Sebuah kampus swasta di Kota Bandung sudah mulai sepi, sebagian besar
perkuliahan sudah selesai. Hanya ada beberapa mahasiswa yang mengobrol
di foodcourt ataupun sedang menunggu kuliah malam yang jumlahnya tidak
banyak. Gedung ekonomi dimana aku mengikuti kuliah tadi siang juga sudah
sepi dari mahasiswa, pegawai TU dan dosen sudah bersiap-siap pulang.
Aku berada di lantai 2 gedung ekonomi, di lantai ini terdapat ruangan
TU, ruang ketua jurusan dan ruang dekan. Namun aku tidak berada di
ketiga ruangan itu. Bersama dengan Dimas, aku berada di WC wanita. Aku
menungging dengan lutut bertumpu pada tutup kloset dan badanku bergetar
hebat karena gelombang orgasme yang baru saja kurasakan. Dimas yang
sedang berdiri di belakangku sudah tidak lagi mengenakan celananya.
Batang kontolnya terlihat mengkilat oleh cairan kental dan licin,
pastinya itu adalah cairan cintaku.
Di hadapanku tergeletak iPad dengan layar yang menyala, menampilkan aksi
live show dari ruangan yang tak jauh dari WC ini. Seorang pria berumur
40 tahunan, sedang menggenjot seorang mahasiswi yang telanjang bulat di
meja kerja. Di ruangan itu juga terdapat seorang mahasiswi yang terkapar
di lantai, menungging hingga memperlihatkan memeknya yang tanpa bulu
dan ‘sunhole’ yang mengembang kempis.
“Lid, kita cobain kayak gitu yuk.” Ujar dimas yang masih ngos-ngosan.
“Hmmmm?” gumamku yang tidak menyadari perkataannya. Aku masih merasakan
geli seperti kejutan listrik ditubuhku. Rasa nikmat masih melanda
tubuhku.
Dimas mengelus bibir memekku yang sudah basah berlendir cairan cinta.
Dibalurkan cairan cintaku ke selangkanganku bagian belakang, tepatnya
lubang pantatku. Aku tidak menyadari apa yang Dimas lakukan hingga
kepala penisnya menekan lubang pantatku.
“OOOOUUUUWWWWWW....” aku kontan berteriak ketika kontol Dimas mencoba
mempenetrasi pantatku. Aku refleks menjauhkan pantatku dari sodokan
kontol Dimas dan langsung berdiri walaupun kedua kakiku masih bergetar
lemas. “Lu mau apain gue tolol?” ujarku yang kaget setengah mati. Aku
meringis karena rasa panas dan sakit di lubang pantatku.
“Mau cobain kayak gitu..” ujar Dimas sambil menunjuk kepada layar iPad.
Di layar iPad aku melihat mahasiswi Ratna yang bertumpu di meja kerjanya
setelah digenjot oleh Pak Hari. Ternyata sedari tadi dia melakukan sex
anal. Pak Hari sudah selesai ejakulasi di dalam lubang pantat Ratna dan
meninggalkan Ratna yang masih menungging. Lubang pantatnya melebar dan
mengeluarkan cairan putih kental.
“Si Ratna ngelakuin anal?” tanyaku yang kaget setelah menyadarinya.
“Iya, daritadi. Mila juga tadi di anal, liat deh lubang pantatnya juga
agak lebar.” Jelas Dimas. Aku juga baru menyadarinya kalau bentuk
sunhole Mila berbeda dengan milikku.
“Emang enak gitu?” tanyaku dengan polos. “Reza juga pernah minta, tapi ga gue kasih. Kan jijik, itu lubang pantat.”
“Keliatannya mereka suka sampe dapet berkali-kali.” Ujar Dimas. “Kita cobain yuk.” Pinta Dimas.
“Gamau.. Sakiitt..” rengek aku dengan nada manja.
“Ayolah, sekali aja cobain.” Dimas sedikit memaksa.
“Nggak ah gamau..”
“Kalo sakit langsung berenti.”
“Pokoknya gamau.. Titikk..” ucapku dengan tegas. “Ini aja lobang pantat gue masih pedes tau.”
“Hahaha.. Emang abis makan sambel ya?” tawa Dimas.
“Iyah.. Ini cabenya..” ujarku sambil meremas batang kontolnya. Dimas
langsung meringis. “Udah ah gue mau keluar dulu. Nungguin Reza di luar.”
“Yah, pundung. Gue gimana dong? Kan belom ngecrot.” Kata Dimas.
“Salah sendiri mo ngentotin pantat gue. Coli aja sono.” Ujarku dengan pedas sambil mengambil celana dalamku.
Tiba-tiba Dimas merebut celana dalamku. “Jangan dong. Gue kentang nih. Ayolah, secelup dua celup aja.”
“Emoh..” kataku. “Coli aja sono pake celana dalem gue.”
Aku mengambil tas jinjingku dan langsung meninggalkan Dimas dengan muka
bengong sambil memegangi celana dalamku. Batang kontolnya masih bangun
dan tidak tertutupi apa-apa. Sebenarnya aku masih gemas sama batang
kontol itu, tapi aku tidak mau di anal. Belum siap tepatnya. Untung saja
aku tidak membuka bajuku ketika quickie dengan Dimas. Kalau tidak pasti
masih tertahan di dalam.
Aku langsung keluar dari WC menuju koridor lantai 2. Angin sore sehabis
hujan terasa sejuk di kulitku, namun terasa dingin di selangkanganku
yang masih basah dan tidak tertutupi celana dalam. Aku bergidik ketika
angin sepoi-sepoi masuk dari sela-sela rok flare yang kupakai. Aku hanya
berharap tidak ada angin yang menerbangkan rok, kalau tidak orang lain
yang melihat langsung tahu kalau aku tidak memakai celana dalam.
Ketika aku hendak turun untuk menuju foodcourt, aku mendengar suara
pintu terbuka dan langkah kaki dari sepatu high heels. Aku sampai lupa
kalau Ratna dan Mila masih disini. Mungkin itu mereka yang habis indehoy
sama Pak Hari yang menjadi Dekan Fakultas Ekonomi. Aku memutuskan untuk
bersembunyi, siapa tahu aku bisa mendengar percakapan mereka. Aku
memutuskan untuk bersembunyi di belakang lemari tempat penyimpanan
alat-alat kebersihan. Disini aku tidak akan terlihat dari koridor tapi
masih bisa mendengar orang-orang yang mengobrol di koridor.
“Sini Na, udah sepi kok ga ada orang..”
“Untung aja.. Sialan tuh si bandot, pake nyemprotin pejunya di dalem
pantat gue. Mana gue disuruh ga pake panties lagi sama cowok gue..”
“Yaudah sini ke WC, bersihin dulu yuk. Pejunya netes tuh ke lantai.”
“Bentar Mil, pantat gue sakit nih.”
“Iya sakit, kan lu baru pertama. Jadi gimana ngerasain lobang pantat lu diperawanin?”
“Sakit Mil, tapi enak banget dah. Gatau deh gue ngecrot berapa kali. Lemes gini kaki.”
“Eh bentar Na.” Kata Mila tiba-tiba. Suara langkah kaki terdengar masuk ke dalam WC wanita, lalu langkah kakinya keluar lagi.
“Eh, ada orang tuh di dalem. Gimana dong?” tanya Mila.
“Mau dimana lagi mil, udah netes-netes gini. Gausah ngobrol aja di dalem.”
Kemudian mereka masuk dan tidak terdengar suara mereka lagi. Aku
menghubungi Dimas yang masih di dalam WC itu. Berabe juga dia kalo
ketauan lagi di dalem WC wanita.
“Ratna sama Mila masuk WC tuh. Mereka nyadar kalo ada orang lain.” Pesanku di BBM dan hanya di read saja oleh Dimas.
Aku menunggu di belakang lemari. Aku sampai berjongkok karena mereka
lama di dalam WC. Hampir 5 menit kemudian baru ada suara langkah kaki
dari dalam WC. Langkah kaki dari sepatu high heels, pasti Ratna dan
Mila.
“Haah, lega Mil. Gila si bandot tua itu nyemprotnya banyak juga ya. Padahal tadi siang baru diperes sama kamu kan.” Kata Ratna.
“Iyah, emang banyak banget dia nyemprotnya.”
“Gapapa lah demi nilai A. Dia kan pelit ngasih nilainya. Jarang yang dapet nilai A.”
“Iyalah, gapapa memek sama pantat gue dipake. Demi nilai A.” Ujar Mila. “Jadi gimana ngerasain anal? Bakal nyobain lagi ga?”
“Perih sih tadi, tapi udah mendingan pas kena air dingin tadi. Sekarang malah kerasa gatel pengen dimasukin lagi.”
“Haha, dasar. Jadi bakal nyobin anal lagi kan?”
“Iyahlah. Enak tau. Ga kena risiko hamil juga dan memek gue masih milik si Dion.”
“Eh gue pergi dulu ya Na. Gue mau cabut nih.”
“Mau kemana lu? Balik? Banci aja belom bangun kali.”
“Yakali, emang gue banci apa? Cewe tulen kali gue.” Ujar Mila. “Gue mau jalan. Nonton gitu..”
“Oya? Sama gebetan lu itu? Si Dimas kan namanya?”
“Iyah.. Sebenernya sih diajakin bareng Lidya sama cowoknya, si Dimas pengen ikut terus ngajak gue.”
“Ciee, jadi double date nih ceritanya?” kata Ratna. “Gue pernah liat dia pas lagi maen basket. Kayaknya kontolnya gede juga ya.”
“Hahahaha, merhatiin juga lu. Emang, keliatannya sih lebih gede dari si
Bandot tua itu. Badannya aja jauh, lebih tinggi dan berisi.”
“Berarti malem ini indehoy lagi dong sama dia.” Goda Ratna.
“Kagak lah. Jual mahal dulu dong, biar ga dikira murahan. Hehehe.”
“Kalo udah jadi, boleh dong nyicipin.” Ujar Ratna sambil menggoda Mila.
“Apa sih yang nggak buat lo Na. Udah ah gue ke foodcourt dulu. Si Dimas ngeBBM gue nih nyariin gue.”
“Oke, sukses dah ya ngedatenya.” Kata Ratna. “Gue juga mau balik, cape gila abis digenjot si Bandot.”
“Hahaha, gue cabut dulu ya.. Byeee..”
“Bye Mil, sukses yee ngedatenya...”
Aku memperhatikan kedua langkah sepatu itu sampai tidak terdengar.
Setelah memastikan kalau situasi sudah aman, aku keluar dari tempat
persembunyianku. Ketika aku keluar Dimas juga baru keluar dari WC dan
sedang berjalan di koridor.
“Lid, ngapain lu disitu? Kirain udah kemana..” tanya Dimas yang bingung.
“Tadi gue ngumpet buat ngedengerin percakapan mereka.” Jawabku.
“Terus mereka bilang apa?”
“Ada deeehh.. Lu kepo bangett dah..”
“Yah gitu lu mah.. Udah gue bikin lu enak juga..”
“Yee.. Lu juga pengen kan ngentotin gue..” ujarku dengan nada sinis. “Jadi dapet apa tadi di WC?”
“Gue tadi di sebelah Ratna, gue berhasil ngerekamin si Ratna yang lagi
bersihin pejunya.” Kata Dimas. Kemudian dia memperlihatkan potongan
video di HPnya. “Oya, ini punya lu Lid. Sorry tadi gue rebut. Siapa tau
lu mau pake lagi.” Kata Dimas sambil mengambil sesuatu dari sakunya.
Celana dalam berwarna merah yang tadi kupakai. Ketika kuambil, terasa
basah dan lengket.
“Njirr, lu nyemprotin peju di celana gue?”
“Hehehe, abis pake apa lagi gue colinya Lid..”
“Dasar koplak lu, kontol aja digedein. Gamau lah gue pake celana dalem
yang basah sama peju lu.” Ujarku dengan sinis. “Lu bawa aja gih.”
“Ha?”
“Bawa sama lu. Pokoknya gue minta ganti pake lingerie.”
“Yaudah, nanti gue beliin biar lu makin seksehh..”
“Terserah elu dah.” Ujarku ketus.
================================================== ================================
Aku dan Dimas segera pergi ke foodcourt, hanya saja kami tidak datang
berbarengan untuk menghindari anggapan yang engga-engga sama Mila. Tak
lama, pacarku Reza datang dan kami pergi menuju mall PVJ. Kami pergi
terpisah, aku di mobil Reza dan Mila di mobil Dimas. Perlu waktu hampir
satu jam untuk mencapai mall PVJ karena sedang rush hour dimana jalanan
cukup macet.
Kami sampai di mall PVJ setengah jam sebelum film diputar. Kami
berputar-putar di mall untuk menghabiskan waktu. Kuperhatikan cara
pendekatan Dimas ke Mila, semua terlihat mulus. Berkali-kali Mila
terlihat tertawa ketika candaan dilontarkan oleh Dimas. Hanya bersama
dalam satu setengah jam saja, mereka sudah lengket seperti pacaran.
Tidak ada rasa risih ketika Dimas merangkul pinggang Mila. Sesekali
Dimas melirik ke arahku dan memberikan pandangan penuh arti.
Di dalam bioskop mereka semakin dekat. Aku duduk diapit oleh Reza dan
Mila, sedangkan Dimas duduk di sebelah Mila. Di dalam kegelapan studio
bioskop, aku melihat Mila menyandarkan kepalanya di bahu Dimas. Sesekali
Dimas memanfaatkan situasi dengan mengelus paha mulus Mila yang tidak
tertutup roknya.
Filmnya tidak sesuai dengan ekspektasi, tidak terlalu ramai seperti film
sebelumnya. Kulihat Reza cukup bosan dan beberapa kali menguap.
“Kamu bosen ya?” tanyaku kepada Reza.
“Iyah, ga rame-rame banget deh.” Ucap Reza.
Kondisi bioskop yang cukup dingin membuatku merangkul tangan Reza.
Jari-jemari Reza sesekali mengelus pipiku. “Kamu kedinginan?” tanya
Reza.
Aku mengangguk. Kaos yang membalut tubuhku terasa dingin karena AC. Reza
berinisiatif untuk memberikan jaketnya kepadaku. Aku langsung
menerimanya dan memakainya. Tercium wangi tubuh Reza yang cukup enak
untuk dihirup.
“Thanks say..” ucapku.
Aku hanya menutupi tubuhku dengan jaketnya. Aku tetap memeluk tangannya
dan menariknya ke dalam jaket. Tangannya langsung terkena toketku yang
dibalut kaos dan bra. Reza tersenyum jail, tangannya bergerak ke arah
toketku dan meremasnya.
“Kamu nakal..” bisikku
“Hmm..mm.. Habis kamu duluan yang nempelin tangan aku ke toket..” balas Reza dengan berbisik.
Reza menarik tangannya dari dadaku dan mencoba merangkulku. Tapi jarinya
tetap bermain di toketku sebelah kanan. Sesekali dia mencoba
meremasnya, namun tampak tidak puas karena masih tertutup kaos dan bra.
Kemudian diselipkan tangannya ke dalam kaosku. Tangan Reza terasa hangat
dan nyaman.
“Buka aja, kaitannya ada di depan..” bisikku ketika Reza mencoba meremas menyelipkan tangannya di bra.
Hanya dalam sekali gerakan, kaitan bra sudah terbuka. Reza tampak
bersemangat ketika mendapati tangannya bersentuhan dengan putingku. Aku
melihat ke arah samping dimana Dimas dan Mila sedang berduaan. Mereka
tampaknya tidak menyadari kegiatan yang aku lakukan.
Aku sangat suka toketku diremas. Rasanya seperti geli di seluruh tubuh,
apalagi di daerah putingku. Reza sangat tahu titik lemahku. Dengan muka
pura-pura polos, dia memilin-milin putingku dan menariknya. Tak sadar
aku mendesah dengan cukup kencang.
“Ooouuhh...”
“Kenapa Lid?” tanya Mila yang mendengar desahanku.
“Haa? Kenapa? Gue lagi ngobrol sama Reza..” jawabku asal.
“Ooohh.. Kirain kenapa. Abis desahan lu kayak yang lagi diapain aja Lid. Hihihi.”
“Kayak gimana emang?”
“Kayak lagi di grepe-grepe gitu.. hihihi.. ” kata Mila sambil tersenyum mesum.
Aku tidak menimpalinya lagi. Mila sudah kembali terpaku dengan Dimas,
memeluk tangan Dimas dengan manja. Reza tidak melepaskan tangannya dari
toketku dan tetap meremasnya. Remasanya semakin kuat, aku berusaha keras
untuk tidak mendesah.
“Say, buka aja bra-nya. Biar enak.” Pinta Reza.
“Mmm.. Nanti keliatan Mila..” jawabku dengan berbisik. Aku berusaha keras untuk tidak mendesah.
“Tenang aja ga akan liat kok. Dia udah asyik sendiri.” Jawab Reza sambil menunjuk menggunakan wajahnya.
Aku melihat Dimas sudah melumat bibir Mila dengan ganas. Tangannya sudah
meraba-raba paha dan pinggulnya. Aku yakin hanya menunggu waktu untuk
jari Dimas sampai ke selangkangannya.
“Nanti diliat orang lain sayang.” Kataku. Aku khawatir ada yang
menyadari kegiatan kami karena selang beberapa dua kursi dari Reza ada
pasangan yang menonton juga.
“Kan ditutupin jaket aku yang. Ayo dong, biar enak.” Timpal Reza.
“Yauda bentar.” Jawabku pasrah. Dengan sedikit kesusahan, aku membuka
bra yang menutupi dadaku. Aku berusaha untuk membuka bra tanpa
melepaskan kaos. Bisa, tapi cukup sulit. Tali bra yang menempel pada
pundakku dikeluarkan dari sela-sela lengan. Kemudian bra diambil dari
punggungku.
Terasa lega ketika bra sudah dilepaskan dari badanku. Oleh Reza langsung
dimasukkan ke dalam tas selempangnya. Aku melihat sekeliling, tampaknya
tidak ada yang menyadari kecuali Dimas yang menatap sambil mencium
bibir Mila. Aku sih tidak masalah bila Dimas yang melihat. Aku merasakan
putingku menonjol di balik kaos putihku. Reza kembali meremas toketku
dan kini aku tidak siap dengan seranganya. Aku langsung melenguh dengan
keras. Untungnya suara soundsystem sedang terdengar kencang sehingga
tidak akan terdengar dengan jelas oleh orang lain.
“Shitt.. pelan-pelan Za.. “ ucapku.
Reza menghentikan serangannya di toketku, kukira dia akan berhenti
ketika kutegur barusan. Tapi ternyata Reza memindahkan serangannya.
Tangannya menggerayangi pahaku dan mendekati selangkangan.
“Zaa.. Nanti diliat oraang.” Ujarku karena takut.
“Ga akan, liat deh sebelah.” Bisik Reza.
Aku melihat ke arah Mila dan Dimas. Retsleting Dimas sudah terbuka,
batang kontolnya sudah tegak maksimal. Tangannya berada di selangkangan
Mila yang sedang merem melek keenakan. Mulutnya digigit agar tidak
mengeluarkan suara desahan.
Tangan Reza menggerayangi semakin dalam dan langsung mendapati aku tidak
memakai celana dalam. Reza terlihat kaget karena tidak ada celana dalam
yang menutupi memekku. Bibir memekku ternyata sudah basah dan licin
hanya dengan remasan di toketku. Reza langsung memasukan jari tengah dan
telunjuknya ke dalam memekku.
“Kok kamu nggak pake celana dalem?” tanya Reza dengan senyuman mesum.
“Abis aku kehabisan celana dalem, jadi ga pake.”
“Dasar nakal kamu, pake rok kayak gini ga pake celana dalam.” Ujar Reza
sambil mengocok memekku semakin kencang. “Kamu seneng kan ga pake celana
dalem gini.” Aku tidak bisa menjawab omongannya dia. Mulutku kututup
rapat-rapat agar tidak mendesah kencang. Rasa nikmat ini tidak
tertahankan.
“Ayo jawab, dasar kamu cewek nakal. Kamu horni kan ga pake celana dalem
kayak gini?” cerocos Reza. “Ayo jawab sebelum aku makin kenceng
ngocokin kamunya.”
“Iyaaa Zaa.. Lidya suka ga pake celana dalemm..”
Reza tetap memompa memekku dengan jarinya. Rasa nikmat semakin memuncak
hingga akhirnya aku tidak dapat menahan rasa nikmat disekujur tubuhku.
Aku orgasme di tengah-tengah bioskop yang cukup ramai.
“MMmmmmmm.. Mmmm...” aku menahan erangan keluar dari mulutku. Tubuhku
bergelinjang nikmat. Hanya sebentar saja memekku dimainkan, tapi aku
sudah dapat orgasme saja. Kakiku bahkan sampai menendang kursi di
depanku. Seorang pria yang kelihatannya masih SMA menengok ke belakang
untuk menegurku. Namun niatnya tidak tersampaikan ketika melihat memekku
yang tidak tertutup celana dalam dan disumpal oleh dua jari. Dia tidak
menengok kembali sampai teman wanitanya menyenggolnya.
Jari Reza dilepaskan dan terlihat basah oleh cairan cintaku. Disodorkan
jarinya ke mulutku dan aku langsung melumat untuk membersihkannya. Rasa
asin gurih memenuhi mulutku. Setelah cukup bersih, Reza menarik
tangannya dan langsung melumat bibirku lalu mencumbui leher jenjangku.
Kemudian dia berbisik, “Kamu hot banget, awas kamu ya..”
Reza kembali ke tempat duduknya dan merapikan barang bawaan. Kutolehkan
kepalaku ke arah Mila dan Dimas. Aku melihat Mila sudah menyepong kontol
Dimas, dia tampak kewalahan menghadapi kontol Dimas yang ukurannya
besar. Aku memberikan isyarat kepada Dimas kalau filmnya akan segera
habis. Lalu Dimas menepuk bahu Mila dan membisikan sesuatu. Mila
langsung berhenti dan membereskan penampilannya.
Film sudah beres, ketika hendak berdiri aku merasakan ada rasa dingin di pahaku. Rokku ternyata basah terkena cairan cintaku.
“Za, rok aku basah. Gimana nih?”
Aku berdiri dan memperlihatkan rokku kepada Reza. Terlihat ada noda gelap di rok, namun tidak terlalu besar.
“Nggak terlalu keliatan kok, santey aja.” Kata Reza.
“Aku pinjem jaket parka kamu dong.” Pintaku “buat nutupin toket sama rok aku.”
Reza terlihat ragu-ragu, lalu senyum mesum mengembang di wajahnya.
“Boleh, tapi kamu harus pergi ke WC. Buka kaos kamu baru pake jaket.” Kata Reza.
“Jadi aku ga boleh pake kaos lagi?” tanyaku. Reza menggelengkan
kepalanya. Kupikir tidak masalah karena jaket ini cukup tebal dan tidak
akan memperlihatkan putingku yang menonjol. Aku menyetujui permintaan
Reza dan meminta jaket itu.
Kami keluar dari studio bioskop dan langsung menuju toilet. Untung saja
kami cepat bergerak dan tidak harus antri masuk toilet. Di dalam, aku
hanya membuka kaosku dan memasukkannya ke dalam tas. Aku memakai jaket
parka untuk menutupi dadaku. Aku langsung keluar toilet dan menghampiri
Reza, Mila dan Dimas. Ada rasa tegang karena takut ketahuan kalau tidak
memakaikan apapun di dalam jaket.
Kami memutuskan untuk pulang dan langsung berjalan menuju parkiran
mobil. Di dalam mobil bibirku langsung dilumat oleh Reza. Dia membenahi
kursi, kemudian langsung pindah ke kursi penumpang. Dia membuka
celananya dan batang kontolnya langsung menegak sempurna. Melihat
memekku masih licin dengan cairan cintaku, Reza langsung memasukkan
kontolnya.
“Aaahhhh..” aku menjerit pelan ketika batang kontol Reza yang cukup
besar menerobos lubang memekku. Kontol Reza hanya sedikit lebih kecil
dibanding milik Dimas, tapi melekung seperti pisang dan membuat sensasi
yang berbeda.
Reza langsung menggenjot tubuhku dengan kencang. Mobil berguncang keras
karena goyangan Reza. Aku tidak peduli dengan desahanku, aku mendesah
sekeras-kerasnya karena yakin suaraku tidak akan terdengar hingga luar.
Tidak sampai 5 menit aku merasakan gelombang orgasme menerpa badanku.
Ditengah gelombang orgasmeku, Reza menggenjot memekku lebih keras. Aku
mengaduh keras karena rasa nikmat di tubuhku. Aku mendapatkan orgasmeku
lagi, bahkan kali ini aku sampai muncrat ke badan Reza. Cairan cinta
menyemprot dengan derasnya hingga membasahi badan Reza.
“OOOUUUHHHH...” raungku ketika rasa nikmat itu datang bertubi-tubi. Badanku terasa lemas hingga ke tulang-tulangnya.
Reza tak memberiku kesempatan untuk beristirahat dan tetap menghujamkan
kontolnya dengan cepat dan kasar. Tak lama Reza meraung dan menyodokan
kontolnya dalam-dalam. Terasa hangat membasahi rahimku yang terdalam.
Terasa nyaman dan hangat. Aku baru menyadari kalau ini pertama kalinya
dia menyemprotkan pejunya di dalam memekku.
“Kok di dalam si sayang?” tanyaku ketika genjotan Reza sudah mereda.
“Sorry sayang, aku nggak tahan.. Kamu seksi banget deh..” Jawab Reza.
“Kalau aku hamil gimana dong?” tanyaku. Aku yakin tidak akan hamil karena aku tidak sedang dalam masa subur.
“Pasti aku nikahin kamu kok sayang.” Kata Reza sambil mencium bibirku.
Reza mengeluarkan kontolnya yang sudah lemas dari dalam memekku. Rasa
geli langsung terasa ketika kontol Reza keluar dan peju kental meleleh
dan membasahi jok mobil. Aku bergidik pelan dan tidak peduli dengan jok
yang terkena peju. Reza kemudian pindah ke bangku pengemudi, menyalakan
mesin dan mengemudikannya ke luar parkiran.
Aku merasakan ada yang aneh dari dalam tubuhku. Sudah orgasme
berkali-kali tapi masih ada yang kurang. Badanku lemas hingga malas
untuk bergerak. Tiba-tiba aku teringat pada kontol Dimas yang perkasa.
Aku jadi ingin disodok kembali oleh kontol jumbonya. Entah mengapa aku
tidak merasa puas walaupun berkali-kali orgasme dan langsung teringat
kontol Dimas.
Home
Cerita Eksibisionis
Lidya
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Lidya : Story of Lidya, I'm a Slut 2
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar