Cerita Eksibisionis Kakak Beradik : Ochi, Kakakku Yang Seksi | Ochi Untold Story 1

Credit to bramloser

“Adeeeekkkkk! Banguuuuun!” teriak kak Ochi nyaring.
“Apaan sih kak, hari minggu padahal…” jawabku malas lalu membenamkan kembali mukaku ke bantal.

“Hari minggu hari minggu… Emang kamu mau tidur mulu seharian? Sana bangun! Bersih-bersih rumah kek, cuci motor kek. Tuh motormu kotor gitu, gak pernah dicuci apa..!?”

“Enak aja nggak pernah dicuci”
“Terus kok kotor gitu… cuci sana! atau bantuin kakak cepat bersih-bersih rumah” katanya ngotot, terpaksa aku bangkit juga. Ah, kak Ochi cerewet, mengganggu hari mingguku saja. Namun mataku jadi melek saat sadar kak Ochi cuma make kaos dan celana pendek ketat, setelan favoritku.

“Kakak dong yang sekali-kali nyuciin motorku…” ujarku iseng.

“Hah? Enak aja, motornya motor kamu…”
“Tapi kan kakak sering minta bonceng… antar ke sana, antar ke sini, aku juga kan yang capek” kataku beralasan.

“Iya sih… tapi kan….”
“Tuh kan… berarti kakak dong sekali-sekali yang cuciin, ntar nggak aku boncengin lagi lho…”kataku pura-pura mengancam. Dia tampak bete mendengarnya. Duh, suka banget ngelihatnya bingung-bingung gitu, lebih menggemaskan.

“Ya udah… kakak yang cuciin, tapi kamu bantu juga dong bersih-bersih rumah…” jawabnya akhirnya mau. Kakakku ini memang baik.

“Iya, ntar aku bantu, lagi bersih-bersih rumah yah kak?”
“Iya… makanya kakak bangunin kamu!”


“Oh… kalau kakak bersih-bersih rumah sambil telanjang bulat aku mau kok bantu… hehe”
“Hah?? Gelo aja!” katanya menowel kepalaku lalu keluar dari kamar. Yah… dia nolak, padahal aku kangen ngelihatnya bersih-bersih sambil bugil lagi. Ya udah lah… gak papa. Akupun keluar kamar mengikutinya.

“Buruan bersihin tuh jendela…” suruh Kak Ochi sambil mengambil kain lap di dapur, tampaknya dia akan langsung mencuci motorku. Rajin bener, eh bukan, baik banget, beruntungnya aku punya kakak kayak kak Ochi. Tapi rugi ah kalau aku bersih-bersih rumah sekarang, mending aku ngelihatin dia cuci motor dulu.

Kak Ochi lalu menyalakan air dan mulai mencuci motor pake selang. Dia nyucinya gak ahli banget sih, tapi kan memang bukan itu yang ku cari, tapi pemandangannya. Langka banget kan pemandangan cewek cantik bening seperti kak Ochi mencuci motor? Gayanya memeras kain lap aja seksi banget. Kadang dia juga mengerjaiku dengan memutar-mutar kain lap basah seperti cowboy, jadilah aku terkena cipratan air.

“Craaatttzz” air selang muncrat ke bajunya. Pakaiannya jadi basah!
“Duh…”

“Kenapa kak? Muncrat yah? Kakak sih megang selangnya gak bener…”
Dia cuek saja meneruskan mencuci motor. Atau dia memang sengaja ya menggodaku? Masalahnya bukan sekali itu saja air selang muncrat-muncrat ke tubuhnya, tapi sering banget. Jadilah pakaiannya makin basah dan mencetak ke tubuhnya. Pagi-pagi udah disuguhi pemandangan begini, mana bisa tahan coba? Bikin aku gregetan aja. Yah, walaupun dia nggak bugil, tapi ngelihat dia basah-basahan gini aja udah cukup, lagian baru begini aja penisku udah tegang banget. Tanpa sadar aku mulai meraba penisku sendiri. Dia sepertinya sadar, tampak dia tersenyum sekilas tadi.

“Adek…” panggilnya merdu.
“I-iya kak?”
“Tutup pagarnya gih…” suruhnya. Hmm? Mau apa dia? Ah, ku turuti saja dulu. Pagar depanpun ku tutup.

“Udah kamu tutup yang benar belum?” tanyanya lagi.
“Udah”
“Di luar rame nggak dek? Banyak orang lewat nggak?”
“Nggak, sepi… kenapa kak?”

Dia tidak menjawab. Kak Ochi lalu bangkit dan senyum-senyum manis padaku. Glek, aku menelan ludah. Dadaku berdegub kencang. Aku menanti-nanti apa yang akan dilakukannya.

“Duh… baju kakak jadi basah gini” gumamnya manja. Dan apa yang ku lihat kemudian? Dia melepaskan kaosnya! Jadilah dia bertelanjang dada.
“Ini juga basah” Belum cukup, dia lalu juga menurunkan celana pendeknya! Dan apalagi ini?? seakan belum puas bikin aku panas dingin, dia juga menurunkan celana dalamnya! Dia bugil total di halaman depan!

“Nih… kakak turutin lagi fantasimu… Gimana? Puas?” ujarnya sambil senyum-senyum nakal.

“Su-suka kak…” Duuh… Penisku tegang bukan main. Walau sudah berkali-kali melihat dia bugil tapi aku terus aja ngaceng berat. Apalagi kali ini dia bugilnya di luar rumah gini. Pagar rumah kami memang cukup tinggi, jadinya tidak akan bisa terlihat orang dari luar kecuali orang itu benar-benar niat pengen ngintip. Tapi tetap saja bikin aku panas dingin deg-degan gak karuan.


“Ya udah, kakak lanjutin lagi ya cuciin motormu. Kalau kamu masih pengen ngelihatin kakak cuci motor silahkan, kalau mau masuk ke dalam silahkan, dan…” dia diam sebentar, “kalau pengen onani juga silahkan” lanjutnya sambil melepaskan ikat rambut. Tentu saja pilihan terakhir yang ku ambil! Tanpa menunggu lagi aku turunkan celana beserta kolorku sampai bawah lutut.

Aku lalu mulai mengocok penisku. Kak Ochi tertawa kecil saja melihatku yang kegirangan dan mupeng berat padanya.

“Adek…” panggilnya lagi.
“I-iya kak?” sahutku sambil mataku masih menatap tubuh bugilnya lekat-lekat dan tangan kananku masih sibuk mengocok penis bersemangat.

“Mau kaos, celana atau cd kakak?”
“Hah? Apanya kak?” aku balik nanya bingung.

“Jawab aja…” suruhnya lagi. Apa sih maunya? Ku jawab saja.
“Cd kakak” jawabku sembarang, dia hanya tersenyum. Aku pikir dia mau meminjamkan celana dalamnya untuk membantuku onani, ternyata tidak. Dia kemudian menggunakan celana dalamnya tadi sebagai pengganti kain lap! Sensasional banget…. Membuat aku makin berdebar-debar saja karena sensasi dari apa yang ku lihat ini.

Kak Ochipun melanjutkan lagi mencuci motor, beberapa saat kemudian dia melirik padaku sambil menunjukkan celana dalamnya, seakan ingin mengatakan padaku kalau celana dalamnya yang tadi dia kenakan kini udah jadi kotor karena menjadi kain lap. Duh, gregetan banget. Sudahlah nyuci sambil telanjang bulat di luar rumah, gaya dan ekspresinya itu juga bikin aku gemas, apalagi sambil sesekali melirik dan tersenyum padaku, ditambah dia juga sudah mulai keringatan. Gimana gak pengen muncrat coba?


“Capek kak?” tanyaku. Dia berhenti sejenak.
“Capek sih… emang kamu mau lanjutin?”

“Eh, nggak.. kakak aja deh… hehe”
“Huu… dasar…” katanya melanjutkan lagi cuci motor.

Ah… Ingin sekali rasanya aku berlama-lama melihat pemandangan ini. Tapi aku makin tidak kuat untuk menahan laju peju. Sepertinya aku akan segera keluar.

“Dek, jangan muncrat sembarangan…. Apalagi muncrat di bunga, ntar bunganya jadi layu, hihihi” godanya.
“Ya nggak lah, terus muncrat dimana kak?”
“Tuh, muncratin di motormu aja, jadi pengganti sabun” candanya lagi sambil tertawa renyah.
“Enak aja…”

“Ya udah, nih baju kakak… muncratin aja di sana, ntar sekalian di cuci lagi sama cdnya” katanya sambil melemparkan kaosnya padaku. Wah, udah lama juga nggak pejuin bajunya. Boleh deh…

Bajunya ku bentangkan di depanku. Akupun melanjutkan lagi onani. Makin lama kocokanku makin cepat. Dia yang sepertinya sadar aku akan segera keluar kini terus menatap mataku sambil tangannya tetap sibuk mengelap motor. Senyumnya itu lho… mana tahan. Makin terpancinglah pejuku untuk segera muncrat.

“Arrggghh… kak Ochiiiiiii….”
“Crooot…. Crooooottt!” Spermaku akhirnya menembak deras, tepat jatuh dengan banyaknya ke bajunya. Tadi celana dalamnya yang kotor karena dijadikan kain lap, sekarang baju kaosnya yang kotor berlumuran pejuku.

“Makasih kak…” ujarku ngos-ngosan setelah selesai mengosongkan isi kantong zakarku yang kini pindah berlumuran ke baju kaosnya.
“Iya… dasar mesum” jawabnya. Dia lanjutkan lagi mengelap motor yang cuma tinggal perlu dilap kering saja. Aku masih di sana terus menemaninya. Akhirnya tidak lama kemudian diapun selesai mencuci motor

“Huaaahhhh… capeknya, gerah….” gumam kak Ochi sambil melemaskan tangan.
“Dek…” panggilnya. Dia tersenyum nakal lagi.

“I-iya kak?”

“Sekarang kamu yang cuciin kakak!” katanya sambil menyerahkan selang. *Tuing* Apa lagi ini!???

****
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar