Cerita Eksibisionis Diva : Istriku BDSM Lonteku 5 - Dipaksa Nakal 1

Aku kemudian berangkat menuju tempat kerja ketika masa seminggu off ku telah lewat, ingin ku labrak Habib cabul itu. namun melihat tayangan bahwa istri ku menikmati kontol Habib Soleh, percuma saja. Toh Diva emang niat selingkuhnya, jadi Divanya yang di setir. Baru beberapa hari aku di tempat kerja, Diva sudah mulai kirim SMS dengan Soleh yang terpantau di HP ku. Bukan main marahnya aku, Diva bahkan mengadukkan perbuatan ku pada Soleh, soleh marah dan mengumpat pada ku dalam nada SMS-nya ke Diva.

“emang salah salah siapa ?, yang memiliki hak itu siapa ?, yang menjadi suami Diva itu siapa ?” tanya ku dalam hati.

Selama dua minggu itu ku pantau terus, mereka tampaknya tidak bertemu lagi, karena istri ku benar2 takut. Namun SMS mesrahnya, membuat aku makin emosi, ingin ku print SMS-nya dan menunjukkan padanya. Namun kalau ku lakukan itu, aku akan semakin sulit mengawasinya, saat ia mengganti HP-nya. Sebab aku ingin tahu, apakah ia benar2 ingin berubah atau tidak. Namun melihat dan membaca SMS mereka dengan kata2 sayang, saling perhatian dan bertanya apakah sudah makan, dan sun jauh. Aku sudah emosi dan marah kembali.
Ku ceritakan sama Stefi masalah ku, dan Si Dom, bule yang menawari ku CCTV. Mereka bersimpati, dan juga tidak menyalahkan tindakkan kasar ku. Kemudian, entah dari mana ide gila datang unuk membagi istri ku dengan Stefi. Sebab rasa cinta akan saling memiliki, itu mulai luntur dengan SMS kata sayang Soleh dan Diva istri ku. Bahkan ia lebih sering SMS sama Soleh dari pada SMS sama aku. Ku utarakan niat ku pada Stefi mengajaknya meniduri istri ku, bahkan saat Stefi menolaknya berkali-kali, aku tetap memintanya. Rasa cinta akan menjaga kesucian pernikahan ku sudah tidak berarti lagi. Bagi ku rumah tangga sudah benar2 hancur, sehingga Stefi akhirnya menyerah.

“kenapa aku yang kau ajak njinggggg !” kata Stefi, namun ku katakan dan bertanya balik padanya bahwa siapa kawan baik ku di sini, selain ia dan si Dom. Stefi diam tidak bisa membantah saat kami mengemasi pakaian kami ke dalam tas dari loker. Sebentar lagi Heli datang bersama kru pengganti, kami kemudian berjalan dan duduk bersama teman2 lainnya di tangga landasan, menunggu helikopter yang sayup2 terdengar.

“jangan pulang dulu, ke rumah ku, 1-2 hari, kita hajar Diva sampai pingsan” kata ku, Stefi memandang ku, dengan muka sedikit bingung, seakan tidak percaya.

“njingggggg ini bukan perek.... ini istri mu setannnnnn !” kata Stefi, masih mencoba, mengingatkan ku. ku bisikkan padanya; bahwa itu bukan urusannya, ia hanya ku minta bantuan melampiaskan sakit hati ku, lagi pula, bukan aku yang meretakkan pernikahan kami tetapi Diva. Bahkan pernikahan ku sudah sangat rapuh, akibat ulahnya, karena SMS mesra dengan kata sayang antara Diva dan soleh seperti meretakkan pondasi pernikahan ku, hanya masalah waktu yang menunggu rubuh dan ambruknya pernikahan ku. Karena sudah retak pernikahan ku, sekalian saja diambrukkan, dihancurkan dan ratakan saja.

Sebelum menuju rumah ku, ku minta Diva mengantar anak ku dan pembantu kami ke rumah orang tua ku. Diva sudah ketakutan di Telpon, menyadari akan maksud tindakan ku, karena kini tidak ada anak dan pembantu dirumah. Aku dengan Stefi menuju rumah, namun aku ingat mungkin Diva sedang di rumah Ortu ku, aku melewati Mushola tempat si Habib mengajar ngaji, stefi ku minta di rumah dan ke rumah orang tua ku, sekaligus menjenguk anak ku. Setelah menjenguk anak, aku diberitahu bahw Diva di mushola meski anak ku sudah pulang dari ngaji sore itu. aku kemudian menuju mushola.

Benar saja, dari belakang, istri ku tengah ngobrol dengan Si Habib, si Habib duduk diatas motor. Jarak mereka berjauhan sehingga orang menganggap itu omongan biasa saja. Karena emosi, ku tabrak si Habib dari belakang dengan mobil ku, sampai ia terjerambab ke dalam parit besar ke depan bersama motornya. Parit yang warna airnya hitam dan berbau, Baju koko putih dan peci putihnya berubah warna menjadi hitam.

Didekat sana juga ada beberapa warung dan banyak yang nongkrong di sana, sebagian besar kenal sama aku. Tentu saja mereka awalnya memarahi ku, tetapi begitu ku ajak sepupu ku dan dua orang tetangga ke dalam mobil menunjukkan sekilas video perselingkuhan Istri sama si soleh yang dianggap terpandang.

Sepupu ku (ini preman di sana) bahkan keluar mobil kembali. Yuyud, nama sepupu ku ini kemudian menarik kuping Diva dan menyuruhnya masuk ke dalam mobil. Kedua temannya, tetangga orang tua ku, sudah berdiri di pinggir parit dengan bertongkat pinggang memarahi soleh, bahkan saat soleh berusaha bangkit keluar parit di tendang salah seorang sehingga jatuh lagi ke parit.

Aku kemudian menepuk bahu Yuyud, namun aku di minta pergi sama Yuyud, biarkan ini menjadi urusannya. Aku masuk ke dalam mobil melihat istri ku yang duduk disamping ku, ia gugup dan gemetaran.

“mungin kau mau di bugil’in dan arak telanjang keliling kampung bersama Soleh ?” tanya ku sama Diva, diva tidak menjawab namun kemudian menunduk dan menangis. Saat kami berlalu, makin banyak tetangga yang kumpul, ku SMS sama YUYUD, sepupu ku, jangan sampai masalah dibawa ke polisi. Aku tidak mau berurusan dengan polisi. Yuyud kemudian membalas bahwa; ia sering dinasehati si Habib cabul ini agar insyaf, malah si Habib yang bejad serong dengan bini orang, jadi ia ingin menghajar si Habib ini, baru kemudian melepaskannya. Ku biarkan mereka mengurus si Habib, kami kemudian menuju rumah ku.

“kenapa masi nangis, buka celana ku emut kontol ku !” kata ku pada istri ku. Diva kemudian menyeka air matanya dan mengulurkan tangannya membuka ikat pinggang kemudian membuka kait kancing celana dan menurunkan resleting celana ku. Ditarik turun celana dalam ku dan burung ku yang layu di elusnya.

“kau emang lonte kebanyakkan emut kontol dan minum peju sampat lelet ke otak mu, di bilang emut malah ngocok doang... mau ku tampar ? ayo cepet !” kata ku panjang memarahinya di dalam mobil saat aku masih menyetir menuju rumah ku.
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar