Cerita Eksibisionis Diva : Istriku BDSM Lonteku 11 - Penyesalan Tiada Akhir

Sampai di kamar ku genjot sebentar, aisyah yang cantik dan jenjang ini menai turunkan bokongnya diatas tubuh dampai Aisyah telah Orgasme, ku minta biarkan maninya didalam dan menunggu aku. Tahu aku kemana ? ya tebakkan anda benar sebab aku keatas membangunkan LONTE ku, Diva dan menariknya dari rambut.

“Kau ingin melihat ku sama wanita lain, bahkan aku sudah bercinta dengannya tadi” kata ku menariknya saat turun menuju kamar ku. Ku minta menjilat mani Aisyah yang adalah istri Soleh, saat dia menolak ku tampar bokongnya. Kemudian memaksa Diva menjilatnya menyeruput mani dari kemaluan Aisyah. kemudian menendangnya pada pantatnya menyuruh Diva mandi karena badannya bau peju dan keringat beberapa lelaki seperti Lonte kebanjiran pelanggan.

Aisyah meminta ku jangan kasar sama Diva, karena ia juga takut kalau aku kasar, meski ia juga membenci Diva namun ia lebih takut kalau aku kasar saat bercinta. Sehingga saat Diva datang, ku katakan karena permintaan Aisyah aku tidak kasar untuk sementara, namun tidak ada Aisyah, maka kau akan jadi LONTE KU kembali.
Aku memang berubah sedikit halus, namun sesekali masih menampar bokong Diva, saat Diva tidur dibawah dan Aisyah diatas dalam posisi 69. Ku sodok memek Aisyah, bahkan ia meminta ku anal untuk pertama kalinya, ia memberikan anusnya pada ku namun hanya kepalanya saja masuk ia sudah kesemutan sehingga ku urungkan mencabut kontol ku dan dijilat Diva, saat Diva coba menolak ku tampar pipinya, sampai ia teriak. Si induk ayam Aisyah kemudian menoleh dan melotot pada ku, seakan idak setuju dengan kekasaran ku pada Aisyah. Anehnya aku malah takluk dengan tatapannya. Sehingga tidak mengasari Istri ku, situasi yang aneh.

Karena memek Aisyah begitu legit sehingga aku tidak kuat menerima rangsangan dari memeknya, hanya sebentar sodokkan ku, Aisyah telah mencapai puncak dan akupun menyusul dengan mani ku masuk ke dalam mulut ISTRI ku.
“telan atau ku gampar !” kata ku, namun di tegur Aisyah: “mas dibilangin jangan kasar...kok !”, suara induk ayam melindungi wanita yang selingkuh sama suaminya. Saat aku telah terbaring kelelahan, Soleh datang dalam pelukkan Abud, sambil abud memegang pundak Soleh, kata Abud dia akan membawa Soleh pulang, menemaninya seminggu. Aku heran sama Abud, ilmu apa yang dipakainya, karena Soleh menurut sama Abud dan tidak memperdulikan istrinya yang kini bersama ku. Herannya, bagaimana bisa Soleh dari Normal bisa menjadi Gay, Homo, itu yang membuat aku takut sama Abud.

“Bud...ente jangan coba2 deketin ane...ane modar’in ente kalau buat ane seperti soleh” kata ku sama Abud, saat mengantar mereka ke depan dengan mengenakan celana pendek. Namun dijawab Abud; “ kau bukan tipe ku”, aku pun mengusirnya (sedikit guyonan) agar cepat pergi, menumpangi taxi yang telah tiba. Abud malah melingkar tangannya pada pinggang soleh dan meremas bokong soleh menggoda ku, yang ku balas dengan ekspresi mau muntah, karena sedikit jijik emang.

KU SMS abud dan berkata:”Trima kasih” dan dibalas sama2 oleh Abud teman gay ku. Dunia terasa jungkir balik, dan semakin sulit ku pahami, hal-hal dapat berubah cepan dan drastis. Kemudian mereka berlalu, Soleh dan pasangan barunya Abud.

Aku semakin bingung dan juga merasa tidak masuk akal awalnya karena Diva meminta Aisyah semalam lagi dirumah kami, sambil berlutut manahan dan memeluk kaki Aisyah. Aku semakin bingung namun akhirnya Diva beralasan; aku akan kasar padanya kalau Aisyah pulang. Bahkan dengan tangis Diva menceritakan bagaimana kekasaran ku, mengerjainya dengan teman2 ku sampai Diva ku paksa, meminum kencing ku.

“Mas Royyyy,,,jahat amat! @@##%%^&&^*&&&*&&***“ kata Aisyah membentak ku, yang dilanjutkan makian pada ku karena memperlakukan DIVA sebegitu buruk. Anehnya aku tidak bisa melawan, membantah dan memarahi Aisyah. Tapi justru ingin menelan DIVA bulat2, ternyata kemarahan ku selama ini dan baru ku sadari hanya kepada Bini nakal ku, DIVA, aku ingin menyakitinya karena di kecewakan, namun tidak pada orang lain.

Aisyah kemudian pulang ke rumah orang tuanya, di jawa timur esok harinya, ia juga mengantar Diva ke rumah orang tuanya terlebih dahulu hanya keluar kota sebentar. Namun Diva akhirnya kembali dua hari kemudian dan ku ketahui dari SMS-nya, yang masih bisa terlacak, saat ia berSMS ria dengan Aisyah bahwa, ia kembali ke jakarta karena kangen anak kami bob dan sembunyi2 bertemu Bob dan tinggal di tempat temannya, alamatnya pun jelas.

Baru turun dari angkot, ia sudah ku hadang dan masuk ke dalam mobil ku, dengan badan gemetaran dan menangis sejadinya. Ku belai pekan pipinya, kemudian menampar keras dan menyuruhnya diam atau ku tampar lagi, kami kemudian menuju rumah ku. Namun aku jarang mengasarinya karena sudah sering melampiaskannya, sehingga Diva tidak terlalu menderita. Namun perasaan ku tetap, tidak tertarik menyetubuhinya, sampai aku berangkat. Diva jadi pemurung, aku jadi pendiam, balas dendam tidak menghapus dan menyembuhkan luka yang teramat dalam dihati ku, aku malah menggali lubang untuk diri ku semakin dalam.

Sampai aku berangkat kerja diantar Diva ke bandara, Si Dom datang dan menggenjot Diva dibelakang jok mobil ku, aku biarkan, tanpa ada perasaan apapun, cemburu pun sudah tidak ada, begitu juga nafsu. Berikut Stefi yang datang menunggu Heli, menggenjot Diva sampai Abdul dan Kumar pun kebagian cuman kali ini bergantian. Aku hanya teringat Aisyah, aku tidak peduli dengan Diva mau diapa’in, bahkan mau mati sekalipun aku tidak peduli.
Kami kemudian berangkat kerja, mereka (teman kerja ku) satu2 mencium DIVA dan kembali ia ber-SMS ria dengan SOLEH, namun kini Soleh tidak sudi dan mengatakan ini SMS terakhirnya dan nomornya tidak aktif.

Aku masih berhubungan lewat SMS dengan Aisyah. Seperti sudah ku katakan bahwa semua SMS yang masuk dan keluar HP Diva ku ketahui. Diva makin kegatelan, SMS sama temannya bahwa ia ketagihan gangbang setelah di hajar teman2 ku. Jadi aku tahu, bahwa aku mengambil langkah salah dan membuat DIVA makin liar. Saat pulang, aku tidak membolehkan teman2 ku menyentuh DIVA kembali, karena ku janjikan bonus kepada YUYUD, saudara ku yang preman sehingga mereka (yuyud, rexi dan banu) datang ke rumah dan ku katakan pada YUYUD bahwa bonusnya adalah menggenjot Diva, Yuyud menolak namun ku ceritakan kebinalan DIVA, bersama teman2 ku tempo hari saat mereka datang mengantar Soleh.

Akhirnya mereka setuju bahkan Diva-pun makin terjerumus karena memberikan mereka streptis gratis. Membuka bajunya sambil menari, bahkan dilakukan suka rela karena aku tidak mengancam atau memintanya melakukan itu, Diva melakukan tarian erotisnya sambil tersenyum nakal bahkan genit juga kepada ku, namun hati ku semakin hambar. Aku melamun membayangkan Aisyah tidak mengikuti Proses didepan ku, sampai DIVA telah menjerit menerima kontol YUYUD di bo’olnya dan temannya banu menggasak memek DIVA dari depan. Si rexi telah tepar karena kini DIVA menjilat mani Rexi dibibir dan tangannya, ia (DIVA) kemudian tersenyum pada ku seakan puas digangbang.

Diva memang telah ku buat menjadi LONTE ku, aku tidak senang tetapi malah menyesal, balas dendam tidak ada gunanya karena menghancurkan semuanya, membuat aku makin terluka. seandainya waktu bisa berputar kembali, aku tidak akan melakukan balas dendam, bahkan mungkin ku biarkan DIVA berselingkuh dengan SOLEH dan pura2 tidak tahu.

Lamunan ku dibuyarkan erangan banu, YUYUD dan DIVA bersamaan, mereka menumpahkan maninya didalam dua lobang DIVA. Mereka kemudian membiarkan DIVA jongkok ditepian Sofa dan mani bercampur sperma di memek dan bo’ol DIVA jatuh ke lantai. Aku kemudian bangkit memacu mobil ku menuju bandara sore itu, mencari pesawat tercepat menuju Jawa Timur setelah YUYUD dan kedua temannya telah pulang. Tidak ku beritahu DIVA dan menuju rumah Aisyah, Malam itu juga. Kami menginap di hotel di kota tempat tinggal Aisyah selama satu minggu, sampai aku kembali kerja, dari kota Pahlawan, kota tempat tinggal Aisyah. Kota Pahlawan yang Kini menjadi tempat tinggal ku bersama Aisyah setelah bercerai dengan DIVA. Perceraian itu ternyata lebih menyakitkan dari perselingkuhan Diva, diiring air mata dan kecupan perpisahan dalam kegitiran hati, dunia seperti mau runtuh dan ambruk di depan ku.

Aku semakin menyesal karena DIVA kemudian menjadi wanita panggilan, menjadi LONTE meski bukan LONTE Ku lagi, Aku mendapat kabar tersebut dari YUYUD, bahkan DIVA pernah beberapa kali di booking teman2 ku, yang ku usut dibelakang bahwa mereka tidak enak sama aku kalau memberitahu. Bahkan Yuyud mengatakan Diva lebih memilih tawaran digangbang, Yuyud tahu karena Diva sering membayar upeti, jasa keamanan pada Yuyud untuk melindunginya dari client yang mungkin kasar. Bagaimana aku harus mengatakan pada anak ku bahwa ibunya adalah seorang wanita panggilan atau LONTE akibat balas dendam ayahnya, yang mengakibat ibunya menjadi wanita seperti itu. Akibat menuruti ego dan amarah ku, bukan saja rumah tangga ku yang hancur, tetapi Rumah tangga Soleh dan Aisyah pun terseret amukan amarah balas dendam ku, Soleh dan Aisyah-pun bercerai.

Aku kini mencoba merajut bahterah kehidupan pernikahan ku bersama Aisyah, namun penyesalan akan DIVA terkadang menghantui hidup ku, kadang aku terbangun ditengah malam karena jeritan kesakitan DIVA atau wajahnya seperti menghantui hidup ku, atau penyesalan ku bahwa dia sudah berkali-kali memohon ampun, namun aku lebih menuruti amarah ku, juga aku sering terbangun karena rasa bersalah ku teringat pertanyaan anak ku dimana ibunya; karena DIVA jarang lagi menemui anak kami karena malu.

Ibarat nasi sudah menjadi bubur, hidup harus terus berlanjut, penyesalan hanya ada di awal bagi ku. Saat aku hari raya ke jakarta, mengunjungi Ortu, Diva datang menjenguk anak kami dan saat itu, Aisyah di surabaya. Dandanannya sudah berubah, dan genitnya ga ketulungan, bahkan kini ku bawa ke rumah kami dulu yang ku titipkan dan ditempati Yuyud dan di kasarin pun dia ditidak menolak, bahkan yuyud dan beberapa temannya di minta bergabung, ikutan sama Diva, malah meminta digangbang, meski ku kasarin sampai pingsan ia tidak peduli. Diva kini menjadi wanita panggilan, meski kini DIVA bukan LONTE KU lagi, tetapi LONTE untuk semua orang.

----------------T A M A T-------------------------------
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar