Cerita Eksibisionis Naya : 7 Kejutan 1

original stories (by anonymous)

"Soalnya..... aku... suka kamu chan...." begitulah kalimat yang keluar dari mulutnya. Wajahnya mengarah ke mukaku dengan kedua bola matanya yang indah menatap mataku. Raut mukanya menggambarkan penuh berharap. Sedangkan aku hanya bisa terdiam menatapnya, tidak tau harus menjawab apa. Aku yang sebenarnya juga mempunyai rasa kepadanya, tidak dapat mengungkapkan apa yang aku rasakan.

"Hahaha.. ahahaha!" tiba-tiba Naya tertawa terbahak-bahak. Kenapa dia?

"Kok ketawa?" tanyaku heran.

"Hahahaha.... aku cuma bercanda chan.... gausah geer ya... ahahahahah..." jawabnya. Sial, ternayata Naya hanya mempermainkanku.

"Iihh... siapa juga yang geer..." jawabku jual mahal.

"Tapi mukamu itu lho... merah.... hahahaha" lanjut Naya sambil tetap tertawa terbahak-bahak.

"Haiz... seriusan dong nay... jadi dari tadi kamu cuma becanda?" tanyaku memecah tawanya.

Tawa Naya perlahan-lahan mulai reda, dan dia mulai menyeka air mata yang keluar gara-gara tawanya.

"Gak chan.... aku gak becanda kok kalo yang itu...." jawabnya.

"Jadi semua tentang kebiasaanmu itu kamu serius?" tanyaku.

Naya mengangguk.

"Pokoknya kamu harus janji" kata Naya.

"Janji. Tapi kalo boleh aku nanya..." kataku yang tiba-tiba dipotong Naya.

"Aku tau kamu pasti banyak pertanyaan soal kebiasaanku ini, tapi jangan bahas sekarang ya..." kata Naya.

"Kenapa?" tanyaku.

"Ya jangan aja... kita bisa kok bahasnya kapan-kapan... aku janji tetap akan cerita ke kamu kok..." katanya.

"Oke kalau begitu. Tapi ada satu hal yang pengen aku tanyain, dan itu harus dijawab sekarang" kataku.

"Apa?"

"Ini" kataku sambil mengeluarkan bra Naya yang tertinggal di mobil.

"Oh itu beha aku yang ketinggalan di rumahmu ya?" tanyanya.

"Bukan. Ini behamu yang kamu tinggal di mobil" kataku.

"Oh iya... aku lupa..." katanya dengan santainya.

"Ini beha yang kamu pake kemaren kan? Kenapa kamu lepas? celana dalammu juga gak dipake kan semalem?" tanyaku.

"Soalnya..... kamu tau sendiri kan kalo aku gak suka pake daleman....." jawabnya.

"Cuma gara-gara itu?" tanyaku.

"Iya.... emang kamu pikir apa lagi?" tanyanya.

Sebenarnya aku mengharapkan dia menjawab masturbasi. Karena aku yakin dia bermasturbasi di belakangku waktu itu.

"Hmmm.... mungkin masturbasi?" kataku.

"Hahahahaha..." Naya malah tertawa.

"Kok malah ketawa?" tanyaku.

"Jadi kamu pikir aku masturbasi waktu itu? hahaha" katanya.

"Yaaa... itu yang aku bayangin ketika tau kamu lepas celana dalammu waktu itu..." kataku.

"Jadi kamu bayangin aku lagi masturbasi? Ternyata kamu suka mikir jorok juga ya? hahaha" tanyanya sambil memasang muka yang malah berbalik menyudutkanku.

"Ya... ya..... maaf... aku juga gak tau kenapa tiba-tiba aku bayangin itu..." aku berusaha mengelak.

"Hmmm... emang menurut kamu aku ini cewek yang suka masturbasi ya?" katanya mengejekku.

"Dari.. dari ceritamu tadi...." kataku.

"Perasaan aku gak pernah cerita kalo aku suka masturbasi deh..." jawabnya.

Sial. Aku makin tersudutkan. Aku tahu Naya suka masturbasi tak lain dari video yang kurekam secara diam-diam pada saat di pantai. Masa iya aku harus mengaku jika aku pernah melihatnya bermasturbasi. Naya pasti akan marah besar jika tahu aku merekamnya.


"Iii.. itu cuma kesimpulanku aja nay... setelah denger ceritamu tadi..." kataku.

"Ya belum tentu dong... meski aku punya kebiasaan begitu bukan berarti aku suka masturbasi juga..." katanya.

"Eee... maaf nay.... mungkin akunya aja yang mikir jorok.... maaf..."

"Hahaha... pasti kamu suka bayangin aku yang jorok ya.... hayoo ngaku..." katanya.

"Yaudah... aku minta maaf nay.... aku ngaku kalo aku emang suka mikir jorok ke kamu... itupun gara-gara kamu pake pakaian yang kebuka-buka gitu... jadi bukan salahku juga dong...." kataku.

"Hahaha.... sekarang coba liat aku... tapi jangan mikir yang jorok.... menurutmu orang kayak aku ini suka masturbasi apa gak?" katanya sambil menantangku.

"Kalo diliat dari luar sih enggak..." kataku.

"Kok kalo diliat dari luar sih? Emang kalo dari dalam gimana? Emang kamu udah liat dalamnya?" tanya Naya. Sepertinya aku telah salah bicara.

"Ya itu maksudku..... aku cuma bisa ngeliat dari luar... makanya aku cuma bisa ngasih penilaian dari luar..." katanya.

"Trus kamu pengen liat dalamnya gitu? Emang kalo udah liat dalamnya kamu bisa nilai aku suka masturbasi atau enggak? Lagian kamu kan juga udah pernah liat tetekku, jangan bilang kalo kamu gak pernah liat dalamnya..." jawabnya ketus.

"Duh kan... aku jadi salah ngomong.... bukan itu maksudku... duh... gimana njelasinnya..." kataku kebingungan.

"Hahaha... udah gak usah diperpanjang.... jawabanku 'iya'." katanya menyela kebingunganku.

"Apa maksudmu 'iya'?" tanyaku bingung.

"Iya, aku pernah masturbasi. Dan setiap cewek yang udah pernah nyoba, pasti suka masturbasi. Puas?" jawabnya.

"Berarti..." kataku yang segera dia potong.

"Enggak. Yang semalem aku enggak masturbasi, aku cuma ngelepas daleman aja. Cukup jelas?" katanya.

"Je... jelas. Sorry deh kalo aku udah nuduh yang nggak-nggak..." katanya.

"Aku maafin dengan syarat kamu gak boleh cerita ke siapa-siapa, oke? Gak banyak cewek di luar sana yang ngaku dia pernah masturbasi bahkan ke sesama cewek." katanya.

"Aku janji nay... tapi emang kenapa kalo ada yang tau kamu suka masturb?" tanyaku.

"Mereka masih menganggap itu hal yang tabu buat cewek. Beda dengan cowok. Kalo aku sih tau, kalo emang kamu cowok normal, pasti kamu juga suka onani. Padahal aku lebih memilih masturbasi ketimbang harus melakukan sex bebas. Tetap enak, tapi keperawanan tetep kejaga." jelasnya.

"Jadi serius kamu masih virgin? Emang gimana cara kamu masturb biar tetep virgin?" tanyaku penasaran.

"Plis deh chan! Masa iya harus aku praktekin? Ini udah terlalu jauh tau gak?" jawabnya ketus.

"Sorry nay sorry... aku kebawa suasana... hehe" jawabku.

"Kebawa suasana? Kamu terangsang ya? Pasti kamu udah bayangin yang aneh-aneh kan? Udah sana keluarin..." jawabnya semakin ketus. Dia bermaksud menyuruhku untuk onani. Aku memang sudah terangsang sejak percakapan dengan Naya.

"Iya iya maaf..." kataku sambil beranjak dari situ.

"Sekalian mandi ya.... abis ini kita makan..." katanya.

"Emang kamu udah?" tanyaku.

"Udah." jawabnya.

"Udah apa? Udah masturbasi? haha" ejekku.

"Hiihh! Udah sana buruan!" teriaknya sabil melempar bantal sofa kearahku.

Aku pun pergi ke kamar mandi. Dan sesuai dengan apa yang disuruh Naya, aku pun onani. Kini sudah terbongkar semua. Naya sudah mengakui semua kebiasaannya. Tetap saja, aku sempat tidak percaya jika Naya memiliki kebiasaan-kebiasaan aneh tersebut. Namun setelah aku melihat sendiri apa yang sering dilakukan Naya, aku pun percaya, namun tetap saja tidak menyangka. Apalagi dia mau cerita semua ke aku.

****

Sejak pengakuan Naya pagi itu, aku tidak canggung lagi untuk menatap bagian tubuh Naya baik itu payudara, paha, maupun selangkangannya meski dari luar pakaianya. Naya pun malah membiarkan aku menatapnya.

Seharian itu aku terus mencoba mengulik cerita tentang awal mula kebiasaan aneh Naya. Namun tetap saja Naya selalu mengatakan "nanti aku ceritain, jangan sekarang". Jelas cerita Naya tersebut sangat membuatku penasaran. Bagaimana tidak, Naya yang kukenal santun tersebut ternyata mempunyai hoby mengumbar aurat.

Malamnya, di luar sedang gerimis. Aku sedang santai sambil menonton tv di ruang tengah. Sedangkan Naya yang baru selesai mandi, masih di dalam kamarku. Setelah dia keluar dan menghampiriku di ruang tengah, aku tidak lagi terlalu kaget melihat penampilan Naya saat itu. Naya memakai daster putih tanpa lengan dengan panjang yang tidak terlalu pendek, yaitu sekitar 15cm dari atas lututnya. Namun karena bawahnya melebar, tetap saja paha putihnya akan terlihat jelas setiap kali ujung bawah dasternya tersibak.

"Ngliatin apa kamu?!" celetuk Naya yang berdiri menghadapku sambil kedua tangannya mengikat rambutnya.

"Ngliatin tetek kamu... ngliatin itumu yang nonjol di baju..." jawabku tanpa basa-basi lagi.

Bukannya marah, Naya malah tersenyum. Dia bergabung nonton tv dengan duduk di sebelahku.

"Awas lho. kalo diliatin terus nanti celanamu juga ada yang nonjol.. hihi" katanya.

"Daritadi nay...." jawabku sambil mencoba membetulkan posisi penisku di balik celana.

Kami atau lebih tepatnya aku sudah tidak sungkan lagi mengobrol dengan Naya dengan obrolan yang 'menyerempet' begitu. Walaupun sebenarnya selama obrolan tersebut aku juga manahan nafsu untuk berbuat hal yang tidak diinginkan. Ya, makin lama dipandang, tubuh Naya semakain menarik nafsuku untuk menjamahnya. Apalagi aku belum pernah sama sekali menjamah tubuh perempuan, tentu saja ingin sekali rasanya memegang payudara Naya itu. Tapi aku mencoba untuk menahannya, walau bagaimanapun Naya masih mempunyai kehormatan yang juga akan aku jaga.

"Ngomong-ngomong ukuran tetek kamu berapa sih nay?" celetukku sambil tetap mengamati payudara Naya.

"Kamu kan pernah pegang beha aku... pasti kamu udah liat ukurannya disitu kan?" jawab Naya.

"Udah liat sih... 34" jawabku.

"Nah itu tau..." katanya.

"Kalo ukuran cupnya berapa nay?"

"B" jawabnya.

"Ah masa? bukannya C?"

"Tau apa sih kamu soal ukuran tetek cewek...? kan aku yang pake, kenapa kamu yang protes?" tanyanya.

"Ya... soalnya punyamu kayaknya lebih gede dari tetek 34B yang biasa aku liat di internet..." jawabku.

"Terserah aku dong kalo aku make yang cup B" katanya.

"Emang kamu gak sesek makenya?" tanyaku.

"Sesek sih... tapi aku kan lebih sering gak make... jadi ya gak masalah la menurutku..."

"Kamu jarang make beha emang gak takut tetekmu turun?" tanyaku.

"Menurut kamu tetek aku ini udah turun?" tanyanya sambil memutar tubuhnya menghadapku, sedangkan dasternya dia tarik kebawah agar payudaranya semakin jelas tercetak.

"Gak tau... gak kliatan... masih ketutup baju..." jawabku.

"Trus kamu nyuruh aku buka baju gitu? Enak aja.... lagian kamu kan udah liat tetek aku..." jawabnya judes.

"Yaudah deh maaf.... kalo gitu aku bayangin aja deh..." kataku sambi memejamkan mata, tanganku membuat gesture seperti sedang meremas payudara. Gesture tersebut kulakukan untuk mengejek Naya.

"Ngapain tangan kamu?!" tegurnya.

"Menurut kamu aku lagi ngapain?" jawabku semakin mengejeknya.

"Terserah kamu lah... untung itu cuma khayalan kamu aja... kalo sampai kamu pegang beneran tetek aku tanpa ijin.... aku tampar muka mesummu itu!" jawabnya marah-marah.

"Lho... emang kalo aku ijin boleh ya?" tanyaku heran dengan tanggapan Naya.

"Yaa... ya tergantung aku ngijinin apa enggak..." jawabnya.

"Nay.... aku minta ijin dong pegang tetek kamu...."

"GAK BOLEH!" jawabnya teriak sambil menyilangkan tangannya di depan dadanya.

"Hahaha... becanda kok nay.... eh nay... kamu kapan mau nyari tempat kos? masa kamu mau tinggal disini terus?" kataku.

"Hmmm... gak tau chan.... aku udah betah disini...." jawabnya.

"Lho.. ya gak bisa begitu nay... nanti kalo temen-temen kontrakanku udah datang semua gimana? Ya gakpapa sih kalo kamu ngaku jadi sepupuku... tapi masalahnya kamu mau tidur dimana? Kamu mau tidur sekamar sama aku? Belum lagi kalo kamu make baju gitu terus kalo di rumah... bisa heboh nanti temen-temenku..."

"Iya sih chan.... yaudah deh... besok kita nyari ya... kalo bisa deket-deket sini aja... biar bisa main kesini terus hahaha..." jawabnya.

"Emang kenapa sih kamu pengen deket-deket aku terus? Kamu bener-bener naksir aku ya?" celetukku.

"Ihhhh! tuh kan... kamu geer lagi... aku pengen deket kamu tu soalnya cuma kamu temen deketku disini...." jawabnya.

Di tengah obrolan kami, tiba-tiba listrik padam.

"Wah... kalo ujan gini pasti lama nih mati lampunya.... bentar ya nay... aku nyari lilin dulu..."

Aku pun mencari lilin, dan menyalakannya di meja ruang tengah.

"Eh... kamu mau kemana chan?" tanya Naya melihatku beranjak dari ruang tengah.

"Mau ke teras nay, disini gerah..."

"Eh.... aku ikut..." katanya.

"Yaudah bawa lilinnya..." kataku.

****

Di teras, selain mengobrol kami juga asyik dengan smartphone kami masing-masing.

"Lho chan... kamu hari ini ulang taun yah?" celetuk Naya tiba-tiba.

"Ah gak.... tau dari mana?" jawabku mengelak, padahal hari itu memang ulang tahunku.

"Ini di facebook.." katanya.

"Itu dulu aku nginputinnya ngasal tanggalnya..." kataku.

"Boong! Sini mana liat KTPmu.." katanya.

"Nih di saku... ambil sendiri..."

Tidak kusangka, Naya benar-benar ingin mengambil dompetku yang ada di saku celana bagian belakang. Otomatis dompet tersebut tertindih olehku. Sehingga Naya mencoba menarik-narik tubuhku agar aku bangkit dari dudukku.

"Iihh.... kamunya bangun dong.... susah kan nih ngambilnya...." gerutu Naya sambil mencoba meraih saku celanaku. Aku sendiri mencoba menahan tubuhku agar Naya kesulitan meraihnya.

Pada saat Naya menarik-narik tubuhku, tubuhnya begitu dekat dengan kepalaku. Sehingga aku dapat melihat belahan dadanya yang berguncang lewat celah pada dasternya. Bahkan kepalaku begitu dekat dengan belahan dadanya sehingga bisa saja mukaku menempel pada dadanya jika aku memajukan kepala.

"Nay... ini kalo kesentuh bukan salahku donga ya....." kataku.

"Tuh kan! malah nyari-nyari kesempatan.... udah ah mana KTPmu sini..." katanya Naya sambil menghentikan aksinya yang menarik-narikku.

"Udah... gausah liat KTP... iya aku emang ulang taun hari ini..."

"Tuh kan bener... kok gak ngomong-ngomong sih? Aku kan belum nyiapin apa-apa..." katanya.

"Lah gausah nyiapin apa-apa nay..." kataku.

"Iih... kasiannya kamu gak ada yang ngucapin.... hehe yaudah nih tiup aja lilinnya..." kata Naya sambil memegang lilin yang jadi penerang kita.

"Ngapain sih nay... udah... gausah tiup-tiup lilin segala... jadi gelap nanti..." jawabku berusaha tidak menghiraukan Naya.

"Ayo dong... gapapa chan... tiup aja...." kata Naya yang disambung dengan nyanyian selamat ulang taun darinya.

Aku pun meniup lilin tersebut sesuai permintaanya.

"Yey... selamat ya chan...." kata Naya sambil menyodorkan tangannya untuk menyalamiku.

"Makasih ya nay atas 'kejutan'nya..." jawabku judes.

"Hahaha... mau cium?" Naya tiba-tiba menawarkan sebuah ciuman.

"Ah... ngapain sih pake cium-cium segala..." kataku jual mahal.

"Yakin gak pengen aku cium?" lanjut Naya.

"Pipi apa bibir?" tanyaku.

"Pipi dong....!" jawab Naya.

"Yah... yaudah deh..." jawabku sambil menyodorkan pipiku.

"Tuhkan kalo pengen ngomong aja... gausah sok jual mahal hahahaha..." kata Naya yang dilanjutkan dengan ciuman lembut di pipi kiriku. Meskipun cuma ciuman di pipi, tetap saja membuat jantungku berdegup kencang.

"Makasih ya nay... mau gantian?" kataku mencoba menawarkan ciuman sambil memonyongkan bibirku.

"Iiih... ogah...." jawab Naya sambil menghindar dari bibirku.

"Kamu mau kado apa chan?" tanya Naya.

"Udah gausah repot-repot nyari kado... dapat cium dari kamu aja aku udah seneng hehe..." kataku.

"Iih... seneng banget sih dicium aku.... kamu naksir aku ya?" tanya Naya.

"Idih... siapa juga yang naksir.... jangan geer ya..." jawabku. Lagi-lagi aku tidak bisa mengungkapkan perasaanku sesungguhnya.

"Itu mukamu merah lagi.... hahaha" kata Naya.

"Kan gelap... mana mungkin kamu bisa liat mukaku merah...."

"Hehe... asal nebak aja... biasanya mukamu kan sering banget merah...." kata Naya.

Suasana kembali hening, atau lebih tepatnya canggung. Kulihat sekilas Naya tersenyum sambil membuang mukanya pada layar smartphone. Sedangkan aku sedang dilanda perasaan yang aneh.

"Eh bentar chan... aku tau kado yang cocok buat kamu..." kata Naya yang langsung bergegas masuk ke dalam rumah.

Tak lama kemudian Naya kembali dengan kedua tangannya bersembunyi di balik tubuhnya.

"Berdiri chan..." kata Naya menyuruhku.

"Tutup mata terus hadap sana..." lanjut instruksi Naya menyuruhku untuk membelakanginya sambil menutup mata.

Dalam hati aku mulai penasaran dengan hadiah apa yang akan diberikan oleh Naya.

"Udah nih... trus ngapain lagi?" kataku.

"Bentar... jangan buka mata dulu...." katanya.

"Lama amat sih..." kataku.

"Nih... jangan buka mata sebelum aku suruh..." kata Naya sambil memberiku sebuah kotak padaku.

Aku coba mengocok kotak tersbut dan menerka-nerka apa isi kotak yang ternyata kardus sepatu tersebut.

"Oke... sekarang buka..." kata Naya yang berada di belakangku.

Aku yang masih berdiri membelakangi Naya mulai membuka kotak tersebut. Aku membukanya dengan hati-hati, karena bisa saja Naya cuma mengerjaiku. Setelah tutup kotak kardus sepatu terbuka, aku mendapati isinya adalah sebuah kain, mungkin juga sebuah baju. Namun setelah aku keluarkan dari kotak, ternyata itu adalah sebuah daster cewek.

"Lho ini kan baju..." kataku sambil membalikkan badan. Ucapanku segera terpotong karena aku sangat kaget dengan pemandangan di depanku. Ya, Naya berdiri di depanku tanpa memakai baju kecuali sebuah celana dalam yang menutupi kemaluannya! Kedua tangannya menyilang di depan dadanya, namun tidak dapat menutupi keindahan payudaranya tersebut, bahkan kedua putingnya dapat terlihat dengan jelas meski dengan kondisi yang gelap dan hanya bercahayakan langit mendung ini. Sedangkan kepalanya tertunduk malu...

"Nay....?! Kamu apa-apaan sih nay?" kataku kaget. Jelas saja aku kaget. Aku tidak menyangka Naya akan membiarkan tubuhnya telanjang tanpa tertutup baju di depanku bahkan di depan rumah seperti ini.

"Maaf chan... cuma ini yang bisa aku kasih...." katanya lirih.

"Ka.. kamu gak perlu ngelakuin itu nay.... kalo aku bilang aku pengen liat tetekmu itu aku cuma becanda... aku gak nyuruh kamu buat bener-bener buka baju... lagian ini di luar... kalo tetangga liat gimana coba?" kataku sambil menarik dan mengajaknya masuk.

Aku menariknya masuk dan langsung menutup pintu. Sedangkan Naya malah duduk di kursi di ruang tamu tersebut.

"Kamu gak suka ya aku buka baju kayak gini?" kata Naya.

"Aku gak... eh.. aku suka.. tapi kamu gak perlu ngelakuin ini... aku liat tetek kamu dari luar baju aja udah cukup nay.." kataku.

"Gak apa-apa chan... lagian hari ini hari spesialmu.... hari ini kamu boleh liat langsung... kamu gak perlu nghayal lagi...." katanya.

"Tapi.. tapi.. mau kamu apa sih nay?" tanyaku.

"Aku cuma pengen bikin kamu seneng..." jawabnya.

"Iya nay...  kamu gak perlu ngelakuin ini..." kataku yang akhirnya luluh dengan keindahan sepasang payudara Naya itu.

"Udah chan.... aku gakpapa kok.... kalo mau liat, liat aja..." kata Naya.

"Nay.... kayaknya hobi anehmu ini udah kelewatan nay... kamu boleh pamer baju seksi... tapi kamu gak boleh seenaknya buka baju gitu di depan orang..." kataku menasihatinya.

"Gakpapa chan... ini didalam rumah.. jadi cuma kamu yang liat... lagian aku percaya kok sama kamu... aku yakin kamu gak bakal perkosa aku gara-gara ini...." katanya.

"Yaudah, terserah kamu aja lah nay... sebagai temen aku cuma bisa ngasih masukan yang bener..."

"Hihihi... gitu dong... duduk sini... puas-puasin liatinnya... hehe... tapi liat aja ya... jangan disentuh..." katanya sambil menyuruhku duduk di depannya.

Aku pun duduk di tempat yang sesuai perintah Naya. Sedangkan Naya kembali menyalakan lilin di antara kami.

"Nay... kamu gak ngelakuin ini ke semua orang kan nay?" tanyaku sambil terus menikmati pemandangan ini.

"Gak lah chan... ini juga baru pertama kalinya aku sengaja buka baju di depan orang... ini spesial buat kamu...." jawabnya.

"Kenapa kamu mau buka baju di depanku dan bukan yang lain?" tanyaku.

"Ya... pokoknya karena kamu spesial... lagian kamu juga udah pernah liat tetekku... makanya gak terlalu masalah menurutku..." katanya.

"Tapi ini kamu gak cuma ngliatin tetek nay... kamu udah kayak bugil walaupun masih pake itu..." kataku sambil menunjuk selangkangannya yang tertutup celana dalam.

"Sebenarnya aku berencana mau bugil sekalian... tapi kayaknya aku pengen menyimpan ini buat waktu yang lebih tepat..." katanya.

Waktu yang lebih tepat? Berarti Naya masih akan merencanakan aksi bertelanjang di depanku suatu saat nanti? Tapi kapan?

"Chan..." kata Naya memotong lamunanku yang memandang payudaranya.

"Ya nay?"

"Kamu suka?" tanyanya sambil sedikit menggoyangkan badannya agar payudaranya ikut berguncang.

"Yaa... liat cewek bugil kayak gini pasti suka lah nay..."

"Bagus gak? Gak turun kan?" katanya.

"Iya nay... kenceng banget punyamu..." jawabku sambil mata yang tidak dapat lepas dari pemandangan ini.

"Kamu gak pengen onani chan?" celetuk Naya tiba-tiba.

"Eee... pengen lah nay... tapi nanti aja..." jawabku.

"Kenapa gak sekarang aja?" tanyanya.

"Ha? Malu lah..." jawabku.

"Kenapa harus malu? Aku aja gak malu buka baju begini..." katanya.

"Yee... aku kan gak eksibisionis kayak kamu...."

"Gak papa chan.. sekali-kali ngerasain onani di depan cewek... mumpung ada objek onaninya lho... daripada nanti kamu cuma bisa bayangin...." katanya.

"Gak ah... gakpapa nanti aku sambil nghayal aja..." kataku bersikeras.

"Iiih... yaudah... aku gak mau pake baju sampe kamu onani... biar aku masuk angin... biar sakit sekalian..."

"Iih... kok gitu sih...? Yaudah, tapi masa dikeluarin disini sih..?" kataku ragu-ragu.

"Gakpapa chan... itu kan ada tisu..." katanya.

Dengan ragu aku mulai menurunkan resleting celanaku. Dibaliknya celana dalamku sudah mengembung terisi dengan penis yang sedang ereksi.

"Nah gitu dong.... aku kan juga pengen liat titit kamu.... hihihi..." katanya.

 Penisku pun akhirnya keluar dari sarangnya. Perlahan mulai kueleus-elus batang tersebut di depan Naya.

"Oh... punyamu kayak gitu bentuknya....? hihihi" katanya.

"Kamu udah pernah liat kontol nay?" tanyaku.

"Kalo secara langsung kayak gini belum sih chan... geli juga ya ngeliatnya hihii..." katanya.

"Kamu gak masturbasi sekalian nay?" kataku mencoba mengajaknya bermasturbasi juga.

"Gak ah... nanti aja di kamar... biar gak diliat kamu... haha" jawabnya.

"Ih, curang..."

Begitulah momen aneh waktu itu. Diamana dalam sebuah ruangan terdapat seorang cewek yang hanya memakai celana dalam dan seorang cowok yang sedang mengocok penis.

"Chan..."

"Iya nay?"

"Masih lama?" tanya Naya.

"Bentar lagi keluar kok nay... kamu kalo dingin dipake aja bajunya..." kataku.

"Gak kok... aku gak dingin... hmmm... boleh nanya gak chan?"

"Bukannya geer ya... kalo kamu onani kamu sambil bayangin aku?" tanya Naya. Sungguh pertanyaan yang aneh.

"Ee..ee.. jujur sih, akhir-akhir ini iya... maaf kalo..."

"Gausah minta maaf... aku malah seneng kok.... hehe" kata Naya.

"Kok seneng?"

"Rasanya bangga aja kalo ada orang lain yang sering ngebayangin aku... hihihi" katanya.

"Kamu emang aneh nay..."

"Hmmm.... kamu bayangin aku lagi apa?" tanya Naya. Pertanyaan aneh macam apa lagi ini?

"Ha? Duh... masa aku jelasin sih.... ya banyak lah pokoknya..."

"Ayo dong jelasin satu aja.... aku penasaran...." katanya.

"Ya...ya... yang paling sering sih aku lagi 'nggituin' kamu..." kataku.

"Ngentot?" tanya Naya mempertegas.

"Iyaa... tapi gausah dipertegas pake kata-kata itu dong nay..."

"Hehehe... emang kamu udah pernah gituan chan?" tanya Naya.

"Belum."

"Sama dong hehe...." katanya.

"Trus kalo sama kenapa? Kamu ngajak begituan?" tanyaku.

"Nggak lah! Gausah ngarep! Aku gamau begituan sebelum aku nikah...." jawabnya.

"Becanda aja nay... yaudah kita nikah aja yuk hahaha" kataku.

"Idih... kamu nikahin aku cuma biar bisa ngentotin aku gitu?" tanyanya marah-marah.

"Becanda nay.... semoga kamu dapat lelaki yang baik ya nay..." kataku.

"Amiin..."

"Menurutmu aku lelaki yang baik apa nggak? hehe" tanyaku.

"Au ah.."

Di tengah-tengah kocokan penisku. Kami dikagetkan dengan suara ketukan di pintu. Yang tentu saja langsung membuat kami panik.
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar