Cerita Eksibisionis Naya : 2 Kebiasaan Aneh

original stories (by anonymous)

Keesokan harinya...

Jam sudah menunjukkan pukul 7. Tapi Naya tak kunjung keluar dari kamar. Segera kubangunkan dia seperti janjiku semalam.

"Nay... nay... bangun nay... udah siang..." teriakku sambil mengetuk pintu kamarku.

"Nay....?"

Tak ada balasan dari dalam kamar. Aku mencoba membuka pintu yang ternyata tidak terkunci. Sambil memanggil namanya perlahan aku masuk ke kamar yang notabene adalah kamarku sendiri. Saat kepalaku sudah masuk ke dalam lewat celah pintu, apa yang kulihat adalah hal yang sangat diluar dugaanku!

Di atas kasur yang aku taruh langsung diatas lantai Naya terlihat terlihat masih tertidur dengan posisi miring menghadap tembok atau membelakangiku. Selimutku menutupi tubuhnya dari ujung kaki sampai ke pinggang. Namun yang membuatku terkejut adalah aku dapat melihat punggungnya tidak tertutup apa-apa yang dapat diartikan dia tidak memakai baju bagian atas! Meskipun aku hanya melihat punggungnya tanpa melihat tubuh bangian depannya, penisku tetap bereaksi. Lagi-lagi Naya berhasil membuatku tersiksa.

Aku bertanya-tanya, apakah dia masih memakai baju bagian bawahnya atau tidak karena masih tertutup selimut. Sampai aku melihat tanktop dan celana yang dia pakai semalam tergeletak di samping kasur. Itu berarti Naya tidak memakai apa-apa alias telanjang bulat!

Entah apa alasannya dia tidur telanjang. Apakah itu kebiasaanya? Tapi dia kenapa berani untuk melakukannya di kamarku? Apakah dia memang sengaja untuk menggodaku? Naya yang kukenal tidaklah se-bitchy itu!

Tiba-tiba Naya bergerak. Dia memutar tubuhnya! Kini dia terlentang dan selimutnya hanya menutupinya sampai ke perutnya saja. Akhirnya apa yang selama ini ada di imajinasiku kini dapat terlihat langsung! Apalagi kalau bukan dua buah gunung kembar miliknya, yang sedikit berguncang dengan indahnya saat dia memutar tubuhnya. Terlihat kulit payudaranya berwarna putih sekali. Dan kedua puncaknya terdapat puting yang mungil sekali. Mungkin itu kenapa putingnya tidak dapat terlihat dari luar bajunya.

Tubuh Naya masih bergerak-gerak, tapi matanya masih terpejam. Kini dia merentangkan kedua tangannya yang membuat payudaranya tertarik keatas. Sungguh pemandangan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Selanjutnya kedua tangannya mulai mengucek-ngucek matanya. Tiba-tiba matanya mulai terbuka dan terlihat masih beradaptasi dengan terangnya suasana. Aku mulai panik, karena Naya akan memergokiku masuk tanpa ijin ke kamar dan melihat tubuh polosnya tersebut. Aku sempat berpikir untuk langsung menutup pintu dan pergi dari situ, namun sudah terlambat.


"Chan?" katanya sambil masih mencoba untuk membuka mata.

Aku panik dan gugup. Aku sampai bingung harus berbicara apa.

"Eee... anu...nay... aku... aku....cuma mau bangunin kamu....." kataku sambil terbata-bata.

"Jam berapa sekarang chan?" tanyanya polos. Sepertinya dia belum menyadari kalau payudaranya terbuka.

"Eee... anu..ss.setengah delapan.."

"Kenapa kamu ngomongnya gugup gitu?" tanyanya.

"Ee... anu.."

Aku belum sempat memberi tahunya mengenai payudaranya yang terekspos, namun dia menyadarinya dengan sendirinya.

"Oops!" katanya ketika menyadari bagian tubuhnya yang seharusnya tertutup itu terlihat olehku. Dia pun langsung menarik selimut untuk menutupinya. Namun yang kulihat dari ekspresi wajahnya dia malah tersenyum meski tetap dengan raut muka yang terkejut.

"Sss... sorry Nay... aku cuma mau bangunin kamu tadi..." kataku.

"Em... sebaiknya aku keluar deh Nay..." aku langsung beranjak keluar sebelum mendengar tanggapan apa-apa darinya.


Aku sangat merasa bersalah waktu itu. Meski di lain hal aku dapat melihat pemandangan yang sangat susah dilupakan olehku. Kini aku kembali menunggu di ruang tengah sambil menggunya keluar kamar. Saat Naya keluar kamar, dia sudah mengenakan pakaian yang sama dengan semalam. Namun dia terlihat buru-buru menuju kamar mandi.

Dari suara yang kudengar dari kamar mandi, sepertinya dia sedang mandi. Dan sekarang dia menutup pintu kamar mandinya. Setelah dia keluar dari kamar mandi pun dia terlihat buru-buru langsung masuk ke kamar. Padahal aku ingin berbicara dengannya perihal permintaan maafku. Aku kembali menunggunya sampai keluar kamar.

Beberapa saat kemudian, Naya keluar kamar. Kini dia berpakaian serba tertutup lengkap dengan hijabnya, meski tetap memakai celana jeans ketat yang menampakan bentuk tubuhnya. Dia langsung menghampiriku. Namun ketika aku hendak memulai percakapan, dia langsung memotongnya.

"Chan... anterin aku ke kampus yuk... udah mau mulai nih tesnya" katanya. Aku baru ingat kalau hari ini adalah harinya untuk mengikuti tes masuk universitas.

"Ee... tapi aku belum mandi Nay" kataku.

"Gapapa... anterin aja kok.. ntar kamu langsung balik aja..." katanya.

"yaudah deh..." aku langsung bergegas mengeluarkan motorku.

Selama di perjalanan, aku mencoba memulai percakapan.

"Nay..?"

"Iya?"

"Sorry ya buat yang tadi pagi..." kataku.

"Sorry karena apa?" jawabnya. Entah dia benar-benar lupa kejadian tadi pagi atau memang dia sengaja berpura-pura seperti tidak terjadi apa-apa.

"Karena aku nyelonong masuk ke kamar...."

"Ngapain minta maaf? Itu kan kamarmu... ya wajar dong kalau kamu masuk ke kamarmu sendiri..." jawabnya.

"Tapi... tapi aku jadi gak sengaja ngeliat itunya kamu..."

"Itunya apa?"

"Tetek kamu...." jawabku.

"Oh..." dia hanya menjawabnya seperti itu. Aku tidak bisa melihat raut mukanya sewaktu dia menjawab seperti itu. Apakah dia marah?

"Gapapa kok chan..."

"Kamu gak marah kan nay?"

"Gak kok... Udah sih, lupain aja..." jawabnya. Sebuah jawaban yang sukup melegakan, meskipun aku tidak yakin apakah dia benar-benar merasa 'tidak apa-apa'.

Sebenarnya aku ingin menanyakan kenapa dia tidur telanjang, namun karena Naya tidak mau membahas kejadian itu lagi maka kuurungkan niatku.

Akhirnya kami sampai di tempat tujuan.

"Makasih ya chan... kamu pulang sana gih... mandi... kamu bau tau...! haha" katanya sambil bercanda. Terlihat kalau Naya memang berusaha melupakan kejadian yang baru kami alami.

"Iya deh iya.... ntar kalu udah selesai telpon aja ya... ntar aku jemput." kataku.

"Oke" katanya sambil tersenyum.

"Semangat ya tesnya..."

****

Ketika aku sampai ke kontrakanku, reflek aku langsung masuk ke kamarku. Karena sudah menjadi kebiasaan setelah aku bepergian, aku selalu menaruh kunci motor ke kamarku.

Ketika aku masuk ke kamarku, kulihat kasurku sudah rapi kembali. Selimutnya pun sudah dilipat kembali. Namun pada saat aku menaruh kunci motor ke meja komputerku, ada sesuatu yang teregeletak diatas keyboard komputerku. Sebuah tanktop dan hotpant!

Apalagi kalau bukan tanktop dan celana yang dipakai Naya semalam. Mungkin tadi dia buru-buru sehingga meninggalkan begitu saja pakaian kotornya tersebut di meja tanpa merapikannya atau menyimpannya. Kupungut pakaian tersebut, dan entah kenapa aku mempunyai rasa untuk ingin mencium pakaian kotor tersebut. Kudekatkan celana pendek mungil tersebut ke hidungku, dan kuhirup bau celana tersebut. Walau bagaimanapun pakaian tersebut langsung menempel pada kulit Naya. Jadi ketika ku mencium celana pendeknya, aku membayangkan kalau aku sedang mencium vaginanya.

Penisku tentu langsung bereaksi. Karena aku berada dikamarku sendiri, maka tak ada alasan lagi untuk malu mengeluarkannya. Segera saja aku lepas celanaku. Pada saat aku melepas celanaku, aku melihat pakaian kotor Naya yang lain, namun kali ini sudah dilipat rapi dan ditaruh dibawah meja. Pakaian tersebut merupakan pakaian yang dipakai Naya saat perjalanan kemari. Dan yang paling menyenangkan adalah, di tumpukan pakaian kotor tersebut juga terdapat pakaian dalam Naya!

Sudah tentu tak bakal kusia-siakan harta karun tersebut. Kuperlakukan bra dan celana dalamnya tersebut sama dengan apa yang kulakukan pada hotpantnya. Kuhirup kuat-kuat celana dalamnya tepat di bagian dimana vaginanya berada. Dan selanjutnya kugunakan kain segitiga tersebut untuk mengusap-usap penisku.

Setelah aku mendapat kepuasan dari onaniku waktu itu, kukembalikan pakaian Naya ke tempatnya semula agar dia tidak curiga.

****

2 Jam kemudian, Naya menelponku untuk minta dijemput. Saat kutunggu dia di depan kampusku, dia berlari ke arahku. Tampak wajah sumringah di wajahnya. Sepertinya dia berhasil melewati tes masuk kuliah. Tiba-tiba dia memelukku!

"Yay!" katanya.

Aku yang tidak siap menerima pelukan itu, hampir terjatuh karenanya.

"Aku ketrima chan!" teriaknya. Seketika orang-orang sekililing kami menatap kami semua. Aku yang merasa malu, ingin segera pergi dari sana.

"Udah yuk ah pulang.... malu diliatin orang Nay..."

"Hihihii.... sorry yah..." Naya pun melepas pelukannya.

"Eh kamu udah makan chan?" tanyanya.

"Belum nih... makan yuk..." ajakku.

"Hmmm... antar aku ke pasar aja, ntar aku masakin... hihi" katanya.

"Kamu bisa masak?"

"Ih.. jangan ngeremehin kalo belum nyoba... hehe"

"Okedeh kalo gitu..." kami pun menuju pasar.

Sesampainya di rumah, Naya langsung menuju dapur. Aku juga menghampirinya untuk membantunya.

"Apa yang bisa kubantu Nay?" tanyaku.

"Udah... kamu istirahat aja... Aku bisa sendiri kok..." jawabnya.

"Yakin?"

Naya hanya mengangguk sambil tersenyum manis.

"Yaudah kalo gitu. Eh.. aku pinjem kamarnya ya..." kataku.

"Itu kan kamarmu... masuk aja... gausah ijin kali... emang mau ngapain?"

"Mau ngegame... hehe" kataku.

Aku pun segera menuju kamarku. Ketika masuk ke kamar, aku baru ingat kalau ada pakaian kotor Naya di meja dan kusri komputerku.

"Nay.... Ini yang di meja komputerku bajumu yah?" teriakku dari dalam kamar.

"Oiya chan.... sorry tadi buru-buru, jadi aku taruh situ..... Ambil aja taruh bawah chan!" teriaknya dari dapur.

Aku lakukan sesuai apa yang Naya perintahkan. Namun sekali lagi aku mencium pakain kotor tersebut sebelum aku taruh bawah meja. Lantas aku lanjutkan bermain game online.

Beberapa saat kemudian, Naya masuk ke kamar. Dia sempat menontonku bermain game sambil berdiri di belakangku.

"Udah mateng nay?" tanyaku.

"Belum lah... sabar yah... hihi.... eh chan, itu gamenya bisa dstop bentar gak?" tanyanya.

"Emang kenapa nay?"

"Kamu keluar bentar... aku mau ganti baju... gerah pake ini..." katanya.

"Aduh ini game online nay... gabisa dipause" jawabku.

"Yah... yaudah deh... kamu main aja tapi jangan noleh dulu ya...?"

"Serius kamu mau ganti baju disini?"

"Iya... jangan noleh dulu... bentar..." katanya sambil memegang kepalaku dengan kedua tangannya yang dimaksudkan agar kepalaku tidak bergerak-gerak.

Seketika aku langsung membayangkan apa yang sedang dilakukan Naya dibelakangku. Aku membayangkan bagaimana dia melucuti pakaiannya satu-persatu. Walaupun aku tidak dapat melihatnya, tapi coba bayangkan saja bagaimana perasaanmu kalau ada cewek cantik yang sedang ganti baju dibelakangmu.

"Nay? Kamu jadi ganti baju?" tanyaku karena tiba-tiba suasana hening.

"Iya ini aku udah bugil"

Deg. Mendengar jawabannya tersebut, pikiranku udah kemana-mana.

"Loh nay. Kan pintunya belum ditutup" aku bermaksud memberitahunya perihal pintu kamarku yang masih terbuka lebar.

"Udah gapapa... lagian ga ada orang juga... aku malah takut kalau aku sama kamu satu ruangan tertutup sedangkan akunya gak pake apa-apa... hiihih" jawabnya.

"Emangnya aku bakal ngapain? Perkosa kamu?"

"Siapa tahu... heheeh" jawabnya.

"Gak bakal lah... aku gak sebejat itu...."

"Iya kok aku percaya... kamu orangnya gak bakal macem-macem... hehe.... udah nih.." katanya.

"Udah boleh noleh nay?"

"Udah..."

Entah kenapa aku merasa penasaran sekali sehingga langsung menoleh untuk melihat apa yang dikenakannya. Sekarang dia mengenakan baju terusan dengan 2 buah tali menggantung di bahunya, sedangkan bagian bawah bajunya tidak terlalu pendek namun tetap memperlihatkan pahanya. Dapat kupastikan lagi kalau dia tidak memakai bra sedangkan apakah dia memakai celana dalam atau tidak, aku tidak tahu.

"Kenapa sih kamu? Mentang-mentang udah dibolehin noleh, langsung antusias gitu? Pesanaran banget sama penampilanku ya? hihi" katanya.

"Ah enggak..... cuma mau mastiin apa kamu masih cantik apa enggak..." kataku.

"Eh.. udah bisa ngegombal ni sekarang ya..... trus menurutmu aku masih cantik nggak pake ini...?"

"Masih kok... Kamu pake apa aja pasti tetep cantik..." gombalku.

"Kalo gak pake apa-apa? masih cantik juga?" tanyanya.

Deg. Aku gak menduga dia menanyakan hal seperti itu. Entah maksudnya cuma bercanda atau memang sedang menggodaku. Mungkin juga dia terbawa suasana oleh keakraban ini.

"Kalo itu gak tahu... aku kan blum pernah liat... hehe" jawabku.

"Jangan sampe ya.... haha" jawabnya sambil melenggang ke dapur.

Aku kembali dengan gameku, sedangkan Naya melanjutkan memasaknya.

Beberapa saat kemudian...

"Kalian gak punya meja makan ya chan?" teriaknya.

"Gak ada nay... makannya lesehan di ruang tengah aja..."

"Ooh... udah mateng nih chan..."

"Siap!"

Kebetulan juga gameku sudah selesai sehingga aku langsung bergegas menuju ruang tengah. Aku sudah duduk standby ketika Naya datang membawa piring-piring. Ketika dia meletakkan piring-piring tersebut, aku dapat melihat belahan dada Naya jauh lebih dalam. Dia memang tidak memakai bra. Namun sayang aku tidak dapat melihat putingnya, padahal aku suka sekali dengan puting Naya setelah melihatnya tadi pagi.

"Heh! Bantuin kek.... malah ngliatin gitu..." tegur Naya.

"E..e... iya sorry..."

Akhirnya kami menyantap masakan Naya. Dan kuakui, masakannya memang enak. Sepertinya dia memang berbakat dalam hal masak-memasak. Aku tak henti-hentinya memuji masakannya. Dia pun terlihat senang ketika aku menyukai masakannya.

Naya benar-benar membuatku jatuh cinta. Dia merupakan sosok calon istri idaman setiap lelaki. Kepribadiannya yang mandiri, pintar memasak, dan tentu kecantikannya yang akan membuat suaminya mengajaknya melakukan adegan ranjang tiap hari. Bahkan baru 2 hari dia dia disini aku merasa kalau kami adalah sebuah pasangan suami-istri yang baru saja menikah. Naya benar-benar membuktikan kalau dia layak diperjuangkan.

"Ngomong-ngomong kamu berapa hari disini nay?" tanyaku.

"Gak tau chan... kamu gak ngusir aku kan?"

"Ya gak lah... aku malah pengen kamu lama-lamain disininya.... kan enak bisa dimasakin terus... haha"

"Hehe... iya.. aku juga betah kok disini.... lagian kamu juga udah janji ngajakin aku jalan-jalan..."

"Besok ya... aku antar kamu kemana aja kamu mau..."

"Hehe... makasih ya chan..."

"Aku yang harusnya makasih... udah dimasakin makanan seenak ini... haha"

"Udah sih.. dari tadi muji terus... haha"

"Abis emang enak banget kok nay... cowokmu pasti beruntung banget yah punya pacar yang pinter masak kayak gini..."

"Haha... seharusnya sih gitu... tapi sayangnya aku yang gak beruntung gak bisa pamerin masakanku ke pacar" jawabnya.

"Emang kenapa?"

"Karena gak ada orangnya yang mau dipamerin... haha" jawabnya.

"Maksudmu kamu ga ada pacar?" tanyaku.

Naya hanya mengangguk malu.

"Emang kenapa kalo aku jomblo?" tanyanya tiba-tiba.

"Ah.. gak papa kok" jawabku sambil menunduk menyembunyikan senyumanku. Aku tidak dapat menyembunyikan ekspresi kegembiraan mendengar kalau Naya tidak punya pacar.

Naya juga terlihat tersenyum tersipu malu.

"Kalo kamu? Cewekmu gak marah kan? Kalo tahu pacarnya tidur serumah sama cewek lain?" tanyanya memecah kecanggungan diantara kami.

"Sama kayak kamu nay. Gak bakal ada yg marah.. hehe" kami kembali saling tersipu malu.

Keadaan sempat hening beberapa saat hingga kami selesai makan. Naya pun mulai membereskan piring-piring kotor kami. Pada saat dia hendak berdiri, aku melihat bagian bawah bajunya sedikit tersingkap. Aku dapat melihat kedua paha bagian dalamnya dengan cukup jelas meski cuma singkat. Aku juga dapat melihat sedikit bayang-bayang hitam di bagian selangkangannya. Mungkin saja dia mengenakan celana dalam warna hitam. Namun jika benar dia memakai celana dalam warna hitam, seharusnya aku dapat melihat bentuk celana dalam tersebut dari luar bajunya karena memang warnanya yang kontras. Berarti bayang-byang hitam di selangkangannya tersebut adalah rambut kemaluannya! Atau memang hanya karena dibagian tersebut cukup gelap sehingga aku melihatnya sebagai bayang-bayang hitam yang tidak jelas. Yang jelas Naya menyuguhkan pemandangan yang indah untukku meski tak disengaja olehnya.

"Kamu biasanya nyuci sendiri atau laundry chan?" tanyanya membuka percakapan sambil membereskan piring kotor.

"Biasanya laundry sih... paling yang nyuci sendiri cuma daleman aja..." jawabku.

"Oh.... tapi kamu punya deterjen kan? Aku mau nyuci soalnya..."

"Ada sih.... Kenapa gak dilaundry aja? Kan gak repot...."

"Ah cuma dikit kok yang dicuci... cuci sendiri aja lah.... dalemanmu mau sekalian aku cuciin gak? hihi"

"Ah jangan.... biar aku cuci sendiri aja... ahaha" jawabku.

****

Malamnya...

Aku merencanakan sesuatu. Aku berencana mengintip Naya ketika hendak tidur! Aku ingat kalau gorden jendela kamarku kurang panjang sedikit, sehingga memiliki sedikit celah dibawahnya meskipun gordennya tertutup rapat. Aku sungguh tidak sabar untuk melancarkan aksi ini. Namun tentunya aku harus menunggu Naya masuk ke kamarnya.

Momen yang dinanti-nanti pun akhirnya tiba.

"Besok rencana mau jalan-jalan jam berapa?" tanyanya.

"Terserah kamu nay.... pagi aja biar puas..."

"Okelah kalo begitu... aku tidur dulu ya...."

"Oh iya nay... jangan lupa kunci pintunya... hehe" kataku.

"Iya... pasti... hihi"

Aku pun menunggunya masuk ke kamar. Dan setelah Naya masuk ke kamar dan terdengar bunyi 'klek' pertanda pintu sudah terkunci, aku bergegas berlari kecil ke luar rumah menuju jendela kamarku. Dan beruntungnya aku, ternyata memang ada selah untukku mengintip. Meski celahnya kecil sekali, aku tetap dapat melihat Naya dengan jelas, dan Naya tidak mungkin melihatkuku karena diluar yang gelap.

Aku melihat Naya masih duduk di depan meja komputerku. Sepertinya dia masih bermain-main dengan handphonenya. Aku menunggunya dengan sabar. Tentuya aku harap-harap cemas, apakah dia kali ini akan membuka bajunya atau tidak. Aku juga mengawasi keadaan sekitar, dan aku pun mulai mengeluarkan penisku.

Naya mulai bergerak. Kulihat dia mengambil sebuah botol lotion dari tasnya. Lantas dia mengusapkannya pada kedua lengannya. Namun adegan yang kutungggu adalah pada saat Naya mengusapkan lotion ke kaki dan pahanya. Naya mengangkat kakinya ke kursi untuk memberi lotion ke bagian ujung kakinya. Pada saat inilah aku dapat melihat pahanya ketika dia menekuk kakinya. Namun sayang, aku hanya bisa melihat duduk Naya dari samping. Jika saja dia duduk menghadap ke arahku, maka pasti aku dapat melihat bagian selangkangannya.

Aku menikmati momen-momen ketika dia mengusapkan lotion ke pahanya sambil mengocok penisku. Hingga akhirnya semua bagian lengan dan kakinya sudah terlumuri lotionnya. Kemudian dia berdiri. Sayang, kali ini dia malah membelakangiku. Ini karena dia menghadap cermin yang ada di dinding kamarku. Jantungku berdenar-debar menunggu apa yang akan dilakukannya selanjutnya. Dia mengikat rambutnya, dan setelah itu apa yang ditunggu-tunggu akhirnya terjadi!

Naya terlihat memegang bagian bawah baju terusannya untuk selanjutnya menariknya keatas! Perlahan namun pasti, aku mulai melihat bongkahan pantatnya. Dan benar, dia tidak memakai celana dalam! Dia menarik bajunya dan meloloskannya ke atas. Kini aku bisa melihat tubuh telanjangnya meski dari belakang.

Selanjutnya dia kembali mengambil botol lotion. Dia mulai mengusap-usapkan lotion ke tubuh bagian depannya. Andai saja aku dapat melihatnya, pasti aku sudah melihat Naya yang meremas-remas payudaranya sendiri. Namun aku cukup terhibur setelah dia juga melumuri lotion ke pantatnya, sehingga aku dapat melihat Naya meremas-remas pantatnya.

Adegan demi adegan tersebut semakin memompa nafsuku. Seiring juga naiknya kocokan pada penisku. Aku merasa pejuku sudah diujung tanduk. Hingga akhirnya....

Naya membalikkan badan! Akhirnya aku dapat melihat tubuh bagian depannya yang tak tertutupi sehelai benang pun. Dan akhirnya aku dapat melihat bagian intimnya! Terlihat begitu indah yang tertutupi rambut kemaluan yang cukup lebat. Dan saat itu juga aku telah sampai puncaknya.

CROT CROT CROT... pejuku membasahi tembok.

Sebuah kepuasan bisa onani sambil melihat tubuh telanjang Naya. Namun aku hanya dapat melihat tubuh bagian depannya sebentar saja, karena setelah itu Naya mematikan lampu kamarnya. Namun setidaknya aku puas sudah melihat setiap bagian tubuh telanjangnya.

Tapi aku menyesal. Kenapa barusan aku tidak merekamnya saja? Aku kembali berencana untuk mengintipnya besok, namun kali ini akan kuabadikan.

Setelah 2 malam Naya menginap ditempatku, kini aku lebih tahu tentang dirinya. Dibalik kecantikannya, ternyata dia memiliki sebuah kebiasaan yang aneh menurutku. Dia tidak pernah atau jarang mengenakan pakaian dalam jika di dalam rumah dan bahkan selalu bertelanjang bulat ketika tidur. Apakah dia mempunyai kelaianan? Atau cuma kebiasaanya? Atau memang kebetulan saja aku melihat dia melakukan itu?
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar