Cerita Eksibisionis Diva : Istriku BDSM Lonteku 10 - Wan Abud

“broooo mainan baru” kata Stefi, yang datang untuk berpamitan pulang, melihat aku sedang menggagahi wanita yang tidak di kenalnya, Aisyah.

“mainan sapa item ! sana gihhh !” kata Aisyah marah bahkan meludahi Stefi karena tersinggung dengan perkataan Stefi namun tidak mengenai Stefi, dan ku perkenalkan bahwa ini (aisyah) bukan mainan, and not for swing, share or sell, Stefi kemudian ku kenalkan pada Aisyah, tapi Aistah tetap cuek, cemberut dan memeluk ku makin erat dan menyembunyikan wajahnya serta dadanya dibalik tubuh ku, kakinya melingkar tepat diatas pangkal paha ku menutup kemaluan kami yng masih beradu. Stefi kemudian berkata bini ku, sudah dibantu Stefi pingsan keenakkan, bukan kasar seperti kelakuan ku, Stefi kemudian berlalu menuju bandara pula untuk pulang dengan penerbangan menuju Papua jam 11 malam nanti, menuju papua.

Sambil ku genjot Aisyah, ku bawa ia dalam gendongan ku menuju Soleh dan Abud, Hari telah gelap kira2 jam 21:00 WIB. Buset dah wan abud gila ini masih mempermainkan soleh, istrinya yang melihat kaget, malu namun ku tahan dan berkata kita bercinta didepan Soleh menunjukkan bahwa kita juga bisa liar.

“malu masss jangan !” kata Aisyah, namun ku katakan kamu akan makin terangsang, kami berjalan saat ia dalam gendongan ku saling berhadapan karena Soleh membelakangi kami. Ku gendong tubuh Aisyah berputar menghadap soleh.

“kau selingkuh dengan istri ku..... coba tebak sapa ini...” kata ku membaringkan Aisyah didepannya pada meja kayu datar dan halus. Soleh mungkin tahu atau juga tidak karena ia belum mengenali tubuh istrinya yeng membelakangi-nya, Aisyah sempat berbisik bahwa ia takut, namun ku katakan jangan takut, aku akan melindunginya bahkan sehabis, permainan ini. Jika soleh berani mengasari mu, aku punya kaki tangan yang siap menghajarnya.

“eng i eng !” kata ku pada Soleh dan membaringkan Aisyah. Wajah Aisyah terpampang jelas merona dengan pipi halus memerah menahan gairah nikmat sekaligus malu.

“Umi ! anjing kau.... mmhhhhh ...mmhhhhh..mhhhh!” soleh tidak menyelesaikan umpatannya karena di sumpal Abud dengan celana dalam soleh sambil menampar pipi Soleh. Ku katakan pada abud bahwa cepat menuntaskan saja, sambil ku genjot Aisyah pelan dan berbisik padanya;

“saat ku tanya seperti di video selingkuh mereka, kau menjawab ya sayang” kata ku dan dibalas anggukkan.
“Gede’an punya sapa sayang ?” tanya ku pada Aisyah.

“ehemm... punya bang Royyyy !” kata Aisyah dan Soleh yang di ikat tergantung meronta marah seakan ingin berontak dengan mata melotot ke arah ku, namun dicambuk abud dengan beberapa lidi sekaligus bokong dan perutnya. Bekas lidi bergaris hampir diseluruh tubuh Soleh mulai betis sampai leher, hanya wajah yang tidak.
Ternyata wan abud juga ngeri mainnya.....

“enak punya sapa ?” kembali jawabannya sama “enak punya bang Royyyy !” kata Aisyah.

“kalau gitu bilang dong enak di entot bang Roy !” kata ku.

“enakkk di ohhhhh enakkk di entot bangggg Royyyy aduhhhh ade keluar massssss !” kata Aisyah yang akan menjemput Orgasme ketiganya, kaki jenjangnya naik melingkar ubuh ku dan memeknya mengempot kemaluan ku dengan keras. Ku berikan dua jempol menujukkan pada Soleh yang masih menatap ku, bahwa meemk istrnya sungguh enak, ia kembali berontak namun abud mencambuknya kembali.

“memek seenak ini malah Soleh selingkuh, ama memek istri ku yg hambar dan ga ada kempotannya !” kata ku,menggenjot Aisyah makin cepat dan mencium bibirnya saling berpagutan dan menembakkan mani ku didalam memek Aisyah, memeknya begitu liar berkontraksi berkedut memberi rangsangan bersamaan denga pompaan peju ku mengisi liang kenikmatan Aisyah.

Begitu nikmat sampai Aisyah bangkit memeluk ku, kaki jenjangnya yang mulus melingkar diatas paha coklat khas kulit pria pribumi ini. Kami tetap berpelukkan dan ku angkat tubuhnya memeluk ku memandang suaminya. Aisyah duduk dalam pelukkan ku yang bersandar di kursi melihat ke samping dimana suaminya sedang di kerjai wan Abud bin Guy.

“sekarang giliran ane nyang buat laki ente keenakkan” kata Abud.

“bisa Bud.. ..orang normal keenakkan” kata ku, namun abud menjelaskan bahwa rangsangan atau G-spot lelaki itu Cuma satu sambil menunjukkan kemaluannya dan Aisyah menjerit malu dan tertunduk dalam dekapan menuju dadaku melihat kelakuan wan Abud.

“teman mu gila sayang kata Aisyah” kata Aisyah, yang sadar akan panggilannya membuat Soleh tambah kalab karena kata sayang, Aisyah menatap ku dan ku katakan.

“gara – gara kau memanggil ku sayang...ia senewen” kata ku pada Aisyah, dan abud menyiram air seember kecil ke tubuh soleh dan soleh pun pingsan. Ku jelaskan pada Aisyah, aku yang was2 didekat Abud, sedangkan kau tidak akan di ganggunya.

“apa’an bud kok bisa pingsan” kata ku, abud kemudian menjelaskan ramuannya, adalah Garam... merica dan jeruk. Pantas saja Soleh langsung kesakitan sampai pingsan kerena badannya yang bergaris merah lecet di cambuki abud terkena campuran tiga senyawa yang menimbulkan panas pada merica, perih pada garam dan pedih karena kecut pada air perasan jeruk.

Kemudian dengan air dingin dalam rendaman es batu di siramkan ke badan Soleh, katanya supaya cepet sadar. pantesan ga dieksekusi Abud dari tadi, ia mengumpulkan perkakas untuk mempermainkan Soleh, untung tidak seperti FILM Hostel, yang sadis itu.

Aku ke dalam memakai celana pendek tanpa celana dalam dan meraih selimut kemudian menyelimuti tubuh Aisyah membawa minuman pada kami dan melihat Abud kini mengoral penis soleh, ternyata benar kata Abud, rangsanagn lelaki, G-spotnya adalah penis, tidak seperti wanita yang tersebar di seantero tubuh wanita tersebut, bisa di leher, di paha, di perut di dada, memek atau di pinggang seperti Aisyah barusan.

Soleh langsung menembakkan maninya saat di oral Abud, “ape ane bilang....laki ente menikmati bukan!” kata abud pada aisyah, yang merinding tak mampu melihat membenamkan wajahnya ke dalam pelukkan ku. setelah abud menelan mani soleh, bahkan abud terus melakukan sepongannya, soleh menggeliat geli dan kini Abud mengocok kontol soleh dan beralih kebelakang soleh.

“bro..... lempar tuch handbody” kata Abud, ternyata ia sempat mengambil hand body istriku di kamar. Soleh meronta-ronta karena tahu ia akan di anal si abud yang kini menusuk jarinya ke bo’ol soleh. Setelah ku lempar dan ditangkap Abud, Aisyah sempat berkata bahwa ia tidak mampu melihat lagi, namun ku katakan tidak usah melihat, jadi aisyah hanya memeluk ku dan wajahnya tersembunyi diantara bahu dan leher ku. Meski sekali-kali ia masih mencoba melihat namun hanya sebentar, karena Aisyah gemetaran dan memeluk ku.

Soleh dan Abud ? kini Abud membuka kaki soleh, dimana tubuh soleh dari tadi meyerupai huruf X, membuka lebar. Abud bahkan sempat meludahi dan menjilat bokong soleh, membuat aku memalingkan wajah karena jijik. Abud kemudian menekan masuk kontolnya dan ku lihat mata soleh terbelalak membuka lebar2 dengan mulut tersumpal menahan sodokkan Abud.

 “sodok terus Bud bo’olnye !” kata ku seperti sporter abud, pada abud. Abu kemudian menyodok sambil satu tangannya ke depan mengocok kontol soleh yang masih tegang. baru beberapa kali sodokkan Soleh sudah keenakkan dan Orgasme, bahkan maninya dimiringkan abud menyemprot ke sebelah kiri hampir mengenai kaki ku.

“jijai aku bud....untung ga kena” balas ku, namun Abud kemudian menjitak kepala soleh tiga kali sambil berkata:

“dasar maho so’k normal.... enak sama laki dari pade cewek bukan !” kata Abud. Abud kemudian menggenjot bo’ol soleh kembali. Ku letakkan gelas minuman karena Aisyah berbisik:

“mas aku pengen lagi.....!” bisik Aisyah, yang ku minta ia ulangi dengan keras dan manja agar didengar Soleh.

“Mas Roy ade pengen digenjot lagiiiii !” kata Aisyah sedikit keras dan bergelayut manja ke pundak ku, ku gendong Aisyah dalam pelukkan ku menuju kamar. sambil berkata Pada Soleh bahwa istrinya yang meminta ku genjot kontol gede ku, soleh menitikkan air mata, dan aku tersenyum penuh kepuasan.
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar