"Biar saya gaek... dalam
bercinta saya yakin saya lebih perkasa dari kamu!" begitu Aki Uum sesumbar
saat kami mengobrol santai sepanjang jalan sepulang jumatan.
Kebetulan, nggak lama setelah aku,
tetangga belakang rumah, si duda gaek Aki Uum, juga menikah. Istrinya Lidya si
janda kembang yang jangkung bongsor.
"Iyalah,
Ki. Aki kan pengalaman, sedang saya ting-ting." aku merendah.
"Ayo. Kita
berlomba bercintaan dengan istri masing-masing," kata si Aki asal.
"Pegimana
caranya tuh?" Balap karung sih aku masih ngerti, tapi lomba bercinta...
mana mungkin istriku mau? Kalo bini dia sih serba bebas!
"Caranya
gampang. Balkon loteng rumah kita kan belakang-belakangan. Siang ini, saya
bakalan bercinta dengan istri di loteng, kamu silakan ngintip. Nah, besok...
giliran kamu dengan istri kamu. Saya yang mengintip. Hasilnya kita bandingkan.
Yang kalah nraktir sate kambing, ya?"
Udah aki-aki
gila juga tuh idenya.
Eh, tapi
lama-lama aku jadi mikir juga. Kenapa nggak aku iyain aja, ya? Ini kan jadinya
kesempatanku melihat aksi akrobatik Lidya melawan si Aki. Kapan lagi kalo nggak
sekarang? Hmm... tapi, nanti kalo Mira nggak mau gimana?
Ah, pusing
amat. Abis aku puas nonton, ngaku kalah aja kan beres, jadi nggak usah
ikut-ikutan life show. Bener nggak? Toh dia yang duluan.
Sesuai janji,
akhirnya siang itu juga aku nongkrong ngintip di loteng. Si aki menepati janji.
Lidya dia giring ke situ. Istri si Aki masih oke banget, body-nya proporsional,
gede tapi gak gendut. Sambil becanda-becanda, tangan Aki Uum mulai mengelus-elus paha Lidya yang masih dilapisi
daster hijau tipis.
”Apaan sih,” bisik
Lidya sambil mencubit pelan dada si Aki.
”Pengeen...”
sahut Aki Uum manja, dan tanpa malu-malu segera memagut bibir tipis Lidya penuh
nafsu. Dia juga lekas melepas kaos dan celana yang dipakainya.
Aku tersenyum
melihat body si Aki yang kurus krempeng. Aku ngebayangin kaya apa kontolnya
kalo dah ngaceng. Sementara Lidya, wow... bikin horny. Tangan si Aki kembali
menggerayangi pahanya sambil tangan satunya merangkul Lidya dan mulai meremas tokednya.
"Kamu
bener-bener napsuin," kata Aki Uum di telinga Lidya.
"Napsuin
gimana, ’kan toked aku gak gede?" tanya Lidya sambil menggelinjang geli.
’Gila! Nggak
gede darimana?’ protesku dalam hati. Ditangkup dengan dua tangan aja, benda itu
pasti gak akan cukup. Terus aku perhatikan Aki Uum yang kini menjilati leher
Lidya, ciumannya terus mengarah ke atas untuk menggelitik kuping dan menyapu
wajah Lidya yang cantik, membuat sang istri meringis dan mendesah panjang saat
menerimanya.
”Ihh, Aki...”
Lidya melenguh.
"Kamu
imut, punyamu masih rapet." kata Aki Uum selanjutnya. Dengan penuh nafsu
ia menangkup gundukan besar di selangkangan sang istri yang masih tertutup celana
dalam, dan meremasnya lembut.
”Auw! Geli, Kii...”
Lidya bergidik, tapi tidak menolak. Malah ikut meletakkan tangannya di pangkal
paha si Aki. ”Wah, dah bangun, Ki... gede banget!” pekik Lidya gembira.
Aki Uum
tersenyum dan kembali memagut bibir tipis Lidya. Ia lumat daging merah basah
itu dengan penuh nafsu, sementara di bawah, ia biarkan Lidya melepas celana
dalamnya agar bisa memegangi penisnya secara langsung.
"Kocok,
Sayang...” pinta Aki Uum, sementara dia sendiri sibuk melepas daster Lidya dan mengurai
ikatan bra-nya. Dalam sedetik, payudara Lidya yang bulat besar meloncat keluar,
terekspos dengan indahnya di depan mataku.
Aki Uum langsung
mencaploknya, dimulai dari yang kiri, lalu dilanjut yang kanan. Dua-duanya ia
pagut dengan liar dan ganas, pipinya sampai kempot dipake untuk menyedot-nyedot
putingnya yang memerah kenyal. Aku bergidik, tak terasa penisku ikut ngaceng
melihat semua itu.
”Aki...” pekik Lidya saat salah satu tangan Aki
Uum mengorek-ngorek liang memeknya dari samping cd yang sudah sedikit
melenceng. Sambil melakukannya, si Aki masih terus menciumi bulatan payudara
Lidya yang kini terlihat mengkilat basah oleh air liur.
Kadang ciuman
Aki Uum juga kembali ke atas, menyapu rongga mulut Lidya yang menganga
menggiurkan, yang segera dibalas oleh Lidya dengan hisapan dan kuluman yang tak
kalah rakus dan liar. Sambil berciuman, tak henti-henti tangan Aki Uum menggesek-gesek
pentil Lidya yang sudah menegang runcing, sambil diselingi pencetan dan pelintiran
yang sungguh sangat membangkitkan gairah. Aku harus mempraktekkan itu kepada
Mira.
Lidya sendiri
makin intens meremas kontol si Aki, malah kini ia disuruh sedikit merunduk
sehingga posisinya setengah jongkok. Aku tahu maksudnya, Aki Uum ingin agar
Lidya mengemut kontolnya. Aku menebak-nebak, mau gak ya si Lidya?
Walah, tak
kusangka, Lidya yang kelihatan pendiam, ternyata dengan begitu bernafsunya melayani
kontol si Aki. Ia melahap benda itu seperti makan eskrim batangan, mula-mula buah
pelirnya yang dijilat-jilat, baru kemudian batangnya dengan pola naik-turun, dan
berlanjut ke ujungnya yang tumpul kaya jamur. Lidya sengaja menggelitiknya
dengan memakai ujung lidah sambil dikulum sedikit-sedikit hingga membuat pemiliknya
sampai mengerang-ngerang karena keenakan.
”Ughh...
sayang...” desis Aki Uum sambil meremasi toket Lidya yang menggantung indah.
Aku merenung,
kalau diperlakukan seperti itu, aku pasti bakal merintih-rintih juga. Habis
kelihatannya enak banget sih, Mira tidak pernah melakukan yang seperti itu.
Satu catatan lagi buatku.
Kulihat Aki Uum
menarik cd Lidya hingga terlepas, kini keduanya sudah sama-sama telanjang.
Dengan mudah kini tangan si Aki mengobok-obok memek Lidya dengan jari-jarinya.
Aku tidak bisa melihat dari tempatku mengintip, tapi dari suaranya, bisa
kutebak kalau liang itu sudah begitu becek. Cairannya yang kental nampak menetes
membasahi lantai keramik loteng yang berwarna gelap. Hmm, rupanya Lidya tipe
wanita yang gampang basah.
"Enghh...
uuhh... uhh!" desah Lidya disela-sela hisapannya. Kemudian ia rebah ke
lantai saat Aki Uum mengajaknya untuk berposisi 69.
Kini mereka
saling bertindihan dengan mulut menguasai alat kelamin pasangannya. Lidya
kembali mengocok sambil mengemut pelir Aki Uum, sementara si Aki menjulurkan
lidahnya untuk menyapu bibir memek Lidya yang sudah merekah kemerahan.
”Ehm...
ahhh...” mereka melenguh secara hampir bersamaan. Lidya sesekali menyentil-nyentilkan
lidah pada lubang kencing Aki Uum saat mulutnya terasa kelu oleh batang besar
itu.
Aki Uum yang
sepertinya sudah horny berat, merintih memprotes, "Ayo dong, Say, masukin.
Jangan cuma dibikin geli gitu." ujarnya sambil menekan kontolnya masuk ke
mulut Lidya.
”Hmph,” Lidya
spontan membelalak karena sesak, tapi sama sekali tidak bisa menolak. Posisinya
yang berada di bawah tidak memungkinkannya untuk mengendalikan permainan. Lidya kembali memaju-mundurkan
kepalanya untuk mengemut kontol Aki Uum. Mulutku terasa penuh oleh batang besar
itu sehingga hanya terdengar desahannya yang tertahan saat si Aki mulai mengelus-elus
pantat dan pahanya yang putih mulus.
”Ahh...
eughhh...” tangan kiri Aki Uum menjulur ke atas untuk memijat toked Lidya yang
bulat besar. Ia biarkan pinggul sang istri meliuk-liuk keenakan akibat jilatannya.
Malah ia memakai dua jari untuk membuka bibir memek Lidya dan lekas menyapu
daerah itu dengan lidahnya, membuat daging berbelah tengah itu jadi tambah basah,
baik oleh ludah si Aki maupun cairannya sendiri.
"Emmh... emmhh...
aghh!" Lidya mendesah tertahan dengan mata merem-melek keenakan. Cairan
bening terus meleleh membasahi liang memeknya, sementara mulut Aki Uum terus
menempel di permukaan selangkangannya untuk mencucup dan menghisap-hisapnya selama
mungkin.
Kurang lebih
lima menit mereka dalam posisi seperti itu. Aku yang masih setia mengintip jadi
senewen sendiri, kubayangkan aku yang jadi Aki Uum dan sedang menyetubuhi
Lidya. Ughh, betapa nikmatnya. Tak terasa aku sudah memelorotkan celana dan
mulai mengocok-ngocok penisku sendiri. Selama itu kuperhatikan tubuh montok
Lidya menggelinjang hebat, sementara sepongannya pada kontol Aki Uum juga semakin
bersemangat.
Puas menikmati
memek sang istri, Aki Uum mengambil posisi duduk dan menaikkan Lidya ke pangkuannya.
Tangannya yang satu membuka lebar bibir memek sang istri, sedangkan yang lain
membimbing kontolnya memasuki liangnya yang sudah membengkak kemerahan. Lidya menurunkan
tubuh untuk menduduki kontol si Aki, pelan-pelan ia melakukannya hingga benda
coklat panjang itu melesak masuk ke dalam celah kewanitaannya yang sempit diiringi
erangan panjang dari si Aki.
”Auhhh...
Say!!” Aki Uum melenguh nikmat akibat jepitan memek Lidya yang masih sangat kencang
meski sudah sering dipakai.
”Emghh...”
Lidya ikut merintih, terasa sekali kontol si Aki seperti membelah memeknya yang
belum pernah kemasukan kontol sebesar itu.
Mereka terdiam
sejenak. Aku ikut menahan nafas, dan baru menghembuskan begitu kulihat Lidya mulai
bergerak naik-turun di pangkuan Aki Uum. Sementara sang istri menggoyang, Aki
Uum menjulurkan tangan untuk meremas-remas toket Lidya yang menggantung indah dengan
begitu gemas dan keras.
”Hah... hah...”
melenguh keenakan, Lidya terus menaik-turunkan tubuhnya dengan penuh semangat,
semakin lama semakin cepat dengan mulut terus menceracau tak karuan. Terasa
sekali desakan kontol Aki Uum yang selain besar juga panjang, sehingga seakan-akan
menembus hingga ke rongga perutnya.
"Oohh...
auuhh... ahh... ahh!" lolong Lidya dengan kepala mendongak ke atas,
bersamaan dengan itu, tubuhnya yang sintal mengejang. Ia mendekap kepala Aki Uum erat-erat sehingga wajah si Aki
terbenam di belahan tokednya yang bulat dan besar. Selanjutnya perempuan cantik
keturunan arab itu ambruk di pelukan Aki Uum dengan kontol si Aki masih menancap dalam di
liang senggamanya.
Mereka saling mendekap
dan bercumbu mesra, lidah mereka kembali berpaut dan saling menghisap. Tak
kusangka, Aki Uum yang sudah keriput bisa mengalahkan Lidya yang masih
kinyis-kinyis. Kalau begini, sepertinya aku beneran kalah.
Setelah sedikit
tenang, Lidya kemudian bangkit untuk mengambil air minum dari dalam rumah.
Pelan-pelan ia melepas kontol Aki Uum yang masih terjepit di liang vaginanya.
Kuperhatikan saat dia berlenggak-lenggok masuk ke dalam rumah dengan tubuh
telanjang. Uhh, benar-benar sangat indah dan menggairahkan. Memandangi Mira
yang telanjang saja, aku tidak pernah memiliki perasaan yang seperti ini.
Dengan Lidya, entahlah... aku sangat terangsang. Mungkin benar ungkapan
pribahasa; rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri. Aku sudah
membuktikannya.
Lidya keluar
sambil membawa dua gelas air, satu diberikannya pada Aki Uum, sedang yang satu
diminumnya sendiri. Si Aki langsung menenggaknya sampai habis.
"Haus ya,
Ki?" tanya Lidya sambil menggelayut manja di pundak Aki Uum, dibiarkannya
tangan nakal si Aki yang kembali mempermainkan bulatan payudaranya.
"Iya, kan
habis kerja keras.” sahut Aki Uum, jari-jarinya dengan gemas meremas-remas tetek
sang istri.
”Aki belom
ngecret tadi," kata Lidya memastikan.
Aki Uum
mengangguk dan lekas merebahkan tubuh montok Lidya ke atas meja. Kedua
pergelangan kaki perempuan cantik itu dipegangnya lalu ia bentangkan
lebar-lebar. Setelah menaikkan kedua betis Lidya ke bahu, Aki Uum segera menyentuhkan
kepala kontolnya ke bibir memek sang istri.
”Siap untuk
ronde yang kedua?” tanyanya sambil merenggangkan memek Lidya semaksimal mungkin
agar bisa menampung kontol besarnya yang sudah mulai menerobos masuk.
”Lakukan, Ki...
uhhh!” Lidya kembali mengerang nikmat.
”Uuhh... sempit
banget sih," erang Aki Uum akibat jepitan dinding memek Lidya yang sempit
saat ia mulai menggerakkan kontolnya pelan, menyetubuhi tubuh mulus sang istri.
Aku yang melihatnya, kembali memegang dan mengocok-ngocok kontolku pelan-pelan.
Aku tak mau ketinggalan momen langka ini.
”Auhh,” Lidya merespon
dengan rintihan lembut saat Aki Uum mulai menaikkan tempo permainannya, ia
terus menyodok sambil sesekali menggoyang pinggulnya ke kiri dan ke kanan untuk
variasi. Tak ketinggalan tangannya meremasi pantat Lidya
yang putih mulus.
”Ahh... ahh...”
sang istri makin menggeliat keenakan, desahannya pun semakin jelas terdengar.
Aki Uum merundukkan badannya agar bisa menyusu ke toked Lidya yang bulat besar,
ia mengemut dan menarik-narik putingnya dengan gemas. Selain toked, ketiak
Lidya yang bersih juga tak luput dari jilatannya sehingga menimbulkan sensasi
geli-geli nikmat bagi sang istri.
”Auw... ahh...
ahh.. uhh...” Lidya mengerang sejadi-jadinya sambil menggelengkan kepala dan menggigiti
ujung jarinya. Kini Aki Uum merubah posisi dengan menurunkan setengah tubuhnya
dari meja, dibuatnya Lidya menungging dengan kedua lutut bertumpu di lantai, tetapi
badan atasnya masih di atas meja sehingga kedua tokednya yang bulat besar tertekan
hingga gepeng.
Jleebb!! Aki
Uum kembali menusuknya, tapi kali ini dari belakang. Posisi ini membuat
sodokannya terasa semakin deras dan nikmat. Lidya ikut menggoyangkan pantatnya
untuk menyambut genjotan itu sehingga terdengar suara plak-plok-plak-plok saat badan
mereka beradu kencang, bercampur dengan dengan erangan Lidya yang tak lama
kemudian kembali menyambut orgasmenya. Air cinta mengucur deras dari liang
surgawinya, terlihat dia jadi lemas sekali setelah sebelumnya mengejang hebat.
Keringat sudah membasahi tubuh sintalnya, begitu banyaknya hingga menetes-netes
di meja loteng.
Namun Aki Uum sepertinya
masih belum selesai, nampak dari kontolnya yang masih tegak dan menegang
panjang. Aku jadi geleng-geleng kepala dibuatnya, makan apa dia hingga bisa
jadi kuat seperti itu. Aku harus mengetahui rahasianya!
Lidya sekarang diangkat
dan dibaringkan di kursi panjang. Aki Uum kembali menghampiri dan menghimpitnya.
Diciumnya sejenak bibir tipis Lidya sebelum akhirnya mengangkat salah satu kaki
perempuan cantik itu dan mulai mendekatkan batang kontolnya ke memek Lidya.
Dengan dibantu tangan sang istri dan dorongan badannya, masuklah kontol Aki Uum
kembali ke memek Lidya.
Mereka mulai
menggenjot ringan, dan berangsur-angsur menjadi bertambah kencang seiring waktu
yang terus berlalu. Lidya menolehkan wajah menatap rumahku, tapi tentu saja ia
tidak dapat melihatku. Malah aku yang bisa melihatnya begitu jelas saat ia mengeluarkan
desahan nikmat dari mulutnya yang tipis.
”Hmm...” rintihnya
saat Aki Uum kembali melumat ujung tokednya dan mengisapnya dengan begitu rakus
dan gemas, membuatnya jadi semakin lancip dan menegang tak karuan.
Aki Uum memang
sungguh perkasa, dia sudah dua kali membuat Lidya kelojotan, sementara dia
sendiri tampak belum apa-apa. Pantas dia berani menantangku. Aku yang cuma
menonton dan ngocok sendiri saja sudah mulai kecapekan, tapi si Aki masih
dengan brutalnya mengesek-gesekkan kontolnya ke lorong memek sang istri.
Sungguh sangat luar biasa sekali.
Dan itu terus
berlangsung sampai 20 menit kemudian. Mataku sampai pedih saat melihatnya,
hingga akhirnya... dengan didahului teriakan panjang, Aki Uum pun klimaks. Pejunya
yang hangat mengalir mengisi liang memek Lidya. Nafasnya terlihat memburu dan
sangat ngos-ngosan, dan dia langsung ambruk menindih tubuh molek Lidya yang
terlihat tak kalah lelahnya begitu alat kelamin mereka terpisah.
Aku yang puas
menonton segera turun ke bawah. Aku konak dan butuh
pelampiasan. Mira, mana Mira?! Kucari istriku yang dari tadi sibuk memasak
di dapur. Segera kupeluk tubuhnya begitu sudah kutemukan. Kupencet-pencet toked
kirinya dan kumainkan pentilnya. Seperti biasa, kalau di dalam rumah, Mira
tidak pernah memakai daleman. Pahanya kubuka lebar-lebar dan tanganku lekas bermain
diantara kerimbunan jembut vaginanya, kukocok benda yang baru kunikmati selama
2 bulan itu dengan dua jari. Tak ketinggalan bahu kirinya yang mulus kucupangi dengan
bibirku.
”Ahhh... Mas!”
Mira hanya mendesah dengan ekspresi wajah menunjukkan kepasrahan dan rasa
nikmat. Sudah biasa ia kuperlakukan seperti itu, kuserang saat sedang tidak
siap, jadi dia sudah tidak kaget lagi.
Mira kemudian kudorong
ke bawah, menuju ke selangkanganku. Tahu apa yang kuinginkan, ia segera menggenggam
batang kontolku dan mulai memainkannya di mulut. Diawali dengan menjilati
kepala kontolku hingga basah, lalu menciumi bagian batangnya, dan diteruskan
hingga ke biji pelirku. Kantong bola itu ia emut-emut disertai dengan mengocok
batangnya menggunakan tangan.
Perlahan tapi
pasti, kontolku mulai ereksi penuh. Kunikmati sekali permainannya, mataku terus
merem-melek sambil mendesah tiada henti-hentinya saat Mira mulai mengulum dan menghisap-hisapnya. Lama juga ia
mengoralku, sebenarnya aku ingin Mira menerapkan tekniknya Lidya, tapi aku tak
tega meminta saat kulihat ia mulai kepayahan. Itu bisa
ditunda buat kapan-kapan, yang penting sekarang hasratku terpenuhi dulu.
Segera kuangkat
dan kupagut bibirnya, Mira membalas dengan tak kalah panas, ia memainkan lidahnya
sambil tangannya memijat-mijat batang penisku. Kudorong tubuhnya agar berbaring
telungkup di meja dapur, kutelanjangi dia agar bisa kulihat tubuh sintalnya
yang selama ini sudah menemani hari-hariku. Kubelai dan kucium punggungnya yang
putih mulus.
”Ahh... Mas!”
Mira mendesah merasakan rangsangan erotis itu. Apalagi saat ciumanku makin
turun ke arah pantatnya yang bulat dan padat, kusapukan lidahku pada bongkahannya
yang putih, kuciumi, bahkan kugigit-gigit kecil hingga membuat Mira menjerit
keenakan.
”Ughh...” Mulutku
turun ke bawah lagi, kuciumi setiap jengkal kulit pahanya yang halus mulus.
Betis kanannya kutekuk sehingga kakinya jadi lebih lebar terbuka.
”Auw... Mas!!”
Mira sedikit tersentak saat mulai kusentuh liang memeknya, dua jariku masuk ke
liangnya yang sempit, sementara satu jari menggosok-gosok itilnya yang
menyembul kemerahan. Bulu-bulu jembutnya aku sibakkan hingga ia bisa merasakan
hembusan nafasku yang begitu dekat. Mulai kujilati kemaluannya sambil tanganku
terus mengocok lembut disana.
”Ahh... hah...
hah...” Mira tertawa-tawa kecil sambil mendesah hebat. Dia memang suka
rangsangan dengan sensasi geli seperti ini.
Puas menjilat,
segera kuangkat pantat bulatnya ke atas, kusuruh dia untuk sedikit menungging. Sesaat
kemudian, Mira menjengit saat batang tumpulku mulai menyeruak masuk ke liang memeknya.
Ia terpejam menghayati momen-moment saat penisku mengisi liang senggamanya
untuk yang pertama kali.
”Ahhh...” Mira tak
kuasa menahan desahan saat aku mulai menghujam-hujamkan kontolku ke dalam tubuhnya.
Rasanya sungguh luar biasa, terutama waktu kuputar-putar kontolku di liang memeknya
yang sempit dan ketat, rasanya seperti dipijit dan dicekik saja, membuatku tak
rela kalau sensasi ini cepat-cepat berlalu.
”Mir, enak...”
bisikku di telinganya. Kocokanku bertambah cepat dan kasar, otomatis erangan
Mira pun semakin bertambah tak karuan, sesekali bahkan ia menjerit kalau sodokanku terlalu keras.
”Terus, Mas... terus...
jangan berhenti!” Mira meminta. Selangkangannya yang sudah basah kuyup
menimbulkan bunyi kecipak setiap kali menerima tusukan penisku. Ia merintih dan
meringis karena nyeri, namun juga merasa nikmat.
Kurasakan dia sebentar
lagi akan klimaks, dinding-dinding memeknya terasa berdenyut kencang memijit
batang penisku yang masih bergerak cepat.
”Ayo, Mas...
terus... Mira sudah mau...” desahnya dengan nafas tersengal-sengal. Tak lama
kemudian kurasakan tubuhnya menggeliat sambil mendesah panjang menandakan
orgasmenya yang sudah tiba. Kurasakan air cinta mengucur deras membasahi
selangkangannya yang masih dipenuhi oleh batang kontolku.
Aku yang juga
merasa sudah hampir meledak segera menarik penisku hingga terlepas. Kubalik
tubuh Mira dan pejuhku kukeluarkan di atas payudaranya, setelah itu kuratakan
cairan kental itu ke seluruh tokedku hingga basah mengkilap. Tersenyum
keenakan, Mirah segera meraih batang kontolku dan membersihkannya. Ia menjilati sisa-sisa
pejuhku hingga bersih.
”Kenapa gak dikeluarin
di dalem aja, kan lebih nikmat?” tanya Mira dengan keringat bercucuran di
seluruh tubuhnya yang sintal.
”Pengen variasi
aja,” jawabku dengan cepat karena ngos-ngosan.
Selesai itu,
kami berbenah. Terbayar deh rasa penasaranku akibat ngintip si Aki-Aki gila.
Meski tidak 100% tapi cukup untuk meredam hasratku hari itu.
Pertandingan
selesai. Sore itu juga, tergopohlah aku mentraktir Aki Uum di warung sate
kambing di mall depan kompleks. Kebetulan sore-sore itu para istri sibuk arisan
juga.
"Saya
ngaku kalah, Ki. Nggak apa, kan... saya nggak usah nyoba nandingin?"
"Ya udah,
nggak apa. Nandingin juga percuma, saya nggak bisa lihat. Mata saya kan udah
burem, kacamata kemaren pecah," begitu dia bilang.
"Gile
bener. Mata sih burem, tapi giliran sama Lidya, perkasanya kayak
superhero!" aku memujinya. "Eh, ngomong-ngomong, boleh tahu apa
rahasianya bisa dahsyat kayak tadi siang itu?" Jelas... aku penasaran
dong.
Si Aki pun
nyengir. "Hehehe... itu tadi sebenernya saya ada salah megang."
"Salah
megang? Salah megang apa?" tanyaku.
"Salah
megang tiang lampu. Lha padahal, tiang lampu itu kan nyetrum!" katanya.
Whahaha... Saya
pun ngakak abis. "Kirain sakti... Ternyata Aki tadi bisa bergetar dahsyat
20 menit itu karena kesetrum?!! Hahaha...
dasar koplak!"
0 komentar:
Posting Komentar