Cerita Eksibisionis Naya : 4 Pantai Part 2

original stories (by anonymous)

Sumur yang kami tuju letaknya berada di tengah-tengah kebun singkong. Hanya ada satu akses jalan menuju sumur tersebut. Kebetulan tidak terlalu jauh dari pantai yang kami kunjungi tadi.

"Nah itu tuh sumurnya nay... gimana?" kataku sambil menunjuk kearah ujung jalan setapak yang kami lalui.

"Hmmmm.... kayaknya gapapa chan... gak ada orang lain selain kita kayaknya..." jawabnya.

Kami pun berjalan mendekati sumur tersebut.

"Siapa dulu nih? Aku apa kamu?" tanyaku.

"Aku dulu deh ya... Udah lengket semua nih...." jawabnya.

"Yaudah.. aku nunggu sana ya..." kataku sambil menunjuk jalan masuk menuju sumur ini.

"Gausah chan... kamu sini aja... tapi kamu ngadep sana..." katanya.

"Kamu yakin?"

"Iya chan... aku takut sendirian disini... kamu sekalian jaga kalo misal ada orang ya..." katanya.

"Oke deh..." aku pun duduk di sebuah batu membelakangi Naya. Jarakku hanya sekitar 3 meter dari sumur.

"Jangan ngintip ya...." katanya.

"Iya-iya...." jawabku.

Lalu tak terdengar suara apapun dari belakangku. Sepertinya Naya langsung membuka pakaiannya. Imajinasiku tak tinggal diam. Aku langsung membayangkan apa yang sedang dilakukan Naya. Namun kali ini aku tak tinggal diam. Aku mengeluarkan smartphoneku, dan membuka aplikasi kamera. Ya! Aku mau merekam Naya.

Posisiku waktu itu adalah duduk dengan menekuk lututku di depan dada. Kedua tanganku merangkul lututku. Tangan kananku kugunakan untuk memegang smartphoneku. Dengan memposisikan tangan sedemikian rupa, kuarahkan kamera belakang smartphoneku menyorot Naya. Jika dilihat dari arah Naya, maka yang terlihat adalah aku sedang memegang smartphone saja, padahal smartphone tersebut sedang merekam Naya.

Cukup lama smartphoneku merekam Naya. Sampai akhirnya aku mendengar bunyi dari smartphoneku pertanda baterainya mulai habis. Kuabaikan saja peringatan tersebut, dan kupaksakan smartphoneku merekam Naya sampai mati.

Yang aneh selama aku merekam Naya adalah, aku tidak mendengar suara sedikitpun dari arah Naya. Sampai-sampai aku berpikiran negatif bagaimana jika terjadi sesuatu pada Naya. Aku hampir saja menoleh ke belekang untuk mengecek Naya, namun suara decit kerekan sumur yang terdengar tiba-tiba mengurungkan niatku. Namun aku masih bertanya-tanya, jika Naya baru mulai menimba air sumur, ngapain saja dia dari tadi?

Aku yang penasaran, bermaksud mengecek rekaman smartphoneku. Namun kudapati smartphoneku telah mati. Dari tadi aku memang tidak melihat smartphoneku ketika merekam, karena itu akan terlihat sekali jika aku sedang merekam. Alhasil aku masih dibuat penasaran dengan isi rekaman smartphoneku.

Setelah beberapa saat, Naya memanggilku. Sepertinya dia telah selesai mandi.

"Chan, ambilin handukku di dalem tas dong" kata Naya.

"Oke, bentar..." akupun mencari handuk di dalam tas ranselku. "Yang ini nay?" kataku sambil mengangkat handuk kecil berwarna pink tersebut.

"Iya chan... bentar, kamu diem aja disitu... jangan noleh... biar aku yang kesitu..." kata Naya.

"Oke..."


Naya mengambil handuk yang kuangkat. Sedangkan aku tidak bergerak sama sekali, hanya penisku yang mulai mengembang lagi akibat aku membayangkan apa yang sedang Naya lakukan di belakangku.

"Sama bajuku dong chan.." kata Naya.

"Kamu ambil aja deh tasku..." jawabku.

"Ambilin bajuku aja, aku susah bawa tasnya chan..."

"Okedeh... baju yang tadi kamu pake kan?" tanyaku.

"Iya chan.."

Sejenak aku mencari-cari bajunya di dalam tasku. Aku sudah mendapati celana panjang dan bajunya. Namun ada yang kurang, dan setelah kucari-cari, aku tidak dapat menemukannya.

"Eh nay.."

"Iya?"

"Kok dalemanmu gak ada?" tanyaku menanyakan pakaian dalam ganti yang tidak ada di dalam tasku.

"Emang gak ada kok chan..." jawabnya.

"Maksudmu?" tanyaku.

"Aku gak bawa daleman lagi selain yang ku pake tadi..." katanya.

"Ha? serius? jadi kamu pulangnya gak pake daleman?"

"Yaa.... mau gimana lagi... dalemanku habis chan...."

"Kenapa kamu gak bilang tadi? Kalo kamu bilang kan biar aku anter dulu buat beli daleman..."

"Gak apa-apa kok chan... aku gak pake daleman juga gak apa-apa..." katanya.

"Kamu yakin? Yaudah deh terserah kamu aja..." aku pun kembali mengangkat tanganku memegang bajunya. Kali ini imajinasiku semakin memuncak, aku tidak sabar untuk melihat penampilannya setelah memakai bajunya tersebut.

Aku pun bersabar menunggu Naya memakai bajunya.

"Udah sana gantian chan.." kata Naya pertanda dia sudah selesai dengan aktivitas memakai bajunya.

Dengan sangat antusias, aku langsung berdiri dan menatapnya. Dan tatapanku langsung menuju ke payudaranya. Naya terlihat begitu seksi dengan rambut basahnya. Namun yang paling membuatku bernafsu adalah kaos tipisnya yang seperti dugaanku mencetak dengan jelas bentuk payudaranya. Sangat terlihat jelas bentuk puting mungil tercetak di kaos yang dia kenakan. Dan parahnya, di bagian payudara sebalah kanan kaosnya sedikit basah yang mungkin dikarenakan sisa air yang membasahi tubuhnya. Tentu saja, hal tersebut semakin memperjelas bentuk putingnya dan bahkan samar-samar aku dapat melihat warna putingnya dari balik kain basah tersebut.

"Liatnya kok gitu amat? Kan kamu udah pernah liat..." tegur Naya yang langsung menyilangkan tangannya untuk menutupi dadanya.

"Eh maaf, maaf nay... aku gak sengaja ngeliat... sorry...." kataku gugup.

"Emang keliatan banget kalo aku gak pake beha ya chan?" tanyanya polos.

"Lu..lumayan nay... apalagi kaosmu basah gitu.... mungkin kalo udah kering nanti gak kliatan..." kataku sambil menunjuk bagian kaosnya yang basah.

"Emm.. gitu ya... yaudah deh aku keringin dulu.... tapi jangan diliatin kayak tadi terus dong... aku kan malu...." kata Naya.

"Ma.. maaf nay... aku gak bakal macem-macem kok nay... sumpah.." kataku.

"Yaudah sana... keburu gelap nih..." katanya untuk menyuruhku bergegas mandi.

Sekarang posisiku bergantian dengan Naya. Naya duduk membelakangiku sedangkan aku berada di dekat sumur dan mulai melucuti pakaianku hingga akhirnya telanjang bulat. Bagiku ini adalah pengalamanku yang pertama bisa bertelanjang ditempat terbuka seperti ini setelah masa kecilku yang sering main di kali dulu. Namun yang membuat janggal adalah selain telanjang di tempat terbuka, di depanku juga duduk seorang lawan jenis. Entah bagaimana Naya bisa melakukan ini, padahal aku sendiri risih melakukannya.

Penisku sudah berdiri lagi sejak membayangkan Naya membuka baju tadi. Aku nekat mengocoknya meski Naya hanya duduk 3 meter di depanku. Bahkan dengan sengaja kuarahkan ujung penisku ke arahnya. Tak lama kemudian, aku tidak bisa membendung gelombang ejakulasiku. Di semprotan pertama, hampir saja pejuku mengenainya. Untung saja langsung kuarahkan ke tanah. Selesai onani, aku langsung melanjutkan mandiku.

Setelah selesai mandi, aku berjalan mendekati Naya. Tentu kondisiku masih telanjang dan basah kuyup.

"Tolong ambilin bajuku dong nay" kataku.

"Kamu gak handukan dulu?" jawabnya sambil tetap membelakangiku.

"Kayaknya aku lupa bawa handuk deh..."

"Yaudah pake handukku aja chan..." katanya sambil mengangkat handuknya.

"Kamu serius? Nanti kalo aku nular penyakit gimana?" tanyaku.

"Haha.. gak lah... kamu kan gak penyakitan.." jawabnya.

Aku pun meraih handuknya dan kugunakan untuk mengeringkan tubuhku. Ada perasaan aneh ketika dimana aku menyadari jika handuk ini mungkin baru saja digunakannya untuk mengusap selangkangannya dan sekarang kugunakan untuk mengusap selangkanganku.

Selesai handukan, Naya sudah mempersiapkan kaosku. Setelah kuraih dan kupakai kaos tersebut, Naya kembali membongkar tasku. Hingga akhirnya dia menemukan celana dalamku. Agak risih sebenarnya ketika celana dalamku sekarang dipegang oleh lawan jenisku.

"Lho chan... kamu bawa dua cd?" tanyanya sambil memegang celana dalamku masing-masing di setiap tangannya.

"Mungkin tadi aku ngambilnya buru-buru nay, makanya keambil dua..." jawabku.

"Berarti boleh dong kalo aku pinjem satu...?" tanyanya.

"Buat apa nay?"

"Ya aku pake lah..." jawanya.

"Serius? Itu kan cd cowok... apalagi itu bekasku..." tanyaku tidak percaya.

"Yang penting ini bersih kan? Gakpapa chan... daripada anuku lecet kena celana..." jawabnya polos sambil menggunakan kata 'anu' yang sudah pasti bermaksud menunjukkan memiawnya.

"Kalo abis ini aku anter kamu beli daleman aja gimana?" tanyaku.

"Gak usah chan... aku pake ini aja... boleh ya... pliiss..." Naya memohon padaku.

Sebenarnya aku oke-oke saja merelakan celana dalamku dipakai olehnya. Malah aku berharap jika Naya bakal mengembalikannya tanpa mencucinya... haha

"Yaudah deh.... pake aja..." jawabku.

"Makasih ya chaan..."

"Iya... tapi kasih aku satu dong... aku belum pake celana ini..." kataku.

"Eh iya lupa... hehe"

Aku melanjutkan memakai pakaianku yang dikasih Naya.

"Udah nih..." kataku.

"Oke.... kamu ngadep sana dulu ya chan... aku mau pake ini dulu..." katanya sambil bangkit dari duduknya.

Aku berdiri membelakanginya. Sedangkan Naya kembali melepaskan celananya agar bisa mengenakan celana dalamku. Selesai tersebut, kami segera berjalan pulang.

Sampainya di parkiran, Naya meminta waktu sebentar untuk memakai hijabnya. Waktu itu parkiran sudah sepi sekali, karena waktu itu sudah mulai malam. Naya memakai hijabnya disitu juga, tanpa pergi ke kamar ganti dulu.

Dengan santainya, dia memakai hijabnya didepanku. Ketika dia mengangkat kedua tangannya untuk mengikat rambutnya, kaosnya sedikit tertarik sehingga mengetat dibagian dadanya. Tentu saja aku kembali melihat bentuk putingnya. Namun aku segera memalingkan muka dan berpura-pura tidak melihatnya. Aku takut Naya marah kalau tahu aku masih memperhatikan dadanya tersebut.

Di perjalanan pulang, kami sempat mampir ke sebuah SPBU. Waktu itu antrian SPBU tersebut cukup panjang. Naya yang memboncengku segera turun dan berjalan menuju ujung dari antrian ini untuk menungguku.

Dari kejauhan kuperhatikan Naya yang berdiri dengan muka kelelahan. Dan aku cukup kaget, karena dari jarak yang cukup jauh ini aku masih dapat melihat tonjolan putingnya. Itu dikarenakan kaosnya tertarik oleh tas ranselku yang dikenakannya. Jika dari jarak sejauh ini saja aku bisa melihatnya, apalagi kalau dari jarak dekat?

Aku mulai menyadari banyak orang yang mulai memperhatikannya. Beberapa dari mereka juga ada yang berbisik-bisik ke temannya. Sudah pasti mereka menyadari ada yang aneh dari Naya. Seorang cewek cantik berhijab, mengenakan pakaian yang memtontonkan bentuk tubuhnya, ditambah dengan tonjolan puting yang tercetak di kaosnya pertanda jika tidak mengenakan bra. Lelaki mana yang tidak tertarik untuk memandangnya. Bahkan wanita yang memandangnya pun pasti akan berpikiran negatif padanya. Tentu saja aku merasa malu. Ingin rasanya segera menghampirinya untuk memberi tahunya tentang pakaiannya tersebut. Namun aku masih terjebak di antrian ini. Sedangkan Naya masih cuek-cuek saja, seakan lupa tentang bajunya. Hingga akhirnya dia menjadi objek pemandangan tersendiri bagi pengunjung SPBU sampai aku selesai mengisi bahan bakar motorku. Kuputuskan untuk tidak memberi tahunya dan pura-pura tidak tahu apa-apa. Aku takut jika aku memberitahunya dia akan merasa malu sekali dan marah kepadaku karena tidak memberi tahu kepadanya sejak awal.

Sesampainya di rumah kontrakan, kami langsung istirahat. Bahkan aku langsung tertidur karena kecapekan setelah aktivitas seharan ini.

****

Besoknya, aku dibangunkan oleh Naya yang terlihat buru-buru. Ternyata dia buru-buru untuk mengejar kereta yang berangkat pukul 6 pagi. Naya tidak memberitahuku terlebih dulu jika kereta yang akan dia naiki akan berangkat sepagi itu.

Dengan nyawa yang belum ngumpul sepenuhnya, aku hanya mencuci mukaku dan mengeluarkan motor. Naya sepertinya sudah bangun lebih awal dan mempersiapkan semua, hanya mungkin dia tidak enak untuk membangunkanku.

Dengan kecepatan penuh kupacu motorku agar tidak telat sampai stasiun. Dan ternyata kami tepat waktu. Kami tiba di stasiun hanya kurang dari 5 menit sebelum kereta berangkat.

Sebelum masuk ke kereta, Naya sempat melakukan hal yang tidak aku duga. Dengan tiba-tiba, dia mencium pipiku.

"Makasih ya chan..." katanya setelah bibir mungilnya mengecup pipiku.

Aku tidak sempat merespon apa-apa, sedangkan Naya langsung masuk ke gerbong kereta. Saat itu juga kereta langsung berangkat.

Selama perjalanan pulang, aku terus membayangkan apa yang dilakukan Naya barusan. Apakah dia suka kepadaku? Ah aku terlalu ge-er. Atau mungkin itu hanya cara dia berterima kasih kepadaku?

Sampainya di rumah, aku langsung mencharge smartphoneku yang sedari tadi malam mati. Ketika kuhidupkan, ada banyak notifikasi chat langsung keluar di smartphoneku. Namun ada nama Naya di daftar paling atas notifikasi tersebut, pertanda kalau dia baru saja mengirim pesan kepadaku.

"Chan... kayaknya jemuranku ketinggalan deh di rumahmu. aku nitip dulu ya... nanti aku ambil pas aku ketempatmu lagi" begitulah isi pesan chat dari Naya.

Jemuran? Aku langsung bergegas untuk mengecek tempat jemuran di lantai 2 rumahku. Dugaanku pasti Naya menjemur pakaian yang dia kenakan kemarin ketika berenang di pantai. Namun dugaanku salah! Aku mendapati di tali jemuran hanya ada 2 buah celana dalam dan 2 buah bra Naya! Apakah dia benar-benar lupa? Kalau memang dia lupa, kenapa hanya pakaian dalamnya saja yang ketinggalan? Apakah dia sengaja?

Setelah kucek, 1 bra dan 1 celana dalam sudah kering. Sepertinya sepasang pakaian dalam ini adalah pakaian dalam yang dia kenakan pada saat berangkat kesini. Sedangkan sepasang lagi yang ia kenakan ketika berenang di pantai. Kuambil pakaian dalam yang sudah kering tersebut dan kubawa ke kamarku.

Tak lupa aku membalas chat Naya.

"Sudah kuamankan nay :)" balasku.

"Tolong dirawat ya, punyamu juga nanti aku rawat kok :)" balasnya. Punyaku? Apakah yang dimaksud dia celana dalamku?

"Maksudnya? CDku?" chatku kepadanya.

"Iya, ini masih kupake :D" balasnya.

"Hah? Kenapa kamu gak ganti pake punyamu aja? Ini Punyamu kan udah ada yang kering."

"Tadi buru-buru chan.. jadi kelupaan deh hehe" jawabnya.

Naya menyimpan bahkan memakai celana dalamku. Sedangkan aku ditinggali 2 buah celana dalam dan 2 buah bra. Benar-benar aneh. Aku merasa seperti Naya dengan sengaja melakukannya. Tapi buat apa? Apakah sebagai kenang-kenangan untuknya?

Dengan adanya pakaian dalamnya ditanganku, sudah pasti benda-benda tersebut akan menjadi objek onaniku selama Naya belum mengambilnya. Seperti pada saat itu juga, dimana penisku sudah berdiri tegak ketika aku mengendus-endus celana dalamnya.

Sebelum aku memulai mengocok penisku, hapeku kembali berbunyi. Naya kembali mengirim pesan padaku.

"Jangan disebarin ya chan"

Begitulah isi pesan singkat dari Naya. Tapi apa maksudnya?
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar