Sampai di kamar ku genjot sebentar, aisyah yang cantik dan jenjang ini
menai turunkan bokongnya diatas tubuh dampai Aisyah telah Orgasme, ku
minta biarkan maninya didalam dan menunggu aku. Tahu aku kemana ? ya
tebakkan anda benar sebab aku keatas membangunkan LONTE ku, Diva dan
menariknya dari rambut.
“Kau ingin melihat ku sama wanita lain, bahkan aku sudah bercinta
dengannya tadi” kata ku menariknya saat turun menuju kamar ku. Ku minta
menjilat mani Aisyah yang adalah istri Soleh, saat dia menolak ku tampar
bokongnya. Kemudian memaksa Diva menjilatnya menyeruput mani dari
kemaluan Aisyah. kemudian menendangnya pada pantatnya menyuruh Diva
mandi karena badannya bau peju dan keringat beberapa lelaki seperti
Lonte kebanjiran pelanggan.
Aisyah meminta ku jangan kasar sama Diva, karena ia juga takut kalau aku
kasar, meski ia juga membenci Diva namun ia lebih takut kalau aku kasar
saat bercinta. Sehingga saat Diva datang, ku katakan karena permintaan
Aisyah aku tidak kasar untuk sementara, namun tidak ada Aisyah, maka kau
akan jadi LONTE KU kembali.
Aku memang berubah sedikit halus, namun sesekali masih menampar bokong
Diva, saat Diva tidur dibawah dan Aisyah diatas dalam posisi 69. Ku
sodok memek Aisyah, bahkan ia meminta ku anal untuk pertama kalinya, ia
memberikan anusnya pada ku namun hanya kepalanya saja masuk ia sudah
kesemutan sehingga ku urungkan mencabut kontol ku dan dijilat Diva,
saat Diva coba menolak ku tampar pipinya, sampai ia teriak. Si induk
ayam Aisyah kemudian menoleh dan melotot pada ku, seakan idak setuju
dengan kekasaran ku pada Aisyah. Anehnya aku malah takluk dengan
tatapannya. Sehingga tidak mengasari Istri ku, situasi yang aneh.
Karena memek Aisyah begitu legit sehingga aku tidak kuat menerima
rangsangan dari memeknya, hanya sebentar sodokkan ku, Aisyah telah
mencapai puncak dan akupun menyusul dengan mani ku masuk ke dalam mulut
ISTRI ku.
“telan atau ku gampar !” kata ku, namun di tegur Aisyah: “mas dibilangin
jangan kasar...kok !”, suara induk ayam melindungi wanita yang
selingkuh sama suaminya. Saat aku telah terbaring kelelahan, Soleh
datang dalam pelukkan Abud, sambil abud memegang pundak Soleh, kata Abud
dia akan membawa Soleh pulang, menemaninya seminggu. Aku heran sama
Abud, ilmu apa yang dipakainya, karena Soleh menurut sama Abud dan tidak
memperdulikan istrinya yang kini bersama ku. Herannya, bagaimana bisa
Soleh dari Normal bisa menjadi Gay, Homo, itu yang membuat aku takut
sama Abud.
“Bud...ente jangan coba2 deketin ane...ane modar’in ente kalau buat ane
seperti soleh” kata ku sama Abud, saat mengantar mereka ke depan dengan
mengenakan celana pendek. Namun dijawab Abud; “ kau bukan tipe ku”, aku
pun mengusirnya (sedikit guyonan) agar cepat pergi, menumpangi taxi yang
telah tiba. Abud malah melingkar tangannya pada pinggang soleh dan
meremas bokong soleh menggoda ku, yang ku balas dengan ekspresi mau
muntah, karena sedikit jijik emang.
KU SMS abud dan berkata:”Trima kasih” dan dibalas sama2 oleh Abud teman
gay ku. Dunia terasa jungkir balik, dan semakin sulit ku pahami, hal-hal
dapat berubah cepan dan drastis. Kemudian mereka berlalu, Soleh dan
pasangan barunya Abud.
Aku semakin bingung dan juga merasa tidak masuk akal awalnya karena Diva
meminta Aisyah semalam lagi dirumah kami, sambil berlutut manahan dan
memeluk kaki Aisyah. Aku semakin bingung namun akhirnya Diva beralasan;
aku akan kasar padanya kalau Aisyah pulang. Bahkan dengan tangis Diva
menceritakan bagaimana kekasaran ku, mengerjainya dengan teman2 ku
sampai Diva ku paksa, meminum kencing ku.
“Mas Royyyy,,,jahat amat!
@@##%%^&&^*&&&*&&***“ kata Aisyah membentak
ku, yang dilanjutkan makian pada ku karena memperlakukan DIVA sebegitu
buruk. Anehnya aku tidak bisa melawan, membantah dan memarahi Aisyah.
Tapi justru ingin menelan DIVA bulat2, ternyata kemarahan ku selama ini
dan baru ku sadari hanya kepada Bini nakal ku, DIVA, aku ingin
menyakitinya karena di kecewakan, namun tidak pada orang lain.
Aisyah kemudian pulang ke rumah orang tuanya, di jawa timur esok
harinya, ia juga mengantar Diva ke rumah orang tuanya terlebih dahulu
hanya keluar kota sebentar. Namun Diva akhirnya kembali dua hari
kemudian dan ku ketahui dari SMS-nya, yang masih bisa terlacak, saat ia
berSMS ria dengan Aisyah bahwa, ia kembali ke jakarta karena kangen anak
kami bob dan sembunyi2 bertemu Bob dan tinggal di tempat temannya,
alamatnya pun jelas.
Baru turun dari angkot, ia sudah ku hadang dan masuk ke dalam mobil ku,
dengan badan gemetaran dan menangis sejadinya. Ku belai pekan pipinya,
kemudian menampar keras dan menyuruhnya diam atau ku tampar lagi, kami
kemudian menuju rumah ku. Namun aku jarang mengasarinya karena sudah
sering melampiaskannya, sehingga Diva tidak terlalu menderita. Namun
perasaan ku tetap, tidak tertarik menyetubuhinya, sampai aku berangkat.
Diva jadi pemurung, aku jadi pendiam, balas dendam tidak menghapus dan
menyembuhkan luka yang teramat dalam dihati ku, aku malah menggali
lubang untuk diri ku semakin dalam.
Sampai aku berangkat kerja diantar Diva ke bandara, Si Dom datang dan
menggenjot Diva dibelakang jok mobil ku, aku biarkan, tanpa ada perasaan
apapun, cemburu pun sudah tidak ada, begitu juga nafsu. Berikut Stefi
yang datang menunggu Heli, menggenjot Diva sampai Abdul dan Kumar pun
kebagian cuman kali ini bergantian. Aku hanya teringat Aisyah, aku tidak
peduli dengan Diva mau diapa’in, bahkan mau mati sekalipun aku tidak
peduli.
Kami kemudian berangkat kerja, mereka (teman kerja ku) satu2 mencium
DIVA dan kembali ia ber-SMS ria dengan SOLEH, namun kini Soleh tidak
sudi dan mengatakan ini SMS terakhirnya dan nomornya tidak aktif.
Aku masih berhubungan lewat SMS dengan Aisyah. Seperti sudah ku katakan
bahwa semua SMS yang masuk dan keluar HP Diva ku ketahui. Diva makin
kegatelan, SMS sama temannya bahwa ia ketagihan gangbang setelah di
hajar teman2 ku. Jadi aku tahu, bahwa aku mengambil langkah salah dan
membuat DIVA makin liar. Saat pulang, aku tidak membolehkan teman2 ku
menyentuh DIVA kembali, karena ku janjikan bonus kepada YUYUD, saudara
ku yang preman sehingga mereka (yuyud, rexi dan banu) datang ke rumah
dan ku katakan pada YUYUD bahwa bonusnya adalah menggenjot Diva, Yuyud
menolak namun ku ceritakan kebinalan DIVA, bersama teman2 ku tempo hari
saat mereka datang mengantar Soleh.
Akhirnya mereka setuju bahkan Diva-pun makin terjerumus karena
memberikan mereka streptis gratis. Membuka bajunya sambil menari, bahkan
dilakukan suka rela karena aku tidak mengancam atau memintanya
melakukan itu, Diva melakukan tarian erotisnya sambil tersenyum nakal
bahkan genit juga kepada ku, namun hati ku semakin hambar. Aku melamun
membayangkan Aisyah tidak mengikuti Proses didepan ku, sampai DIVA telah
menjerit menerima kontol YUYUD di bo’olnya dan temannya banu menggasak
memek DIVA dari depan. Si rexi telah tepar karena kini DIVA menjilat
mani Rexi dibibir dan tangannya, ia (DIVA) kemudian tersenyum pada ku
seakan puas digangbang.
Diva memang telah ku buat menjadi LONTE ku, aku tidak senang tetapi
malah menyesal, balas dendam tidak ada gunanya karena menghancurkan
semuanya, membuat aku makin terluka. seandainya waktu bisa berputar
kembali, aku tidak akan melakukan balas dendam, bahkan mungkin ku
biarkan DIVA berselingkuh dengan SOLEH dan pura2 tidak tahu.
Lamunan ku dibuyarkan erangan banu, YUYUD dan DIVA bersamaan, mereka
menumpahkan maninya didalam dua lobang DIVA. Mereka kemudian membiarkan
DIVA jongkok ditepian Sofa dan mani bercampur sperma di memek dan bo’ol
DIVA jatuh ke lantai. Aku kemudian bangkit memacu mobil ku menuju
bandara sore itu, mencari pesawat tercepat menuju Jawa Timur setelah
YUYUD dan kedua temannya telah pulang. Tidak ku beritahu DIVA dan menuju
rumah Aisyah, Malam itu juga. Kami menginap di hotel di kota tempat
tinggal Aisyah selama satu minggu, sampai aku kembali kerja, dari kota
Pahlawan, kota tempat tinggal Aisyah. Kota Pahlawan yang Kini menjadi
tempat tinggal ku bersama Aisyah setelah bercerai dengan DIVA.
Perceraian itu ternyata lebih menyakitkan dari perselingkuhan Diva,
diiring air mata dan kecupan perpisahan dalam kegitiran hati, dunia
seperti mau runtuh dan ambruk di depan ku.
Aku semakin menyesal karena DIVA kemudian menjadi wanita panggilan,
menjadi LONTE meski bukan LONTE Ku lagi, Aku mendapat kabar tersebut
dari YUYUD, bahkan DIVA pernah beberapa kali di booking teman2 ku, yang
ku usut dibelakang bahwa mereka tidak enak sama aku kalau memberitahu.
Bahkan Yuyud mengatakan Diva lebih memilih tawaran digangbang, Yuyud
tahu karena Diva sering membayar upeti, jasa keamanan pada Yuyud untuk
melindunginya dari client yang mungkin kasar. Bagaimana aku harus
mengatakan pada anak ku bahwa ibunya adalah seorang wanita panggilan
atau LONTE akibat balas dendam ayahnya, yang mengakibat ibunya menjadi
wanita seperti itu. Akibat menuruti ego dan amarah ku, bukan saja rumah
tangga ku yang hancur, tetapi Rumah tangga Soleh dan Aisyah pun terseret
amukan amarah balas dendam ku, Soleh dan Aisyah-pun bercerai.
Aku kini mencoba merajut bahterah kehidupan pernikahan ku bersama
Aisyah, namun penyesalan akan DIVA terkadang menghantui hidup ku, kadang
aku terbangun ditengah malam karena jeritan kesakitan DIVA atau
wajahnya seperti menghantui hidup ku, atau penyesalan ku bahwa dia sudah
berkali-kali memohon ampun, namun aku lebih menuruti amarah ku, juga
aku sering terbangun karena rasa bersalah ku teringat pertanyaan anak ku
dimana ibunya; karena DIVA jarang lagi menemui anak kami karena malu.
Ibarat nasi sudah menjadi bubur, hidup harus terus berlanjut, penyesalan
hanya ada di awal bagi ku. Saat aku hari raya ke jakarta, mengunjungi
Ortu, Diva datang menjenguk anak kami dan saat
itu, Aisyah di surabaya. Dandanannya sudah berubah, dan genitnya ga
ketulungan, bahkan kini ku bawa ke rumah kami dulu yang ku titipkan dan
ditempati Yuyud dan di kasarin pun dia ditidak menolak, bahkan yuyud dan
beberapa temannya di minta bergabung, ikutan sama Diva, malah meminta
digangbang, meski ku kasarin sampai pingsan ia tidak peduli. Diva kini menjadi wanita panggilan, meski kini DIVA bukan LONTE KU lagi, tetapi LONTE untuk semua orang.
----------------T A M A T-------------------------------
Home
Cerita Eksibisionis
Diva
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Diva : Istriku BDSM Lonteku 11 - Penyesalan Tiada Akhir
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar