Cerita Eksibisionis Naya : 6 Pengakuan

original stories (by anonymous)

Naya tertidur dengan posisi duduk agak miring kearah pintu mobil. Kepalanya tersandar pada bantalan kursi dengan posisi miring ke arah yang sama. Terlihat wajah kelelahan dari raut muka Naya. Namun kecantikan Naya tetap terpancar meski dengan raut wajah yang kelelahan. Tangan kanannya tergeletak di atas pangkuannya atau lebih tepatnya berada di kedua pahanya seakan-akan sedang melindungi asset terpenting miliknya itu. Tangan kirinya berada disamping pahanya, menggenggam kain segitiga yang harusnya juga ikut melindungi assetnya. Tapi anehnya Naya masih memegang benda itu, padahal tadinya dia berkata jika dia ingin memakai benda itu dengan alasan 'geli' yang dirasakan pada selangkangannya. Apakah saking capeknya Naya hingga dia langsung tertidur tanpa sempat memakai celana dalamnya? Tapi bukannya dia menjawab 'sudah' ketika aku tanya apakah dia sudah selesai memakai celana dalamnya? Atau sebenarnya Naya memang tidak ingin memakai celana dalamnya, lalu dia pindah duduk ke belakang agar bisa lebih leluasa menikmati 'kegelian' pada selangkangannya? Apakah dia masturbasi ketika duduk di belakangku? Pikiranku mulai menjurus ke arah-arah negatif tentang Naya, apalagi setelah mengingat adegan masturbasi Naya pada video yang kurekam. Ah, mungkin saja dugaanku salah.

Melihat posisi tubuhnya tersebut, rasanya aku tidak ingin membangunkannya. Aku ingin lebih lama lagi menikmati pemandangan ini. Kapan lagi aku dapat leluasa menyusuri tubuh Naya dari jarak sedekat ini. Dan akhirnya pandanganku tertuju pada payudaranya. Baju yang dikenakan Naya berbahan mirip dengan kaos. Meskipun tidak terlalu ketat, tetap saja baju tersebut dapat mencetak bentuk payudara Naya. Apalagi dengan posisi duduk seperti ini. Namun sayang, karena kondisi dalam mobil yang gelap, aku tidak dapat menikmati pemdangan payudara Naya dengan lebih jelas.

Kuputuskan untuk menyalakan lampu tengah dalam mobil. Ketika lampu menyala, aku takut jika Naya terbangun. Tapi untuk saja dia tetap terlelap. Aku pun kembali mengeksplor tubuhnya, terutama payudaranya yang sempat tertunda tadi.

Pada saat aku menatap payudara kanannya, samar-samar aku dapat melihat tonjolan kecil pada bajunya. Apakah itu puting? Bukankah tadi Naya memakai bra? Siang tadi aku masih melihat bentuk bra yang tercetak pada bajunya. Tapi sekarang aku tidak dapat melihat bentuk bra tersebut, yang kulihat malah tonjolan kecil di bajunya. Tapi aku belum yakin jika itu adalah tonjolan puting Naya. Karena bisa saja itu hanya kerutan baju yang kebetulan bentuknya mirip dengan puting. Aku tidak dapat melihat apakah ada tonjolan serupa pada payudara kirinya karena payudara kirinya tertutup oleh ujung jilbabnya.

Karena penasaran, kusingkap sedikit ujung jilbab tersebut. Tentu dengan sangat hati-hati agar Naya tidak terbangun. Dan hasilnya adalah ternyata ada tonjolan serupa pada payudara kirinya. Pertanyaannya adalah, kapan dia melepas branya? Bukankah dengan baju yang dipakai Naya sekarang ini, dia juga harus melepas bajunya terlebih dulu untuk dapat melepas branya? Apakah dia melakukannya di belakangku? Dan satu lagi pertanyaan yang mengganjal, dimana posisi bra Naya sekarang?

Dengan kondisi Naya yang tertidur, tentu ada rasa ingin menyentuh tubuh Naya pada saat itu. Ingin sekali aku menyentuh puting Naya tersebut. Dan bila perlu, meremas bongkahan payudaranya sekalian. Tapi tentu saja aku takut untuk melakukannya. Tak lain adalah karena aku takut membangunkannya.

Namun dengan sedikit nekat, aku mencoba menyentuh tonjolan puting Naya dengan jari telunjukku. Dengan sangat hati-hati, dan selalu mengawasi raut muka Naya, jari telunjukku makin mendekat ke arah puting sebelah kanan Naya. Dan akhirnya jari telunjukku dapat menyentuh putingnya tersebut meski dari luar bajunya. Karena tidak ada ekspresi apa-apa dari Naya, kucoba untuk sedikit menekan putingnya. Puting tersebut terasa sedikit keras. Aku tidak tahu apakah puting Naya memang selalu keras seperti ini atau tidak, tapi yang kubaca dari internet, biasanya puting cewek mengeras jika dia dalam kondisi horny. Apakah Naya sedang horny saat itu? Dan tiba-tiba Naya terbangun. Dengan sigap langsung kusingkirkan tanganku dari payudara Naya.


"Eh... udah sampe ni nay..." kataku.

Naya tidak menjawab. Dia terlihat belum sadar 100% dari tidurnya. Aku pun mencoba membantunya turun dari mobil.

"Udah, gausah chan... aku bisa sendiri..." katanya ketika aku mencoba membantunya.

Setelah Naya turun dari mobil, dia terlihat baru menyadari jika tangannya masih menggenggam celana dalam miliknya. Sehingga dia berusaha menyembunyikannya dibalik tubuhnya.

"Ayok masuk aja nay... barang-barangnya diturunin besok aja... kamu langsung istirahat aja dulu..." kataku sambil mempersilakan masuk ke rumah kontrakanku.

Aku membiarkan Naya tidur di kamarku lagi. Sedangkan aku beristirahat sejenak di kursi ruang tengah, namun aku malah ketiduran hingga pagi.

****

Pagi hari. Ketika kubuka kelopak mataku, aku melihat sesosok wanita sedang duduk di sebuah kursi menatap ke televisi. Dia mengenakan sebuah kemeja flanel yang terlihat kebesaran untuknya. Sedangkan bawahnya.... aku tidak yakin dia mengenakan apa, yang kulihat hanyalah sebuah paha yang putih. Kedua kakinya ditekuk dan dirangkulnya. Setelah kukumpulkan kesadaranku, aku kembali memastikan siapa cewek tersebut. Dan benar, cewek tersebut adalah Naya.

Sepertinya Naya sadar jika aku telah terbangun. Dia pun menurunkan kedua kakinya dari kursi dan berusaha menutupi pahanya dengan bantal.

"Hai chan... udah bangun...?" sapanya.

"Naya?" jawabku sambil berusaha bangkit dari tidurku.

"Iya chan?" tanyanya.

"Kok kamu pake baju itu..? tanyaku.

"Tadi aku mau ganti baju, soalnya gerah pake baju yang kemarin.... trus ternyata bajuku masih di mobil semua... lalu aku liat baju ini di gantungan.... ini baju kamu kan?" jawabnya mencoba menjelaskan.

"Iya, itu bajuku..." jawabku.

"Pinjem dulu ya chan... ntar aku cuciin kok..."

"Trus yang..." kataku sambil menatap bagian bawah tubuhnya.

"Gak kok... aku gak minjem kamu kalo yang bawah..." jawabnya.

Artinya Naya tidak memakai celana. Karena yang kutahu dia mengenakan rok panjang dan sebuah celana dalam kemarin.

"Bentar... aku ambilin barang-barangmu ya nay..." kataku.

"Udah, nanti aja chan.... gapapa kok... em... kamu mau minum? aku bikinin ya..." katanya.

"Eehh... gausah nay... kamu kan tamunya, aku tuan rumahnya... masa kamu yang bikinin minum..." kataku.

"Gapapa chan... ini udah kayak rumahku sendiri kok" jawabnya sambil berlalu menuju dapur.

Sesaat kemudian, Naya kembali dengan 2 cangkir teh hangat.

"Chaan... maaf ya kalo semalem aku marah-marah ke kamu..." katanya.

"Gak gak... aku yang harusnya minta maaf... kemarin becandaku kelewatan... maaf kalo aku kurang sopan ngomongnya nay..." jawabku.

"Iya, gakpapa kok chan... lagian aku salah juga... eh tapi jangan kasih tahu siapa-siapa ya chan... semalem itu malu-maluin banget sumpah...." katanya.

"Iya, gak bakal aku sebarin kok.... eh tapi nay..." aku mencoba menanyakan celana dalamnya yang tidak jadi ia kenakan semalam. Tapi kuurungkan niatku untuk menanyakan itu, karena aku takut kalau Naya marah lagi.

"Tapi apa chan?" tanyanya.

"Gakpapa nay, gak jadi... hehe" jawabku.

"Eh.. pinjem kunci mobilnya dong... mau ambil barang-barang dulu..." katanya.

"Biar aku aja nay...."

"Udah... kamu minum aja dulu... aku bisa sendiri kok..." katanya.

Aku pun merogoh sakuku untuk mengambil kunci mobil dan menyerahkannya ke Naya. Naya pun berjalan keluar menuju mobil yang kuparkir di depan garasi. Kulihat tubuh Naya dari belakang ketika berjalan keluar. Pantatnya memang tertutup oleh ujung kemejaku, namun pahanya yang putih itu tetaplah terlihat dengan jelas. Dan sekarang dengan beraninya dia keluar rumah dengan pakaian seperti itu.

Aku mencoba mengikutinya. Aku mencoba mengawasinya dari balik jendela ruang tamu. Jalanan depan rumahku tidak bisa dibilang sepi. Setiap menitnya pasti ada saja yang lewat. Namun Naya dengan pedenya berjalan menuju mobil sambil tidak mengenakan celana. Untungnya tidak ada yang lewat ketika Naya berjalan menuju mobil, sedangkan ketika Naya sampai di samping mobil, tubuhnya tidak akan terlihat dari jalan karena tertutup badan mobil.

Ketika Naya membuka pintu tengah mobil, apa yang kukhawatirkan akhirnya benar-benar terjadi. Ya, Naya membungkukkan badan badan ketika mencoba meraih barang yang ada di dalam mobil. Dan benar, ujung kemeja tersebut tertarik ke atas. Namun apa yang terlihat tidaklah seperti apa yang kubayangkan. Aku membayangkan jika ujung kemeja itu tertarik keatas, aku dapat melihat dapat melihat celana dalam Naya. Tapi ternaya tidak, yang terlihat justru 2 bongkahan pantat Naya! Ya, naya tidak memakai celana dalam!

Naya sempat menyadari jika ujung kemeja yang ia kenakan tertarik ke atas. Naya mencoba membetulkan posisi ujung kemeja tersebut, namun nampaknya ujung kemeja tersebut memang tidak dapat menutupi pantatnya sepenuhnya. Dan sekarang Naya malah membiarkan pantanya terekspos begitu saja. Padahal di balik mobil, sekarang ada beberapa orang yang sedang lalu-lalang. Sungguh pemandangan yang mendebarkan.

Pemandangan yang kulihat hampir sama dengan yang video, hanya bedanya sekarang aku melihatnya secara langsung. Tanpa kusadari, sekarang aku sudah mengeluarkan penisku dan mulai mengocoknya. Namun sayangnya hal itu tidak berlangsung lama, karena Naya mulai berbalik badan dan keambali masuk ke rumah. Aku pun langsung memasukkan penisku kembali ke sangkarnya, dan kembali ke ruang tengah.

"Udah semua nay?" tanyaku.

"Bentar chan, masih ada beberapa..." jawbanya.

"Kalo udah nanti kuncinya kasih aku ya... mau aku balikin mobilnya... temenku mau make soalnya"

"Oke..."

Singkat cerita, aku sudah bersiap-siap untuk mengembalikan mobil ke rental.

"Kamu di rumah aja ya nay... aku cuma bentar kok..." kataku.

"Oke chan..."

Aku pun mengendarai mobil tersebut ke rental yang jaraknya sekitar 10 menit dari rumahku. Sesampainya di tempat rental, aku kembali mengecek isi mobil untuk memastikan tidak ada lagi yang tertinggal. Ketika aku menyusur semua bagian mobil, aku melihat saku belakang jok sedikit mengembung yang artinya ada sesuatu didalamnya. Dan ketika aku cek, terdapat sebuah bra! Apakah ini bra Naya yang dilepas semalam? Kenapa Naya tidak mengambilnya lagi? Sepertinya dia telah lupa. Aku pun memungut bra tersebut dan menyimpannya.

Aku kembali ke rumahku. Ketika sampai di rumah, aku kaget karena ada sebuah motor terparkir di depan rumah. Motor tersebut adalah motor teman sekontrakanku, yang artinya dia telah kembali dari kampungnya. Tetapi yang membuatku panik adalah bagaimana jika temanku tersebut memergoki Naya yang hanya memakai kemejaku tanpa memakai apa-apa lagi di baliknya? Aku pun bergegas untuk masuk ke rumah.

Di dalam rumah, kulihat temanku (panggil saja Bagas) sedang mengobrol dengan akrabnya dengan Naya di ruang tengah. Aku cukup lega karena Naya sekarang sudah mengganti pakaiannya. Dia kini memakai kaos lengan panjang dan rok panjang juga.

"Oii bro! Lu kok gak ngomong-ngomong kalo sepupu lu kesini? Hampir aja gue kira maling tadi... haha" sapa Bagas.

Sepupu? Tanyaku dalam hati. Lalu kemudian aku melihat Naya yang memberiku isyarat. Mungkin Naya sengaja memperkenalkan diri sebagai sepupu agar Bagas tidak berpikiran yang macam-macam.

"Eee... e... iya gas... soalnya mendadak.. hehe" jawabku asal.

Aku pun bergabung mengobrol dengan mereka. Namun beberapa saat kemudian Bagas malah berpamitan lagi.

"Mau kemana lagi lu?" tanyaku.

"Mau ke ****.. gue cuma drop barang aja kesini... 2 hari lagi paling gue udah balik lagi kesini.." jawabnya.

"Oalah.. yaudah... ati-ati ya bro..."

"Siip..." jawabnya.

Tinggalah aku berdua lagi dengan Naya.

"Kenapa kamu ngeliatin aku kayak gitu?" tegur Naya karena aku memandangnya.

"Aku tadi panik tau..." jawabku.

"Panik kenapa?"

"Gimana gak panik... aku kira kamu masih pake kemejaku kayak tadi... gimana kalo Bagas ngeliat kamu kayak gitu coba?"

"Hehehe...gak kok.... aku tadi langsung ganti baju begitu denger ada suara motor brenti di depan..." jawabnya.

"Kok malah ketawa sih... aku serius lho nghawatirin kamu... untung saja tadi cuma temenku, coba kalo yang datang rampok, trus ngeliat kamu pake baju kayak tadi, bakal diperkosa kamu... tau ga?" kataku dengan nada yang agak tegas.

"Maa... maafin chan... makasih juga kalo kamu udah nghawatirin aku..." jawabnya memelas.

"Aku pengen nanya ke kamu. Kamu tu kayak punya dua kepribadian, tau gak sih? Kadang-kadang kamu pake baju yang serba ketutup, tapi kadang-kadang auratmu juga kamu perlihatin dengan mudahnya..." kataku.

"Tadi pagi mungkin pakaianku udah kelewatan chan.... tapi itu gara-gara emang gak ada baju lagi buat dipake..." jawabnya.

"Tapi kemaren-kemaren, pas kamu nginep disini pakaianmu juga kebuka-buka nay..."

"Aku emang pake pakaian kayak gitu kalo di dalam rumah, di rumahku aja aku selalu pakai kayak gitu..." jawabnya.

"Iyaa... tapi di rumah ini kan ada aku juga... aku ini cowok, dan aku bukan mukhrimmu.... dan sebagai cowok normal, aku pasti bakal berpikir yang jorok kalo ngeliat kamu pake kayak gitu... apalagi kalo kamu gak pake daleman..." kataku.

"Kok kamu tau kalo aku ga pake daleman?" tanyanya.

"Okedeh. aku jujur. aku kadang merhatiin itumu (sambil menunjuk payudaranya). Tapi itu bukan salahku, salah kamu sendiri yang pake baju yang 'mengundang' begitu. Dan kalo aku perhatiin, aku bisa tau apakah kamu pake beha atau tidak. Dan maaf, gara-gara itu aku berpikir jorok. Apalagi setelah aku gak sengaja ngeliat tetek kamu pas kamu lagi bangun tidur waktu itu. Harusnya kamu sadar kalo mataku sering menatap ke itumu..." jelasku.

"Iyaa.. aku tau kok kamu sering ngliatin tetekku." katanya.

"Nah, kalo kamu tau ku sering ngliatin itumu, apa kamu gak risih?" tanyaku.

"Ha.. harusnya sih aku risih..." jawabnya.

"Maksudnya?" tanyaku.

"Harusnya sih aku risih.. tapi gak tau kenapa aku malah suka..." jawabnya.

"Suka? suka apa?" tanyaku.

"Aku suka kalo diliatin..." jawabnya.

"Maksud kamu apa sih?" tanyaku.

"Chaan... aku mau jujur beberapa hal ke kamu.... tapi kamu harus janji gak bakal ngomong masalah ini ke siapa-siapa....." katanya.

"Aku janji nay... apapun demi kebaikanmu..." kataku.

Naya menghela nafas panjang sebelum dia mengatakan yang sesungguhnya.

"Aku sedikit mengidap kelainan chan..." katanya.

"Kelainan? Kelainan apa?" tanyaku.

"Eksibisionis..." katanya lirih.

Eksibisionis. Aku sudah menduga dia akan mengatakan itu. Aku sudah merasa jika Naya mengidap kelainan itu. Aku pun bingung harus menjawab apa.

"Kamu tau kan eksibisionis?" tanyanya.

"Iya.. aku tau... " jawabku.

"Gak cuma itu chan.. aku akui kalo aku jarang make daleman. Gak cuma di rumah, di luar rumah pun aku sering gak pake. Itu satu. Yang kedua aku emang biasa pake baju yang kata kamu 'mengundang' kalo di rumah. Dan bahkan kalo tidak ada siapa-siapa di rumah, aku mungkin bakal gak pake apa-apa. Yang ketiga, aku emang sering tidur gak pake apa-apa ketika aku gak bisa tidur." jelasnya.

Aku tidak tahu harus menjawab apa setelah mendengar penjelasan Naya tadi. Naya pun masih melanjutkan penjelasannya. Aku juga tidak menyangka jika Naya menceritakan semua kebiasaan anehnya itu.

"Terserah kamu, kamu mau men-judge aku kayak apa. Aku punya kebiasaan seperti itu serta-merta karena aku suka nglakuinnya. Kalo kamu nganggep aku cewek murahan, itu terserah kamu. Yang jelas aku belum pernah disentuh cowok, aku belum pernah ngesex, dan bahkan aku berani jamin kalo aku masih virgin..." lanjutnya.

"Nay... kamu gak perlu nyeritain itu semua... aku tau kamu itu cewek baik-baik... aku juga gak pernah ngejudge kamu yang aneh-aneh... kalo itu emang udah kebiasaanmu, dan kamu suka ngelakuinnya yaudah terserah kamu..." kataku.

"Maaf chan... aku kebawa emosi..... tapi aku lega..." katanya.

"Lega kenapa?" tanyaku.

"Lega karena aku bisa nyeritain ini ke orang lain...." katanya.

"Jadi baru aku yang tau soal ini?" tanyaku.

"Iyaa...."

"Okee... aku gak bakal nyeritaiin ini ke siapa-siapa... sebagai teman, aku hanya bisa njagain kamu biar kamu gak kenapa-apa" kataku.

"Makasih chaann... aku tau kok kamu orangnya kayak gitu..."

"Tapi... tapi kenapa kamu mau cerita ini ke aku?" tanyaku.

"Soalnya..... aku... suka kamu chan...." jawabnya.

Deg. Apa maksudnya dia suka aku? Apa dia naksir aku? Apa hanya aku aja yang geer?
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar