Cerita Eksibisionis Disha : The Begining, Binalnya Istriku | Family Gathering Part 1

Nama ataupun tokoh yang saya tuliskan disini bukanlah nama sebenarnya dan merupakan rekaan belaka (fiksi). Apabila ada kesamaan dengan kejadian, hal tersebut bukanlah sebuah kesengajaan.
Pengenalan tokoh
Fais : suami sah Disha Amalia, seorang pegawai negeri, ayah dari 2 orang anak, tipikal suami rumahan
Disha Amalia : istri dari Fais, ibu muda cantik yang smart dan modis, mempunyai sexappeal yang tinggi. Meskipun sudah pernah melahirkan 2 orang anak, namun postur tubuhnya tetap seksi ditunjang dengan kakinya yang jenjang, ditambah lagi payudara Disha yang berukuran 34 B sangat kencang dan terlihat membusung karena pinggangnya yang ramping meski tidak mengenakan push up bra. Membuat Disha sering kali menjadi pusat perhatian pria dimanapun dia berada. Pada awalnya Disha adalah seorang istri yang setia dengan pernikahannya, namun seiring berjalannya waktu, ia akhirnya tergoda hingga akhirnya ia mengijinkan seorang pria menggauli tubuh indahnya. Dan sejak saat itu,ia tidak lagi merasa puas dengan permainan seks suaminya.
Teguh Priyono : seorang laki laki paruh baya, yang merupakan warga desa dimana Fais berasal. Kondisi topografi dan lingkungan yang kurang mendukung untuk membuka lapangan pekerjaan membuat laki-laki yang hanya tamatan SMP ini hanya bekerja menjadi buruh tani dan tukang ronda. Kehidupan desa yang keras, membentuk otot-otot tubuhnya hingga kemudian sampailah pertemuannya dengan Disha yang kemudian merubah kehidupan wanita dari kota itu
Budi dan Sandi : keponakan dari Fais, karakter khas remaja tanggung
SuPardi : seorang pemuda pencari kerja, juga merupakan tetangga dari Fais didesa kelahirannya. Laki-laki kedua yang telah menggauli Disha setelah persetubuhan pertamanya dengan laki-laki selain suaminya. Kini Pardi menyusul Disha untuk mengadu nasibnya di kota tempat tinggal Fais dan Disha
Tukang sayur : cukup jelas, tukang sayur keliling yang sempat menikmati liang senggama Disha. Meskipun usianya sudah udzur namun pengalaman seksnya mampu membuat Disha meraih orgasme.
Doni : rekan kerja Fais, bukan orang yang apatis meski sifatnya agak urakan
Nina : seorang teller disebuah bank swasta, seperti halnya seorang bankers, Nina seorang wanita yang cantik, dengan kaki yang jenjang dan pinggul yang indah. Berwawasan luas, wajahnya lembut keibuan. Istri dari Doni dan ibu dari 1 orang anak.
Boy : nama lengkapnya Buyung, rekan kerja Fais namun beda angkatan. Orangnya supel, mudah bergaul.
Reny : istri dari Buyung atau Boy, seorang guru biologi disebuah SMA Negeri, wanita cantik dengan rambut pendek sebahu model bob, membuatnya semakin terlihat smart. Ditambah dengan tubuh sintalnya membuat siapapun termasuk rekan guru dan muridnya tertarik kepadanya.
Riyan : rekan kerja Fais, seorang laki-laki penggoda dan terkenal playBoy dikantor meskipun sudah beristri.
Martha : istri dari Riyan, wanita cantik berhijab lebar, belum dikaruniai momongan. Berprofesi sebagai dokter spesialis anak.
Pak Siswoyo : atasan ditempat kerja Fais, dan sekaligus atasan dari dony, Boy dan Riyan. Seorang mata keranjang, suami yang gemar berselingkuh meskipun istrinya ibu Adelia masih terlihat cantik dan menarik.
Desi : rekan kerja Fais, istri dan ibu dari 1 orang anak. Wanita yang cantik, ditambah lagi penampilannya dengan seragam kantor yang cukup berani membuatnya menjadi primadona dikantor Fais yang kebanyakan laki-laki itu. Mungkin karena hal itu pula lah yang membuat pak Siswoyo menjadikan desi sebagai wanita simpanannya.


“Fais kamu lama banget??? Seru Doni yang tengah membawa draf persiapan acara ketika melihat Fais turun dari mobil
“maaf maaf ini tadi jalanan ramai, apalagi tuan putri dandannya lama” sahut Fais menoleh ke Disha yang masih ada didalam mobil
“ya udah ayo buruan bantuin, pusing ini ngatur jadwal sendirian”
“siap bos” sahut Fais bergegas
sebelum beranjak pergi, Doni menyempatkan menyapa Disha yang masih ada didalam mobil, “dish, suamimu aku pinjam bentar ya” teriak Doni
Disha dari dalam mobil yang mendengar namanya dipanggil menengok dari kaca jendelanya dan tersenyum.
“ayo turun mas, kita kesana” tunjuk Disha pada sebuah gazebo
“barangnya ndak dibawa mbak?” Tanya Pardi
“mmm, nanti aja mas Pardi, kan belum tentu ini nanti acaranya jadi apa tidak setelah family gathering” sahut Disha
Pardi dan Disha berjalan menuju gazebo yang ada dihalaman penginapan, sudah banyak keluarga yang hadir, beberapa kali Disha tersenyum ramah ketika ada yang menyapanya. Disha mendaratkan pantat indahnya dikursi gazebo, dikeluarkannya Tupperware dan kemudian diteguknya air yang ada didalamnya. Pardi mengambil tempat diseberang Disha hingga mereka berhadap-hadapan.
“acara apa sih ini mbak?” Tanya Pardi kemudian
“acara kantornya mas Fais, family gathering dan nanti seusai acara kata mas Fais dilanjutkan dengan menginap disini” jawab Disha
“semuanya menginap disini? Memangnya kamarnya muat apalagi akhir pekan gini?” lanjut Pardi
“mmm kalau itu sih…” Disha Nampak berpikir
“ndak semuanya yang diajak kok dish, beberapa orang saja yang diminta pak pak Siswoyo jadi paniti, hitung-hitung ongkos lelah dan karena ini syukurannya pak Siswoyo sebab anaknya diterima di PTN di ibukota” sebuah suara menyahut dari belakang Disha
“eh Riyan, apa kabar? Martha dimana? Tanya Disha ketika mendapati Riyan kini tengah berdiri dibelakangnya
“ada didalam dish, ngobrol sama Nina dan Reny. Bisaalah perempuan kalau ketemu ya begitu, sibuk sendiri, betul kan mas?” Riyan mengulurkan tangannya pada Pardi mengajaknya bersalaman
“hahaha, iya bener banget mas” Pardi menjabat tangan Riyan
“yee enak aja, kalian para kaum laki-laki juga perasaan sama aja” balas Disha tidak terima dengan pendapat yang diutarakan Riyan tadi. “Riyan, kamu kok berdiri saja, duduk sini?” sahut Disha mempersilahkan
“oiya, Riyan ini Pardi, sepupunya mas Fais yang kemarin baru datang” Disha memperkenalkan Pardi yang duduk dikursi depannya
Pardi dan Riyan terlibat obrolan yang cukup seru seputar sepak bola tanah air yang kini mulai lagi digiatkan setelah PSSI dibekukan oleh FIFA. Riyan dengan santainya meraih tanganku yang ada disampingnya sambil ngomong ..
“dish, ngomong-ngomong anakmu kamu titipin kemana?kan ditinggal 2 hari” dan Disha pun menjawab sedapatnya. Namun mata Riyan sepanjang mengobrol bersama menatap Disha begitu tajam dari atas kebawah, seperti seolah-olah tengah menelanjangi tubuhnya apalagi blouse yang dikenakannya mengekspose belahan dadanya, dan tidak sungkan dengan Pardi yang ada didepannya.
Disha bukannya tidak tahu jika dirinya tengah ditatap sedemikian rupa oleh Riyan, tatapan mata Riyan sudah sering kali dia temui setiap hari, baik di jalan ataupun ketika ditempatnya bekerja. Namun Disha lebih memilih menikmati tubuhnya dijadikan santapan mata Riyan karena gejolak ditubuhnya menginginkan demikian.
Terbukti dengan sengaja Disha menyilangkan kakinya sehingga ujung rok yang dia kenakan semakin tertarik keatas hingga memperlihatkan kemulusan paha miliknya. Riyan yang mendapati hal itu hanya meneguk ludah tidak dapat berbuat lebih jauh karena ada Pardi didepannya,
“makanya matanya jangan kemana-mana” bisik Disha ditelinga Riyan. “ayo kita kedalam, acaranya sudah mau mulai” ajak Disha kepada kedua laki-laki itu yang ditinggal digazebo.
“eeeeeiii dish, sini sini” lambai seorang wanita yang diikuti beberapa wanita lainnya
“Nina, Reny kalian sudah lama?” sapa Disha yang telah mengambil tempat duduk diujung dekat jalan lewat
“Acaranya barusan dimulai kok” sahut Reny
“ohh, lha suami kalian kemana? Tanya Disha kemudian
“kan sama suamimu dish, mengurusi akomodasi buat menginap. Kalau suami Reny masih dibelakang koordinasi denga EO nya” jawab Nina
“oia, pantesan mas Fais juga belum kelihatan “ angguk Disha
“yang sama Riyan itu tadi siapa dish?” Reny menunjuk pada Riyan yang duduk dibelakang
“itu Pardi, sepupunya mas Fais. Kemarin baru datang. Daripada sendirian dirumah sekalian mas Fais ajak” jelas Disha
Acara berlangsung kurang lebih 2 jam yang diisi dengan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh vocalist yang sengaja diundang oleh pihak EO, namun beberapa undangan ikut pula menyumbangkan suara sumbangnya sehingga ruangan dipenuhi gelak tawa.
“terima kasih atas kehadiran rekan-rekan dalam acara family gathering ini, semoga suasana kekeluargaan ini nantinya semakin memacu etos kerja kami dalam melayani masyarakat” dan kemudian disambut dengan tepuk riuh para undangan. Rupanya pak Siswoyo memberikan kata-kata penutup yang kemudian dilanjutkan dengan acara ramah tamah sebelum selesei acara.
“ibu Martha, mungkin mau menyumbangkan suara emasnya mengiringi acara ramah tamah?” tawar pak Siswoyo dari atas panggung. Martha sebenarnya agak canggung dengan permintaan pak Siswoyo, namun karena namanya disebutkan diatas panggung sehingga mau tidak mau akhirnya Martha berdiri dari tempatnya duduk. Martha Nampak cantik dengan baju terusan panjang yang dikenakannya, hijabnya membuatnya terlihat semakin anggun, dia mulai melangkah keatas panggung dan mengambil mic yang telah disediakan.
Satu dua buah lagu telah dibawakan oleh dokter spesialis anak tersebut, Martha sudah Nampak santai berada diatas panggung menghibur tamu undangan menikmati jamuan. Ketika selesai dan hendak turun, pak Siswoyo menahannya terlebih dahulu.
“memang suara bu Martha sangat indah dan enak didengar” puji pak Siswoyo dihadapan tamu undangan. “ternyata selain dokter spesialis, bu marta juga memiliki suara yang indah” lanjut pak Siswoyo. Mohon tepuk tangannya untuk ibu dokter kita, seru pak Siswoyo yang direspon oleh para tamu undangan.
Akhirnya, acara family gathering itupun usai. Sebuah meja yang dikelilingi oleh beberapa kursi berada didepan panggung, sementara disekitarnya Nampak beberapa petugas kebersihan penginapan hilir mudik membersihkan dan merapikan kembali meja dan kursi ditempatnya semula.
Pak Siswoyo yang duluan datang mengambil tempat disalah satu kursi yang terletak didepan panggung dan kemudian mengeluarkan secarik kertas yang selanjutnya dia perhatikan item-item didalamnya.
“ibu kemana pak?” sapa Boy bersama istrinya yang kemudian duduk disebelah pak Siswoyo
“oh, kamu Boy. Ibu tadi sudah pulang duluan, ngantar satria ke juanda. Karena pesawatnya take off jam 5 sore nanti” jawab pak Siswoyo
“teman-teman mas yang lain kok pada belum kumpul?” sahut reni ketika mereka sudah menunggu 15 menit
“coba Boy kamu hubungi Fais, Riyan sama Doni, jangan-jangan mereka ketiduran!” pinta pak Siswoyo
“bbaik pak” jawab Boy grogi
Boy melangkah menjauh dari tempatnya duduk, ditinggalnya Reny bersama pak Siswoyo. Dengan Boy yang berada cukup jauh darinya, pak Siswoyo mendapatkan kesempatan mengamati istri anak buahnya tersebut lebih lama. Reny yang siang itu mengenakan tanktop putih ditutupi cardigan kream, terlihat mempesona apalagi cardigan yang tidak ada kancingnya itu membuat lekuk tubuh Reny terlihat jelas karena tanktonya cukup ketat membalut tubuhnya.
“Bu Reny mengampu pelajaran apa disekolah?” pak Siswoyo mengawali pembicaan dengan istri bawahannya. Sengaja dia memanggil bu pada istri anak buahnya itu untuk menjaga wibawanya dan menghargai anak buahnya
“saya mengajar mata pelajaran biologi pak”, sahut istri Boy
“murid-muridnya pasti ndak pernah bolos ya waktu ibu ajar?” pancing pak Siswoyo
“kenapa pak?” Tanya Reny dengan heran
“lha guru nya aja cantik gini masak iya ditinggal ke kantin” sahut pak Siswoyo
Reny yang mendapat jawaban tersebut tersenyum dengan pujian tidak langsung pak Siswoyo, pipinya merona merah. Ada semacam kebanggaan dalam diri Reny, karena pesonanya mampu menarik perhatian dari atasan suaminya itu. Reny sedikit terlonjak ketika tangannya tiba-tiba dirabai pak Siswoyo. Dan Reny dengan refleks membalas dengan meremas tangan pak Siswoyo tadi, membuatnya blingsatan dan bingung. Dia pun keheranan apakah itu naluri dari hatinya.
“bu Reny boleh kok merabai punya saya” bisik pak Siswoyo tegas, meskipun kata-kata itu pelan terucap. Namun membuat hati Reny gundah, antara perasaan tertekan dan bingung. Hingga tanpa disadarinya pak Siswoyo telah menarik tangan Reny kebawah meja. Meski ada jarak satu buah kursi duduk, namun hal tersebut tidak membuat kesulitan reni untuk bisa menggapai kemaluan pak Siswoyo yang sudah ada dalam genggamannya. Batang kontol yang sungguh besar dan panjang dibalik celana bahan yang pak Siswoyo kenakan. Bayangan Reny langsung tertuju pada blue film yang pernah dia tonton bersama Boy, suaminya.





“bbesar sekali pak…” bisik renny lirih, ketika jemarinya telah sepenuhnya meraba batang pak Siswoyo dari luar celananya.
“santai saja bu, tidak usah tegang. Aman kok tidak kelihatan dari depan” balas pak Siswoyo yang berusaha menenangkan istri bawahannya itu agar dapat lebih rileks lagi menikmati keras dan besarnya batang penis yang ereksi dalam celananya.
Pak Siswoyo benar-benar ahli, dia memposisikan tubuhnya dengan sangat rileks seolah tidak terjadi apa-apa, padahal dibawah meja , batang penisnya tengah di remasi oleh istri Boy. Apalagi pak Siswoyo juga aktif mengajak renny ngobrol sehingga tidak Nampak keanehan pada mereka berdua.
Selama perbincangan mereka, mata nakal pak Siswoyo selalu mencuri-curi pandang kepada renny. Terlebih lagi cardigan renny yang terbuka membuat bagian dadanya sedikit terbuka hingga memperlihatkan belahan payudaranya yang montok menggoda. Renny tahu jika dirinya tengah dijadikan santapan lapar mata bos suaminya tersebut. Namun dia lebih memilih mengalihkan pandangannya kearah lain.
Renny adalah wanita yang cantik, dengan kacamata yang dia pakai menambah keanggunannya. Tubuh Renny sangat seksi selain karena kulitnya yang putih, namun juga kencang. Namun bukan itu yang membuat pak Siswoyo berkali-kali meneguk ludah memandang bidadari disebelahnya. Namun ukuran payudara renny yang menggantung indah tengah mengintip untuk dinikmati.
“bu renny tadi kok tidak ikut menyumbangkan suaranya?” pak Siswoyo kembali mengajaknya berbicara
“ah tidak pak, suara saya tidak cukup bagus”
“masih kalah dengan suaranya mbak Martha” kilah renny. Nampaknya renny sudah bisa menguasai kegugupannya sehingga dia sudah bisa berbicara lepas meskipun tangannya masih bermain diluar celana pak Siswoyo.
“ah tidak juga kok, suara bu renny cukup merdu apalagi kalau…” pak Siswoyo sengaja tidak meneruskan kata-katanya
“kalau apa pak?” Tanya renny
“ah, bu renny kayak tidak tahu saja. Kalau itu lho hubungan sama Boy, pasti enak didengar” pak Siswoyo tersenyum mesum
“ah pak Siswoyo nakalll” gerutu renny sambil meremas keras batang penis pak Siswoyo
“adduuhh, pelan-pelan bu” pak Siswoyo mengerutkan dahi karena remasan tadi cukup keras sehingga membuatnya sedikit terlonjak dan mengerutkan dahi
“mmmaff pak, renny tidak sengaja”
“oia pak, jangan panggil bu lah, saya kan masih muda pak” pinta renny pada atasan suaminya
“iya, tidak apa-apa bu santai saja”
“ya saya kan menghormati suamimu meski dikantor dia bawahan saya. Semua istri bawahan saya juga saya panggil demikian” balas pak Siswoyo
“wah bapak berarti sering nakal ya diluar, kok renny remas tadi kayaknya bisaa saja?” pancing renny
“hahaha namanya laki-laki mbak, katanya kalau tidak nakal bukan laki-laki” sahut pak Siswoyo tertawa. Dari luar pintu terlihat Boy tergopoh-gopoh berjalan cepat kearah mereka berdua. Dalam hatinya terbesit kekhawatiran meninggalkan istrinya berdua dengan bos nya yang terkenal mata keranjang itu.
“gimana Boy teman-temanmu?” Tanya pak Siswoyo ketika Boy sudah kembali duduk disebelah istrinya
“dony tadi pas saya hubungi yang jawab Nina, katanya masih mandi dulu”
“Terus kalau Riyan malah lagi nunggu istrinya yang lagi mandi”
“kalau Fais, tadi saya hubungi dia lagi perjalanan balik kerumah karena ada berkas yang harus diserahkan ke pengurus RT”
“wah, berarti Fais ndak bisa ikut???” Tanya pak Siswoyo sedikit kesal. Memang mereka berempat adalah anak buah kepercayaan pak Siswoyo, acara ini didadakan juga untuk semakin mengakrabkan satu dengan lainnya.
“tenang dulu pak, tadi Fais bilang kalau sudah selesei dia balik lagi kesini” tambah Doni supaya pak Siswoyo tidak semakin kesal
“oh ya sudah kalau begitu jika dia bisa balik lagi Boy, gak lengkap kalau dia gak ada” sahut pak Siswoyo sembari meraih telepon genggam didepannya.
Disebuah kamar yang cukup berkelas, dua orang tengah bercakap-cakap. Nampaknya sang istri tengah menyalahkan suaminya karena kelalaiannya.
“gimana sih mas?kok bisa sampai lupa” sahut Disha yang tengah berdiri, bersandar pada dinding kamar. Disha sangat kesal dengan suaminya karena Fais lupa memberikan surat ijin untuk pembangunan cabang apotek tempatnya bekerja. Untuk pembangunan tersebut memang dibutuhkan surat ijin dan tanda tangan warga untuk penerbitan IMB yang mana hari selasanya harus sudah dikirim ke dinas perijinan.
“iya dik, ini juga mas sedang hubungi pak Bono buat mengurusi dulu dengan pegawai kelurahan”
“habis ini mas kasihkan surat ijinnya ke pak Bono sebagai lampirannya”
“nanti kalau sudah selesei mas balik lagi” tambah Fais yang tengah berberes untuk kembali kerumah
“ya sudah kalau begitu, tolong cepet diseleseikan mas supaya ijinnya bisa segera turun” suara Disha sedikit melunak
“hati-hati dijalan dan segera mengabari jika sudah mau balik” Disha mengecup kening suaminya
“iya dik, mas berangkat dulu”
Sementara itu, disebuah kamar yang lebih kecil, pardi tengah merebahkan badannya. Berkali-kali dia membolak-balikkan tubuhnya. Seperti ada kegelisahan yang dia rasakan.
“enak nih dingin-dingin gini ngelonin Disha” gumam pardi, tangannya sendiri tanpa sadar dimasukkan kedalam celana pendek dan perlahan mulai mengelusi batang penisnya.
Pikirannya kembali pada sosok Disha, keindahan tubuh istri Fais dalam keaadaan telanjang sangat seksi dan montok. Ditambah lagi ukuran payudara Disha yang besar dan namun kencang tegak mengacung kedepan meski sudah menyusui kedua anaknya. Kehalusan jemari Disha saat mengurut dan membelai batang penisnya, serta cumbuan dan kuluman bibirnya masih terasa nyata dapat pardi rasakan. Apalagi liang senggama Disha yang sempit seperti perawan dan terasa peret itu, selalu memijit-mijit batang penis pardi saat dia menyetubuhinya.
“ahh ndak enak kalau kocok pakai tangan sendiri” tiba-tiba pardi menghentikan lamunannya pada Disha.
“sial banget, Disha sekarang lagi ada suaminya”
Namun rupanya dewi fortuna seperti menghampiri pardi yang tengah sange sendiri. Sebuah bbm masuk di handphone nya, lampu indikatornya berkedip-kedip merah memaksanya untuk segera melihat siapa yang menghubunginya.
“mas dimana? BT nih dikamar sendiri, mas Fais balik kerumah sekarang” rupanya sebuah bbm dari Disha pujaan hatinya yang masuk
“wah kasihan banget ditinggal” balas pardi singkat
“hahaha, mana dingin lagi mas, mas pardi lagi apa?” ketik Disha diseberang
“bayangin kamu mbak dingin-dingin gini” pancing pardi
“main kesini saja masi, aku tak mandi dulu, keburu sore tambah dingin nanti” balas Disha cepat. Mendapat undangan dari orang yang dikaguminya membuat pardi berbunga-bunga.
“boleh, jangan lama-lama ya mandinya” jawab pardi penuh harap
“gak kok mas, paling juga 45 menit,” balas Disha
Yess… akhirnya dapat jatah juga, ‘ah, aku juga mandi sekalian’
“bos, perut saya kok sakit ya. Saya ijin kebelakang dulu ya bos” seru Riyan pada atasannya
“wah kamu Riyan, makanya jangan kebanyakan makan sambel tadi” goda Doni
“ya sudah kamu kebelakang dulu sana, nanti coba minta obat sama recepsionist nya” tukas pak Siswoyo
“I iiya bos, terima kasih” Riyan pamit pada bosnya dan meninggalkan istrinya bersama kawan-kawannya yang lain. Dia tidak merasa kawatir karena Nina dan Renny ada disana juga. Jadi kecil kemungkinan jika bosnya akan menggoda istrinya.
“yes, beres…akhirnya aku bisa meninggalkan acara yang membosankan tadi dan kembali menggoda Disha mumpung Fais tidak menemaninya” rupanya sakit perut tadi hanyalah akal-akalan dari Riyan supaya bisa meninggalkan istri dan rekan-rekannya.
“syukur-syukur bisa grepe-grepein Disha, hehehe”
“Fais itu bego apa gimana ya, punya istri cantik dan bohay ditinggal sendirian sama kucing-kucing lapar” Riyan tertawa sendiri menyusuri beranda hotel.
“tok..tok..tok..”
‘cepet banget pardi kesini belum juga ada 30 menit dari aku selesei mandi’ batin Disha, Terdengar pintu kamar depan diketuk. Disha yang tengah mengeringkan rambutnya sehabis keramas berjalan untuk membukakan pintu.
“iya tunggu” sahut Disha tanpa mengintip terlebih dahulu siapa yang mengetuk pitunya tadi dan langsung menarik gagang pintu.
“hei lama banget sih bukain pintunya dish” Riyan yang tadi nya bersikap bisaa kini terkejut melihat Disha yang kini membukakan pintu dihadapannya. Disha pun namaknya juga kaget, ternyata yang mengetuk pintu tadi bukanlah pardi.
“ehh ri..yan, ada apa?”, sapa Disha gugup
“hai dish, tadi aku habis sakit perut, trus mau balik ke pak Siswoyo kok agak malas, tahu sendiri lah pak Siswoyo yang diobrolin dari A sampai Z” Riyan mencari-cari alasan untuk menutupi keterkejutannya. Karena dihadapannya Disha membukakan pintu hanya dengan berbalut handuk putih yang tidak dapat menutupi payudaranya yang besar dan pahanya yang mulus itu.
“boleh aku masuk dish” pinta Riyan
“nanti keburu dilihat teman-teman dan ketahuan kalau aku Cuma pura-pura tadi”
“iiiyya Riyan, masuklah” Disha dengan sedikit berat hati membukakan pintu kamarnya pada teman suaminya itu. Disha kemudian mempersilahkan Riyan memasuki kamar hotelnya.
“pintunya ditutup saja ya dish, biar ndak dilihat orang” Riyan meminta ijin pada Disha untuk menutup pintu kamar, selain supaya tidak ada yang melihatnya juga supaya memudahkan usahanya dalam mengSSI Disha.
“mmm, iya tapi jangan dikunci ya pintunya” sahut Disha yang berdiri diseberang ranjang.
“kamu memangnya lagi nunggu orang dish?” Tanya Riyan
“iya, ini aku mau memesan tukang pijat, agak pegal-pegal badanku Riyan” Disha berusaha membohongi Riyan supaya Riyan tidak berlama-lama didalam kamarnya.
“wah ndak usah jauh-jauh, sini aku aja yang pijitin kamu dish” Riyan mencoba mengambil keuntungan dari kesempatan yang tidak Disha sengaja.
“aku ndak mau repotin kamu yan, gak enak juga masak teman suamiku tak suruh-suruh mijit” Disha masih mengulur waktu agar Riyan mengurungkan niatnya.
“ndak apa-apa lagi dish, teman-teman dikantor juga sering aku pijit kalau mereka capek kerja” Riyan terus mendesak Disha dengan alas an-alasannya.
“bahkan suamimu juga ndak capek-capek lagi setelah punggungnya aku pijat” Riyan menambahkan
“mmm baiklah…” sahut Disha pasrah
Akhirnya Disha mau tidak mau mengikuti juga bujukan Riyan, dia sudah terlanjur terjebak dalam kebohongan yang dia ciptakan sendiri. Riyan pun sebenarnya juga asal saja bilang bisa memijat. Karena dalam benaknya tadi berusaha mencari cara bagaimana bisa mendekati Disha dan sekaligus menjamah tubuh indahnya.
“aku ambilin daster dibelakangmu Riyan” pinta Disha sambil menunjuk daster yang tergolek diatas ranjang.
“gitu aja dish, biar enak nanti pijatannya dan cepat hilang capeknya, sudah kamu buruan rebahan sini” perintah Riyan yang tengah menyiapkan ranjang yang akan dia pakai memijat Disha.
Disha dengan berat hati kemudian duduk ditepian ranjang dan mengambil posisi telungkup ditepian ranjang, kedua tangannya dia letakkan dibawah wajahnya sebagai tumpuan.
“agak ketengah aja dish, nanti kamu jatuh lagi” saran Riyan meminta Disha menggeser posisinya. Dan Dishapun menggeser posisi tubuhnya hingga lebih ketengah ranjang dan mendekat kearah posisi Riyan duduk. Akibat gesekan tubuh Disha, sprei yang tadinya rapi pun Nampak sedikit lecek begitu juga dengan posisi lilitan handuk Disha yang menjadi semakin longgar.
“rileks aja dish, jangan tegang biar urat-uratnya tidak kaku nanti” Riyan asal berucap menirukan kata-kata terapis yang bisaanya dia garap ketika habis gajian. Disha hanya mengangguk dan terlihat dia mengambil nafas yang panjang sebelum akhirnya terlihat bahu dan pundaknya yang tidak tertutupi itu lebih santai dari sebelumnya.
Setelah Disha merasa rileks dan nyaman barulah Riyan mulai prosesi pijatannya pada tubuh indah Disha yang sekarang telah pasrah telungkup didepannya hanya dengan selembar handuk yang menutupi badannya. Disha bagai tersengat listrik, tubuhnya terkejut mendapatkan sentuhan pertama tangan Riyan pada pundaknya.
“ssttt, santai saja dish, gak apa-apa” Riyan kembali berusaha menenangkan Disha yang tadi sempat terkejut ketika tangannya hendak mulai memijitnya. Meskipun sebenarnya Disha tidak sekali ini saja tubuhnya dijamah pria selain suaminya, namun keadaan yang ‘tersudutkan’ ini pula yang membuatnya was-was. Dia tidak pernah membayangkan diposisi terpojok seperti ini dengan teman kerja suaminya.
“pelan-pelan aja yan” balas Disha lirih tanpa menggerakkan kepalanya yang tertelungkup pada kedua lengannya diatas bantal.
“wis beres lah kalau itu dish” sahut Riyan cepat
“aku mulai lagi ya” Riyan memberitahu Disha agar dia tidak terkejut lagi seperti tadi, dan hanya dijawab oleh anggukan kepala Disha.
“nah enak kan dish” tangan Riyan dengan lincah dan gesit memijiti bahu dan punggung atas Disha. Riyan dapat merasakan betapa halus dan lembutnya kulit istri sahabatnya itu. Disha juga sudah semakin rileks akibat pijatan tangan yang Riyan lakukan. Tubuhnya bergerak perlahan menikmati pijatan Riyan.
Cukup sulit juga bagi Riyan berkonsentrasi mengatur tekanan jarinya pada punggung Disha, karena tubuh Disha yang hanya berbalut handuk itu sangat mengundang gairah kelelakiannya. Apalagi pantat bulan nan indah tersebut terlihat sangat kencang dibalik handuk yang menutupinya. Berkali-kali Riyan menelan ludahnya dan berusaha jangan sampai batang penisnya yang sudah mengacung tegak itu menyenggol betis Disha.
“enak juga pijatanmu Riyan, dibadan terasa ringan sekarang” Disha tiba-tiba menolehkan wajahnya memuji pijatan teman suaminya itu. Meskipun awalnya dia beralasan capek namun sekarang tubuhnya sudah semakin enak tidak lagi merasa letih. Terlihat semburat merah dipipi Disha, disertai perasaan hangat yang mulai menjalari betisnya. nampaknya pijatan Riyan dibeberapa titik punggungnya salah satunya memicu titik rangsangnya.Perasaan canggung dan nafsu yang mulai terbakar membuat Disha sedikit salah tingkah didepan rekan kerja suaminya sendiri.
“bener kan, aku bilang tadi juga apa, gak perlu manggil tukang pijat dari luar dish,”
“sekarang aku turunin sedikit ya handuknya” tanpa perlu persetujuan Disha, Riyan dengan perlahan menurunkan handuk yang dipakai Disha hingga diatas pantatnya. Simpul yang tadi sudah longgar memudahkan upayanya. Disha mendesah pelan dan dengan malu-malu akhirnya diangkatnya sedikit tubuhnya agar handuk dibagian depan dapat ikut sedikit turun.
Dari samping Nampak payudara Disha meluber, seolah tumpah karena terlepas dari lilitan handuk yang tadi menutupinya. Urat-urat kebiruan terlihat jelas karena kemulusan kulit Disha yang selalu rajin dirawatnya itu. Riyan berkali-kali mencuri pandang kearah payudara Disha yang sudah tidak tertutupi itu. Riyan kembali memijat punggung Disha, semakin kebawah semakin dia rasakan kulit Disha semakin halus dan lembut.
“besar dan kencang ya dish, boleh lah dibagi rahasianya” Riyan tiba-tiba membuka pembicaraan dan berharap-harap cemas takut istri rekan kerjanya itu marah dan tersinggung. Disha yang juga sudah nyaman dengan pijatan Riyan sedikit terlena dan terbawa suasana apalagi dia sendiri sudah terangsang sehingga liang senggamanya menjadi lembab dan basah. Jantungnya terhenti sesaat ketika mendengar pujian dari sahabat suaminya itu, tubuhnya tak dapat dia gerakkan saat merasakan pijatan tangan Riyan memijat dan sesekali menyusuri pinggangnya yang ramping, turun kebawah mengusap perutnya. Dan kemudian Riyan kembali menaikkan tanganya hingga menyentuh kedua pangkal payudara Disha dan kemudian digenggamnya. Disha benar-benar kalut dengan situasi yang dihadapinya, dapat dia rasakan tangan Riyan kini telah hingggap dikedua pangkal payudaranya itu dan mencengkeramnya lembut.
“uugghhhss hhsss….” Disha mengatur nafasnya yang sedikit sesak karena jantungnya berdegup semakin cepat. Tiba-tiba putingnya yang sudah mengeras merasakan jari-jemari Riyan mulai membelai keduanya dengan lembut.
“rrriiyyaaann jjaangaannn” protes Disha lemah, namun rupanya Riyan mengabaikkan protes dari istri sahabatnya dan terus menjalankan aksinya. Tangan terus meremas dan meremas payudara Disha dengan lembut.
“tepat perkiraanku dish, payudaramu sangat lembut dan kencang, bolehkah lebih lama mengenalnya dish?”
“ssuuddaah riyaann, ttolong hentikkan, akkhhhh” Disha terpekik kaget saat putingnya yang sudah mengacung keras tiba-tiba dipilin-pilin oleh Riyan dengan lembut.
“rriyyaan sudah hentiikkann,,, jaangaaann riiyyy… ahhhhhh” tubuh Disha semakin menggeliat dikarenakan jari telunjuk Riyan sudah berhasil menyelip dalam lipatan vaginanya yang hangat.
“uugghhh…. sssudahh riyyan hentikannn” tanpa bangkit dari tempat tidur dengan sekuat tenaga Disha berusaha menahan tangan Riyan agar tidak semakin menjangkau liang sengggamanya. Namun rupanya Riyan tidak kalah akal, dengan sekuat tenaga dia menggerakkan jarinya dengan cepat didalam senggama Disha hingga membuatnya semakin basah oleh cairan cintanya sendiri. Semakin kuat Disha berusaha menarik tangan pria sahabat suaminya itu, semakin cepat pula Riyan mengobel vagina Disha dan itu membuat semakin kuat pula lenguhan dan desahan yang terucap dari bibir Disha.
Nafas Disha semakin memburu karena dia semakin terangsang oleh permainan jemari Riyan pada putting dan liang senggamanya hingga kemudian tubuhnya bergetar hebat dan jari telunjuk Riyan disiram oleh cairan orgasme Disha. Inilah orgasme Disha paling cepat yang pernah diraihnya. Mungkin akibat rasa canggung dan tekanan membuatnya jadi mudah meraih orgasmenya. Tubuh Disha melemah setelah perlawanan dan orgasme yang diraihnya sehingga dia mengendurkan cengkraman tangannya pada tangan Riyan.
Melihat hal tersebut Riyan pun kemudian menghentikan aksinya dan menari jari telunjuknya dari liang senggama istri sahabatnya itu.
“gurih dish” gurau Riyan yang tengah menjilati telunjuknya yang basah akibat orgasme Disha
“ berani banget sih kamu yan” Dengan malu-malu Disha mencubit pinggang Riyan yang ada disampingnya itu.
“jangan jutek gitu lah muka, nanti cantiknya hilang lho” , seloroh Riyan
“biarin, kamu salah sendiri nakal” Disha tidak mau kalah dengan pura-pura sebal.
Didalam kamar yang tidak cukup terang tersebut karena hanya diterangi oleh lampu tidur yang menyala diatas meja, Riyan masih dapat dengan jelas melihat kecantikan Disha, istri sahabatnya itu. Tubuh yang indah telah terbuka setengahnya dan kini tinggal pantat yang montok yang masih tertutup oleh sehelai handuk yang tidak menutupi dengan benar menunggu untuk dia jamah. Apalagi pose Disha yang telungkup dengan tatapan mata manja, semakin menggodanya.
“aku lanjutkan ya dish, boleh?” Tanya Riyan dengan tatapan lapar
“yah apa boleh buat yan, kamu juga sudah tahu kan. Tapi jangan lama-lama nanti kamu dicari sama istrimu dan yang lain kok gak balik-balik” balas Disha yang memalingkan wajahnya kearah Riyan.
“kalau gitu langsung saja ya dish, gak perlu lagi basa-basinya, hehehe” seru Riyan kegirangan mendapatkan persetujuan dari istri sahabatnya.
“heem buruan yan, ” pinta Disha dengan malu-malu
Perlahan disingkapnya handuk yang tinggal menutupi bongkahan pantat Disha yang bulat dan kencang dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya dia sibuk melepas resleting celananya. Riyan terpana melihat keindahan pantat Disha yang montok dan kencang tersebut, sama sekali tidak memperlihatkan jika Disha sudah pernah melahirkan dua kali. Tangan nya membelai pantat Disha, terasa sangat halus dan lembut sekali kulit yang dibelainya. Meskipun Martha juga tidak kalah menarik dari Disha, namun debaran jantung Riyan semakin berdegup cepat . Karena kini yang hendak dia senggamai adalah istri sahabatnya sendiri. Tentunya hal itu menjadikan sensasi tersendiri bagi Riyan dan Disha.
Riyan menarik pinggul Disha keatas, memposisikannya agar mudah dalam penetrasi. Sementara itu Disha yang kembali telungkup sepertinya Nampak menyembunyikan rasa malunya karena telah berselingkuh dengan sahabat suaminya sendiri.
“aaagghhhhh…pelan-pelan yannn” Disha mendesah tertahan ketika mendapati batang penis Riyan mendesak masuk dalam liang senggamanya yang sempit itu. Riyan cukup kesulitan mendorong batang penisnya masuk kedalam meskipun tadi Disha sudah meraih orgasmenya sehingga liang senggamanya cukup basah. Riyan kemudian menggunakan lututnya sebagai tumpuan dan hal itu membuat bongkahan dan pinggul Disha semakin tertarik keatas sehingga liang senggama Disha dapat sedikit terbuka.
“uugghhh rriyyann pelaannn…” Disha mengerang ketika Riyan kembali mendorong batang penisnya lebih dalam menjelajahi sempitnya liang senggamanya, namun justru Disha menggerakkan pantatnya dan mendorongnya kebelakang menjemput batang penis Riyan agar semakin masuk kedalam . Disha meremasi sprei menahan nikmat yang mulai menjalari tubuhnya.
“vaginamu rapet sekali dish” bisik Riyan sambil memeluk Disha dari belakang. Tangannya meraih kedua buah payudara Disha yang tengah menggantung bebas dan meremasinya perlahan.
“batangmu itu yang besar yann, jadinya sesak bangetthh” Disha berusaha mengatur nafasnya yang mulai memburu menikmati setiap gesekan dari penis Riyan yang berusaha membelah liang senggamanya.
Wajah Disha merona merah mendapati Riyan yang tengah mencumbui punggung dan leher belakangnya yang mau tak mau membuat Disha menggeliat menikmati cumbuan Riyan. Ketika Disha menolehkan wajahnya Riyan dengan cepat mendaratkan bibirnya pada bibir Disha, dan dengan cekatan lidahnya masuk kedalam rongga mulut wanita cantik itu. Dan dengan sigap Disha membalas pagutan Riyan dengan memainkan lidahnya menyedot dan mendorong lidah Riyan yang tengah bermain didalam mulutnya. Batang penis Riyan yang cukup panjang itu terus menyusuri liang senggama Disha hingga akhirnya mentok hingga menyentuh dinding rahim Disha. didiamkannya batang penisnya didalam liang senggama Disha untuk memberinya waktu agar dapat beradaptasi sehingga memudahkannya dalam penetrasi, Riyan merasakan jika batang penisnya serasa dipijat dan dicengkeram didalam sana, liang senggama Disha berdenyut-denyut mendapati adanya benda asing yang menjejalinya.
Dengan perlahan Riyan mengayunkan batang penisnya meraih kenikmatan yang diberikan oleh tubuh istri sahabatnya itu. Kedua tanggannya berpegangan dibawah pangkal payudara Disha yang mulai berayun-ayun menggemaskan. Disha dengan posisi menungging dan menggunakan tangannya sebagai tumpuan memejamkan mata menikmati gesekan kumpulan otot yang besar dan panjang itu dalam liang senggamanya.
“Eeemmmhhhh,,,” Disha merintih tertahan saat Riyan menarik batang penisnya dan kembali melesakkannya dengan cepat kedalam liang senggamanya. Berkali-kali Riyan menghujami liang senggama Disha dengan kuat namun beberapa dilakukannya dengan pelan membuat Disha semakin merintih menahan geli.
“ayo terus yannn” rintih Disha ditengah rasa geli dalam dinding vaginanya, Disha semakin melebarkan kedua pahanya agar mempermudah Riyan dalam menyetubuhinya.
“oohh agghh nikmat sekali dish memekmu” racau rian ditengah pompaan batang penisnya pada kemaluan Disha. Setelah cukup lama Riyan menyetubuhi Disha dalam posisi doggy style, Riyan menginginkan perubahan posisi agar dirinya tidak segera ejakulasi. Tanpa aba-aba dicabutnya batang penisnya dari liang senggama Disha yang sudah sangat basah .
“lho yan kok dicabuut?” protes Disha yang terengah-engah mengatur nafas.
“ganti posisi dish” lanjut Riyan singkat, Disha yang mengerti dengan kemauan Riyan hanya menuruti saja apa yang Riyan inginkan. Dalam pikirannya bagaimana cara menghilangkan rasa geli yang menggelitik dalam liang senggamanya. Sembari mengganti posisi, Riyan juga melepas tshirt yang dipakainya hingga sekarang keduanya sama-sama telanjang memperlihatkan aurat masing-masing.
Direbahkannya hingga akhirnya dia dapat sepenuhnya menikmati ketelanjangan tubuh Disha, istri sahabatnya itu. Kedua mata mereka saling menatap dalam keremangan cahaya lampu. Dalam posisi seperti itu Disha dapat melihat wajah Riyan yang ternyata cukup tampan baginya, dilihatnya Riyan yang tersenyum puas bisa menggauli dirinya. Senyum yang sudah beberapa kali dia temui ketika bersenggama dengan selain suaminya.
Dimata Riyan, selain istri dari sahabatnya, Disha adalah perempuan yang cantik dan menarik, terlebih lagi Disha juga memiliki keindahan tubuh yang sempurna. Payudara yang besar dan montok nan kencang, ditambah pinggul yang aduhai dihiasi dengan bongkahan pantat yang bulat dan padat. Tentu baginya Disha adalah salah satu wanita yang istimewa, apalagi Disha juga bukan wanita panggilan yang menjajakan tubuhnya hanya demi rupiah dan materi.
“yaaann, masih lama memandangi tubuhku?” sapa Disha yang mengagetkan lamunan Riyan. Ditegur seperti itu membuat Riyan salah tingkah.
“ehhh, enggak dish, aku hanya mengagumi tubuhmu, begitu indah dan menggoda” puji Riyan membalas pertanyaan Disha.
“ayo setubuhi akuuu lagi yannn” rintih Disha supaya Riyan segera melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
“iya dish” Riyan mengakangkan kaki Disha lebar-lebar, dia cukup terkejut ternyata meski telah dimasuki batang penisnya liang sengggama Disha tidak berubah, kembali merapat seperti liang senggama gadis perawan, hanya saja liang senggama Disha sudah sangat basah oleh cairan cintanya.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Disha memegang pinggul Riyan yang berada tepat diatasnya dan menariknya kebawah. Riyan dengan tanggap segera memposisikan batang penisnya dan mendorongnya masuk kembali dalam liang senggama Disha yang terus berdenyut agar segera dimasuki.
“uuggghhhhh…teruuss yaaannn” Disha menatap sayu mata Riyan yang tengah meringis menikmati pijatan dan remasan dari liang senggamanya. Begitu juga Riyan, dilihatnya wanita cantik istri sahabatnya itu tengah menikmati setiap senti dari liang senggamanya yang dimasuki batang penisnya, sesekali Disha mendesah meredam gejolak nikmat yang didapatnya ketika batang penis Riyan menyentuh titik sensitifnya. Disha dan Riyan mendesah dan melenguh bersahutan memacu birahi mereka. Bibir keduanya kembali berpagutan dan lidah mereka saling melumat meredam gejolak nikmat yang didapat.
“yeaahhh yaannn, terruusshh… penuhi liang senggamakuu…” racau Disha ditengah-tengah rasa nikmat yang didapat dari keperkasaan sahabat suaminya. Tubuh Disha melengkung, mendongak keatas saat gelombang orgasme yang datang tak mampu dia tahan. Betis Disha yang sekal membunting padi reflek menahan pinggang Riyan hingga terjepit dan tak dapat gerakkan. Tangannya memeluk erat tubuh Riyan yang ada diatasnya. Disha menghentak kekiri dan kekanan beberapa kali diterpa gelombang orgasme. Desahannya begitu keras dari mulutnya menandakan dirinya menggapai kepuasan.
Tubuh indah dan sekal itu akhirnya roboh karena lemas akibat orgasme yang diberikan Riyan. Senyum kepuasan terpancar dari raut wajahnya. Pipinya memerah karena terbakar birahi dengan mata sayu menatap Riyan yang diam tak mampu bergerak. Riyan yang belum menggapai orgasme mulai kembali mengayunkan batang penisnya dengan cepat dan dalam, tidak butuh waktu lama akhirnya diapun akan mencapai orgasme.
“dish dikeluarin dimana???, aku juga mau sampai…” riyan juga hampir mencapai puncaknya. Batang penisnya terasa geli dan ngilu karena nikmatnya jepitan liang senggama disha.
“aahhh … aku masa subur yannn, tapi gak apa-apa didalam saja, sirami memekku yang gersang yann” desah disha lemas. Mendapat persetujuan dari sang wanita membuat riyan tidak bingung lagi dimana dia akan menumpahkan hasil kepuasannya, apalagi disha memberikan ijin untuk membuahinya
‘crreettt…cerett..creetttt’ tiga kali semburan sperma dari batang penis riyan membanjiri liang senggama disha hingga semakin basah. Tanpa menarik batang penisnya yang masih menghujam dalam liang senggama Disha, Riyan merebahkan diri disebelah disha dan ditariknya Disha hingga kini posisi mereka miring berhadapan. Dengusan nafas dapat mereka rasakan saking dekatnya posisi mereka. Beberapa kali Riyan memberikan pujian pada Disha hingga membuat istri sahabatnya itu tersipu malu.
“kamu sungguh luar bisaa dish, tidak tubuhmu namun permainan mu juga sangat menggairahkan” ucap Riyan sambil membelai rambut Disha.
“kamu tak perlu lagi merayuku Riyan, tubuhku sudah berhasil kamu gagahi. Kamu memang pria penggoda” Disha mencubit lengan Riyan
“berarti kamu tak perlu malu-malu lagi lah sama aku kalau begitu dish” balas Riyan tak mau kalah karena Disha tiba-tiba menarik handuknya tadi dan berusaha menutupi tubuh telanjangnya. Handuk itu kemudian Riyan lemparkan kelantai dan membuat Disha pura-pura kesal.
“dish, apa ini perselingkuhan pertamamu???” Tanya Riyan tiba-tiba
Ditanya langsung seperti itu Disha hanya tersenyum, senyum manis terkembang dari bibirnya namun tak kunjung dia jawab pertanyaan Riyan. Karena sedikit kesal, Riyan sedikit mengayunkan batang penisnya yang masih ereksi keras dalam liang senggama Disha.
“aauuwwhhhh” lenguh Disha tertahan,
“nakal banget siih kamu yan” rajuk Disha memukul dada Riyan yang bidang. Riyan bisa menjadi playBoy juga dikarenakan selain dia tampan juga tubuhnya yang atletis karena sering berolahraga di gym.
“salah sendiri ndak dijawab” sahut Riyan
“mmm, mungkin kamu gak akan percaya yan” jawab Disha menerawang
“maksudmu bagaimana dish?” Tanya Riyan penasaran
“ini bukanlah persetubuhan pertamaku dengan pria lain setelah pernikahanku dengan mas Fais” jawab Disha
“benarkah itu dish?” sahut Riyan tidak percaya dengan jawaban yang dilontarkan istri sahabatnya tadi. Selama ini yang Riyan tahu, Disha adalah istri yang selalu menjaga kehormatannya. Beberapa kali mereka bertemu dalam acara kantor, Disha dikenalnya sebagai wanita yang modis dan sopan dibalik kecantikan dan keindahan tubuhnya yang tidak membuatnya tinggi hati. Oleh karena itu tadi waktu pertama bertemu digazebo Riyan cukup terkejut dengan perubahan penampilan dari istri sahabatnya ini. Dengan penampilan yang sopan saja Disha sudah mampu menarik perhatian lawan jenis untuk setidaknya sekali menatapnya apabila berpapasan, apalagi tadi penampilan Disha dengan blouse santainya cukup terbuka dan memamerkan lekuk indah tubuhnya.
‘ternyata Disha binal juga rupanya’ batin Riyan
“kamu kapan dish berubah seperti ini?” Tanya rian semakin penasaran
“hei kenapa kamu seperti pingin tau yann?” Tanya Disha sembari tersenyum
“ karena setahuku kamu istri yang setia” imbuhnya lagi
“mmm, jadi orang yang sudah berhasil menggauliku mau protes?” Tanya Disha menyelidik
“bukan bukan itu maksudku” Riyan berusaha menyanggah kata-katanya sendiri karena takut Disha tersinggung
“kalau gak mau cerita juga gak apa-apa dish” bujuk Riyan kemudian
“hahaha, aku Cuma bercanda kok yan” balas Disha yang kini dia membelai kepala Riyan
“ndak usah takut gitu, tapi kamu benar ingin tahu?” tambahnya lagi
“iya” jawab Riyan singkat.
“tadi kamu Tanya yang mana yan?” Tanya Disha tiba-tiba, Riyan yang tengah memperhatikan dengan seksama pernyataan Disha kaget karena ternyata tadi Disha tidak memperhatikan pertanyaannya.
“sudah lama kamu ada main dengan pria lain dish?” Tanya Riyan. Disha menatap mata Riyan lekat-lekat, sebuah tatapan yang menerawang jauh kedalam hatinya sendiri
“ndak kok yan, baru beberapa bulan ini saja” jawab Disha pelan
“dengan siapa dan dimana dish?” Tanya Riyan lagi
“kemarin waktu aku dan mas Fais mudik kekampung halaman nya mas Fais, disana adalah sebuah desa yang asri dan penduduknya ramah dan pekerja keras. Namun kemarin disana sedang terjadi kemarau panjang hingga air disumur rumah keluarga mas Fais kering. Akhirnya untuk mandi dan mencuci terpaksa dilakukan disungai. Nah sore itu kebetulan mas Fais balik duluan karena sedang mengambil air, aku ditinggalnya mandi disungai…”
“Memangnya kamu tidak takut dish sendirian gitu?” potong Riyan
“sungainya itu tidak seram yan, disana juga ada beberapa ibu-ibu yang masih mandi dan mencuci” jelas Disha
“iya terus bagaimana?” sambung Riyan
“karena airnya bersih dan jernih, aku mandi dan bermain air. Angin yang sepoi-sepoi membuatku lupa jika hari sudah semakin sore dan orang-orang sudah pada pulang. Saat tersadar, tiba-tiba ada seorang pria paruh baya yang tengah mengocok batang penisnya karena tidak sengaja melihatku mandi bertelanjang dada dan kemudian aku tahu namanya mas Teguh. Sore itu aku seperti terpesona dengan sosok mas Teguh,” Disha mengentikan penjelasannya
“terpesona bagaimana dish?” Tanya Riyan penasaran
“waktu masih kuliah, sebelum menikah dengan mas Fais, memang aku sudah tidak perawan yan, namun mas fais tidak tahu soal ini, aku tidak menceritakan padanya. Pertama kali aku kehilangan keperawananku saat aku pacaran dengan Dicky, kakak tingkat beda jurusan, meski awalnya sakit saat selaput daraku dirobek oleh batang penisnya yang besar panjang dan berurat itu, namun lama-lama aku menikmatinya juga, bahkan kami rutin melakukannya hampir setiap hari. Kami selalu menggunakan pengaman dalam berhubungan untuk menghindari kehamilan. Namun karena perbedaan keyakinan akhirnya kami terpaksa berpisah. Setelah putus dengannya aku merasakan kehampaan, dahaga yang selalu dipuaskan oleh dicky membuatku kelimpungan. Setelah putus dari dicky aku beberapa kali pacaran lagi sebelum akhirnya aku kembali kerumah setelah lulus kuliah. Semua mantan pacarku sudah pernah menyetubuhiku, bercinta sudah menjadi seperti sebuah kebutuhan, kalau mereka tidak mengajak, ya aku yang datang kekosan mereka. aku sudah pernah merasakan beberapa batang penis dengan berbagai macam ukuran, ada yang besar dan panjang dan adapula yang standar dan bahkan pendek. Hingga setelah dirumah aku dikenalkan sama mas fais oleh tanteku, dan kemudian kami menikah. Saat itu aku ingin mengabdikan diriku sepenuhnya pada mas fais suamiku dan meninggalkan kehidupanku yang dulu, kubuang no handphoneku dan kuganti yang baru”, riyan mendengarkan seksama cerita disha semasa kuliah, dia hanya mengangguk saja menanggapi cerita disha.
“saat malam pertama, aku harap-harap cemas takut jika mas fais tahu jika aku sudah tidak perawan. namun rupanya aku dianugerahi liang senggama yang lain dari wanita umumnya. Mas fais Nampak kesulitan ketika memasuki liang senggamaku padahal batang penisnya tidak besar, karena itulah dari menikah sampai beberapa bulan yang lalu, baru beberapa kali aku dibuat orgasme oleh mas Fais. Kadang aku menginginkan lebih darinya, namun norma ketimuran menuntutku untuk menghormati suami. Dan mas Teguhlah yang membangunkan sisi lain dalam tubuhku ini yan, bayanganku teringat kembali pada batang penis Dicky yang sudah memerawaniku, konon katanya wanita tidak akan pernah lupa dengan mantan pacar yang sudah mengambil keperawanannya dan akan selalu teringat hingga mati. Mungkin karena itulah Aku seperti terhipnotis menatap betapa batang penis mas Teguh begitu besar dan panjang dan urat-uratnya Nampak begitu menonjol, tentu rasanya sangat nikmat bila liang senggamaku ini dimasuki oleh batang penisnya seperti yang kamu lakukan sekarang” ujar Disha sambil menunjuk liang senggamanya yang masih dimasuki batang penis Riyan
“jadi, sore itu kamu melakukannya?” Tanya Riyan kembali
“tidak, sore itu kami hanya berkenalan. Sebuah tragedi sarung hanyut yang membuat kami akhirnya berkenalan” kenang Disha
“Malamnya, ketika aku melayani mas Fais, aku sama sekali tidak bergairah. Bayanganku hanya tertuju pada sosok mas Teguh, dan batang penisnya yang besar panjang berurat itu. Aku berpura-pura puas menikmati orgasme palsu agar mas Fais tidak kecewa. Dan saat subuh, dengan nekat aku bermaksud menjemput kepuasanku sendiri. Saat pagi sebelum matahari terbit, aku sengaja menunggu mas Teguh yang hendak ke sungai mengambil air, dengan hanya memakai daster tanpa BH tubuhku pasti terlihat sangat menggoda, kami berjalan dan sesekali kami tertawa dengan obrolan kami. Setibanya disungai, mas Teguh mengambil tempat tidak jauh dari tempatku mandi. Saat itu aku terdiam, bagaimana caranya menggoda mas Teguh agar dia mau menyetubuhi dan memuaskan dahagaku selama ini. Akhirnya aku berpura-pura terpeleset dan terkilir, hingga dia berlari kearahku karena mendengar jeritanku. Dengan bergegas, dia hanya mengenakan sarung saja dipijitlah kaki yang kukatakan terkilir tadi, aku memancing-mancing gairahnya, hingga akhirnya dia kelepasan syahwatnya. Diatas batu, ditepian sungai itulah pertama kalinya aku bersetubuh dengan pria selain suamiku, kuraih orgasmeku bersamanya, kuberikan kenikmatan dari tubuh indahku yang harusnya hanya untuk suamiku kepada mas Teguh. Mas Teguh telah membuka mata hatiku akan kepuasan semu yang selama ini kudapat dari mas Fais, dan semenjak itulah aku akhirnya menjadi wanita yang selalu haus akan seks karena tidak kudapatkan hal tersebut dari suamiku mas Fais, tentu perubahan jiwaku tadi berpengaruh pula pada lahiriah tubuhku, membuatku senang dengan baju yang ketat dan terbuka, dan apalagi bila mata pria menatap liar pada tubuhku. Tatapan yang seolah menelanjangiku, membuatku merasa seksi. Ya meskipun aku tentu jual mahal agar tidak dikira wanita murahan. Itulah awal mula kenapa aku bisa menjadi istri yang binal yan” ujar Disha
“jika awal mula, berarti ada yang lain lagi?” Riyan keheranan dengan cerita Disha
Sebuah senyum manis yang penuh tanda Tanya tersungging dari bibir disha, riyan benar-benar penasaran dengan petualangan seks istri sahabatnya itu. Wanita yang tidak dia sangka-sangka ternyata memiliki sisi binal dalam dirinya.



bersambung
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar