Cerita Eksibisionis Disha : The Begining, Binalnya Istriku | Menggunting Dalam Lipatan Part 1

Aku memacu cepat kendaraanku sambil mengingat-ingat jalan yang tadi kulewati, hingga akhirnya kulihat sebuah apartemen didekat jembatan yang menandakan aku sudah berada dijalur yang benar, kuparkirkan mobilku dan kuajak pardi turun. Kami segera mencari meja yang kosong, karena tempat nya cukup ramai sore ini. Pakaianku yang sedikit terbuka ini kembali mengundang pandangan lapar pria hidung belang didalam rumah makan ini. Pardi ku minta buat pesan makanan terlebih dulu sementara aku mencari toilet perempuan. Bergegas aku meraih smartphone dalam tasku begitu aku memasuki toilet, dan segera ku hubungi suamiku, ‘tuut.. tuuut tuuutt…’ terdengar nada sambung karena suamiku tidak segera mengangkat ponselnya, aku mulai sedikit panic. Namun tak lama kemudian terdengar suara dijawabnya panggilanku tadi.
“halo mas, anak-anak kita sudah dijemput?” tanyaku panik dan gugup
“iya sudah dik, kamu dari mana saja kok lupa belum jemput?ini tadi aku sampai rumah kok kamu belum datang sama anak-anak”
“syukurlah maass, ini aku masih ditempat supliyer soalnya” aku berbohong pada suamiku
“pulang jam berapa dik nanti?”
“sebentar lagi kok mas, oia mas makan saja dulu dengan anak-anak ya, sudah adik siapkan tadi dimeja makan”
“ya sudah hati-hati dijalan dik,”
“iyaa mas, bye… love you” kuucapkan tanda cinta karena aku merasa bersalah pada suamiku
“iyaa love you too istriku”
‘huuffft’ syukurlah mas fais tidak marah dan curiga dengan kepergianku siang tadi. Lega aku mendengar suaranya barusan, sekarang tinggal mencri alas an supaya si pardi bias tinggal dirumah kami sementara waktu ini, tapi apa ya?aku berpikir sambil berdiri didepan wastafel, kulihat dari cermin didepanku wajahku sedikit letih. Namun saat aku tengah tenggelam dalam pikiranku, tiba-tiba saja ada yang merengkuh pinggangku dan memeluknya.
“mmm mass pardi ngapain kok disini?ini kan toilet perempuan mas!”
“duuh cantiknya kalau marah begini kamu mbak”
“mas pardi keluar, nanti dilihat orang mas masuk toilet perempuan!”
Namun bukannya pardi keluar, jutru tangannya yang tadi memelukku mulai menyusup kedalam dressku melalu bagian bawah dan langsung meremasi payudaraku, sementara dia mencumbui leherku denga lembut dan kembali membangkitkan gairahku. Rambutku yang telah kuikat mempermudahnya mencumbuiku,
“mikirin apa sih kamu mbak, kayak orang linglung gitu, coba lihat itu gambarnya apa” sahut pardi kemudian sambil menunjukkan padaku gambar siluet laki-laki da nada tulisan ‘gent’ yang tertempel dipintu toilet.
Ya ampun, ternyata saking panic nya aku tadi sampai salah masuk toilet. Dan terlebih lagi toilet tadi dalam keadaan kosong sehingga aku tetap masuk dan menganggap jika ini adalah toilet wanita.
“utung aja aku yang masuk mbak, coba kalau yang masuk bapak-bapak yang lagi makan itu, bias digarap kamu ditoilet ini mbak, hahaha”
“ehh enak saja, memangnya aku wanita murahan apa bias menggauliku seenaknya”
“ya sapa tau mbak malah pasrah, ya kan kayak di lapangan dulu, mbak malah seneng waktu aku gesek-gesekin kontolku ini kebelahan pantat montokmu ini” pardi kemudian meremas bongkahan pantatku.
“mmm” aku terdiam tidak bisa membantah kata-katanya
“sudah ah, aku mau makan dulu aja” lanjutku kemudian sambil berusaha melepaskan tubuhku dari dekapannya.
“iyaa iyaa, itu tadi juga makanannya baru dating, tunggu ya”
Tanpa menjawab perkataan pardi, aku langsung saja meninggalkannya dan kembali kemeja yang kami pesan tadi, Aku duduk dengan santai menikmati setiap pandangan pria yang mencuri pandang pada tubuh indahku ini. Aku sandarkan punggungku yang sedikit letih setelah persetubuhan sore ini, ku lipat kedua tanganku tepat dibawah gundukan payudaraku yang membuatnya semakin menonjol. Beberapa pria memberikan senyuman kepadaku dan itu membuatku tersipu. Pardi ini kemana kok lama banget sih dikamar mandi, kayak cewek aja. Akhirnya aku makan dulu makanan yang telah terhidang dari tadi dimeja kami. Aku makan dengan lahap, karena perutku bener-benar lapar, persetubuhan ku tadi cukup menguras tenagaku, lemas banget rasanya. Setelah hampir habis makanan dipiringku, kulihat pardi keluar dari arah kamar mandi.
“wah mbak kok aku ditinggal makannya”
“Salah sendiri kamu lama tadi dikamar mandi, mbak kan lapar”
“maaf maaf tadi masih ada yang kukerjakan mbak”
“kamu ngapain aja dikamar mandi kok lama?”
“ada deh , mbak mau tau saja, oia makasih yah sudah bersedia berpenampilan ‘cantik’ sore ini”
“iyaa iyaaa, apa sih yang ndak buat kamu mas, sudah ayo segera makan, keburu dingin”
Baru kali ini aku bepenampilan seberani ini, sebelumnya aku belum pernah keluar rumah dengan pakaian terbuka seperti yang kupakai saat ini. Tak heran banyak pasang mata yang memandangiku seolah tengah menelanjangi tubuhku. Aku cukup senang dengan respon pardi barusan, dia terlihat menghargai apa yang kulakukan untuknya. Sepertinya dia juga sangat lapar, karena dia makan makanannya dengan lahap dan cepat. Mungkin mitos jika orang yang makannya lahap itu ganas diranjang cukup benar, jika melihat pardi begitu menggebu-gebu saat menggauliku.
“pelan-pelan aja makannya mas, santai aja”
“mmmm iya, habisnya makanan ini enak mbak”
Aku tersenyum mendengar jawaban pardi barusan, terlihat sisi kekanak-kanakan dalam dirinya. Aku sudah menyelesaikan makananku, ku silangkan garpu dan sendok yang kupakai dalam posisi tertutup diatas piring.
“aku ke wastafel dulu mas, mau benerin lipbalm dulu”
Aku segera beranjak ke wastafel yang berada disisi seberang meja kami, aku berjalan melewati beberapa pria yang dari tadi memandangiku. Aku lantas berpikir untuk memberi mereka sedikit pemandangan indah. Setelah sampai di wastafel, aku segera mencuci tanganku, aku tersenyum-senyum genit saat bercermin seolah menggoda seseorang. Aku mundur sedikit dan kemudian kubungkukkan badanku, tangan kiriku berpegangan dipinggir wastafel, sementara tangan kananku memoles bibirku dengan lipbalm. Aku melihat dari cermin didepanku, beberapa pria mencuri pandang kearah paha dan pantatku yang memang sengaja aku pamerkan. Tubuhku mulai mengahangat seiring pemainan kecil yang kulakukan. Entah sejak persetubuhan pertamaku dengan mas teguh dulu, kini aku sering terbesit pikiran nakal untuk memamerkan tubuh indahku ini. Kurasa sudah cukup aku menggoda mereka, saatnya mengakhiri lamunan jorok mereka, hiiiii.
Aku kembali berjalan kearah meja kami tadi, kuberikan senyuman manis pada setiap pria yang memandangku dan mereka balik tersenyum dan bahkan ada yang dengan berani mengerlingkan matanya kepadaku.
“sudah selesei mas?mau nambah lagi?” sahutku ketika sampai di meja
“sudah kenyang mbak, ayo kita cabut”
“ya sudah tunggu saja dimobil, aku bayar ke kasir dulu”
Setelah pardi pergi, aku menuju kasir untuk membayar makanan yang sudah kami pesan tadi supaya bisa segera menyusul pardi di mobil.

POV Fais
… “iyaa mas, bye… love you” istriku memberikan ucapan sayang sebelum mengakhiri pembicaraan
“iyaa love you too istriku” sahutku enteng karena aku sebenarnya muak dengan penghianatannya padaku
Tak lama kemudian terdengar nada telepon terputus dari seberang, kulihat anak-anakku yang tengah terlelap. Kupandangi wajah lugu mereka ketika tidur, sempat terbesit dipikiranku untuk bercerai saja dari istriku, namun wajah yang tengah tertidur itulah yang membulatkan tekadku untuk bertahan dan menjaga keutuhan rumah tangga yang kubangun bersama disha istriku.
Perlahan kututup pintu kamar tidur anakku agar tidak membangunkan tidur mereka, meski hari masih cukup sore, mereka sudah ketiduran karena capek bermain. Sementara aku menyeduh kopi didapur, aku duduk di kursi meja makan tempat dimana istriku disetubuhi oleh tukang sayur siang tadi. Kuteguk kopi yang tadi kubuat, dan kembali bayangan persetubuhan tukang sayur dengan istriku berputar dipikiranku.bagaimana ketika tukang sayur itu mendekap istriku, mencumbuinya, menggesek-gesekkan batang penisnya dibelahan pantat istriku, diremasinya payudara besar istriku dan justru istriku menikmati setiap rangsangan yang diberikan tukang sayur kepadanya. Bahkan istrikupun membalas ciuman ketika tukang sayur itu memagut bibirnya, ciuman yang erotis yang penuh dengan nafsu. Hingga akhirnya dia mendesah-desah menahan nikmat ketika liang senggamanya disetubuhi tukang sayur itu dan membuatnya orgasme beberapa kali.
Terbayang bagaimana nikmat yang didapat istriku ketika disetubuhi oleh tukang sayur itu, wajah disha menunjukkan kepuasan yang sangat alami, tidak dibuat-buat seperti ketika kami berhubungan badan. Aku kembali menerawang jauh kebelakang ketika dengan bodohnya aku menuruti nafsuku ingin membiarkan istriku sendirian disungai sore itu, hingga akhirnya dia bertemu dengan mas teguh yang menggugah birahinya. Istriku yang kukenal pemalu dan pendiam seperti berubah 180 derajat setelah kejadian sore itu.mungkin ini semua adalah kesalahanku, aku yang melemparkan kail berisi umpan, namun ketika umpanku dimakan dan terkait pada kail aku malah bingung. Istriku justru akhirnya kecanduan batang penis yang besar dan panjang, dan sulit mendapatkan kepuasan lagi dariku. Juga ketika aku membiarkannya pergi dengan keponakanku untuk melihat pesta rakyat dulu, seharusnya aku menemani dia supaya tidak terjadi apa-apa dengannya, namun keenggananku saat itu justru membuat istriku semakin berani mempertontonkan keindahan tubuhnya, tentu dengan penampilannya malam itu pasti akan memncing birahi pria manapun yang memandangnya, apalagi wajah istriku yang memang sedikit menggoda itu. Dengan penampilan terbuka orang akan beranggapan istriku memang jablay. Dan saat itu pardi lah yang beruntung, yang kala itu berada dibelakang istriku. Dia akhirnya memberanikan diri menggesek-gesekkan batang penisnya dibelahan pantat istriku ketika berdiri melihat pertunjukan rakyat. Dan bodohnya lagi aku justru membiarkannya, istriku bahkan menggenggam erat pahaku ketika pardi berusaha memasukkan batang penisnya di liang senggama istriku.
“tttiinn tiiinnnn”
Lamunanku buyar seketika saat klakson mobil istriku berbunyi didepan rumah, istriku rupanya sudah sampai. Kulihat mobilnya perlahan memasuki halaman rumah kami dan berbelok kearah garasi. Didalam mobil gelap sehingga aku tidak bisa melihat apakah pardi masih bersamanya atau tidak.

Ting tong…ting tong…
Tak lama kemudian Fais mendengar bel dirumahnya berbunyi, dia bergegas kedepan membukakan pintu karena tadi dia lupa mencabut kunci yang ada dipintu masuk.
“mas maaf adik terlambat pulangnya” serbu Disha saat masuk rumah, tak lupa dia merapikan diri sebelumnya dan mengenakan cardigan yang disimpannya didalam mobil
“iya dik gak apa-apa, oia dik itu siapa?” Tanya Fais pura-pura tidak tahu karena Pardi kebetulan ada dibelakang Disha
“oia mas, ini aku ketemu mas Pardi, anaknya bu sulasmi yang rumahnya dekat pos ronda itu mas”
“lho kok bisa kebetulan bareng dik?” Fais pura-pura heran
“kebetulan dulu pas pulang nonton pertunjukan rakyat itu adik pulangnya diantar mas Pardi mas, dan ini tadi kebetulan sekali lha kok adik lihat dia di stasiun lagi cari angkutan umum, jadi adik ajak sekalian karena sepertinya dia kebingungan” jelas Disha
“ayo mas Pardi silahkan masuk” sambut Fais ramah
“iii ya mas Fais” Pardi dengan canggung memasuki ruang tamu
“dik, segera ganti baju, trus mas Pardi dibuatkan kopi dulu” sahut Fais
“beres mas, aku ganti baju dulu” Disha bergegas masuk kedalam rumah
“ayo duduk dulu mas Pardi”
“iii iya mas” Pardi mengambil tempat duduk agak diujung sofa
“oia mas gimana kabar di kampung? Masih belum turun hujan kah”
“di kampung baik-baik saja mas, memang kemarin saya pas berangkat sempat hujan sebentar, makanya baju saya jadi lusuh begini” Pardi memperlihatkan bajunya yang sedikit lusuh yang disebabkan persetubuhannya dengan Disha didalam mobil
“segera ganti baju mas biar tidak sakit, flu nanti” , “oia mas Pardi rencana nya mau kemana ?” Fais berpura-pura bertanya
“jadi awal mulanya saya ingin mencoba mengadu nasib mas, kebetulan kemarin mbak Disha cerita kalau di sini sedang banyak pembangunan infrastruktur pemerintah, yah siapa tau saya bisa bekerja jadi kuli atau apalah, maklum mas hanya tamatan SMA”
“jadi mas Pardi belum tau mau kemana ini nanti?”
“iya mas, saya tadi turun dari kereta bingung mau kemana, pikiran saya cari penginapan yang murah tapi sudah penuh, pas mau lanjut jalan mbak Disha melihat saya waktu dia keluar dari gerbang kantor”
Fais dapat menangkap maksud Disha dari percakapan nya dengan Pardi tadi, rupanya Disha ingin agar dia mau tidak mau dapat mengijinkan Pardi menginap dirumahnya.
“ya sudah mas Pardi tinggal saja dulu disini sementara waktu sambil mencari pekerjaan” Fais terpaksa tersenyum saat mengatakan hal tersebut
“bbeenar boleh mas?saya takut merepotkan nanti”
“tidak apa-apa mas, kita kan dari kampung yang sama, jadi sudah seperti saudara, harus saling membantu kan, anggap aja dirumah sendiri mas”
“Terima kasih banyak mas Fais, memang anak cucu eyang Brotodiharjo mewarisi sifat baik leluhurnya” sahut Pardi memuji buyut dari Fais yang merupakan mantan lurah sekaligus yang membuka lahan desa kelahiran mereka
“mas Pardi tidak usah terlalu memuji, kan memang sudah kewajiban untuk saling membantu, oia saya siapkan dulu kamar nya sebentar”
“iya mas Fais”
Fais kemudian berdiri dan hendak berbalik untuk mempersiapkan kamar yang akan ditinggali Pardi, namun langkahnya tertahan karena dia tertegun melihat istrinya yang tengah membawa nampan, begitu pula dengan Pardi

“wahh maaf maaf saya lama didapur tadi” sahut Dishayang masih berdiri memegangi nampan disamping suaminya
“dik, kok pakai daster itu sih, kan ada tamu!” sergah Fais ketika melihat istrinya berpakaian sangat terbuka. Memang daster yang dipakai Disha sekarang benar-benar mempertunjukkan kemolekan tubuhnya, daster berbahan katun yang lembut, daster tanpa lengan dan dibagian pundak hanya ditopang oleh seutas kain, dimana bagian bawah panjangnya diatas lutut yang dihiasi renda-renda memperlihatkan kemulusan dan halusnya kulit pahanya, tentu saja karena itu daster yang bisaanya dipakai tidur, bagian atas dadanya sangat terbuka, sehingga payudara Disha yang besar dan montok itu seolah ingin memberontak keluar, apalagi tidak terlihat adanya tali BH dipundak Disha yang otomatis setiap gerakan Disha akan membuat payudara indahnya itu berguncang.
“iya mas, tadi buru-buru kan tadi mas sendiri yang nyuruh cepet” bisik Disha protes pada suaminya
“ya tapi kan kamu tau ada tamu dik” Fais masih kesal dengan jawaban istrinya
“sudah-sudah gaak enak mas dilihat tamu kita bertengkar begini” Disha mencoba menyudahi debatnya dengan suaminya
“wah maaf ya mas Pardi, istri saya ini tdak sopan, memang kalau mau tidur suka berpakaian seenaknya, sampai lupa kalau ada tamu dirumah” Fais berpura-pura untuk menyembunyikan kekesalannya
“hahaha…iya mas tidak apa-apa kok, lumayan malama-malam melihat keindahan bidadari” sahut Pardi dengan nada bercanda, Disha yang mendengar jawaban itu hanya tersenyum pelan.
Fais sebenarnya kurang suka dengan jawaban Pardi barusan, namun dipaksakannya dia untuk tersenyuam karena dia telah terjebak oleh perangkap istrinya itu.
“dik, minumnya kok tidak disuguhkan sih?”, “mas mau menyiapkan kamar buat mas Pardi dulu” ujar Fais menutupi kekesalan hatinya.
“oia adik sampai lupa, mas bedcovernya ada dlemari belakanga, jangan lupa diambilkan ya supaya mas Pardi tidak kedinginan” sahut Disha ketika suaminya beranjak pergi.
Disha dengan sedikit membungkuk meletakkan nampan yang dibawanya di meje tamu, Disha sengaja melakukannya perlahan sehingga Pardi dapat melihat payudara Disha yang menggantung indah seperti hendak tumpah dari dasternya.
“berani bener mbak sama suaminya?bisik Pardi
“lha tadi dimobil siapa yang nantanin coba” balas Disha berbisik pelan
“hahaha ya aku kira tidak secepat ini sih mbak”
“yah dikasih enak malah mau nolak” sahut Disha berpura-pura kesal
“bukannya gak mau mbak, aku kaget aja dengan sandiwara mbak barusan ini”
“ya gimana lagi mas, kan aku biar ada alasan berpakaian terbuka dirumah meski ada mas disini, karena mas Pardi kan sudah pernah melihatku dengan baju terbuka didepan mas Fais, berarti lain kali itu akan menjadi bisaa dimata mas Fais, ya kan” Disha kemudian mengambil posisi duduk dikursi didepan Pardi
“pinter banget kamu mengelabuhi suamimu mbak” puji Pardi
“hiiiii, aku tadi deg-deg an lho mas, takut mas Fais marah, ternyata responnya jauh dari bayanganku”
“mbak, nanti malam ‘lagi’ yah?aku tegang ini” Pardi menunjukkan batang penisnya yang tengah ereksi dibalik celananya
“huss, sembarangan aja, nanti kalau ketahuan suamiku gimana mas? Belum berani aku” Disha berusaha menolak
“lah, kan aku pengen nginap disini juga biar bisa nggarap tubuhmu tiap Hari mbak, hehehe”
“tapi ya jangan sekarang lah, masak baru tiba trus istri tuan rumah kamu gauli sih mas? Disha mengerutkan keningnya
“kan gak ada salahnya mbak, kita sama-sama enak, apalagi katamu suamimu kalau tidur kayak kerbau, susah dibangunin”
“mmmm” Disha mencoba berpikir baik buruknya, sementara Pardi semakin serius memperhatikan payudaranya Disha.
“yah mbak, aku pengen banget nihaa” Pardi kemudian mengeluarkan batang penisnya tersebut
“eh mas, cepett cepett masukin lagi nanti diliat suamiku” Disha panik karena tiba-tiba Pardi mengeluarkan batang penisnya itu.
“gimana mbak??? Nanti malam yah?”
“iyaa iyaaa, tapi nunggu suamiku tidur dulu”
“nah gitu dong mbak, dikasih nikmat jangan ditolak, gak baik, hehehe” sahut Pardi cengengesan
Disha tidak punya pilihan lain selain menuruti kemauan Pardi, dia merasa sudah terlanjur ‘basah’ masuk dalam obsesi kebinalannya sendiri, dan membuatnya beberapa kali terlibat persetubuhan dengan laki-laki lain, dan akhirnya dia memutuskan menuntaskan ‘mandi’ dari kebasahannya tadi, dengan kata lain Disha memilih mengikuti nafsunya.
“anak-anakmu dimana mbak? Kok tidak kelihatan?” Tanya pardi
“sudah tidur dikamar itu, tadi begitu selesei makan langsung disuruh suamiku tidur” disha menunjuk sebuah kamar disebelah set home theater yang ada diruang tengah
“rumahmu bagus yah mbak, nyaman juga” pardi mengagumi rumah milik Fais dan disha, dimana perabotannya bagus-bagus, sofa yang didudukinya pun terasa sangat empuk begitu juga dengan sofa yang ada diruang tengah depan set home theater. Lampu gantung yang ada diatasnya pun juga turut diperhatikan oleh pardi begitu juga dengan ornament-ornamen pada gypsum diatasnya.
“mas Fais ini yang mendesain sendiri, begitu juga dengan perabotannya” sahut disha
“selera suamimu bagus juga mbak, pantas saja istrinya cantik” pardi memuji disha
“ah bisa aja kamu ma menggodanya” disha menyilangkan kakinya, sehingga kain daster itu semakin tertarik keatas.
‘glek’ pardi menelan ludah nya melihat kemulusan paha istri tetangganya dari kampong itu dan kebetulan cukup keras hingga didengar disha yang sedari tadi memperhatikan pardi
“walah mas itu kok sampai jakunnya naik turun, kan sudah beberapa kali lihat aku telanjang” goda disha
Meskipun pardi sudah beberapa kali menggauli disha, namun kemulusan paha disha tetap mampu membuat mata pardi silau tak berkedip didepan bidadari cantik itu
“beruntung banget suamimu bias melihat kemulusan pahamu itu mbak, apalagi bias menikmati keindahan tubuhmu tiap Hari”
“ya namanya suami istri mas, kan wajar karena itu haknya, makanya segera cari istri biar bias diliat tiap Hari, hiiii”
‘CLEK’ percakapan mereka terhenti ketika mendengar pintu yang ditutup dari arah belakang
“dik, itu kamarnya mas pardi sudah siap, ayo mas saya tunjukkan kamarnya dulu, sekalian ganti bajunya” sahut Fais pada istrinya sekalian mengajak pardi melihat kamar yang sudah disiapkannya
“bbbaiik mas” jawab pardi tergagap
“oia, minumnya saya bawa keruang tengah ya, sapa tau nanti mas pardi tidak capek dan mau melihat televisi” ujar disha mengangkat nampan yang gelasnya belum sempat disentuh pardi
“iya dik, taruh saja dimeja tengah” Fais mengarahkan istrinya
Fais berjalan didepan pardi yang mengikutinya dari belakanga, cukup luas rumah Fais, jika melihat perabotan rumah tangga yang cukup banyak itu masih menyisakan ruang yang luas. Fais menarik gagang pintu dan membukanya lebar-lebar.
“silahkan masuk mas pardi, bajunya bias ditaruh dilemari sana” seraya mempersilahkan pardi masuk kamar tersebut
Kamar yang ditempati pardi cukup luas, ditambah sebuah lemari di seberang tempat tidur spring bed doble size, kamar tersebut sebenarnya kamar tamu yang jarang digunakan, sehingga sedikit pengap aoleh karena itu Fais cukup lama membersihkan kamar tamu tadi.
“Besar sekali tempat tidurnya mas, empuk lagi” ujar pardi saat menduduki samping ranjang
“biar mas pardi istirahatnya nyaman, ya sudah silahkan bersih-bersih dahulu, oia kalau amau melihat televisi diruang tengah yang kita lewati tadi mas, dan kamar mandi nya ada dibelakang ” Fais kemudian menutup pintu kembali
“terima kasih mas”
Diruang tengah disha tengah duduk menyilangkan kaki melihat televise , Fais kemudian mengambil tempat disebelahnya.
“lihat apa dik?ada yang bagus ndak?
“ndak ada nih mas yang bagus, acaranya sinetron mulu” disha berberapa kali memindah chanel televise dari remote yang dipegangnya
“oia dik, rambut kamu kok lepek gitu???” Fais berpura-pira bertanya
‘deggg’ disha kaget dengan pertanyaan suaminya
“mmm ittuu tadi kenaa angin mas” disha menjawab sekenanya karena gugup
“mandi sana gih didalam dik, mas kunci pintu dulu”
“iyaa mas, gerah juga adik sekarang”
Fais kemudian kedepan mengunci pintu pagar meninggalkan istrinya diruang tengah, jalanan depan rumah sudah cukup sepi malam ini, berbeda dengan didalam rumah tadi, dilhalaman rumah sangat dingin angin berhembus. Fais tengah mengunci pagar ketika tiba-tiba dia ditegur seseorang
“sudah mengantuk dik Fais?” sahut pak Bono yang merupakan pak RT
“iya tumben kok sudah dikunci pintunya” pak Hari menimpali
“belum sih pak, Cuma jalanan udah agak sepi saja pak, oia mau kemana nih pak Bono dan pak Hari?”
“ke pos kampling didepan dik, mantau orang ronda” jawab pak Bono sambil membetulkan kain sarung yang dilingkarkan dibadannya
“oiaa, dik Fais kok baru kelihatan ini?” Tanya pak Hari
“baru datang dari mudik pak, lumayan bias beristirahat dikampung, mari masuk dulu pak?” tawar Fais kepada kedua orang tua yang usianya terpaut cukup jauh dengannya itu
“ah disini saja dik Fais, udaranya segar” pak Bono kemudian duduk di ‘bok’ yang ada didekat pagar (dudukan yang dibuat dari cor-cor an semen dan gamping yang dibuat untuk tempat jagongan) dan kuikuti begitu pula dengan pak Hari
Pak Bono merupakan seorang purnawirawan angkatan laut, sementara pak Hari masih bekerja menjadi mandor tebu di PTPN kota kami. Oleh karena itu kedua orang tadi didapuk tugas mengawasi keamanan lingkungan setempat. Cukup lama obrolan mereka , mulai masalah ekonomi hingga janda di gang sebelah
“kalau masalah perempuan sih pak Hari jagonya mas Fais” sahut pak Bono yang asyik dengan obrolan mereka
“jago bagaimana nih pak Bono?”sementara pak Hari yang namanya disebut tadi hanya tertawa
“lha itu, Aryanti yang baru ditinggal mati suaminya, kemarin malam sudah berhasil digarap sama pak Hari” pak Bono kemudian mengeluarkan HP nya dan menunjukkan potongan wajah yang sedikit blur kepadaku, dan digambar itu tertera tanggal dan jam kemarin malam
“masak ini mbak Aryanti pak Bono?” sahutku sambil menoleh pada pak Hari seolah tidak percaya
“tuh ri, kasih lihat yang tadi kamu kasih lihat sama aku dirumah tadi” pak Bono menyuruh pak Hari
“tapi ini rahasia lho mas, jangan dikasih tau orang lain” pak Hari berbicara dengan serius namun wajahnya terlihat tertawa sambil mengotak-atik smartphone nya yang kemudian diserahkannya kepada Fais
Kini ditangan Fais, terdapat gambar bergerak perlahan, masih belum Nampak siapa yang ada dalam gambar tersebut hanya suara-suara desahan perempuan
“ahhhh ahhhh ahhhh sudaah sudahhh pakkhhh…”
Fais memperhatikan baik-baik tampilan dilayar itu, sementara pak Bono dan pak Hari tersenyum-senyum melihat Fais yang asyik dengan smartphone ditangannya, terlihat sesosok kepala tengah menjilati liang senggama dengan sangat rakusnya disebuah sofa sementara rok panjangnya tersingkap di pinggang dan celana dalam perempuan itu hanya disingkapkan saja tanpa dilepas. Sepertinya gambar tersebut diambil sendiri oleh pria didalam video tersebut karena gambarnya beberapa kali goyang.
“assshh pakkhh ahhhhhh ahhhhh….” Perempuan itu mendesah setiap kali lidah pria itu mengaduk-aduk liang senggamanya sementara tangan si perempuan justru menajambak dan menekan-nekan kepala pria tersebut kontras sekali dengan permintaannya tadi , kini mulai terlihat siapa pria dalam video itu, dan ternyata memang pak Hari
‘deeggg’ jantung ku berdegup kencang saat menyadari bahwa pria didalam video tersebut memang benar pak Hari, dia tengah asyik mencumbui liang kenikmatan seorang wanita yang dikatakan pak Bono sebagai Aryanti, paha mulus perempuan itu mulai membuat Fais terangsang apalagi liang senggamanya terlihat jelas, Fais terangsang bukan karena perbuatan pak Hari yang tengah menagerjai liang senggama perempuan tadi dengan sapuan lidahnya, namun karena tadi dikatakan bahwa itu adalah Aryanti, istri dari almarhum mas yudha, yang mana Aryanti sangat dia kagumi. Aryanti sendiri berusia sedikit lebih tua dibandingkan dengan dirinyaa, istri soleha yang keseHariannya menutup diri dengan baju gamis dan hijab, jika dibandingkan sebenarnya disha dan Aryanti sama-sama cantik, namun menurut Fais, Aryanti lebih matang dan dewasa secara seksual. Sering sebenarnya Fais mencuri-curi pandang pada istri alm. Mas yudha itu ketika ada arisan RT, bahkan pernah beberapa kali Aryanti dijadikannya objek onani olehnya karena gamis dan hijabnya tidak mampu menutupi kemontokan payudara dan kesemokan bongkahan pantat Aryanti. Nafas Fais semakin memburu ketika pak Hari berdiri dan mulai melepaskan celana panjangnya, dan terpampanglah batang pens\is yang cukup panjang dan besar itu mengacung tegak dihadapan liang senggama yang sudah basah oleh air liur pak Hari dan cairan cintanya sendiri.
“ditahan ya mbak, tempikmu sempit soalnya gak pernah dipakai suamimu, aku tau kok lha suamimu cerita sendiri kalau dia gak bias berdiri” sahut pak Hari dalam video itu
“pakkhhh jangann-jangannn ….. aasshhhhh aaaahhh” penolakan wanita itu tehenti ketika pak Hari mulai melesakkan batang penisnya didalam liang senggama ‘Aryanti’ tadi dan mulai berganti dengan desahan-desahan lirih. Fais semakin deg-deg an karena sampai sekarang di menit 05.30 itu hanya terpampang bagian bawah perempuan itu yang mulai digoyang perlahan oleh pak Hari
“aahhh ahhhh ahhhh pakkhhh ahhhhh” perempuan dalam video itu mendesah menikmati liang senggamanya tengah diaduk-aduk oleh batang penis pak Hari, hingga akhirnya dimenit ke 10.48 setelah Fais melihat berkali kali batang penis pak Hari mengaduk-aduk liang kenikmatan perempuan itu, keluar masuk dalm liang senggamanya kamera video ini bergerak mengarah keatas, Nampak kancing baju perempuan tersebut telah terbuka sepenuhnya memperlihatkan keindahan bongkahan payudara yang sudah tak tertutup BH karena disingkap ketas sebelumnya, payudara yang besar dan putingnya yang indah itu tengah berguncang-guncang akibat liang senggamanya dihujami batang penis pak Hari. ‘hijab’, Nampak sebuah hijab berwarna kream yang sepadu dengan gamisnya tersingkap dipundak wanita itu, “apakah benar perempuan ini adalah Aryanti??? Dan bagaimana bias caranya pak Hari bias menggauli Aryanti?” pertanyaan itu terus berputar-putar dikepala Fais saat dia memperhatikan video tersebut
“jjddarrrrr” kepala Fais mendadak pening seperti dihantam oleh batu atau kayu ketika kini kamera itu tepat mengarah kepada si perempuan tadi, Nampak hijab menghiasi wajahnya sudah sedikit awut-awutan dan sedikit air mata mengalir dipipi perempuan itu, ya benar perempuan yang tengah disetubuhi pak Hari adalah Aryanti, janda alm. Mas yudha yang baru tiga minggu yang lalu meninggal karena sakit. Fais menggeleng-gelengkan kepala seolah masih tidak percaya setelah dia melihat sendiri sosok perempuan itu dengan jelas, karena selama ini Aryanti dikenalnya sebagai seorang istri setia, istri soleha yang selalu menutup aurat dan menjaga pergaulannya dengan yang bukan muhrim namun kini dia tengah mendesah menikmati persetubuhannya dengan pak Hari, laki-laki tua yang lebih pantas menjadi bapaknya tersebut.
“hahaha.. tenang saja dik Fais, masih panjang kok itu” canda pak Hari ketika melihatku tak berkedip, dan memang benar masih tersisa 30.15 lagi pada tampilan waktu video itu
“wah ri, ni dik Fais kayaknya terangsang, lihat itu celananya menonjol begitu”
“Hahaha” Aku sebenarnya malu mendengar candaan kedua orang ini, namun kupaksakan untuk tertawa agar mereka tidak curiga dengan ketertarikanku pada Aryanti
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar