Cerita Eksibisionis Diva : Istriku BDSM Lonteku 6 - Dipaksa Nakal 2

Diva kemudian memiringkan kepalanya menuju selangkangan ku, dan menjilat kemaluan ku. Ku minta ia memasukkan ke dalam mulutnya dan ku tekan sampai amblas. Kemudian ku tarik kepalanya sehingga terlepas dari kemaluan ku.

“buka baju mu sampai bugil dan jangan membantah !” kata ku tetap menghadap kedepan, Diva terlihat ragu, namun dengan gerakkan seperti akan menamparnya ia kemudian menghindar takut kemudian meraih kancing baju dan membuka pakaiannya satu persatu. Diva kini dalam keadaan bugil mengocok kontol ku dan mengemutnya bergantian. Kami kemudian sampai dirumah, ku masukkan kontol ku ke garasi celana, membuka pagar dan memasukkan mobil ke dalam garasi kemudian menutup pagar dan pintu garasi mobil.

“sapa suruh pake pakaian dalam mu, buka !” kata ku, saat tiba di mobil melihat Diva mencoba mengaitkan Bhnya kembali yang ku raih kembali belum sempat dikaitkannya, melolosi dari kedua tangannya. Diva belum tahu ada Stefi didalam, setelah Bh dan celana dalamnya terlepas, ku tarik dari kepala keluar, telungkup diatas kap depan mobil ku dan ku sodok bo’ol istri ku dari belakang.

“adoohhhh massss sakiitttttt!, panas MASSSS!” kata istri ku, merasa kesakitan dan kap mobil yang masih panas karena mesin mobil, menempel perut dan tobrutnya yang membuat tubuhnya bergoyang2 diatas tobrutnya yang kenyal.

“ahhhh lonte masa sakit...sering dikontolin kok sakit hah !” kata ku, tidak peduli akan keluhannya. Ku genjot makin keras, awalnya diva merintih kesakitan, namun kini merintih keenakkan.

“ehhhh..lonte..sapa suruh keenakkan...mau ku hajar lagi !” kata ku sambil menampar bokongnya dua tiga kali. Emang gatel bini ku, malah makin terangsang dan ia akhirnya orgasme juga. Ku tarik dari kepala dan menahan pinggulnya masuk menuju ruang tengah, diva kaget dengan adanya Stefi yang duduk menonton Tv. Namun ku tahan dengan cekikkan pada lehernya dan mencubit putingnya dari belakang membuat ia menjerit tertahan.

“ayo stefi.... mulut lonte ku ngganggur !” kata ku sama Stefi yang masih ragu2, ku maki Stefi sekalian karena masih ragu.

Ku gampar bokong istri ku dan mencubitnya sambil menyuruhnya, agar meminta Stefi mengentotnya.
“bilang sama mas stefi yg item ini... kamu lonte yg ingin di entot !” kata ku sambil menampar dan mencubit bini lonte ku. Diva akhirnya menyerah karena ku kasari, atau mungkin pasrah, karena sudah tidak ada jalan keluar lagi.

“entot aku massss!” kata Diva tapi menundukkan wajahnya. Ku jambak rambutnya menyuruh ia membuka matanya menghadap Stefi dan meminta ia mengulangi dengan jelas sambil menyebut dirinya lonte.

“aku lonteee... entottt akuuu mas ambonnn !” kata istri ku namun segera ku tampar kembali dan memarahinya karena ia salah berbicara.

“sapa ambon... dia bukan ambon goblokkkk, namanya Stefi !” kata ku menamparnya bokongnya yang kini benar2 merah kontras dengan punggung dan pahanya yang putih.

“sudah bro... kasar amat !” kata stefi, akhirnya nurut dan menurunkan celana kemudian mengarahkan kontolnya ke mulut istri ku. Kepala diva masih terhentak – hentak ke depan karena tengah ku sodok bo’olnya.

“P L A K ! buka mulut mu lonte !” kata ku sama Diva setelah menampar pipinya kembali ditengah genjotan ku, karena tidak membuka mulutnya agar kontol Stefi bisa masuk. Stefi yang awalnya sedikit ragu kini telah memegang Tobrut, toge brutal istri ku yang menggantung. Stefi begitu terpesona dan seperti menemukan mainannya, ia menjadi autis dan fokus ke situ beberapa saat.

“bini mu emang super toge bro” kata Stefi, sambil tetap memainkan buah dada Lonte ku yang menggantung. Yang ku balas bahwa ;”sepongan lonte ku juga maut, jika ia kurang keras menyepong kontol mu tampar saja dan suruh emut dengan keras” kata ku, namun Stefi sudah meringis kali ini. Tampaknya Diva mendengar perkataan ku, dan mengemut kontol stefi dengan kuat, dan cepat karena kepalanya maju mundur dengan tangannya menahan kontol Stefi ke mulutnya. Stefi kini menahan kepala Diva dengan muka meringis keenakkan saat hujaman ku makin keras menghajar bo’ol istri ku. Atau mungkin Diva juga sudah emosi karena aku memaksanya melayani teman ku.

“sepongan bini mu enakkkkk..emang mauttt apa lagiiii memeknyaa” kata Stefi. Yang ku jawab bahwa memeknya nganggur, aku lagi menyodok bo’olnya, dan mengajak stefi mencoba kempitan memek istri ku.

“kau entot pantat bini lo.... ?” tanya stefi sedikit tidak percaya, bahkan kata Stefi, tidak banyak Wp atau pecun yang mau di bo’ol’in.

“mana kontol mu gede sekarang... di bo’olnya pula” kata stefi sedikit kasihan dengan bini ku, namun aku tidak peduli, terlalui sakit hati akan dikhianati.

“ini kan lonte ku broooo !” kata ku sambil menampar bokong mungil istri ku yang menerima kontol gede ku. sambil menyuruh stefi duduk di kursi. Stefi melepas seluruh pakaiannya dan duduk di kursi.

“naik ke tubuh stefi.... lebih baik sama stefi...kamu suka kontol gedekan ?” istri binal ku hanya diam mendengar perkataan sekaligus pertanyaan ku. Ku minta jangan menolak atau melawan, toh sama soleh, Diva menikmati, tidak ada salahnya sama Stefi, karena ia teman baik ku daripada sama si Habib cabul soleh.

Diva dengan pasrah muka menunduk, menutup wajahnya dengan rambutnya, kedua tangannya menyeka air matanya, membuka kakinya, saat aku melepas pakaian ku. Diva membiarkan stefi mencoba memasukkan kontolnya, kedua tangan bini lonte ku, menutup wajahnya.

“ngapain tutup’in wajah mu, bantu masuk’in kontol stefi” kata ku, dan kemudian oleh Diva diraih kontol stefi ke bawah dan menggesek bibir kemaluannya dan stefi mencubit dan memutar puting Tobrut, toge brutal istri ku. Kemudian lenguhan Diva saat kontol Stefi melesak masuk, baru beberapa pompaan di atas kontol stefi diva telah melenguh orgasme. Badannya bergetar dan paha Stefi telah basah maninya.

“enakkan mana sama kontol soleh” kata ku, yang kini bersiap2 dibelakang Diva menganalnya. Ku tampar dan memaksa Diva segera menjawab.

“enak kontol bang ambonnn !” kata Diva.

“P L A K ! ambon lagi... namanya Stefi, lonte !” kata ku pada Diva sambil menampar mulutnya, kemudian menyuruhnya berbicara dengan benar karena ia kembali menyebut Stefi dengan kata ambon, padahal Ambon dan papua itu berbeda seperti jawa-sumatra atau jawa-kalimantan jaraknya.

“enak kontol mas stepi” kata istri ku, dasar lidah sunda semua huruf “V” dan “F” jadi huruf “P” seperti mengatakan “Tv” jadi “Tp” atau “ti-pi”.

Ku minta Diva membuka pantatnya, tanpa ada penolakkan karena mungkin ia tahu bahwa percuma saja. Ku masuki bo’olnya kembali dan aku menggenjotnya bersamaan dengan stefi.

Lenguhannya tak tertahankan lagi, “enakk ya lonteeee !” kata ku, yang dijawab anggukkan namun ku tampar dan menyuruhnya menjawab.

“he..heh..! enak sayanggg !” kata istri ku, namun ku tampar sampai menggelepar lemes diatas tubuh Stefi.

“jangan panggil aku sayang lonteee......panggil aku tuan ato mas saja!” kata ku, kembali dengan tamparan dab darah mulai keluar dari mulutnya, dan langsung dijawab istri dan memanggil aku mas. Meski dikasarin segitu hebat, Diva meraih orgasmenya kembali. Bahkan di balas ciuman stefi dengan liar...stefi pun melenguh orgasme kemudian mencium bini nakal ku kembali. Mani Stefi menembak ke dalam memek istri ku, membuat bokongnya yang sedang tertancap penis ku ikut bergetar karena ia menahan geli. Ku tampar bokongnya yang ke gatelan, Diva malah melenguh dan bergetar makin liar.

“bagus... gitu dong jadi lonte !” kata ku, melihat ia mencium stefi kemudian Diva menoleh kepada ku. “apa liat2 lonte” kata ku namun ia tetap menatap ku malah seperti menantang ku. Ku tampar keras wajahnya namun ia menoleh kembali dan berkata;

“bunuh... bunuh aku sekalian mas !” kata Diva, namun ku katakan aku tidak ingin membunuhnya, hanya ingin menyiksanya dan menjadikan ia (Diva) sebagai LONTE KU.
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar