melihat penis pria dewasa, tetap saja itu penis pertama yang
tangannya sentuh secara langsung.
Kepala penisnya mirip kulit kering. Bersisik dengan warnanya kepala
penisnya merah kehitaman. Batang penisnya berwarna hitam keunguan dengan
urat-urat penis yang bertonjolan memenuhi sekujur batangnya. Rambut
kemaluannya keriting, panjang, berwarna kecoklatan. Sama sekali tak
tercukur rapi. Dan yang paling parah, aroma penis Pak Kori, benar-benar
pesing dan membuat mual. Kondisi penis Pak Kori, benar-benar
menjijikkan.
"Titit Bapak bangke ini benar-benar menjijikkan.... Sangat jauh berbeda
dengan penis Kak Ciello yang bersih, terawat dan cantik..... Benar-benar
berbeda...." Ucap Clara dalam hati. Membandingkan penis lelaki tua yang
ada disebelahnya dengan penis kakak kandungnya, "Oohh.. Kak Ciello....
Tolong Adek...." Tambah Clara yang entah kenapa, tiba-tiba Clara
menyebut nama kakak kandungnya.
"Ayo Neng... Cepet kocokin kontol bapak... " Ucap Pak Kori singkat,
"Buuruuuann.... Neeeng....Gerakin tanganmu... Kocok kontol bapak.... "
Setitik air mata, tiba-tiba menetes dari ujung mata bulat Clara.
Gadis cantik itu menangis, karena tak sanggup melakukan perlawanan yang berarti.
Melihat kesedihan muncul pada diri korban disampingnya, Pak Kori
langsung mengusap air mata Clara, "Udah-udah... Jangan nangis ya
Sayang... Entar... Bapak kasih enak deh... Hehehehe...." Ucap pria tua
itu sambil merentangkan tangan kanannya melewati punggung Clara dan
meremas payudara kanannya pelan, "Busyeet daaahh.... Ini toket... Gedhe
juga ya Neng.... Gedhe banget malah.... Hehehe..."
"Aahh... Jangan Paaakkk..." Elak Clara sambil berusaha mengenyahkan
tangan jahil Pak Kori yang semakin gencar meremasi payudaranya.
"Jangan apa...? Ayo kocok yang kenceng Neng... Bapak Mau buka kancing
bajumu... Uuuhhh... Kocok yang enak yaa Neeeng...
Hehehehe....Ssshhh...."
TEK TEK TEK....
Suara kulit leher penis Pak Kori mulai tertarik dan terenggang keras seiring gerakan tangan Clara.
"Uuhh... Sumpaaahh.... Tanganmu lembut sekali Neng... "Lenguh Pak Kori
keenakan, "Ayo terus Neng...Kencengin lagi kocokan tanganmu...."
TEK TEK TEK....
"Dasar anak jaman sekarang.... Mirip LONTE semua ya Neng...?"
"Eehh... Maksud Bapak...?"
"Iya... Kecil-kecil udah jago ngocokin kontol... "
"Ehh....? Jago...?
"Belajar dimana sih Neng...? Pasti diajarin Mamanya Neng ya...?"
"Mama Clara nggak pernah ngajarin beginian Pak..." Sewot Clara.
"Hehehe... Masa sih...? Kalo kocokan anaknya aja enak begini... Pasti
kocokan Mamanya bakal lebih enak lagi ya Neng...? Uuuhhh..
Enaknyaaa.... Terus Neng... Teruss... " Lenguh Pak Kori sambil merem
melek.
TEK TEK TEK....
"Pak... Tangan saya pegel..." Keluh Clara tiba-tiba. Ia tak mengira jika
stamina lelaki tua itu benar-benar kuat. Karena sudah lebih 5 menit
Clara mengocok, orgasme Pak Kori tak kunjung datang.
"Yaudah... Ganti tangan satunya aja kalo Capek..." Jawab Pak Kori singkat.
"Gila... Ini Bapak benar-benar gila.... " Batin Clara, "Kalo begini
terus.... Aku nggak bakalan bisa lepas nih dari ancaman pria tua bangsat
ini... " Ucap Clara sambil celingukan kesemua penjuru bis. Berharap ada
yang bisa membantu dirinya menghadapi kemesuman bapak tua ini.
Namun, sepertinya sia-sia. Hampir semua penumpang bus itu sibuk dengan
aktifitasnya masing-masing. Termasuk kedua pria cantik yang ada
diseberangnya. Mereka hanya melihat handphone atau melihat guyuran hujan
yang mengguyur kaca jendela bus.
"Pak... Kiri Paakk.... " Teriak penumpang yang duduk di bangku depan Clara, disusul oleh sebelahnya.
Tak lama berselang, kedua pria cantik diseberang Clara juga turun.
Satu persatu, penumpang bus turun. Dan setiap kali penumpang bus itu
turun, Clara hanya bisa berharap, ada satu orang yang melihat kemesuman
yang sedang menimpa dirinya. Lalu orang itu bisa menolong Clara dan
membebaskan dirinya dari tindakan pencabulan yang dilakukan Pak Kori.
Namun, sepertinya Clara tak bisa berharap banyak. Karena hingga
penumpang terakhir turun, tak satu orangpun yang melihat kearahnya.
Hanya ada satu orang pria didalam bus itu yang sepertinya melihat
kecemasan diwajah Clara sedari tadi. Yaitu kenek bus yang jutek tadi.
"Aaah... Mungkin kalo minta tolong sama abang kenek bus itu juga gak
apa-apa kali ya..." Batin Clara berusaha memancarkan aura minta tolong
kepada kenek bus, "Bang.... Sini Bang... Bantuin Clarraaa... " Batin
Clara sambil terus berharap supaya kenek bus itu dapat melihat wajah
melas Clara, walau sekilas.
Dan ternyata, usaha Clara berhasil. Ketika kenek bus itu melihat kondisi
tempat duduk bus yang kosong, Matanya sekilas menatap ke arah Clara.
"Baang... Tolongin Clara Baaangg..." Melas Clara kearah abang kenek bus.
Tanpa disangka-sangka, kenek bus itu akhirnya berdiri dari duduknya lalu
melangkah ke belakang. Ke arah Clara dan Pak Kori berada.
"Ngapain kamu liat-liat kenek bus itu heh...?" Hardik Pak Kori kaget karena melihat kenek bus itu berjalan mendekat kearahnya.
"Claa... Clara nggak ngeliat dia pak..." Jawab Clara gugup.
"Ah.. Kampret... Dia jadi kesini deh.... " Ucap Pak Kori panik dan buru-buru menarik tangannya dari belakang punggung Clara.
"Yeeessss.... Rasain lo BANGKE...." Umpat Clara dalam hati.
"Ehh iya.... Udahin dulu ngocoknya... Ini kontol Bapak jangan dipegangin
mulu.... " Bisik Pak Kori gelagapan sambil berusaha menarik tangan
Clara menjauh dari penisnya. "Aaahhh... Sial.... " Seru Pak Kori begitu
mendapati ternyata abang kenek itu sudah semakin mendekat ketempat
tempat duduknya
"Jangan gerakin tanganmu Neng.... Nggak keburu...." Bisik Pak Kori panik
ketika Clara belum sempat melepaskan tangannya dari batang penisnya.
"Bapak kenapa...?" Tanya kenek bus itu sambil memperhatikan tingkah laku
Pak Kori yang kebingungan, "Kok gelagapan gitu....?" Mata kenek bus itu
melirik curiga kearah tangan Clara yang terjulur kebalik tas besar
didepan pangkuan Pak Kori.
"Nggg... Nggak ada apa-apa Bang... " Sahut Pak Kori ketus tanpa melihat melirikan tajam si kenek.
"Si Neng nggak kenapa-napa Neng...?" Tanya si kenek itu sambil menatap
kearah kancing seragam Clara yang belum sempat ia tutup, sehingga
menampilkan belahan payudara mulusnya. Wajahnya seperti menampakkan
kecurigaan ke arah tangan kanan Pak Kori yang masih bertengger di pundak
Clara.
"Nnngg...."
Tanpa menunggu jawaban Clara, kenek bus itu tiba-tiba meraih tas yang dipergunakan Pak Kori untuk menutup selangkangannya.
Melihat penutup penisnya diangkat, Pak Kori langsung panik dan berusaha
menahan tasnya dari tarikan tangan abang kenek. Namun karena Pak Kori
yang kurang sigap, ia tak mampu mempertahankan tas itu, hingga akhirnya,
"Kampreeett.... Kalian sedang ngelakuin apa Heeeh...?" Kaget si kenek bus.
Dengan mata melotot besar, kenek bus itu akhirnya bisa melihat apa yang sedang Clara lakukan bersama Pak Kori.
"Wah wah wah.... Ngentoottt... Tak disangka... Ternyata kalian sedang
asyik-asyikan nih... " Ucap si Kenek itu sambil mengusap
selangkangannya, "Gw nggak nyangka... Ternyata si bangke ini sedang
berbuat mesum di dalam bus gw...." Tuduh si Kenek bus itu kepada Pak
Kori.
"Heehh cungkring... Jaga BACOT lo... Siapa yang berbuat mesum...?
Hheeh...?" Gertak Pak Kori melawan, sambil merebut kembali tas kainnya.
Lalu dengan berlagak jagoan, ia kembali menutupi tangan Clara yang masih
menggenggam erat batang penisnya.
"Lha ini...?" Tanya si Kenek sambil melirik kearah kancing baju Clara
yang terbuka, "Tangan si Neng ini sedang ngocokin kontol lo... Trus tadi
tangan lo sedang ngeremesin tetek si Neng...."
"Hehehehe... Ini...?" Tanya Pak Kori sambil melirik kearah Clara, "Ini mau dia Bang..."
"Ehhh... Loohh...? Kok....?" Heran Clara.
"Eehh.. Enggak Bang... Saya..."
"Ssstttt... Jangan dengerin dia.... " Potong Pak Kori sebelum Clara
selesai menjelaskan duduk perkaranya, " Dia ini cewe murahan Bang... Dia
ini calon LONTE...."
"Haah...? apaan sih Pak...?" Bingung Clara kaget.
"Serius Neng...?" Tanya si kenek bus.
"Eeehh... Enak aja... Bukan Bang... Saya bukan...."
"Halaaaah... Nggak usah munafik deh Neng... " Celetuk Pak Kori, "Kalo
Neng bukan lonte... Mana mau Neng ngocokin kontol bapak... Ya Khan...?"
Tambah Pak Kori memutar balikkan fakta.
"Waah wah waaah....Beneran itu Neng...?" Tanya kenek itu lagi.
"Ehhh... Enggak Bang..."
"Enggak gimana....? Kalo Neng bukan lonte... Pasti tangan Neng udah
ngelepas bapak ini... " Celetuk si kenek bus, "Tapi nyatanya... Itu
tangan Neng... Masih aja ngurut kontol bapak ini...."
"AAAHH... SIALAAANNN...." Kaget Clara yang mendapati tangan kanannya entah kenapa masih mengurut batang penis Pak Kori.
"Tuuh.. bener khan Bang... nih cewek emang kegatelan.... Dasar lonte kecil..."
"Iya Bapak bener... " Timpal kenek bus itu.
"Kalo Abang mau...? Sini gabung Bang... Mumpung lonte ini mau ngocokin
kontol kita secara gratis..." Tawar Pak Kori sambil kembali meremasi
payudara Clara.
"Bener Neng...? Waah... Kebetulan nih... Gw udah lama ga maen ama lonte... Hahaha...."
"Eeehh... Enggak Bang... Saya bukan lonte...." Elak Clara yang
sepertinya percuma untuk menjelaskan lagi lebih lanjut mengenai dirinya.
"Hahahaha... Neeng... Mana ada lonte yang ngaku Neeng..."
Clara terpojok, ia benar-benar tak memiliki alasan untuk mengelak. Gadis
cantik itu benar-benar tak menyangka jika Pak Kori yang sedang
mencabuli dirinya itu begitu pintar dan licik. Dengan mudahnya, pria tua
busuk itu dapat menggiring pikiran kenek bus itu untuk ikut berpikiran
dan melakukan hal mesum bersamanya.
"Dan tahu nggak Bang...?" Tanya Pak Kori sambil menunjukkan wajah
seriusnya, "Kalo Neng ini bukan lonte... Mana mungkin dia pulang sekolah
dengan tanpa pake daleman...?"
DEG....
Jantung Clara seolah berhenti berdetak untuk kesekian kalinya.
"Serius Pak...?"
"Enggak Baang... Saya BUKAN LONTE...." Erang Clara yang mulai kembali
menitikkan air mata, "Bukan Bang.... Saya... Bukan... Lonte..."
"Haaalaah... Masih nggak ngaku aja Neng...?" Ucap Pak Kori yang tanpa
seijin Clara menaikkan bawahan rok Clara. Membuat paha mulus gadis SMA
itu langsung terpampang jelas di hadapan kenek bus itu.
"Noh Bang... Lihat... " Tunjuk Pak Kori kearah selangkangan Clara, "Mana
ada gadis baik-baik yang sekolah nggak pake celana dalam...?" Ucap Pak
Kori sambil melotot dan tersenyum licik. "Lihat khaan...? Neng Clara ini
emang sukanya begitu Bang... "
"Iya ya Pak...? Kalo bukan lonte...? Mana berani dia naik angkot nggak pake daleman gitu ya...?"
"Bener khan apa kata gw...? Neng ini lonte Bang..." "seru Pak Kori
sambil menyusupkan tangan mesumnya kepaha mulus Clara. Mengusap batang
kaki gadis SMA dari lutut, naik ke paha, dan terus keselangkangan.
"Ehh.. Jangan Paaak...." Elak Clara mencoba menghalau tangan Pak Kori supaya tak merayap kearah celah vaginanya.
"Ssssstttt.... Diem....." Hardik Pak Kori yang langsung membuat Clara
tak berkutik, "Ini juga.... Dia juga nggak nolak kok teteknya
diremes-remes loh..."
"Paaakkk.... Jangan....." Elak Clara lagi, berusaha dengan susah payah melindungi payudaranya dari remasan kasar Pak Kori.
"Heeeehhh.... Mau pulang selamat nggak....?" Ancam Pak Kori sembari
kembali menyelipkan tangan rentanya keselangkangan Clara dalam-dalam dan
mengusap bibir vagina gadis manis itu pelan, "Lihat nih Bang... Mana
ada cewe baik-baik yang memeknya langsung becek ketika diusap oleh orang
nggak dikenal..... "
"Serius Pak....?"
"Nggak percaya...? Nih Lihat...." Dengan santai, Pak Kori meminta Clara
untuk memutar posisi ia duduk kearahnya. Lalu pria tua itu meminta Clara
untuk menaikkan kaki kiri ke pangkuannya dan menyibakkan rok Clara
lebar-lebar. "Nih lihat... Lendirnya banyak banget khan Bang...? Ini
tandanya... Nih LONTE suka banget kalo dijahilin seperti ini.... " Seru
Pak Kori ketika memamerkan vagina tak berbulu Clara ke kenek bus itu.
"Wooowww... Mengkilap banget ya Neng....?" Girang si kenek bus itu yang
kemudian menjulurkan tangannya kearah selangkanagn Clara dan ikut-ikutan
mengusap bibir vagina Clara dengan jemarinya. "Gilaaaa..... Mulus bener
ini memek Pak....?" Tambahnya lagi sembari mulai menggelitik biji
klitoris Clara yang sudah semakin mengeras.
"Aaah... Jangan Baaanghhh... Eeehmmm..." Lenguh Clara kegelian ketika
menerima udapan jemari kenek bus itu. Membuat bulu kiduknya seketika
merinding.
"Yaaa Khaaannn....? Bener kata gw... Neng Clara ini memang beneran
Lonte.... Buktinya... Ini memek... Dikobel dikit aja udah
kegelian....Hahaha...." Tawa Pak Kori sembari mengamati lendir kemaluan
Clara yang ada di jemarinya lekat-lekat.
Mendapat perlakuan tak senonoh seperti itu, membuat hati Clara terasa
begitu sakit. Amat teramat sakit. Dengan sekuat tenaga, Clara berusaha
menahan rasa geli yang makin kuat pada area selangkangannya.
"Enak nggak Neng...? Memeknya dikobel-kobel seperti ini...?" Tanya Pak Kori menggoda Clara.
"Ehhmmmhhh.... Jangan Baaang..." Lenguh Clara sambil memejamkan mata.
Berusaha menyembunyikan rasa nikmat yang vaginanya terima. Harusnya ia
marah. Harusnya ia memberontak. Namun, apadaya. Clara hanya bisa
mengutuk dirinya yang sama sekali tak berdaya menghadapai perlakuan
mesum kedua pria yang ada dihadapannya
Selain itu, Clara juga merasa jika tubuhnya tak sepenuhnya dapat ia
kontrol lagi. Mendapat perlakuan mesum kedua pria bejat itu, tubuhnya
berkhianat. Sama sekali tak mau diperintah oleh otak sehatnya.
"Jangaaan Baaang... Ampuuunnn.... Ooohhh...." Lenguh Clara setiap kali
kenek bus itu menggelitik klitorisnya. "Gee....ooohh... Geliiii....."
"Geli tapi enak khan Neeeeng...? Hahahaha...." Goda kenek bus itu sambil
tertawa penuh kemenangan, "Busyeeet Paaaak.... Ini memek.... Banyak
banget lendirnyaaaaa... Hahaha.... Si Neng ini suka pak... Dia
keenakan..."
"Bener Neng...? " Tanya Pak Kori yang tak henti-hentinya mempermainkan puting payudara Claa dari luar seragam sekolahnyra.
Tak sanggup menjawab, clara hanya bisa menggelengkan kepala sembari mendesah-desah keenakan.
Walau mulutnya tak berkata apa-apa, namun tubuhnya bersikap beda. Tubuh
Clara benar-benar pasrah. Sekaligus penasaran. Penasaran tentang nikmat
seperti apa yang bakal bisa ia dapatkan dari perlakuan mesum kedua pria
bejat didepannya itu.
Saking penasarannya, lendir kemaluan Clara membanjir deras, seiring kobelan jemari kenek bus itu.
.
" Waaah Waaah Waaah... Sepertinya memek kamu bener-bener suka dikobelin ya Neng..." Tanya Pak Kori sambil tertawa ngejek.
"Bagus itu Pak... Kalo gitu... Mumpung ada Lonte gratisan... Boleh dong
Neng... Kocokin kontol Abang sekalian... Hehehe...." Ucap kenek bus itu
sembari melepas kobelannya dan menarik turun resleting celananya.
Setelah itu ia mengeluarkan penisnya yang sudah mengeras kehadapan
Clara.
"Waaah... Iya bener.... Sini Neng... Kocokin sekalian kontol Abang ini
yaa... Hehehehe..." Seru Pak Kori yang kemudian menarik tangan kanan
Clara dan meletakkannya di penis si kenek bus.
Sekilas, Clara menatap kearah penis kenek bus yang ada dihadapannya.
Lagi-lagi, Clara mendapati penis yang tak kalah menjijikkan dengan penis
Pak Kori.
Batang penis kenek bus itu tak disunat. Berwarna hitam, dengan kepala
penis berwarna merah terang. Rambut kemaluannya pendek, tak tercukur
rapi. Dan yang paling parah, pada kulit penis kenek itu terdapat
beberapa jerawat dengan bercak-bercak putih di sekitarnya.
"Astaga... Itu panu... SSIIIAAAALLLAAAANNNN.... Mimpi apa sih aku tadi
malam...? " Sedih Clara dalam hati dengan mata yang kembali berkaca
kaca menatap kearah kedua pria mesum didepannya. Dengan terpaksa, tangan
kiri memegang penis Pak Kori dan tangan kanan memegang penis kenek bus.
"Cup Cup Cup... Nggak usah nangis lagi dong Neng... Bukannya kamu tadi
udah biasa ngelakuin hal ini...?" Celetuk Pak Kori sambil mulai
menggerakkan tangan Clara naik turun. "Ayo Neng... Kocokin kontol kontol
kita lagi... Hehehe...." Tambah Pak Kori sambil tersenyum santai dan
kembali melucuti kancing baju seragam Clara satu persatu.
"Hik hik hik....Paaak... Udah ya Paaak...." Elak Clara berusaha menghindar.
"Sssttt... Jangan nolak Ahhh... Nanggung....." Jawab Pak Kori yang
terus-terusan melucuti semua kancing baju seragam Clara hingga akhirnya,
tak ada satu kancingpun yang terpasang. Setelah itu, Pak Kori
mengangkat naik kedua Cup beha Clara keatas, membuat payudara besar
gadis SMA itu seketika bergelayutan manja seiring laju bus yang mereka
naiki.
"Wuidiiih Pakkk... Itu toketnya kok mengkel banget... Montok abis... "
Seru kenek bus itu ketika melihat gundukan payudara Clara yang putih
mulus itu. " Byuh... Byuh... Byuh Neeeng...Gilaaa... Toketmu.... Empuk
bener ya Neng....? Udah putih... Bening.... Keliatan urat-uratnya
pula.... Bener-bener toket LONTE iniiiihh....." Seru kenek bus itu yang
tanpa seijin Clara langsung meremas dan memelintir puting merah mudanya
pelan.
"Hik hik....Uuuhhh... Jangan Bang...."
"Hehehe... Gausah malu-malu ah Neng...Khan tadi udah biasa
juga...Hehehe...."Ucap Pak Kori yang juga tanpa basa-basi kembali
menggunting tali-tali beha Clara hingga terlepas dari tubuhnya. Membuat
tangan pria renta itu bisa puas mempermainkan gundukan besar di dada
Clara. Meremas dan menyentil puting beserta payudara Clara gemas.
"Uuuhhh... Jangan keras-keras Paaakk..... Sakiittt...." Lenguh Clara lirih.
"Hehehehe... Bapak gemes Neng...." Kekeh Pak Kori puas. Setelah itu Pak
Kori menyusupkan tangannya ke selangkangan Clara. Kembali mengusapi
vagina sempitnya yang makin membasah.
"Eeeehhhh Paak... Jangg...Ngan...Hhhh... " Ucap Clara yang dengan
kesusahan, berusaha melarang tangan-tangan jahil Pak Kori dan kenek bus
itu, "Hiks....Hik... Hik... Jangan Paaak... Jangan Baaang...." Tangis
Clara tak tertahankan lagi. Ia benar-benar takut. Terbayang dibenaknya
kasus pencabulan di angkutan umum yang berakhir naas. Antara diperkosa
sampai dibunuh dengan keji.
"Cup Cup Cup.... Sayang... Jangan nangis gitu ah... Ntar cantiknya
luntur loh... " Goda Pak Kori sambil mengusap air mata yang mulai
merembes turun lagi membasahi pipi mulus Clara.
" Hik... Hik...Ampuuun Paaak... Udah ya... Jangan perkosa Clara.... Ampun... Baang... Ampuuunnn...."
"Nggak lah Neng... Bapak nggak bakal memperkosa Neng... Bapak cuman
pengen dibantuin ngecrot aja kok Neng..." Ucap Pak Kori sembari mengusap
rambut panjang Clara,"Begitu Bapak udah ngecrot..... Bapak nggak
bakalan ngeganggu Neng lagi ..."
"Hiks... Hik... Hik... Beneran Pak...?" Tanya Clara.
"Hiya Sayang.... Makanya.... Sekarang buruan layani nafsu birahi kontol
Bapak dan kontol Abang kenek ini.... Ayuukk Neng.... Tolong bantu kocok
yaa...."
Entah kenapa, mendengar ucapan palsu Pak Kori, hati Clara sedikit
tenang. Dan anehnya, gadis semok itu menganggukkan kepalanya dan segera
mengurut penis Pak Kori dan penis kenek bus itu pasrah. Membuat keduanya
langsung merem melek keenakan.
"Ooohhh..... Neeeng.... Tanganmu berasa enak benerrr.... Ssshh... "
Lenguh si kenek bus itu sembari memaju mundurkan pinggulnya, berusaha
mendapatkan kenikmatan kocokan tangan Clara lebih jauh lagi. "Tangannya
enak... Toketnya enak... Memeknya gimana rasanya yaa....? Ssshhh...
Ooohh..."
"Hehehe... Ya jelas WUENAAAAK banget Bang... Ya khan Neeng...?
Hehehe..." Kekeh Pak Kori sembari terus menggelitik klitoris Clara. "Ayo
Neng.... Naekin kaki kirinya lagi... Lebih lebar lagi...Bapak pengen
ngobel memek Neng lebih jauh lagi... Hehehe....."
"Oooohhh.... Jangan dalem-dalem Paaak... " Lenguh Clara yang tanpa menyadari, mulai menikmati perlakuan mesum Pak Kori.
"Loohh... Kalo nggak dalem... Nggak berasa enaknyaa... Neenngg..
Uuuhh...." Sahut kenek bus itu sambil menggoyangkan pinggangnya maju
mundur.
"Ssshhh... Jaangaann..... Jangan ya Paak... Eeehhmmm..... "
"Emang kenapa sih Neng...?"
"Sssshhh.....Clara.... Masih perawan....Hik Hik Hikk....."
"Woooowww....? Serius Neng....? Lonte kok masih perawan....?" Kaget si
kenek bus, "Wah enak tuh Pak.... Kalo bisa kita entotin..."
"Jaaangaaan Baaang.... Hiks....Clara bukan Lont....."
"sssstttt...." Potong Pak Kori, "... Nggaklah Neng.... Bapak nggak bakal ngentotin Neng..."
"Hiks... Jangan ya Paaakk... "
"Tapi Bapak mau kasih Neng Clara rasa yang bener-bener enak Neng...."
Ucap Pak Kori yang disela-sela kelitikan jemarinya pada klitoris Clara,
sedikit menggoda celah Clara dengan cara menusukkan jari tuanya ke liang
peranakan gadis cantik itu lebih dalam lagi, "Dan nggak bikin perawan
Neng hilang..."
"Ssshhh... Ooohhhh.... Jangaaan dalem-dalem Paaakkk...."
"Hehehe.... Ayolah Neng..... Biar kita sama-sama enak... "
"Iya Neng... Nikmatin ajalaaah.... Neng nggak mau khan kalo gara-gara
Neng nolak... Neng ntar jadi nggak bisa pulang kerumah khan...?
Hehehe...." Ancam kenek bus ikut-ikutan.
"Ssshh... Jangan Baaang... Clara masih pengen bisa pulang
kerumah....Jangaaan dalem-daaa.... Ahhhhleeemmm......" Pinta Clara miris
tanpa bisa menolak permintaan Pak Kori dan si kenek.
"Makanya... Turutin aja kemauan Bapak ya Neng....?"
"Hiks.... Iya.... Shhhh......" Angguk Clara, "Tapi.... Eeehhmmhhh....
Jangan robek perawan Clara Paakk..." Tambah Clara sembari membiarkan
jemari lelaki tua itu mulai bermain-main di celah mahkota tubuhnya lebih
dalam lagi.
"Sepertinya... Memek Neng ini masih sempit ya Pak...? Masih merah
merekah gitu...."Seru kenek bus yang karena melihat celah kewanitaan
Clara, merasa ludahnya sulit untuk ditelan.
"Sempit banget Bang... Kenyal... Dan ngempot jugaa... Hehehe...." Sahut
Pak Kori yang terus-terusan tersenyum menatap kearah Clara. Sesekali ia
menarik jemari tangannya dari vagina Clara dan menjilati lendir yang
menempel pada jemarinya hingga bersih.
"Waaah... Pasti enak banget ya Pak... Kalo dientotin... ?" Ucap si kenek bus.
"Hehehe... Buuaangeeeettt Bang... Pastinya enak banget ini memek kalo
kita sodok-sodok.... " Ucap Pak Kori yang terus menggelitik klitoris
Clara dan menusukkan jemari tangannya ke liang perawan gadis cantik itu.
"Uuhh... Uhhh....Jangan Baaang... Jaangaaannn.... Sssshhh.... Hik hik
hiks... Bapak tadi udah janji nggak bakal ngentotin Clara... Hik Hik
Hiks...." Isak Clara masih menangis.
"Hehehe... Iya iyaa... Bapak nggak bakal perkosa kamu kok Neng... Nggak sekarang.... Hahahaha..."
"Makanya Neng... Ngocok kontolnya yang bener... Kalo kaya gini... Sampe
diterminal juga Abang nggak bakalan ngecrot ini...." Ucap kenek bus.
"Iya... Bener... Kalo sampe terminal kita-kita belum ngecrot.... Bapak
nggak ngejamin keperawanan Neng bakal masih utuh loh.... Hehehe...."
Ancam Pak Kori.
Mendengar ancaman Pak Kori lagi, buru-buru Clara segera mempercepat
kocokan kedua tangannya. Mengocok kedua penis pria bejat yang ada
didepannya itu semaksimal mungkin.
"Waduh....? Gimana nih....?" Bingung Clara tak tahu harus melakukan apa. Otaknya benar-benar tak bisa berpikir jernih.
Karena mendapat kobelan nikmat di vagina, ditambah remasan geli di
payudara, Clara benar-benar tak mampu menggunakan daya pikirnya lebih
jauh. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah mendesah keenakan dibawah
tekanan kedua pria bejat itu.
"Apa yang Kak Ciello lakuin kalo dia sedang ngocok tititnya ya...?"
Pikir Clara tiba-tiba. "Pake celana dalam Clara.... Pake beha Clara....
Pake handbody Clara.... Pake sabun Clara.... Pake shampo Clara..."
Dengan susah payah gadis cantik itu berpikir keras, mengingat-ingat apa
yang seringkali kakak kandungnya lakukan ketika dia sedang beronani.
"Mungkin... Kalo dikocok pake bahan yang licin-licin... Titit Kak Ciello cepet ngecrotnya kali ya...?" Pikir Clara singkat.
"JUUH... JUH.... JUUHHH...." Tiba-tiba Clara meludahi kedua penis Pak
Kori dan Abang kenek bus itu secara bergantian, "JUUHH..... JUUH...
JUH...."
"Looh...? Neng mau ngapain....?" Heran Pak Kori.
Tanpa menjawab, Clara terus meludahi penis kedua pria didepannya.
Melumuri penis-penis itu dengan air liurnya. Dan setelah rata, Clara
segera mengocok batang kejantanan kedua pria mesum itu cepat-cepat.
TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK
TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK......
"Wuuuuoooooohh... Iya begitu Neeeng... Ooohh... Enaaaak
baangeeeett....." Lenguh Pak Kori keenakan, "Kalo kaya gini terus....
Bapak jadi bisa keluar cepet Neng.... Ooohh... Terus Saaayaaanngg..."
Ucap Pak Kori sambil terus menggelitik vagina Clara.
"Woooohhhh....Sssshhh.... Iya bener Pak..... Oooohhh....Neeeng...
Tanganmu enaaaakk... Abang juga... Ooohh.. Abang juga bisa cepet ngecrot
kalo diginiin...."
TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK
TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK......
Melihat kedua pria mesum itu kelojotan, membuat Clara semakin berani
untuk mempergencar serangannya. Terlebih, ketika Clara melihat tanda
terminal tujuannya yang sudah semakin dekat, membuat Clara tak malu sama
sekali untuk segera memuaskan kedua pria mesum itu.
"Aku harus bisa cepet-cepet bikin mereka keluar... " Ucap gadis semok
itu dalam hati, "Aku nggak mau diperkosa.... Aku nggak mau nyerahin
keperawananku pada kedua bajingan bejat ini...".
"Clara.... Kontol cowok... Bakal cepat keluar kalo udah kena sepong..." Ucapan Karnia tiba-tiba terlintas di benak Clara.
"Haaa....? Kena sepong...?" Heran Clara.
"Iya.... Diisep Clara.... Diisep.... " Saran Karnia lagi.
"Bener juga... mungkin kalo Clara ngisepin titit mereka berdua... Itu
pasti bisa bikin cepet keluar...." Ucap Clara dalam hati, "Tapi khan...
Titit mereka buruk rupa.... Dan bauk banget....."
"Buruan Claraaa.... " Ucap Clara dalam hati lagi, "Kalo titit
bajingan-bajingan itu nggak segera ngecrot.... MEMEK Perawanmu bisa
dalam bahaya Clara...."
"Tapi.....Lihat dulu tuh titit... Lihat... Betapa joroknya titit-titit itu...."
"Aaaahh.... MASA BODO.... "
Tanpa berpikir panjang lagi, Clara segera membungkukkan badannya dan
mendekatkan mulutnya kearah penis Pak Kori. Kemudian, gadis manis itu
menjulurkan lidahnya.
"NYLAP..." Entah mendapat keberanian darimana, Clara menjilat ujung
kepala penis Pak Kori. Merasakan precum yang tak henti-hentinya keluar
dari ujung mulut penis pria tua itu.
"Wwwuuuuuooooohhh... Nnnneeeeng... Enaaaak... Beeeneeeerr...." Seru Pak Kori makin kelojotan.
"NYLAP..." Jilat Clara lagi sembari meremas, mengocok dan memelintir batang penis Pak Kori.
"Kamu memang LONTE hebat Neeeng... Ooohhh...." Jawab Pak Kori dengan tubuh yang semakin menggelijang.
Melihat hasil yang terjadi akibat aksinya barusan, Clara sadar jika itu
adalah satu-satunya cara yang bisa mempercepat penis kedua pria bejat
itu supaya segera orgasme.
"Ehhmmm.... Aku juga pengen Neng... Jilat kontolku juga dong...." Pinta kenek bus itu sambil menyodorkan penisnya.
"NYLAP...." Jilat Clara pada penis busuk si kenek bus.
"Wooooyyoohhh... Neeeng... Enak beneer...." Seru kenek bus itu kegirangan.
" JUUHH... NYLAP.... JUUHH... JUUHH... NYLAP........" Bergantian, Clara
tak hentinya meludahi penis kedua pria mesum itu berkali-kali. Sambil
memelintir kocokan tangannya, Clara memberikan jilatan lidahnya kepada
kepala kedua pria bejat itu.
" JUUHH... JUUHH... NYLAP...."
TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK
"Wuuoohhh... Iya bener begitu Neeeeng.... Ludahin trus jilat kontol Bapak...." Seru Pak Kori keenakan.
" JUUHH... JUUHH... NYLAP...."
TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK
"Ssshh... Neng... Ooohh.... Sepertinya Aku udah nggak kuat lagi Neng...
Kocokan tanganmu enak beeneeerrr.... Ooohh.." Lenguh kenek bus itu
dengan tubuh yang mulai bergetar hebat.
"Iya Neeng... Ehhmmm.... Bapak juga mau keluar nih Neng ... Bapak mau
ngecrotin tetekmu ya Neng....? Ooohh.... " Pinta Pak Kori yang juga
mulai menggeliat-geliat tak karuan.
"Abang juga mau keluar Neeeeng... Abang ngecrotin muka Neeeng aja yaaa....?"
Ingin segera cepat selesai, Clara tak menjawab. Ia hanya menganggukkan
kepalanya sembari terus meludahi, menjilat dan mengocok kedua penis yang
ada digenggaman tangannya.
" JUUHH... JUUHH... NYLAP...."
TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK TEK
"Ooohh.... Ngentoottt Neeeng... Ngeeentoooottt.... Bapak mau ngecroot
Neeengg.... Ooohh... Bapak mau ngecrotin tetekmu Neeeengg.....
Ngentoooott..." Lenguh Pak Kori dengan tubuh mulai kelojotan.
"Abang juga Neeeng.... Ooohh.... Buka mulutmu Neeng... Abang pengen
ngecrotin mulutmuuu...." Seru abang kenek bus itu dengan tubuh yang
menggeliat-geliat tak kalah hebohnya.
CROOOT...CROOOTTT... CROOOT... CROOCOOOTTT.. CROOT... CRROOCCROOOT....
CROOT... CROOCOOOTTT.. CROOT... CROOT... CRROOCCROOOT.... CROOT...
CRROOOT... CROOT...
Dalam gerakan supercepat. Sperma Pak Kori dan kenek bus itu melesat
cepat menabrak tubuh dan wajah Clara. Membasahi payudara besar dan wajah
cantik Clara dengan brutal.
CROOOT...CROOOTTT... CROOOT... CROOCOOOTTT.. CROOT... CRROOCCROOOT.... CROOT...
"Wuuuoohh.... Neeeenggg.... Enaknyaaa... " Seru Pak Kori dan kenek bus itu hampir berbarengan.
"Memang ya... Neng itu memang Lonte kelas wahid..." Puji Pak Kori dengan
nafas terengah-engah sembari mengambil alih batang penisnya dari tangan
Clara, dan terus mengocoknya kuat-kuat. Berusaha memeras semua
persediaan spermanya hingga tetes sperma terakhir, "Ga salah ya...?
Ooohh.... Bapak kenal ama Neng.... Sssshh....Kocokannya
mantaaabbh....Hehehe...."
"Hiya Neng... Neng memang bukan lonte sembarangan.... Wuenak bener
kocokannya..." Sahut kenek bus itu sembari mengipat-kipatkan sperma dari
batang penisnya yang mulai melembek ke arah Clara.
"WOOOIIYYYY.... Kardi... Ngapain lo berdiri mulu sisitu WOIY....?"
Teriak supir bus sambil melihat kearah temannya yang sedari tadi hanya
diam di belakang bus. "Ngapain juga lo ngocok-kocokin kontol lo
disitu...? Sini lo...."
"Hehehe... Abis ngebantuin penumpang booosss...." Balas Kardi sambil
cengengesan. Ia lalu memasukkan penisnya kedalam celana dan berjalan
mendekat kearah supir.
"WUAANJING... Lo abis COLI ya...?" Kaget si supir yang seolah baru
tersadar jika didalam kendaraan yang ia kemudikan, baru saja terjadi
sebuah pesta mesum.
"Hiya bos... Mumpung ada LONTE muda disini...." Bisik Kardi sembari mengelus selangkangannya.
"LONTE MUDA....? KAMPREET.... Mana Lontenya....? Mana...?" Tanya supir
sambil melengos kearah belakang, celingukan mencari tahu siapa yang
dimaksud Mardi dengan Lonte Muda. "Lonte itu cewe yang ada dikursi
belakang Mar...?"
"Hiya... Dooong...." Jawab Kardi yakin, "Cantik banget boooss... Dan kocokan tangannya... Beeeuuhh... Rasanya....Mirip meki..."
"Ssseeeerrriiiiiuuuuusss...?"
"Wooiy Boos.... Liat jalan booss... Jangan celingukan mulu...." Teriak
Mardi begitu menyadari jika bus yang dikemudikan oleh temannya mulai
melenceng dari jalan.
" WUANNNJIIINGG...WUANJIIINGG... ANJIIING...." Teriak supir bus itu
berusaha mengendalikan laju bus yang makin tak terkendali. Badan bus itu
bergerak liar. Bergoyang kekiri dan kekanan. Ditambah dengan jalanan
yang licin dan pandangan kaca bus yang buram membuat usaha supir bus itu
seperti sia-soa.
CIIIIITTTT.....CCCCIIIIIITTTTTT...... CIIIIIIIIIEEEEEETTTT...
BRUUAAAAK.... KRIIIIIEEEETTTTT. BRUUUAAAAKKK. BRAAKKK BRAAKKK...
Tiba-tiba, bus oleng kekiri, menerabas trotoar dan menabrak hancur
pembatas jalan. Dengan kecepatan tinggi, badan bus langsung merosot ke
tebing sungai yang terdapat di sisi kiri jalan dan berhenti setelah
menabrak dasar sungai. Karena tabrakan yang cukup keras, badan bus
bagian depan langsung ringsek dan muncul asap putih yang mengepul tebal.
Supir yang kurang sigap, langsung pingsan karena menabrak setir bus dan
terjepit dibangku supir. Sementara kenek bus yang ada disamping supir
menabrak kaca depan bus hingga pecah dan terlontar sejauh 3 meter
sebelum akhirnya tergeletak tak berdaya di genangan air.
"Aduuuhhh.... Supir Kampreeettt....." Seru Pak Kori sambil meringis
kesakitan karena tabrakan bus tadi, membuat dahi dan pelipisnya robek
sehingga mengeluarkan darah segar. "Aaah... Supir Guooblookk...
Guooblookk ..... Siaalaaan...." Tambahnya sambil merintihnya lemas
memegang lukanya.
Sedangkan Clara yang ketika tabrakan masih dalam posisi duduk,
terselamatkan oleh punggung kursi yang ada didepannya. Walau sempat
menerima tubrukan tubuh Pak Kori dan goncangan keras badan bus, gadis
cantik itu masih baik-baik saja.
Melihat Pak Kori yang lemas dengan dengan wajah berdarah-darah, Clara
buru-buru membenahi pakaian sebisanya. Ia ingin segera berlari
menyelamatkan diri dengan menuju pintu keluar bus yang terdekat. Krena
Clara tak ingin menyentuh tubuh lelaki tua yang masih tergolek lemas
disampingnya, Clara segera beranjak naik ke kursi tempat ia duduk dan
bersiap melompat kebelakang.
"Heeehhh... LONTE... Mau kemana kamu...?" Hardik Pak Kori yang masih sempat menangkap kaki Clara ketika ia hendak melompat.
BRUUK... JEBLUK.... GLUDAK...
"Aduuuhhhh... " Seru Clara ketika ia terjerembab jatuh. Ia tak menyangka
jika pria tua yang sudah belepotan darah itu masih saja mencoba
mengganggu.
"Jangan lari ya Sayang.... Kamu temenin bapak aja ya...." Seru Pak Kori yang tiba-tiba bangun dan berjalan kearah Clara.
Melihat Clara yang jatuh telentang, membuat Pak Kori tertegun menatap ke
arah selangkangan Clara yang terlihat jelas. Roknya tersingkap tinggi
hingga ke pinggang, dan pahanya terbuka lebar memamerkan celah
perawannya yang gemuk basah dengan biji klitoris yang masih gemuk
menonjol.
"Memekmu menggoda sekali Neng... Merah... Merekah... Dan biji itilmu...
Wuiihh... Udah horny berat kamu ya...? Bapak boleh ya nyicipin dikit..."
Ucap pria bejat itu sambil memasukkan penis dan betulkan celananya.
"Tapi... Sebelumnya... Kita keluar dari bus busuk ini dulu ya Neng...
Kita pulang dulu ke kontrakan Bapak.... "
"Eeehh.. Jangan Pak.... Clara mau pulang...."
"Sssssttt... Kita pulang kok Neng... Tapi kita pulang kerumah Bapak...
Deket kok dari sini... Hehehe...." Tak meneruskan kalimatnya, Pak Kori
hanya terkekeh mesum sambil menggandeng tangan Clara keluar dari bus,
"Ntar Neng pasti suka deh... Hehehe.... "
Walau hujan masih turun dengan deras, Pak Kori sama sekali tak peduli.
Ia tetap menggandeng Clara menuju pintu belakang bus dan mengajaknya
turun.
"Jangan Pak... Jangan...." Raung Clara begitu merasa ia mulai diseret pria tua itu keluar bus.
"Sssttt... Jangan ngelawan Neng... Khan bapak mau kasih enak.... Hehehe..." Kekeh Pak Kori sambil melangkah keluar bus.
SRREEETT.. JLEDUGH.. DUUUKK.... KRAK...
"Aaaaarrrgggghhhh.... Bangkeeee.... " Teriak Pak Kori ketika ia secara
tak sengaja terpeleset ketika melangkah keluar pintu bus. Ia jatuh
terperosok ke sungai dengan kaki duluan. "Aaarrggghh.... Tolong Bapak
Nenng... "
"Mampuuuss...." Girang Clara ketika melihat Pak Kori jatuh kesakitan.
"Tolong Bapak Neengg... Sakit sekali kaki Bapak.... Sepertinya kaki
Bapak keseleo ini Neng..." Rintih Pak Kori dengan tangan berusaha
menggapai-gapai kearah Clara.
"Ogah... Clara mau pulang...." Jawab gadis manis itu sambil melompat
keluar dari bus melewati tubuh pria tua yang masih tak berdaya di dekat
pintu bus. Dan segera berjalan meninggalkannya.
"Neeeenggg Claraaaa.... " Teriak Pak Kori pilu ,"DASAAR ANAAK LONTEEEE....."
Mendengar jeritan Pak Kori, entah kenapa tiba-tiba Clara berbalik arah.
Ia malah berjalan mendekat kearah pria tua yang masih tergolek tak
berdaya itu.
"Bapak bilang apa barusan....?" Tanya Clara jutek.
"Hehehe... Kenapa....? Neng Marah...?" Jawab Pak Kori, "Anak Lonte aja pake marah-marah segala...."
"Mama Clara bukan LONTE ya Pak..." Jawab Clara emosi
"Ahhh... Nggak mungkin... " Elak Pak Kori, " Mama Neng pasti LONTE..."
"Bukan...."
"Hehehe... Neng Clara.... Dimana-mana LONTE yang punya anak... Kalo
gedhe ya pastinya bakal jadi LONTE JUGA... Ya kaya Neng Clara itu...."
Tambah Pak Kori sembari mengusap area selangkangannya yang mulai
menggelembung lagi, "Kalo Neng bukan LONTE... Mana mungkin Neng bisa
sebinal tadi...?"
"Gitu ya Pak....?" Ucap Clara dengan wajah memerah.
"Pake ngaku masih perawan... Mana ada perawan yang jago banget ngocokin
kontol Neng...?" Ucap Pak Kori sinis,"Udah-udah.... Mendingan sekarang
Neng tolongin Bapak... Trus kita pulang kekontrakan Bapak...."
"Abis gitu...?"
"Ya kita ngentot Neng... Yuk Neng... Bapak pasti bakal puasin memek gatel Neng deh... "
" Bapak mau ngentotin memek Clara ya...?"
"Hiya Neng... Kalo perlu malah... Bapak juga pengen ngentotin memek Mama
Neng.... Hehehe..." Kekeh Pak Kori sambil terus mengusap
selangkangannya yang makin menggembung, "Yuk Neng... Buruan tolong
bangunin Bapak Neng... Bapak udah nggak tahan lagi...."
"Hhhmmm... Okelah kalo begitu..." Ucap Clara yang langsung mendekat
kearah tubuh Pak Kori dan mencoba mengangkat tubuh pria tua itu.
"Ayo Tarik Neng...."
"Berat banget Pak..." Seru Clara sambil mencoba mengambil posisi.
Ketika Clara mendekat kearah tubuh Pak Kori yang tergeletak di aliran
sungai, ia sengaja menempatkan kakinya kedekat selangkangan pria tua
itu. Dan tanpa basa-basi, Clara langsung saja menginjak-injak batang
kebanggaan Pak Kori itu kuat-kuat.
Keras dan tanpa ampun.
JDUK.. JDUK.. JDUK..
"RASAIN BANGKE... " Umpat Cara yang terlihat begitu emosi akibat kalimat-kalimat Pak Kori tadi.
"AAAARRRGGHHHH....EEENGGGG....." Jerit Pak Kori yang tak menyangka bakal
mendapat serangan dari gadis mungil yang ada didepannya. Namun karena
posisi Pak Kori yang tak menguntungkan, pria tua itu tak bisa berbuat
apa-apa.
JDUK... JDUK... JDUK... JDUK...
Berulang kali, Clara menginjak-injakkan kakinya ke tengah-tengah
selangkangan Pak Kori dan membuat lelaki tua itu akhirnya pingsan.
JDUK... JDUK.... KLETAK... KLETAK...KLETAK... KREGH...
"Ups... Maaf Pak... Sepertinya KONTOL Bapak PATAH...." Ucap Clara yang
langsung turun begitu ia mendengar suara patahan dari arah selangkangan
Pak Kori, "Maaf ya Paak... Clara nggak sengaja... Hihihihi...."
Tambahnya lagi sembari melompati turun dari atas tubuh Pak Kori.
HUP
Clara melompat dan buru-buru naik ke tebing sungai. Setelah itu ia
berjalan menjauh dari lokasi kejadian sebelum masyarakat sekitar
mendekat kelokasi kecelakaan.
NGUUUUIIIINNNGGGG.... NGUUUUIIIINNNGGGG.... WIIIUUU... WIIIUUU... WIIIUUU...
Tak beberapa lama, suasana sekitar kejadian mulai riuh karena masyarakat
sekitar mulai berdatang ke lokasi kecelakaan, termasuk polisi dan
ambulance. Mereka langsung berusaha menolong korban kecelakaan, termasuk
Pak Kori, supir dan kenek bus dari dalam sungai.
Dengan meneduh dibawah bangunan didekat lokasi kecelakaan, Clara
berusaha mengeringkan tubuhnya sebisa mungkin sambil melihat usaha
penyelamatan korban dari lokasi kejadian.
"CLARAAA.... " Seru seseorang yang terdengar begitu familiar di telinga Clara.
"Itu suara Kak Ciello..." Seru Clara dalam hati sambil celingukan
melihat kearah kerumunan orang yang ada disekelilingnya. "KAK
CIELLOOOO...." Teriak Clara senang, berusaha menjawab panggilan kakak
kandungnya yang tak kunung dapat ia temukan.
"Hei Tookeeett... " Panggil Ciello yang tiba-tiba sudah memeluk Clara
dari belakang, tanpa mempedulikan baju basah adiknya sama sekali,
"Fiiuuhh... Akhirnya kamu ketemu juga..."
"Kaaakaaaaakk....." Seru Clara yang langsung membalikkan badan dan memeluk tubuh kakaknya.
"Kamu kemana aja sih...? Kakak dari tadi nelponin kamu tapi nggak diangkat-angkat...?"
"Maaf Kaak... Clara tadi pulang pake bus yang salah..."
"Astaga... Jangan bilang kalo bus itu adalah bus yang nyusruk didepan itu.... Itu bukan bus yang tadi kamu naikin khan...?"
Tak menjawab. Clara hanya mengangguk pelan dan makin memeluk tubuh besar kakaknya erat-erat.
"Astaga Adeeekkk... Kamu nggak kenapa-napa khan...?" Seru Ciello yang
buru-buru menjauhkan tubuh adiknya dari pelukannya dan menatap dengan
seksama.
"Adek nggak kenapa-napa kok Kak.... Adek baik-baik aja...." Jawab Clara pelan.
"Beneran kamu nggak kenapa-napa...? Kamu luka nggak...? Ada yang kegores nggak...?"
"Hiya kak... Nggak ada... Adek nggak kenapa-napa ..."
"Itu lutut kamu kenapa....? Kok diplester....? Berdarah ya....?" Seru
Ciello yang langusng berjongkok dan mengusap tambalan plester yang ada
di kaki Clara.
"Uuuhhh... Sssshhh.... "
"Sakit ya....?"
"Iya... Tapi nggak apa-apa kok Kak.... Udah yuk.... Kita pulang.... Clara laper...."
"Hmmm... Okedeh.... Tapi... Satu lagi Dek..." Tanya Ciello dengan wajah
yang super serius. Ia berdiri lalu memegang kedua pundak Clara erat.
"Apaan Kak...?" Jawab Clara penasaran.
"Hmmmm..... Ini...." Goda Ciello sambil meremas kedua payudara Clara
yang masih terbungkus baju seragam yang basah. " Toket kamu... Mereka
juga nggak kenapa-napa khan....?"
"Iiiihhhhh... Kaakaaaaakkkkk....." Seru Clara sambil berpura-pura kesal
dengan mencubit dan memukul tubuh Ciello tanpa menghiraukan remasan
tangan Ciello di kedua bongkahan payudaranya.
BUK BUK BUK....
"Hahahaha... Aduh-aduh... Ampuuunn.... Dek Ampuunn...." Tawa Ciello sambil menepis tangan adiknya.
"Kakak tuh ya... Mesumnya nggak abis-abis...." Jerit Clara sambil
mengomel. Yang langsung menjadi pusat perhatian orang-orang
disekitarnya, "Bukannya takut Adek kenapa-napa... Malah khawatir ama
tetek Adek.... Iiiihhh... Kakaaaakk..... Meesssuuummmm...."
"Hahaha... Abisan Kakak khawatir banget ama kondisi mereka... Adekku Saayaaaangg...."
"Udah-udah.... Ayo pulang Kak...." Pinta Clara sewot, "Kalo nggak mau... Clara pulang aja sendiri...."
"Heeeehh... Jangan gitu ah...."
"Yaudah makanya... Buruan...."
"Iyeeeee... Tuan Putriiiii..... Yuk....."
Sambil memeluk tubuh kecil adiknya, Ciello menuntun Clara menuju mobil.
"Eh... Dek....?" Tanya Ciello tiba-tiba.
"Yaa Kaak...?"
"Kamu nggak pake beha ya...?" Tanya Ciello sambil merabai punggung polos Clara dari luar baju seragamnya.
"Ehh....Khan.... Tadi... Nggg... " Jawab Clara bingung. Ia tak tahu harus mengucapkan apapun.
"Addduuhh... Aku harus jawab apaan....?" Bingung Clara, "Nggak mungkin
khan aku bilang kalo beha aku tadi digunting dan dibawa ama Pak Kori
sialan itu....?"
"Iya ini kamu nggak pake beha...." Ucap Ciello memastikan, "Beha kamu kemana Dek.....?"
"Ngggg... Tadi khan Clara keujanan Kak.... Jadi biar nggak masuk angin... Clara lepas aja behanya...." Jawab Clara asal-asalan.
"Oooowww... Gitu.... Pantesan puting kamu ngaceng gitu....Dia kedinginan
Dek...." Ucap Ciello pelan sambil iseng mengusap tonjolan imut di ujung
payudara Clara.
"Iiihhsss... Kakak..." Tepis Clara pelan.
"Tapi... Untung aja ya... Puting kamu warnanya pink... Jadi nggak keliatan tuh... "
"Kelihatan gimana...? "
"Kelihatan kaya tutup spidolnya kalo lagi nggak pake beha...." Usap Ciello lagi tanpa menghiraukan tepisan tangan adiknya.
"Iiiihhhsss.... Enak aja tutup spidol... Dasar Kakak messuuuummmm....."
Sewot Clara sambil langsung mencubiti pinggang Ciello lagi.
"Hahahah.... Aduh... Aduuh... Aduuhh... Ampun Deeeekk...." Tawa Ciello sembari menepisi serbuan cubitan pedas tangan Clara
"Iiihhhsss.... Rasain nih... Rasaaaain.. Biar biru semua badannya...."
Sewot Clara, "Ditempat umum gini masih aja pengen megang tetek Adek...."
"Hahaha... Ampun Deeek.... Ampuuunnn....." Tawa Ciello yang buru-buru
mendekap Clara. Berharap dengan dekapannya, Clara tak lagi mencubitinya.
"Iya....iya... Kakak nggak pegangin lagi...Hahaha..."
"Kakak Iiihhhsss... Kalo ngegodain Clara terus... Clara pulang sendiri ajalah...."
"Loohh Jangan-jangan.... Ntar kamu salah bus lagi loohh...."
"Bodo...."
"Hehehehe... Dasar Adek streessss...." Jawab Ciello yang kemudian
mengecup kening Clara. Berusaha menenangkan adik semata wayangnya sambil
meneruskan langkah mereka ke mobil .
"Ehhh Dek... "
"Apaaa...?" Jawab Clara jutek.
"Kamu nggak pake celana dalem juga...?" Tanya Ciello lagi sambil meraba
dan meremasi pantat Clara dari luar rok seragam sekolahnya.
"Iiiihhhssss.... Kakak... Udah deeeh.... Sukanya kok ngegrepe-grepein badan Adek siiihhh....?"
"Iya... Ini kamu nggak pake celana dalem.... Trus ini di pipi kamu ada
apaan Dek....?" Heran Ciello sambil mencolek gumpalan lendir bening
yang masih menempel di leher Clara, "Kok di leher kamu ada
lendir-lendirnya gini Dek....?"
"Lendir apaan....?"
"Iniiihhh...." Tunjuk Ciello sambil menunjukkan jari tangannya yang
berlumuran cairan bening licin kewajah adiknya, "Kok mirip.........."
Bersambung,
By : Tolrat
Home
Cerita Eksibisionis
Keluarga Citra
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Keluarga Citra : Kisah Keluarga Bahagia - Bagian 14 | Pembalasan...?
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar