Cerita Eksibisionis Mama Randy : MILF Seksi Menggoda Kena Gangbang Anak dan Teman-temannya
Berawal dari chating di facebook bersama teman semasa SMA yang kini
menjadi Dosen di sebuah Perguruan Tinggi di Jogja, tempat dimana anak
lelakiku kuliah. Dia menceritakan bagaimana prestasi Randy menurun dan
jarang kuliah. Khawatir jika anakku masuk ke dalam pergaulan yang salah
atau malah menjadi pecandu narkoba, maka aku berencana mengunjungi Randy
dalam minggu ini. Kesibukan suamiku sebagai pengusaha, membuatku sibuk
mengurusi anak-anak.
Pagi itu, aku tiba di Jogja dan dijemput Randy di Bandara menuju
kos-kosannya. Kali ini tempat kostnya berbeda ketika pertama kali aku
mengantarnya kuliah 2 tahun lalu, Randy pindah ke sebuah kos-kosan yang
terkesan cukup mewah. Sebuah kamar yang cukup besar, ber AC dan kamar
mandi yang dilengkapi pemanas air dan bath tub, serta barang-barang
elektronik seperti TV layar lebar . Terheran-heran aku bertanya pada
nya, darimana ia bisa membayar sewa kamar semewah itu padahal aku merasa
mengiriminya uang yang sekira cukup untuk biaya hidupnya dan bayar sewa
kos bertarif 500 ribuan sebulan. Lalu sebuah motor sport yang juga
kurasa cukup mahal terparkir di depan kamarnya, padahal dulu aku hanya
membelikan motor bebek bekas untuk kepentingan transportasi kuliah. Aku
mulai mendesaknya soal prestasi kuliahnya yang merosot, soal seringnya
ia bolos kuliah dan lain-lain termasuk darimana dia bisa membeli
barang-barang.
“Kamu gak macem-macem kan? Kamu gak akan bikin malu papa dan mama karena
pake narkoba kan? Desakku dengan nada tinggi. Randy hanya tersenyum,
‘’ngga lha ma, sumpah. Oke mah...Randy akui kalau sering bolos kuliah,
tapi bukan karena jadi pecandu. Hmm..begini, Randy mulai cari-cari duit
sendiri mah..eee sekali lagi bukan karena jualan drug...sumpah, tapi
anu..ikut-ikut teman jadi fotografer dan desain grafis. Dari situ Randy
bisa beli motor di depan, sewa kamar kos bagus, dan lain-lain.
Oke...Randy salah karena lebih sibuk cari obyekan daripada kuliah, tapi
janji deh ma, Randy akan lebih rajin lagi”.
Agak lega sedikit aku mendengarkan penjelasan anak bungsu ku itu, walau
kembali aku menguliahinya dengan berbagai petuah, yang biasa dilakukan
orang-orang tua pada anaknya, namun dengan karakter Randy, aku yakin
omongan ngalor ngidulku masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Tapi
biarlah, yang terpenting emosiku sudah tercurahkan. “Ya udah, kamu pergi
kuliah sana, mama mau mandi, setelah itu munkin akan jalan-jalan ke
Malioboro sampai sore, nanti mama sms kalau perlu dijemput”, ujarku.
Randy kemudian pamit . Usai membongkar isi koper dan sedikit berbenah,
kutanggalkan pakaian satu persatu dan mengambil handuk lalu menuju kamar
mandi. Berendam dalam air hangat membuatku betah berlama-lama di kamar
mandi, namun godaan untuk shoping membuatku akhirnya bangkit,
mengeringkan badan dan berlilitkan handuk berjalan keluar.
“Hai manis !!”, sebuah sapaan membuatku terkejut, seorang pria muda
seumuran Randy, berajah tampan dan bertubuh atletis hanya mengenakan
celana boxer dan kaus buntung duduk di ujung ranjang.
“Kamu siapa? Keluaarr!!” teriakku masih dalam keadaan shock.
“ah..jangan galak-galak begitu dong sayang”, ujarnya sambil
berdiri,berjalan mendekatiku dan dengan kurang ajar telunjuknya
menyentuh daguku yang segera kutepis.
“tante kliennya Randy kan? Hmm...masa sih saya kurang ganteng dari
Randy, untuk wanita semanis saya kasih layanan gratis deh”, ujarnya
menyeringai sambil terus mendekati diriku yang tengah ketakutan, hingga
hembusan nafasnya mengenai wajahku.
“jangan kurang ajar kamu, saya ibunya Randy”, jawabku gugup dan panik
sekaligus terkesima dengan sorotan tajam matanya.
“ah, masa ibunya Randy semuda dan secantik ini..jangan becanda deh tante
manis”, jawabnya masih menyeringai.
“perg...mmmpf”, teriakanku terhenti ketika pemuda itu mencium paksa
bibirku. Aku berusaha menghindari namun ia terus menciumi
wajahku,tanganku berusaha membebaskan diri dari pelukannya yang erat
namun akibatnya fatal, handuk yang kulilitkan sebagai penutup tubuh
terlepas. Kepanikanku kian menjadi dan sebelum aku sempat berteriak
kembali mulutku disumpal paksa bibirnya. Tangannya kini meremas-remas
payudaraku yang tak tertutup itu, sementara tangannya yang lain masih
melingkar kuat di pinggangku. Tubuhku terasa tanpa tenaga namun terus
berontak, sampai kemudian si pemuda jahanam itu dengan tenaganya yang
perkasa mengangkat tubuhku dan berusaha menindihku di atas ranjang.
Kurasakan desakan benda keras menempel di antara selangkanganku, membuat
nafasku serasa terhenti karena panik.
“Sudahlah tante manis, jangan sok jual mahal gitu ah”. Ujarnya sambil
terus berusaha menciumi wajah dan bibirku, lidahnya mendesak-desak untuk
masuk ke dalam mulutku. Aku mulai terisak, dan mencoba
berteriak..”tolo....”, belum usai teriakanku tangannya membekap
mulutku..”sssst...tenang sayang, kamu gak mau membangunkan seluruh
penghuni kos di sini kan? “ perkataannya membuatku tertegun sejenak,
namun kembali kepanikan melanda ketika tangannya menjalari gundukan
bulu-bulu hitam selangkanganku, aku berusaha merapatkan kaki namun
lututnya telah berada di antara dua pahaku. Aku terus berusaha
mendorong, mencakar tetapi dua tangan kekarnya menangkap dua pergelangan
tanganku dan mendorongnya ke atas kepalaku, satu tangannya kemudia
menggenggamnya erat, sementara tangan satunya berusaha menurunkan
celananya, aku terus mengeliat-geliat melakukan perlawanan. Usahaku
untuk berteriak kembali gagal karena dihalangi mulut dan wajahnya. Sulit
kupercaya, pagi itu aku akan mengalami suatu peristiwa kejahatan yang
paling ditakuti wanita manapun. Sepasang Kakiku terus meronta, ketika
kurasakan sepotong daging keras menyentuh perutku. Tangan pemuda itu
memaksa pahaku terbuka dibantu dua lututnya yang kini berada di antara
kedua pahaku itu...dan satu sentakan benda keras dengan kasar memaksa
masuk mulut vaginaku membuatku terbelalak dan nyaris pingsan, rasa sakit
yang ditimbulkan sebanding dengan sakitnya bathinku karena harga diri
dan kehormatanku direnggut paksa pemuda yang kuperkirakan temannya
Randy, anakku. Akhirnya aku hanya bisa pasrah menahan sakit dengan
menggigit bibir dan terus menangis.
Pemuda itu dengan kejam seolah-olah menikmati hadiah, terus
menghentak-hentakan bagian bawah tubuhnya. Terus menciumi wajah, ketiak
dan payudaraku. Suasana sejuk pagi itu berubah sepanas oven, keringat
membanjiri tubuhku dan tubuh pemerkosa diriku yang kian mempercepat
gerakannya. Mulutnya kini menghisap-hisap payudaraku dan membuat
cupangan-cupangan kecil di sekitarnya. Tanganku tetap terkunci di atas
kepala, ia secara leluasa menghirup dalam-dalam aroma tubuhku.
“uughh...ku akui tante kliennya Randy yang paling cakep dan body paling
bohay...aarghh”, bahkan pelanggan-pelanggan saya gak ada yang secantik
tante...ough”, kata Randy diantara nafasnya yang terengah-engah,
membuatku tersentak, benarkah Randy menjadi semacam gigolo bagi
wanita-wanita kesepian?
‘’arrgh..jangan khawatir tante, aku dan randy biasa tukeran
klien...mmmh...saya hapal type yang sok jaim kayak tante...uuugh”
katanya lagi sambil terus berkelojotan di atas tubuh telanjangku. Aku
tak mampu berkata-kata lagi selain terus terisak.
“ssshh....aku mau keluar tante”, ujarnya diantara kian ganasnya penis
besarnya mengoyak-ngoyak liang vaginaku...”ohh...ooh..ohh..ahhhhh”, satu
hentakan terakhir menghujam dalam-dalam dan kurasakan semburan demi
semburan cairan hangat mengetuk mulut rahimku. Sampai akhirnya pemuda
itu jatuh menimpa tubuhku dengan nafas terengah-engah puas. Pandangankku
sendiri kian gelap dan gelap.....aku pingsan.
Entah berapa lama aku tak sadar, dan entah berapa kali tubuhku digarap
pemuda itu. Sampai kemudian mataku membuka samar-samar, pandangaku masih
kabur. Kurasakan aku agak susah bernafas, dan kurasakan sebuah benda
memasuki mulutku. Aku masih meraba-raba apa yang terjadi, sampai lambat
laun kesadaranku pulih. Tubuhku kembali terlonjak kaget menyadari
pemandangan didepanku adalah perut seorang pria dan aroma vagina
bercampur aroma khas kelamin lelaki memenuhi indera penciumanku, aku
tengah dipaksa melakukan oral sex, suatu hal yang bahkan sangat jarang
kulakukan dengan suami. “mmfff...mfff”, aku mencoba berteriak dan
menarik kepalaku namun sepasang tangan menahannya, kedua tanganku
menggapai-gapai sia-sia. Si pemuda dengan terus melenguh
mendesak-desakan batang kemaluannya dalam mulutku, membuatku tersedak
dan terbatuk-batuk ...dan kembali semburan cairan hangat tanpa ampun
memasuki diriku kali ini memasuki kerongkonganku. Si pemuda terus
menahan kepalaku sampai kurasakan kemaluannya mengecil dan melunak lalu
ia mencabutnya perlahan. Dengan rasa jijik segera sebagian spermanya
kumuntahkan, walau sebagian besar berhasil melewati kerongkonganku.
Pemuda itu duduk dengan seringai puas sambil mencoba mengatur nafas.
Ketampanan dan tubuh atletisnya memang menggoda tapi tak mencegahku
untuk begitu membencinya.
Ia lalu bangkit menawarkan segelas kopi hangat kepadaku. “Kopi ,
tante...sebagai ucapan terima kasih”, katanya dengan senyumannya yang
dalam keadaan normal, memang sangat menawan, pikirku. Tadinya ingin
kubanting gelas itu, tapi aroma sperma dan sex yang memenuhi mulut dan
hidungku membuatku memerlukan kopi itu guna menghilangkan sisa-sisa
aroma amis di seputar wajahku. Ku teguk sedikit demi sedikit. Aku seolah
tak memperdulikan tubuhku yang telanjang di hadapan pria asing yang
baru saja menggauliku dengan paksa. “Pergi !!!” ujarku lirih setengah
menangis....”okay, tante...aku pergi”, ujarnya seraya mengenakan kembali
pakaiannya, wajahku jengah melihat sekilas batang penisnya yang walapun
dalam keadaan layu tetap jauh lebih besar dibanding milik suamiku.
Kembali au menangis dan kedua tanganku menutupi wajahku. Aku masih
sangat terguncang dengan peristiwa pemerkosaan terhadap diriku pagi itu.
Bagaimana munkin seorang ibu berusia 45 tahun bisa mengalami perkosaan
sekeji itu. Seluruh tubuhku sakit, semua persendian dan ototku sakit.
Aku terus menangisi nasib dan marah. Perlahan bangkit dengan tertatih,
vaginaku terasa perih, lalu melihat tubuhku di depan cermin besar di
depan tempat tidur Randy . Mataku yang sembab, tubuhku yang basah oleh
keringat, bercak-bercak merah bekas gigitan dan cupangan kecil di
sekitar payudara dan pahaku. Ku akui di satu sisi aku cukup pantas jadi
korban perkosaan, tubuhku masih sangat menarik untuk wanita seusiaku.
Aliran cairan sperma yang membentuk sungai kecil di sekitar paha dan
terus menurun melewati betisku, membuatku tersadar dari lamunan, aku
harus membersihkan tubuh yang ternoda ini, lalu berjalan limbung menahan
perih menuju kamar mandi.
Usai mandi aku berpakaian, kuhabiskan sisa kopi di gelas itu, lalu duduk
di tepi ranjang. Rasa sakit hati,dendam, marah, malu bercampur aduk,
namun kelelahan fisik membuatku sangat mengantuk, dan tak pernah
sengantuk ini..ah...kopi itu jangan-jangan...dan tanpa mampu kucegah aku
menuju alam mimpi. Kurasakan tubuhku melayang ringan, menuju awan putih
yang selembut kapas. Samar-samar dari kejauhan datang sesosok manusia
yang berjalan terus mendekat, ternyata seorang pria muda tampan nan
gagah...telanjang. Tersenyum padaku, mendekatiku dan mencumbuku dengan
mesra. Aku sangat menginginkannya, ia terus menciumiku,meremas-remas
payudaraku, sementara tanganku berusaha menggapai batang penisnya yang
besar dan perkasa dan mengocoknya pelan. Pria itu membaringkanku di atas
awan, kembali mencumbuiku ....dan menyetubuhiku...rasanya luar biasa
nikmat, dalam bathinku terlintas perasaan bahagia dan romantisme yang
selama ini nyaris sirna dalam kehidupanku, suamiku terlalu sibuk
bekerja. Pria itu terus menggumuliku, membisikan kata-kata mesra
ditelingaku mengiringi suara becek dua kelamin beradu..dan kuyakin
wajahku memerah merasakan orgasme bergetar di sekitar rongga vaginaku.
Aku terus mengerang mengiringi dengusan nafas pria asing yang tengah
mereguk kenikmatan tubuhku, orgasme yang kurasakan kian mereda, namun
lelaki perkasa itu tak menghentikan gerakan pinggulnya menghujamkan
batang kemaluannya yang keras itu. Tubuhku terus berguncang-guncang, dan
kembali rangsangan nikmat menggelora di sekitar area selangkanganku.
Ini tampak begitu nyata. Sampai kemudian bayangan pria itu memudar,
namun berat tubuh dan desakan-desakan benda asing dalam vaginaku masih
kurasakan, demikian juga suara dengusan nafas dan erangannya. Perlahan
mataku membuka, seperti kebingungan aku tak tahu apa yang terjadi.
Namun sesosok wajah asing tepat di hadapanku, lalu
“mmmff...siapa..pfff”, teriakanku terhenti ketika satu telapak tangan
membekap mulutku, tanganku berusaha menggapai, tetapi semacam ada
kekuatan yang menghalaminya, aku menoleh ke kanan dan kekiri...betapa
terkejutnya aku, dua orang lelaki muda yang tak kukenal masing-masing
memegangi tanganku,sementara di atas tubuhku yang telah telanjang
seorang lelaki lain tengah bersemangat merobek-robek kehormatanku. Lalu
kilatan-kilatan cahaya bergantian menerangi kamar itu, ruangan yang
asing bukan kamar Randy anakku, ternyata kilatan cahaya itu bersumber
dari kamera yang tengah dipegang seorang lelaki lain yang aku segera
mengenalinya sebagai pelaku pertama perkosaan atas diriku. Yang
membuatku kian panik adalah menyadari bahwa semua pria bewajah ganteng
di kamar itu.... bertelanjang bulat dengan kelamin tegak menegang siap
bergantian memasuki diriku.
Tenagaku seolah meninggalkanku, dan aku mulai menangis...tapi tunggu
dulu, suatu perasaan aneh mulai menghinggapi diriku, ya...perasaan
hangat dan...terangsang hebat. Pikiran rasionalku masih
bekerja...oh...mereka pasti telah mencekokiku dengan obat perangsang
dalam dosis yang cukup tinggi, aku mencoba melawan perasaan itu, namun
tak sanggup. Lalu aku mulai berhenti meronta. Mataku terpejam, menikmati
hujaman demi hujaman daging keras tegang memasuki liang senggamaku.
Lalu bekapan telapak tangan itu meninggalkan mulutku. Remasan-remasan
kasar menjamahi payudaraku, diikuti ciuman-ciuman hangat di wajah dan
bibirku. Lalu kuncian di pergelangan tanganku pun melemah, namun seperti
diarahkan pada satu tempat dan....mataku terbuka ketika sadar telapak
tanganku digenggamkan pada benda setengah lunak yang panjang dan tegang.
Masing-masing adalah batang kemaluan dari dua pria asing di kanan kiri
ku. Entah bagaimana, tanpa diperintah aku mulai mengocok-ngocoknya pelan
membuat mereka mulai mengerang. Harga diriku benar-benar telah runtuh,
berganti perasaan bangga karena masih mempunyai daya tarik di hadapan
banyak lelaki, memang berkat latihan rutin mengolah dan merawat tubuh,
membuat diriku kerap mendapat pujian dari kolega-kolegaku dan
rekan-rekan suami.
Dan betapa malunya aku ketika bibirku mulai mengeluarkan suara erangan
nikmat. Pria yang tengah tenggelam dalam menggali kenikmatan tubuhku itu
melipat kakiku hingga lututku nyaris menyentuh pundak, ia kian ganas
memompa bagian bawah tubuhnya membuat kamar itu dipenuhi irama alunan
orkestra erangan,rintihan dipadu suara kecipak dua kelamin bergesekan.
Lalu hujaman terakhir menghantar semburan demi semburan cairan hangat
kental membanjiri rongga kewanitaanku...membuat aku tak mampu menahan
denyutan demi denyutan dahsyat orgasme sepanjang dinding vaginaku
...”oooouhhh”, rintihku malu-malu menikmati setiap denyut puncak
kenikmatan seksual itu, bagaimana munkin beberapa jam lalu kurasakan
perkosaan pada diriku bagai siksaan lalu kini berganti menjadi
kenikmatan? Pemuda-pemuda kurang ajar ini...oh.
Segera posisi pria yang baru saja menumpahkan benih terlarangnya dalam
diriku digantikan pria lain di sebelah kananku, dengan kurang ajar ia
tusukan jari jemarinya pada lubang kemaluanku guna memperlancar
mengalirnya sperma keluar dari situ...lalu jlebb...kembali batang
kemaluan lelaki asing menerobos pusat kewanitaanku. Gerakannya tak kalah
ganas dan tubuhnya segera bermandikan peluh menyatu dengan keringatku.
Tangan kiriku masih mengocok-ngocok batang penis lelaki muda yang juga
masih menggerayangi lekuk-lekuk tubuh molek milikku. Sekarang pria
brengsek pemerkosa pertama berganti posisi di sebelah kananku,
mengarahkan tanganku pada kemaluannya. Rasa dendamku berganti gairah
bagai gadis remaja dirasuk asmara. Sementara pria yang baru saja orgasme
tergeletak lemah di atas sofa.
Tiba-tiba pemuda di sebelah kiri ku bangkit, mengangkangi dadaku, lalu
mengarahkan kepala penisnya yang berwarna ungu itu ke mulutku, mulanya
aku sedikit menolak, namun ia terus mendesakku, menutup lubang hidungku
sehingga aku sulit bernafas dan mau tak mau membuka mulut, lalu..’’hap”,
dengan sukses kepala jamur berikut batangnya memasuki mulutku. Kini dua
rongga tubuhku dipenuhi dua kelamin pria...bagaimana munkin seorang
wanita terhormat, seorang isteri dan ibu yang baik beberapa jam lalu
kini menjadi semacam wanita pelacur yang jalang dan dipenuhi nafsu?
Setengah terduduk dua lelaki asing itu dengan liar dan buas menggarap
tubuh setengah baya yang masih mengundang selera ini.
Beberapa saat kemudian mereka bertukar posisi , ganti aku mengoral pria
yang belum tuntas menyetubuhiku, aroma keringat, sperma dan juga
vaginaku sendiri bercampur memenuhi indera penciumanku sebelum penis
tegang itu kuhisap, kujilat dan kuremas-remas dengan mulutku, erangan,
rintihan dan suara becek dua organ kelamin saling berbagi kenikmatan
kembali mengiringi peristiwa terlarang siang itu.
Sampai akhirnya pria diatas wajahku menarik paksa batang kelaminnya dari
mulutku...lalu...splash....splash...splash, semprotan demi semprotan
cairan putih kental menyirami wajahku, dan aku hanya terpejam pasrah
menerimanya. Sementara pria lain di atas tubuhku tak lama kemudian
menimpa tubuhku dan memeluku erat seolah-olah ingin meremukan
tulang-belulangku, dan kembali siraman cairan terlarang membasahi
rahimku...membawa efek berantai kembalinya gelombang orgasme bergelora
dalam vaginaku. Cukup lama mereka mabuk pada orgasme masing-masing
sampai akhirnya meninggalkan tubuhku. Seseorang melap wajahku, menyeka
sisa-sia sperma yang hinggap tadi, lalu melap permukaan vaginaku,
ternyata si pemerkosa pertama tadi, dan kurang ngajarnya ia menggunakan
celana dalam untuk melakukan hal itu.
Ia memutar paksa tubuhku hingga tengkurap, lalu menarik pinggangku ke
atas, tanpa perlawanan aku segera mengikuti apa maunya, tak perlu IQ
lebih untuk menebak kalau ia ingin menyetubuhiku dari belakang, dulu aku
juga kerap melakukan hal itu bersama suami. Dan kembali batang penis
besar nan keras menggali liang senggamaku. “oouhh...ouuhh...shhh”, aku
merintih dan mencoba menggigit bibir agar rintihanku tak terdengar
nyaring. Namun tak menunggu lama, kembali seorang pria di antara 4
pemuda itu berlutut di hadapanku, bagai pelacur profesional segera
kutangkap kemaluannya dan kuarahkan ke mulutku. Kembali dua rongga
tubuhku dipakai untuk memuaskan nafsu hewani dua lelaki yang bukan
haknya untuk menyetubuhiku. Payudaraku yang berguncang-guncang segera
menjadi mangsa remasan sepasang tangan. Dan...kembali siraman cairan
putih kental hangat hinggap di wajahku, sementara di belakang gerakan
maju mundur terus terjadi.
Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu, sedikit kepanikan melanda kamar
itu, pria yang tengah melakukan doggie style terhadap diriku mengambil
selimut dan menutupi wajahku namun terus mengehntak-hentakan pinggulnya
hingga menimbulkan suara tepukan di pantatku. Seseorang memasuki kamar
dan terdengar percakapan ringan dan akrab. “wah kurang ajar lo bro,
kagak ngajak-ngajak gue”, demikian agak samar si tamu berkata.”Barang
bagus neh man, ntar abis gue”...jawab si lelaki yang tengah asyik
menggauliku sambil terengah-engah. Aku tak perduli lagi jika harus
melayani 1 lelaki lagi, pikir alam bawah sadarku yang masih dalam
pengaruh zat perangsang itu. Dan kembali hentakan-hentakan dahsyat
menghantarkan semburan cairan kelelakian di dalam organ kewanitaanku.
Suara seperti sumbatan terlepas dari botol terdengar ketika si lelaki
mencabut kemaluannya dari vaginaku, dan segera tercipta air terjun kecil
cairan sperma jatuh keluar dari organ intimku. Tapi liang kewanitaanku
tak lama menganggur, terdengar suara resleting ditarik dibelakangku,
pasti pria yang baru datang tadi pikirku. Lalu tanpa basa basi segera
menusukan senjata tumpulnya yang tak kalah besar dengan milik 4 pemuda
sebelumnya. Kembali erangan rintihan sepasang manusia memenuhi seantero
kamar. Wajahku masih tertutup selimut.Tapi si lelaki tampak tak peduli
dengan buas terus menyetubuhiku dari belakang. Hingga gerakannya makin
cepat dan ganas , membuatku mendekati titik kulminasi meletusnya
orgasme, selimut yang menutupi wajahku disingkirkannya, rambutku
dijambak ringan lalu kepalaku sedikit diputar ke arah samping....,
sebuah teriakan membuatku tekejut..”mamaa?”...”Randy?’’...jawabku
gemetar, “mamaah?’’..ohhhh”, Randy, anakku tak mampu mencegah
ejakulasinya di dalam lubang tempat dimana ia lahir. Aku pun merintih
keras karena juga tak mampu menahan orgasme yang melanda liang
senggamaku, meremas-remas pelan batang kemaluan anakku sendiri. 4 pemuda
lain nampak menunjukan ekspresi keheranan lalu masing-masing tersenyum
aneh. Randy segera menutup tubuh telanjangku dengan selimut dan
menarikku keluar kamar untuk di bawa ke kamarnya yang ternyata hanya
selisih dua pintu dari tempat terjadinya peristiwa mesum itu.
Di dalam kamar aku terdiam tak mampu berkata apapun, sementara
sayup-sayup terdengar keributan di kamar tadi, yang kini ku yakin,
mereka adalah teman-teman Randy. Kira-kira 30 menit kemudian, Randy
kembali ke kamar, dengan wajah memerah marah. Ditangannya ada gulungan
pakaianku tadi lalu menyerahkannya kepadaku. Dengan segera ku lepas
selimut itu, entah karena panik, tanpa sadar aku telanjang di depan anak
lelakiku itu, memakai satu persatu pakaianku, Randy menatap tubuhku
dengan jengah sesekali menunduk.
“oh...Randy, apa yang kamu lakukan nak?’, tanyaku setengah menangis.
Ganti keributan itu berpindah di kamar anakku. Randy hanya mampu
mengulang-ulang permintaan maaf. Lalu Randy menceritakan segalanya.
Benar ia nyambi sebagai fotografer, namun salah satu kliennya, seorang
wanita setengah baya, dialah yang membawa Randy dalam dunia hitam
gigolo. Kos-kosan itu ternyata berisi rekan satu profesinya. Pantaslah
jika kuliahnya kacau.
“kamu pindah dari sini”, perintahku. “iya mah...tapi tentu bukan
sekarang kan? Jawabnya lemah. “Dan mulai sekarang, kamu berhenti dari
pekerjaan terkutuk itu atau mama gak akan mengakui kamu sebagai anak
mama lagi”, pintaku ketus. Randy hanya mengangguk lemah.
“ohya...tadi teman-temanmu yang kurang ajar tadi memotret mama”, ujarku.
Randy dengan kepala masih menunduk, hanya mengacungkan tangannya
menunjukan kartu memori tanda ia berhasil mengamankan foto-foto tak
senonoh itu. “Berikan pada mama”, ujarku panik. Dan Randy menyerahkannya
padaku.
Menjelang senja ribuan kata-kata petuah itu akhirnya habis juga. Setelah
masing-masing kami terdiam, aku bangkit berdiri. “Ya sudah, mama mau
mandi”, ujarku. Dan sekali lagi, entah karena masih trauma dengan
pengalaman siang tadi, entah sisa-sia pengaruh zat perangsang tadi belum
seutuhnya hilang, atau alam bawah sadarku berfikir buat apa lagi
menyembunyikan diri, tokh bahkan anakmu telah menyetubuhimu, aku
melepaskan satu persatu pakaian di depan Randy, kali ini dengan antusias
ia menatap tubuh bugil sexy ibu kandungnya. “kamu juga sekalian mandi”,
ujarku dan bahkan heran kenapa aku bisa berkata seperti itu. Dengan
semangat Randy melepaskan satu persatu pakaiannya, lalu menyusul
berjalan di belakangku menuju kamar mandi. Kami saling menyabuni tubuh
masing-masing, tanpa sungkan Randy menyabuni payudara, pantat ...bahkan
vaginaku yang berbulu lebat itu. Sementara aku pun tanpa malu menyabuni
kemaluan Randy...tokh saat dia kecil hal itu sering kulakukan. Meski
kali ini di hadapanku bukanlah anak kecil lagi, tapi pria beranjak
dewasa dengan segenap kemaskulinannya. Dan tentu saja hal itu berdampak
perubahan alami pada penis Randy yang perlahan mulai tegak dan tegang.
“Menurutmu, bagaimana tubuh mama? Tanyaku sambil terus mengelus-elus
kemaluannya, sebagaimana Randy juga terus meremas-rema pelan payudaraku.
“Sempurna”, jawab Randy. “mama bahkan paling sexy di antara pelanggan
Randy”, jawabnya tanpa dosa. Aku menamparnya pelan. “kamu menikmati
tubuh mama tadi?, tanyaku lagi. “Ya..., mama?”, tanyanya. Aku tersenyum
malu, lalu mengangguk pelan. “tapi itu salah Randy, teman-temanmu yang
kurang ajar itu pasti memberi mama obat perangsang”, jawabku sambil
terus mengocok pelan batang kemaluannya yang kini tegak sempurna.”emang,
itu sebagai pelengkap profesi kami, ma, bahkan kami punya koleksi
toysex semacam vibrator dan sebagainya, wanita-wanita STW itu kadang ada
yang sudah lemah libidonya, perlu dirangsang....supaya kami dapet honor
gede”, jawabnya. Aku kembali menamparnya pelan. “Mama mau coba?”,
tawarnya.”Ah, jangan kurang ajar kamu”, ujarkusambil mencubit lengannya.
“Seperti ini, ma” ujar Randy ketika tiba-tiba sebuah jarinya menusuk
paksa vaginaku dan mengocok-ngocoknya.”Randy?’’...ujarku. lalu mulai
merintih. Dan sekian menit kemudian ia menangkap kaki ku, mengangkat
tubuh, dengan reflek kurangkulkan kedua kaki di pinggulnya,
dan...bless....kembali vaginaku dirogoh batang penis anakku sendiri.
Rintihan terlarang sepasang ibu & anak menemani gemericik air
shower. Berbagai posisi kami lakoni, sampai akhirnya posisi membelakangi
alias doggie style menjadi penutup persetubuhan intim itu dan kembali
mulut rahimku disirami sperma anak kandungku yang perkasa. Dan kami
melakukannya lagi di tempat tidur menjelang istirahat malam. Tentu saja
sebelumnya dengan pasrah, aku merelakan menjadi obyek demo alat-alat
bantu sex milik Randy sebelum kembali mengulangi persetubuhan terlarang
itu lagi.
“Randy....mama minta ini menjadi rahasia kita berdua.”, ujarku dalam
pelukannya usai bercinta. “Jangan khawatir ma, kami selalu menjaga
kerahasian klien, itu semacam kode etik, apalagi klien istimewa seprti
mama”, jawabnya. “ah, jangan kurang ajar kamu, mama serius nih”,
jawabku, sambil mencubitnya.Lalu kami tertidur, berpelukan dalam keadaan
telanjang.
Setelah meyakinkan Randy benar-benar pindah kos-kosan, aku kembali ke
Jakarta. Tentu saja perasaan tegang dan bersalah mendera bathinku,
khawatir suatu saat suamiku mengetahui hal ini. Yang pasti aku kembali
menjadi wanita yang berbeda. Dari wanita terhormat namun tak pernah
terpuaskan secara bathin, menjadi wanita murahan namun kembali bergairah
menikmati hidup.
“Randy...kartu memorinya kok kosong?”, ujarku setengah berteriak di
ponsel. “Langsung Randy hapus di kamera kok ma, jangan khawatir”,
jawabnya melegakanku. Dan pembicaraan kami segera selesai.
Sementara di sebuah kamar kos , Randy tengah menyaksikan layar laptopnya
dengan mata nanar, sambil bermasturbasi menyaksikan foto-foto erotis
tubuh molek ibunya tengah digangbang 4 pemuda rekan-rekannya. Dengan
licik, ternyata Randy menukar kartu memori itu dengan miliknya yang
telah rusak.
Di sebuah rumah mewah di Jakarta, seorang wanita paruh baya yang masih
nampak cantik dan sexy tengah galau. Tubuhnya masih dibalut handuk merah
yang tentu saja menampakan belahan payudaranya yang montok dan pahanya
yang putih mulus. Wajahnya sedikit memucat, tampak di depan cermin meja
rias. Di tangannya, sebuah benda putih panjang tergenggam lemah, sebuah
alat tes kehamilan dengan indikasi menunjukan lambang plus, alias
positif.
0 komentar:
Posting Komentar