Cerita Eksibisionis Istriku Rina : Di Balik Sebuah Cerita 5

Cerahnya pagi kembali menyapa hari ini berkas sinar mentari masuk melalui celah dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Terlihat nisa dan adit kegirangan yang sedang bermain dengan buk giran, aku tersenyum sembari tertawa kecil karena terlihat dari wajah buk giran yang kelelahan meladeni mereka berdua.

Begitu pula mas andi yang asyik berbincang dengan pak giran sepertinya sedang membahas prospek kebun maupun lahan pertanian yang membentang luas disekitarnya. Mata ku sejenak menatap ke arah balai, dimana balai itu menjadi saksi bisu kejadian antara aku dan pak giran semalam.

Sampai saat ini aku masih mengingat dengan jelas bahwa kejadian itu terjadi tanpa paksaan sedikit pun dari pak giran karena semua yang terjadi semalam berdasarkan kesadaran diri, aku hanya mengikuti naluri dan perasaan yang bersumber dari hati. Aku tertunduk sejenak mengingat kejadian itu semua rasa bercampur menjadi satu sedih, senang, kecewa di dalam hati yang kemudian menstimulus air mata yang mulai menitik dari sudut mata.

Pada saat aku menangis terasa dari arah punggung ada yang mengelus dengan lembut dan tangan itu pun dengan lembutnya berpindah mengelus ke arah kepala sembari mengecup lembut kepala ku. Aku mengenal siapa pemilik tangan ini dari tekstur tangannya memang sudah familiar dengan kulit tubuhku.

Pemilik tangan itu adalah pak giran, pria yang telah berhasil menggoyahkan pertahanan hati yang selama ini aku pertahanan dengan kokohnya dan beliau juga yang telah memberikan warna baru dalam kisah hidupku.

"kenapa, rin?" tanya pak giran.

"gak ada apa-apa pak." ujar ku.

Beliau meraih dagu sembari menghapus air mata di pipi dan mengecup keningku dengan pelan.

"udah jangan sedih, senyum dong". hibur pak giran.

"iya pak, aku gak sedih kok. Aku cuma nangis karena bahagia". jelas ku sembari tersenyum kepada pak giran.

"gitu dong, itu baru gadisnya bapak," ujar pak giran sembari mencubit hidungku dengan gemes.

"hihihi.. iya paak... genit ah" balas ku mencubit pinggangnya.

Pak giran kemudian memeluk sembari mengelus kepalaku dengan lembut, kembali tangannya mengelus lembut punggungku terasa kenyamanan yang menjalari tubuhku.

"terima kasih, pak". ujar ku, sembari membenamkan wajah di dadanya.

"iya, rin.." balas pak giran.

Setelah keadaan membaik kami memutuskan untuk beranjak ke taman samping rumah untuk bergabung bersama dengan yang lainnya. Aku dan pak giran berjalan beriringan ke arah kebun dimana mas andi, adit, nisa maupun buk giran masih asyik bercengkrama, nisa yang menyadari kehadiranku spontan berlari.

"mamaaaaa..." seru nisa, aku pun menyambut nisa dengan suka cita dan menggendong nisa.

"cantik banget cucu kakek hari inii." ujar pak giran sembari mencubit hidung nisa.

"masa’ cuma hari ini ja kek, jadi kemarin-kemarin gak gitu ? ", ujar nisa balik menggoda pak giran.

“ya kemari-kemarin juga cantik, kan memang dasarnya udah cantik.. hehe” ujar pak giran.

"kalo mama rina cantik, lebih cantik nisa lah kan nisa lahirnya dari mama rina yang cantik", tambah pak giran sembari jahil meremas lembut salah satu bongkahan pantatku.

"nakal banget sih, pak.." bisik ku pada pak giran yang di sambut tawa olehnya.

Kehadiran kami di sambut lambaian tangan mas andi sembari tersenyum, aku, nisa dan pak giran memilih duduk di balai sembari memperhatikan adit, mas andi dan buk giran yang masih asyik bercengkrama.

Di atas balai memang sudah tersedia teh hangat dan kopi di lengkapi pisang goreng buatan ibu. Ibu memandang ke arah aku sejenak dan mengedipkan mata sembari tersenyum dan ku balas dengan senyum pula. Cara buk giran memandangku barusan mengandung makna yang dalam, dimana cuma kami berdua yang tahu akan arti pandangan dan kedipan mata ibu.

Aku mulai menikmati suasana pagi ini, sejenak mata memandang ke arah mas andi, ibu dan adit tanpa sadar terlintas pada benakku bahwa aku menjadi salah satu dari wanita yang sangat beruntung dimana memperoleh perhatian dan kasih sayang dari dua pria ini.

Kedua pria ini saling mengisi kekurangan dan kelebihan yang ada di antara mereka. Memang tak ada yang sempurna di dalam kehidupan dunia yang fana ini namun kehadiran pak giran dan ibu adalah kepingan pelengkap yang membentuk sebuah bingkai hidup menjadi lebih indah. Sejenak mata ku berganti melirik ke arah pria yang duduk disampingku, pria yang telah memberikan sesuatu yang tak ku dapat dari mas andi dan menjadi penyemangat baru dalam kehidupanku.

Pak giran menghidupkan kembali gairah yang telah lama tersembunyi dalam diriku, gairah yang disentuh dengan kasih sayang, perhatian ini membuatku sukar untuk menolak dan dengan sendirinya pintu hatiku terbuka untuknya.

Aku pun terbangun dari lamunan karena merasakan ada tangan jahil pak giran yang menyerempet ke arah bukit kembarku sembari mengelus-elus lembut kepala nisa. Terlihat jelas pak giran sangat menyayangi nisa dan adit seperti cucunya sendiri.

Kejahilan pak giran bagaikan bumbu dalam hubungan kami. Sering kejahilan maupun kenakalan tangan pak giran membuatku tertawa dan terkadang malu karena tanpa aku sadari dengan sendirinya aku menikmati dan menyukai caranya itu.

Aku berharap kebahagian ini tetap terjaga dengan semestinya, mungkin aku di satu sisi memang salah karena kehormatanku sebagai seorang istri telah hancur. Namun di sisi lainnya aku merasakan kebahagian atas apa yang terjadi dimana aku menemukan sosok pria yang bertanggung jawab, perhatian dan mampu memberikan kasih sayang dari figur pak giran.
oOo

"ehem..." tegur ibu saat aku sedang berada di dapur.

"gimana, rin ? cerita dong?" sambung ibu.

"gimana apanya, buk? cerita apanya, buk?" ujar ku yang pura-pura tak tahu maksud pertanyaannya.

"ah kamu ini.. pura-pura gak tahu" ujar ibu yang mencubit pinggang ku.

"ya begitulah buk, " jawab ku pura-pura cuek.

"jadi semalam...?" ujar ibu sembari matanya memandangku dan aku hanya mengangguk, menandakan "iya"

"gimana benerkan kata ibu ? " ujar ibu sembari mencubit pipiku gemes.

"hihi.. ia bener bu.. bener sangat malahan.. aku aja masih kecapean nih.. " ujar ku.

"masih berasa malahan... hihih" tambah ku, sembari menunjuk ke arah vaginaku.

"kamunya sih gak pecaya, hihi.. ya ibu udah bilang kalau bapak memang masih kuat, ibu aja kewalahan", ujar ibu disambut tawa kami bersama.

"tapi...." ujar ku sambil raut wajah yang berubah murung.

"tapi apa rin... " tanya ibu.

"aku cuma takut kalau mas andi tahu, buk.." ujar ku tiba-tiba.

"tenang rin.. kalau soal andi aman kok.. sejauh ini dia enggak tahu apa.." ujar ibu mencoba menenangkan ku.

"bener buk?" ujar ku

"iya, rin.." jawab ibu.

"Ibu bahagia melihat kamu sekarang telah kembali ceria dan merasakan kembali gairah hidup, mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang tidak kamu dapatkan dari andi. " ujar ibu.

Kami larut dalam suasana, aku memeluk ibu sembari menangis dalam pelukannya. Kehangatan yang kuperoleh dari ibu, seakan aku merasakan kehadiran orang tuaku yang telah tiada.
oOo
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

1 komentar:

  1. Baccarat - EBCASINO.COM
    What is 카지노사이트 the Baccarat Strategy? How to Bet, Play, 제왕카지노 and Win · How to Place Baccarat Handicap · Learn how 바카라 사이트 to play at online baccarat.

    BalasHapus