Cerita Eksibisionis Lidya : Story of Lidya, I'm a Slut 4

Aku dikagetkan dengan iPhoneku yang bergetar. Siapa yang menghubungi aku subuh-subuh begini? Hanya Reza dan Dimas yang biasa menghubungiku setiap waktu. Benar saja, ketika aku melihat siapa yang menelponku aku mengenalinya. Diam-diam aku berjalan menuju kamar mandi dan mengangkat teleponnya.

“Hai Dim.” Sapaku dengan serak.

“Hai Lid, digenjot berapa kali sama Reza?”

“Dua kali doang.. Gue kangen kontol lu Dim, gue masih horni.”

“Hahaha, si Reza ga bisa muasin lu?”

“Sempet dapet O sih, tapi gue gatau rasanya ada yang kurang.”

“Sini aja dateng ke kamar gue..”

“Lah, si Mila?”

“Lu belum liat BBM gue ya?”

“Belum, bentar..” kataku. Ditengah telepon Dimas, aku membuka chat BBM. Dimas mengirimkan foto dimana dia lagi menggenjot lubang pantat Mila. Satu foto lagi adalah foto Mila sedang tertidur dengan pulas dan terlihat selangkangannya. Di lubang memek dan pantatnya terlihat lelehan peju Dimas yang kental.

“Gila, lu ngeanal si Mila?” tanyaku.

“Iyah, dia yang minta.”

“Gue tadi ga puas sama si Reza, terus gue bayangin lu lagi genjot pantat gue. Gue jadi pengen nyoba.” Kataku.

“Yaudah sini gue perawanin lubang pantat lu.. Hahahaha..”

“Si Mila tidur?”

“Tidur dia.. Kecapean, padahal baru digenjot dua kali.” Jelas Dimas. “Dia udah tau kok kalo gue sama lu suka ngentot. Dia ga akan permasalahin dan ga akan ember juga. Malah dia pengen threesome sama lu juga.”

“Ahh ga berani kalo threesome. Gimana ya, gue pengen nih tapi si Reza lagi ngorok tuh.”

“Hahaha, dia sih walaupun lagi gempa juga ga akan bangun. Biasanya dia bangun jam 9 kan? Santeyy..” kata Dimas.

“Hmm. Yaudah deh gue ke kamar lu.. Bentar ya..”

Aku menutup teleponnya. Ketika aku keluar dari kamar mandi, Reza masih mengorok dengan kencang. Memang benar kata Dimas, dia kebluk kalo urusan tidur. Biasanya dia bangun jam 9 lewat. Mungkin aman kali ya kalau aku ‘main-main’ sebentar sama Dimas Jr.

Aku memakaikan baju tidur model babydoll dan bra serta celana dalam berwarna merah menyala. Aku tahu Dimas sangat suka aku memakai setelan seperti ini. Setelah memastikan kalau Reza masih tertidur, aku mengendap-endap keluar dari kamarnya. Setelah mengunci kamar, aku pergi ke kamar Dimas yang berada di sebrang kamar Reza dan mengetuk pintunya.

“Sini masuk Lidd..” sapa Dimas yang sedang membukakan pintu. “Udah siap tempur gitu..”

Ketika aku masuk, aku melihat Mila yang terkapar di ranjang tanpa tertutup sehelai kain. Dari kedua lubangnya masih meleleh peju berwarna putih kental. Ranjang dan lantai kamar Dimas terlihat basah. Mungkin dia digenjot habis-habisan, sampai squirt kemana-mana.

“Lu apain si Mila?” tanyaku sambil berbisik.

“Hahaha, gue genjot lah.. Gatau deh berapa kali dia nyemprot. Ranjang aja ampe basah..”

“Dasar, selimutin gih. Lu tega amat udah numpang buang peju, ga diselimutin..”

“Oh Iya ya...” jawab Dimas dengan ekspresi tolol.

Dimas menyelimuti tubuh Mila dengan bed cover tebal, melindunginya dari hawa AC yang dingin. Kuperhatikan Dimas menyelimutinya dengan penuh kasih sayang, dikecupnya jidat Mila yang masih tertidur. Mila bergerak di dalam tidurnya, tapi dia tampak masih terlelap. Aku memakluminya karena entah sudah berapa kali dia digenjot selama 24 jam terakhir.

“Sini Lidya sayang..” panggil Dimas.

Dimas menuntunku untuk masuk ke dalam WC. Di dalam dia langsung menciumku dengan penuh nafsu. Kami saling melumat bibir dan membelitkan lidahnya. Tangannya meremas-remas pantatku yang masih tertutup dengan baju tidur dan celana dalam. Ciumannya berpindah ke leher, spot lemahku. Aku menggelinjang dan mendesah pelan ketika bibirnya menciumi leherku.

Tak butuh waktu lama, aku merasakan ada lelehan cairan cinta dari dalam memekku. Aku sudah siap disetubuhi. Tanganku yang hanya meremas-remas rambutnya kini mulai menggerayangi selangkangannya. Kuselipkan tanganku di dalam celana boxernya dan meremas pelan batang kontolnya.

“Mmmhh.. Lu udah nggak sabar ya?” bisik Dimas di kupingku. Nafasnya terasa hangat di kupingku dan membuat nyaman seluruh tubuhku.

“Cepetan sayang, entotin memek Lidya. Udah basah nih, siap digenjotin sama kontolnya Dimas.” Balasku dengan berbisik.

Aku menaikan paha kirika ke atas kloset hingga memekku terekspose dengan sempurna. Aku yang masih menggenggami batang kontolnya melepaskan celana boxernya dan menuntun batang kontolnya ke bibir memekku. Dimas tampak masih mau mengerjai aku, dia tidak langsung membenamkan seluruh batang kontolnya ke dalam memekku. Dia hanya menggesek-gesekkan batangnya di bibir memekku yang sudah basah.

Aku tak sadar mendesah tidak sabar. Aku mengambil alih kontolnya dan memposisikan kepala kontolnya di depan lubang memekku. Dengan menurunkan sedikit pinggangku, kepala kontol itu sudah masuk. Aku hendak mendiamkan sebentar, tapi Dimas berkehendak lain. Dia menggerakan pinggulnya cukup cepat hingga kontolnya terbenam di dalam memekku.

“Ooooouhhh.. Fuuuckk.. Pelan-pelan napa?” ujarku berseloroh karena kaget dengan hujaman tiba-tiba.

“Hehehe.. Lu sendiri kan yang udah ga sabar dientot gue..”

“Mmmhh.. bentar dulu Diim.. Lu ga nyadar apah kontol lu tu segede gaban. Ngilu memek gue nihh.”

“Hahaha, sorry Liidd..” kata Dimas dengan muka cengengesan. “Tapi gue juga udah ga sabar nih Lidd.. Memek luu ngegrip bangeett, gue goyang yaa..”

Dimas memulai goyangannya. Aku meremas bahunya untuk mencari pegangan. Awalnya memekku terasa ngilu, tapi tak lama rasa ngilu itu hilang dan digantikan dengan rasa nikmat. Aku mendesah pelan setiap kali Dimas membenamkan kontolnya dalam-dalam.

Dimas tidak seperti biasanya yang selalu menghujamkan kontolnya dalam-dalam. Semakin dalam terasa ngilu, tapi berbeda jika kontolnya hanya dimasukan setengahnya dan sesekali dibenamkan dalam-dalam. Rasanya nikmat dan tidak terasa ngilu. Gelombang-gelombang kenikmatan mendatangiku seiring dengan desahan dari mulutku yang semakin keras. Tak butuh waktu lama, aku mendapatkan gelombang orgasmeku yang pertama.

“OOOUUHHH... DIIIMM.. GUEE DAPEETTTHHH....” racauku dengan keras.

Dimas segera memelankan genjotan kontolnya dan membiarkan aku menikmati gelombang orgasmeku yang terasa sangat nikmat. Kakiku langsung terasa lemas, tubuhku ditopang oleh tanganku yang melingkar di leher Dimas.

“Dim, gue ga kuat berdiri.. Di lantai aja yuk..” ujarku. Kamar mandi Dimas tipe kamar mandi kering sehingga cukup bersih untuk tiduran di lantai.

“Sok, kamu tiduran..” kata Dimas. Namun aku langsung berfikir kalau aku yang berada di atas aku bisa mengendalikan keinginanku.

“Ga ah, lu aja yang tiduran Dim. Gue mau diatas.”

Dimas tampak heran. Mungkin karena aku tidak pernah mencoba posisi ini. Ketika Dimas sudah tiduran, aku berjongkok tepat di atas kontol Dimas. Kontol yang super tegang itu kuarahkan ke memekku dan aku langsung menurunkan badanku. Aku langsung melenguh keras ketika kontol Dimas merangsek masuk ke dalam memekku.

Rasanya berbeda dari yang biasanya. Kontol Dimas terasa lebih tegang dan keras. Aku juga bisa mengendalikan kontolnya dengan tidak menurunkan pinggulku terlalu dalam.

“Lidd.. Memek lu rasanya lebih kenceng sihh?” tanya Dimas.

“Hmm, Oh ya?” tanyaku dengan rasa tidak percaya.

Aku mulai menaik turunkan tubuhku. Tanganku berada di dada Dimas yang bidang dan kokoh sebagai peganganku. Toketku yang terlempar naik turun membuat Dimas gemas. Dia meremas toketku cukup kencang hingga terasa sedikit sakit. Namun rasa sakit itu menambah rasa gairah di tubuhku.

Posisi women on top memang top markotop. Rasanya begitu nikmat hingga aku mendesah dengan keras. Semakin lama tubuhku makin terasa nikmat, juga goyanganku semakin tidak teratur. Nafasku memburu kencang ketika aku merasakan gelombang orgasme yang kedua kalinya. Rasanya sangat nikmat hingga terasa ada sesuatu yang hendak keluar dari dalam memekku.

Aku mengerang keras, tepatnya lebih berteriak. Aku membenamkan kontol Dimas ke dalam memekku yang paling dalam dan aku merasakan cairan panas keluar dari memekku. Aku squirting hingga membasahi lantai kamar mandi. Aku langsung ambruk ke atas dada Dimas dengan nafas memburu. Dimas sepertinya sedang kagok. Dia langsung mengambil alih ritme ML dengan menghentakan kontolnya di dalam memekku.

“Diim. Stoppp... Guee lemeess..” kataku dengan nada lemah.

“Ahhh, guue daah mauu keluuar..”

Dimas terus-terusan menggenjotku dengan kencang. Tak lama Dimas menggeram keras dan menghentakan kontolnya dalam-dalam. Rasa hangat yang nyaman terasa di memek hingga ke rahim. Goyangan Dimas langsung berhenti dan nafasnya memburu. Aku sudah terlalu capek untuk berdiri dan melepas kontol Dimas.

Aku merasa berada di antara sadar dan tidak sadar. Dimas menggerakan badannya dengan sulit karena beban tubuhku. Kontolnya terlepas dari dalam memekku dan pejunya langsung mengalir ke selangkanganku. Tak lama aku merasa digendong oleh Dimas keluar dari kamar mandi. Aku melihat ranjang sudah kosong dan di sofa terlihat seorang wanita cantik duduk sambil menghisap rokoknya.

“Mila.” Ucapku dengan lemah.

“Lu apain tuh anak orang?” tanya Mila kepada Dimas.

“Gue genjot lah..”

“Kasian amat sampe ga sadar gitu..”

“Kirain gue lu tidur..”

“Gimana bisa tidur, kalian ngentot sampe teriak-teriak segala.”

Dimas membaringkan tubuhku di ranjang. Tak lama akupun tertidur.

================================================== ================

Aku terbangun ketika merasakan ranjangnya bergoyang. Awalnya aku mengira sedang terjadi gempa bumi. Namun dengan segera aku menyadari ada bunyi desahan dari sampingku.

“Diim.. Pelanin.. Kasian tu si Lidya...” ucap seorang wanita.

“Gapapa lah.. Kalo kebangun juga paling ikutan..” kali ini terdengar suara pria. “Uuhhh, gilaa lobang pantat lu ngegrip bangett..”

Aku membuka mataku dan ternyata Mila sedang digenjot dengan gaya doggy style.

“Tuh kan bangun Dim.. Hei Lid..” sapa Mila dengan ekspresi muka yang sedang merasa nikmat.

Hal selanjutnya yang aku sadari adalah gorden jendela sudah terbuka dan terlihat cahaya matahari.

“Ehh, jam berapa ini?” tanyaku dengan panik.

“Tenang, masih jam 7 kurang..” jawab Dimas yang terengah-engah karena sedang menggenjot Mila.

Mereka berdua tampak tidak terpengaruh dengan adanya aku yang sedang menonton mereka. Mila terlihat merem melek. Tangannya memutih ketika meremas bed cover. Ia tampak sedang menahan sesuatu. Tangan sebelahnya tampak berada di selangkangannya, meraba-rabai bagian kitorisnya.

“OOOUUUHHH FUUUCCCKKK.... NJIIRRR DIIIMM... GUUEE KEELUUARR LAGIII...” teriak Mila. Tubuhny terlihat melengkung ketika gelombang orgasme tu datang. Matanya membelalak ketika memeknya menyemprotkan cairan bening dengan keras.

Mila melenguh dengan panjang seiring dengan tubuhnya yang menegang, lalu melemas. Dimas memelankan genjotannya.

“Diim.. Stoop.. Guee gaa kuaat..” kata Mila. “Gilla, gue lemes banget niihh...”

Dimas langsung menghentikan genjotannya. Tubuh Mila langsung ambruk ke ranjang dan memperlihatkan pantatnya yang bulat dan putih. Lubang pantatnya terlihat membesar dan tampak memerah.

“Yah Mil, gue gimana ih.. Kentang gini..” kata Dimas dengan memelas.

“Dim, gue ga kuat..” kata Mila. Nafasnya terengah-engah. “Lobang pantat gue perih nih.. Lu kecepetan genjotnya.”

“Kalian abis anal?” tanyaku tiba-tiba.

“Iyah Lid.. Tolong dong puasin si Dimas. Gue ga kuatt..”

“Dia belum pernah anal Mil.” Ujar Dimas.

“Cobain aja Lid. Enak Loh.. Si Ratna aja ketagihan.” Kata Mila.

Aku ragu-ragu. Aku memang ingin mencoba sex anal, tapi aku takut.

“Katanya lu mau coba Lid..” kata Dimas.

“Mau sih.. Tapi takut sakit..”

“Tenang Lid.. Emang sakit, tapi itu yang bikin enak loh.” Ujar Mila. Dengan susah payah Mila bangun dan mengambil botol kecil di meja samping tempat tidur.

“Nih, gue ada pelumasnya.. Si Dimas udah expert da, percaya deh sama dia.” Lanjut Mila untuk meyakinkanku.

Aku mengambilnya dan memperhatikan botol itu. Cairannya berbentuk gel berwarna bening.

“Lu mau coba Lid?” tanya Dimas.

Aku hanya diam termenung.

“Sini pelumasnya, kita coba dulu. Kalo lu ga suka, nanti ga usah dilanjut.”

Aku memberikan pelumas itu ke tangan Dimas. Aku menungging untuk mempermudah kontol Dimas memasuki lubang pantatku. Aku merasakan cairan dingin di lubang pantatku. Aku merinding geli ketika jari Dimas mengelus kerutan di lubang pantatku.

Aku terkesiap ketika sesuatu masuk ke dalam pantatku. Jari telunjuk Dimas sudah masuk ke dalam lubang pantatku dan bergerak-gerak di dalamnya. Aku merasakan sensasi aneh di selangkanganku bergerak ke daerah perutku.

Tak hanya satu jari, Dimas memasukan tiga jari ke lubang anusku. Satu demi satu Dimas memasukkan jarinya dengan lembut. Aku meringis ketika dua jari masuk ke lubang anusku.

“Sakit Lid?” tanya Mila sambil memerhatikan ekspresi wajahku.

“Sedikit.” Jawabku pelan.

“Mau stop aja?” tawar Dimas.

“Lanjutin aja..” jawabku.

“Kalau sakit, mainin aja klitoris lu..” saran Mila.

Aku pun mengikuti saran Mila. Benar saja, dalam beberapa detik aku merasakan nikmat di selangkanganku, aku pun mulai mendesah pelan. Rasa sakit ketika jari ketiga masuk pun hanya bertahan sebentar. Bahkan perasaan aneh ketika Dimas memainkan lubang anusku membuat sensasi nikmat yang belum pernah aku rasakan.

“Lid, gue masukin kontolnya ya..” kata Dimas.

Aku mengangguk. “Pelan-pelan Dim.”

Aku merasakan kepala kontol Dimas menyentuh lubang pantatku. Rasa dingin datang kembali ketika Dimas mengoleskan pelumas di sekeliling lubang anusku. Dengan gerakan mantap Dimas mendorong pinggulnya hingga kepala kontolnya masuk ke dalam anusku.

“AAAARRGHH...” teriakku ketika rasa sakit datang. Aku menggenggam erat tangan Mila. Mila tampak mengerti dengan keadaanku. Dia memposisikan badannya hingga mulutnya berada tepat dibawah toketku. Toketku langsung dilumatnya dan jari Mila memainkan klitorisku.

“Gila sempit banget pantat lu Lid..” racau Dimas.

“Ughhh sakiitt...” erangku. Rasa perih menyerang lubang pantatku. Tubuhku merespon kontol Dimas sebagai benda asing di pantatku, otomatis otot-otot pantatku bergerak seperti hendak mengejan untuk mengeluarkan benda asing itu.

“Tenang Lid, semakin lu tegang, semakin sakit pantat lu.. Rilekss..” ujar Mila disela-sela lumatannya di toketku. “Yang sakit pas baru masuk aja. Abis itu enak deh.”

Aku pun berusaha untuk rileks. Aku berusaha untuk tidak mengejan. Mila berusaha menenangkanku dengan menstimulasi toketku dan klitorisku dengan jarinya. Sedikit demi sedikit rasa sakit itu memudar walaupun tidak hilang. Sebagai gantinya rasa nikmat mulai menyerang tubuhku.

Dimas tampak tidak sabar. Tanpa memperhatikan keadaanku dia membenamkan seluruh batang kontolnya di dalam anusku. Cukup sakit tapi tidak sesakit saat pertama kali tadi. Anusku terasa aneh. Terasa penuh, sakit sekaligus nikmat.

“Gimana rasanya ngelepasin perawan di lubang pantat lu?” tanya Mila.

“Aneh Mil.. Sakit tapi enak. Rasanya penuh..”

“Hehehe.. nanti lu rasain yang lebih enak lagi..” ujar Mila.

Dimas mengeluarkan kontolnya lagi dan memberikan pelumas yang banyak ke kontol dan lubang pantatku. Kemudian dia memasukan kontolnya kembali ke dalam pantatku. Aku merasakan lubang pantatku sudah licin, siap untuk disenggamai oleh kontol besar Dimas.

Dimas mulai menggenjot pantatku. Walaupun sudah licin, tapi tidak menghilangkan rasa perih di pantatku. Aku meringis ketika Dimas menggenjotku terlalu cepat. Mila yang mengerti keadaanku tidak menghentikan permainannya di klitorisku.

Rasa nikmat mulai mendera tubuhku. Walaupun masih terasa sakit, tapi rasa sakit itu malah menjadi sensasi tersendiri. Aku mulai menikmati lubang pantatku digenjot dengan kontol Dimas. Aku pun mulai mendesah nikmat.

“Enak kan Lidd?” tanya Mila.

“Peeriihh... Taapii eennnaakkk Miiilll...” ujarku sambil mengerang. “Aaahh teruusinn maiiniinn kliiitt gueee...” pintaku.

Mila mencari posisi yang lebih enak. Sambil memainkan klitoris, Mila memasukan jarinya ke dalam memekku. Sensasi nikmat ini membuat badanku bergetar. Gelombang rasa nikmat mulai menyerbu tubuhku lagi. Kali ini aku merasakan orgasmeku berbeda dengan yang sebelumnya. Rasa perih di lubang pantatku menambah sensasi nikmat yang belum pernah kurasakan.

“OOUUHHH....” teriakku. Gerakan jari Mila di memekku membuat aku tidak tahan untuk menyemprotkan cairan cintaku. Aku berusaha menahannya walaupun usahaku akan sia-sia.

“AAAAHHH.. GUEE KEELLUUAARRR... AAAAHH...” Teriakku ketika memekku berkedut-kedut menyemprotkan cairan cinta. Badanku bergetar hingga melengkung ketika orgasme menyerangku.

Kali ini aku merasa tidak bertulang. Begitu lemas hingga tidak bisa menumpukan badanku. Pantatku ditahan oleh Dimas sehingga aku tidak bisa tiduran. Genjotan Dimas juga sudah terasa kasar dan tidak teratur. Hanya beberapa detik dari orgasmeku, Dimas menyemprotkan pejunya ke dalam lubang pantatku.

“Ooouuhhh... Teriima peejuu gueee Liidd...”

Dimas menghentakan pinggulnya beberapa kali. Aku merasakan ada cairan hangat kental menyemprot lubang pantatku. Rasanya panas tapi sedikit mengobati rasa perih di pantatku. Dimas mencabut batang kontolnya ketika sudah menyemprotkan semua cadangan pejunya. Aku langsung ambruk ke ranjang. Diikuti oleh Dimas yang juga ambruk di sisiku. Aku baru sadar kalau Mila tidak lagi berada di bawahku melainkan duduk di pinggir ranjang.

Aku merasakan cairan peju Dimas meleleh ke selangkanganku. Kudengar suara cekrekan HP yang sedang memotret.

“Mil, jangan foto..” kataku.

“Tenang, ga akan gue sebar kok.” Ucap Mila sambil memperlihatkan hasil fotonya. Aku melihat bagaimana bentuk lubang pantatku. Sudah berbeda dibanding sebelum melakukan anal sex. Lubangku lebih melebar dengan peju yang masih meleleh.

Dengan susah payah aku kembali bangkit. Badanku terasa remuk dan lemas. Ingin rasanya aku tertidur bersama dengan mereka berdua. Nmun apa daya, aku harus kembali ke kamar Reza. Dia pasti akan khawatir apabila dia bangun dan aku tidak ada disisinya.

Aku mengambil pakaian dalamku yang terceceran di lantai bersama dengan pakaian tidurku. Aku mengambil beberapa helai tissue dan mengelap perpaduan cairan cinta di selangkanganku. Ketika sudah dirasa bersih, aku memakaikan pakaianku.

“Kemana Lid?” tanya Mila dengan ekspresi heran.

“Balik ke kamar Reza. Berabe kalo dia bangun ga nemuin gue.”

“Hoo.. Okedeh.. Thanks ya udah bisa muasin cowok gue. Sampe tepar gitu.” Kata Mila sambil menatap Dimas yang sudah terlelap.

“Lu ga apa-apa kan kalo gue ML sama Dimas?”

“Gapapa kali..” ucap Mila. “Gue ga masalah lu ngentot sama dia berkali-kali pun. Toh lu gue anggep sebagai sobat gue.”

“Thanks ya Mil.” Ucapku. “Entah kenapa gue ga bisa puas kalo belum ngentot sama Dimas.”

“Iya, cuma Dimas yang bisa puasin kita Lid..”

Kami terdiam, terasa canggung untuk membicarakan hal ini.

“Hmm, gue balik dulu ya Mil.”

“Bye Lid.”

Aku keluar dari kamar Dimas. Jantungku berdebar ketika menatap pintu kamar Reza. Bagaimana bisa aku selingkuh dengan sahabatnya bahkan di depan kamarnya sendiri. Aku sudah membuat beberapa alasan jika Reza tahu aku tidak ada di kamarnya. Setelah memberanikan diri, aku masuk ke dalam kamar Reza.

Reza masih terlelap dari tidurnya. Tubuhnya masih telanjang tanpa tertutup sehelai kain. Aku naik ke ranjang dan memeluk Reza seperti aku memeluk sebuah guling. Aku merasa salah telah berselingkuh dengan sahabatnya. Namun apa daya aku tidak bisa puas hanya dengan Reza.

Aku membutuhkan Dimas sebagai pemuas nafsuku.

================================================== ================

3 bulan kemudian.

“FUUCCKK.. Entoot gueee Diimmm...” erangku.

Aku yang asalnya sedang bercumbu dengan Mila tidak konsentrasi lagi ketika Dimas menghentakan kontolnya ke dalam lubang pantatku. Dimas menggenjotku lebih cepat membuat aku lepas kendali.

Dildo Strap-on dipakai Mila untuk menggenjot memekku dan membuatku kewalahan. Kedua lubangku terasa penuh dan rasa nikmat menjalari seluruh tubuhku. Aku mengejang dan meremas toket Mila yang tidak tertutup apapun.

“AARRGHHH.. GUEE.. KELUUAARRRR...” erangku. Aku mengalami squirting hingga membasahi badan Mila yang berada di bawahku.

Dimas menggeram sambil menggenjot tubuhku. “Guee mau keluuar Lidd..”

“Dii daleem aja Diimm..” ujarku dengan lirih.

Dimas menggenjotku dengan kencang dan tiba-tiba dia menghentakan kontolnya dalam-dalam. Terasa hangat di dalam lubang pantatku. Terasa 4 kali semprotan di dalam lubang pantatku.

Aku langsung ambruk di atas badan Mila. Dia menciumku dengan penuh nafsu. Dadaku yang telanjang bulat diremas-remasnya dengan gemas.

“Ahh... Gue ga apa-apa kan nyemprot di dalem pantat lu?” tanya Dimas.

“Gapapa.. Gue pengen ada peju lu di pantat gue pas resepsi nanti.” Jawabku.

Dimas melepaskan kontolnya dari dalam pantatku. “You’re such a slut, Lid.”

“Yes of course. I’m a slut.” jawabku.

Aku memakaikan kembali celana dalamku dan dress. Kulihat Mila sudah melepaskan dildo strap on dan sedang memeluk Dimas. Bibirnya saling melumat satu sama lain.

“Well, kalau diperbolehkan gue mau ke kamar lagi. Bentar lagi gue bakal di dandani.” Ucapku.

Mereka tidak menjawabnya. Tampaknya mereka begitu asik hingga tidak memperhatikan aku. Aku nggak akan ganggu mereka, toh aku udah dapet apa yang aku inginkan.

Seharian ini, aku serasa menjadi Ratu. Semua perhatian tertuju padaku dan aku menikmati ini semua. Memakai dress panjang berwarna putih pucat dan berjalan di sekumpulan orang-orang terdekatku. Berdiri di samping Reza dan mengucapkan janji suci.

Yap, aku dan Reza menikah di tanggal 23 Januari 2016 setelah mengetahui ada sesuatu di dalam perutku. Usia kehamilanku sudah 3 bulan dan aku yakin ini adalah bayi Dimas karena Reza baru pertama kali menyemprotkan spermanya 2 bulan lalu.

Pesta berjalan dengan lancar. Kini aku tengah berdansa dengan Reza. Semua orang berbahagia, termasuk Mila dan Dimas. Aku tersenyum sendiri ketika mengingat semua kenakalanku dengan Dimas, termasuk kejadian tadi pagi ketika Dimas menyetorkan spermanya di dalam pantatku. Kini peju Dimas meleleh keluar dari pantatku ketika aku berdansa dengan suamiku, Reza. Aku melihat tetesan putih di atas lantai marmer yang kupercayai sebagai peju Dimas.

Tidak ada yang tahu tentang semua ini kecuali Dimas dan Mila. Bahkan aku tidak peduli ada orang yang tahu kecuali Reza. Aku tidak peduli bagaimana orang-orang menilaiku.

Jangan tanya kenapa, because I’m a Slut.


THE END
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar