Cerita Eksibisionis Istriku Rina : Di Balik Sebuah Cerita 7

POV ANDI

Aku yang setelah solat isya tertidur karena kelelahan membantu pak giran di ladang. Mengingat biasanya aku bekerja di balik komputer namun hari ini bekerja berat di lapangan, di balik lelahku ada kepuasan melihat canda tawa adit dan nisa yang menemani kami. Tengah malam aku terbangun karena nisa menangis kedinginan yang selimutnya terjatuh ke bawah, aku mencoba meraba-raba istriku disamping tetapi tak kutemukan, mungkin dia sedang ke kamar mandi untuk kencing. Akhirnya aku membangunkan diri walau mata masih mengantuk.

Sembari menanti mata terpejam aku mencoba menunggu rina yang belum kembali dari kamar mandi. Tiba-tiba karena gelisah dan tidak enak hati rina tak kunjung kembali, aku tergerak untuk menyusulnya ke kamar mandi. Ternyata rina tidak ku temukan di dalam kamar mandi, semakin gelisah hatiku kemana rina pergi.

Aku pun melangkah ke kamar bapak dan ibu giran yang sedang tertidur, awalnya merasa tidak enak membangunkan orang yang terlelap tidur tetapi karena tidak ada pilihan lain aku pun mengetuk pintu kamar bapak. Setelah dua ketukan di pintu kamarnya, terasa sunyi ruang dibalik pintu yang ku berdiri saat ini. Aku pun hanya bisa terduduk di depan pintu kamar mencoba menerawang dan menenangkan diri, sejenak terasa angin malam menyapa lembut di kaki yang berasal dari arah pintu depan. Aku mencoba memalingkan kepalaku kearah pintu depan yang ternyata tak tertutup rapat.

“apa rina di culik?”
“apa rina tidur sambil berjalan?”
"tidak mungkin rina tidur berjalan, karena memang tidak pernah". Kegelisahan dan pertanyaan-pertanyaan kembali menghampiriku.

Aku bangkit dari dudukku menuju ke arah pintu depan. Langkah kaki ku terhenti sejenak saat aku berhadapan dengan dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu berpadu dengan beton yang tak layak dan kusam. Aku tak percaya dan tak menyangka dengan apa yang ku lihat saat ini. Jauh dan sangat jauh dari penilaianku selama ini, aku salah menilai dengan kedekatan mereka dan hubungan di antara meraka berdua.

["Suasana seperti inilah yang membuat ku betah berada di sini, setidaknya aku tak salah memilih desa ini sebagai tujuan liburan kami. Adit dan nisa juga merasakan kebahagian yang mereka dapat saat ini, kedua buah hatiku ini pun larut dalam suasana liburan yang mungkin sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Begitu pula dengan rina ikut merasakan kebahagian dan kasih sayang yang diperoleh dari kedua pasangan pemilik rumah yang kami tempati yaitu bapak dan ibu giran. Aku menyadari bahwa selama ini merasa kurang dalam memberikan kasih sayang dan memanjakan rina karena terlalu larut dalam pekerjaan dan rina yang sehari-hari adalah ibu rumah tangga.

Rina yang telah mengurus rumah dan kedua buah hati kami dengan sangat baik dan penuh kasih sayang sudah sepatutnya rina mendapatkan kebahagian dan kasih sayang ini. Kasih sayang dan kemanjaan yang diberikan pak giran kepada rina karena aku melihat sosok pak giran sebagai figur orang tua yang memanjakan anaknya dengan kasih sayang beliau begitu pula sosok ibu giran yang memberikan kasih sayang dengan memperlakukan rina seperti anaknya sendiri."]

["cocok ya mas andi.." celutuk ibu giran tiba-tiba.

"siapa buk yang cocok?" tanya ku yang tak mengerti arah pembicaraan.

"itu.. bapak, rina dan nisa". balas buk giran sambil tertawa lepas.

"ah.. ibu bisa aja deh becandanya" jawab ku yang ikut tertawa.

" heheh.. mas andi beruntung mendapatkan nak rina. Baik, cantik, keibuan dan penyayang." ujar buk giran.

"alhamdulillah buk, semua sudah di atur sama Tuhan. Tapi... ". ujar ku kepada ibu giran namun ada sesuatu yang sedikit tertahan untuk ku sampaikan.

"tapi.. kenapa mas andi?" tanya ibu.

"aku merasakan kurang bisa membahagiakan rina buk.. selama ini aku sibuk dengan pekerjaan, jarang memberikan perhatian, kasih sayang maupun memanjakan rina. Aku iri melihat bapak yang mampu mengerti rina, memberikan perhatian yang dibutuhkan rina maupun memanjakannya." jelas ku pada ibu.

"jangan menyalahkan dirimu nak, itu tidak baik. Kalau memang seperti itu adanya biarkan rina menikmati apa yang didapatkannya saat ini, apa yang kamu lakukan saat ini adalah untuk kebahagian rina juga kan?". ujar ibu yang sedikit menenangkan ku.

"iya bu, aku melakukan semua ini untuk kebahagian rina, karena aku sangat menyayanginya. Aku bersyukur tidak salah memilih desa ini sebagai tujuan liburan kami dan di desa ini pula kami dipertemukan dengan orang-orang yang tepat seperti bapak dan ibu yang memberikan kenyamanan dan menyambut kami seperti keluarga." tambah ku.

"mungkin semua sudah di atur Yang Maha Kuasa, nak.." ujar ibu sembari tersenyum bu giran menenangkan ku.]

Andi teringat akan penilaian kala sore itu dan percakapannya dengan buk giran yang seakan mengetahui sesuatu di antara mereka. Oh tidak rina.. apa salahku kepada mu hingga kau tega menyerahkan kehormatan mu kepada pak giran. Apa karena aku terlalu sibuk bekerja jadi kau menerima pak giran kala mencumbu dan menggodamu ? tapi kenapa mesti pak giran bila memang kau mau pasti dari dahulu telah kau lakukan dengan yang lain.

Tidak... tidak .. tidak.. !!!!

Sembari mata yang berkaca-kaca dan air mata yang tak mampu ku bendung jatuh dengan santai di pipi. Ingin rasanya aku melabrak, memukul dan membunuh pak giran saat ini juga. Tapi ada sesuatu rasa yang tertahan di bathin yang menghentikan gejolak amarah berganti dengan gejolak birahi.

Gejolak birahi?? !! Argh .... tidaakk...!!!

Kenapa bisa aku tegang di saat aku melihat istriku setubuhi dengan bebasnya oleh pak giran? Kenapa tiba-tiba aku menjadi terangsang seperti ini melihat rina yang sedang berpacu birahi dengan pak giran? Pak giran yang sudah tua itu bisa memberikan kepuasan birahi kepada rina. Apa yang sebenarnya pak giran berikan sehingga rina bisa takluk dan mau bercinta dengannya. Sudah jelas bukan fisik yang membuat rina takluk dan berani mempertaruhkan kehormatannya demi sekedar seks semata. Pasti ada sesuatu yang tak dapat kuberikan kepadanya hingga dia melalukan ini.

Keheningan menyerangkan ku sejenak. Aku menemukan jawabannya.

Hati !! Ya hati yang digunakan oleh pak giran hingga rina bisa memberikan segalanya kepada giran. Ketulusan, kemanjaan dan kenyaman yang diberikan oleh pak giran lah pasti yang menjadi awal dari ini semua. Aku hanya bisa terdiam dan membisu dalam kekecewaan pada diriku sendiri. Sejenak mata tertuju pada benda yang terlihat tegang dan sesak di balik celana tidur ini. Tanganku bergerak dengan sendirinya menarik celana tidur beserta kolor ke arah bawah, memberikan udara sejenak kepada penis yang sudah tersiksa di dalam sana.

Mataku menangkap posisi rina kini telah berupa menjadi WOT. Kenapa ? sejak kapan dia bercinta dengan gaya seperti itu? Dengan aku suaminya saja tidak pernah. Terlihat jelas pinggul rina naik turun di atas penis pak giran yang mengkilat akibat orgasme rina. Pak giran dengan buasnya melahap payudara rina yang memang masih padat biar pun sudah beranak dua itu. Tak tinggal diam pinggul pak giran ikut bergoyang, pak giran ingin penisnya masuk lebih dalam lagi di vagina rina.

Aku ? aku saat ini sedang sibuk dengan kegiatan baru tapi edisi lama, yaitu onani. Ya onani adalah mainan dulu semasa aku masih remaja dan jarang aku lakukan ketika sudah menikah.

Kini ?

Entahlah.

Aku tak bisa mendeskripsikan apa yang sedang melandaku saat ini. Aku bingung kenapa aku bisa dengan mudah menerima perselingkuhan rina dan pak giran.

Selingkuh ?

Tidak, rina tidak selingkuh nyatanya tadi aku menyetujuinya dan membenarkan perbuatannya.

Rina telah di landa orgasme, aku tak tahu pasti itu orgasme yang ke berapa saat ini. Rina tertidur lemas di pelukan pak giran sembari keduanya berpagutan manja. Tanpa melepas penisnya pak giran merubah posisi mereka saat ini menjadi doggy style.

Doggy style? Dari mana lelaki tua itu mengetahui posisi bercinta seperti itu.

Jujur ku katakan selama berubah tangga dan bercinta dengan rina tak pernah kami mencoba variasi apa pun saat bercinta. Terkadang aku yang ingin mencoba malah rina yang tidak mau. Pernah aku mencoba mengoral vaginanya saja dia menolak dengan berbagai alasan. Apa lagi sampai berganti gaya seperti itu, mana mau dia lakukan.

Pak giran memompa vagina rina dengan irama yang membuat pasangan lawan mainnya terhanyut di dalam permainan pak giran. Pak giran memposisi tubuh rina yang berlutut tepat mengarah dimana keberadaan ku saat ini. Wajah rina terlihat cantik berkombinasi dengan mata sayu berpadu desahan yang keluar dari mungil dan seksi itu.

Kocokan di penisku makin cepat mengikuti pompaan penis pak giran yang keluar masuk sesekali menghentakkan pinggulnya untuk memastikan penisnya masuk lebih dalam, rina yang sedang berada di ambang orgasme hanya bisa meremas-remas payudaranya sendiri sembari pak giran menarik rina kembali ke posisi berdiri dan mereka saling berpangutan dengan mesranya.

Cairan putih terlihat merebes dari pinggir vagina rina yang masih di sesaki oleh penis tua pak giran, pak giran memeluk erat tubuh rina dari belakang dengan pinggul yang di tekan ke arah vagina rina. Pak giran mengeluarkan spermanya di dalam vagina rina yang di sambut dengan lenguhan panjang rina, mereka orgasme bersama. Mereka akhirnya saling berpelukkan di lantai balai sembari pak giran dengan dewasanya memanjakan rina dalam dekapannya.

Aku ?
Ya kami sama-sama mencapai orgasme, onani ku kali ini berasa lebih beda dan lebih hidup daripada zaman remaja ku dahulu. Aku memandang penisku yang mulai lemas, tangan yang basah oleh spermaku sendiri yang menembak ke arah disisi dinding. Aku bangkit dari tempat persembunyianku seperti seorang pria pecundang, langkah kaki ku menuju ke kamar mandi dan kembali ke ranjang untuk tidur. Mungkin esok aku akan terlupa dengan apa yang terjadi malam ini.


Aku memiliki istri yang baik tapi tak mampu ku jaga
Aku membuat dia lepas dari pelukan
Lelaki macam apa aku ?
Tak kah kau lihat rina begitu bahagia dengan pak giran?
Pak giran memberikan apa yang tak bisa ku berikan

oOo

*Apa yang terjadi dengan andi selanjut ?
*bagaimanakah rumah tangga andi dan rina?
*Akankah andi dan buk giran saling berbagi?



*****
semoga berkenan di hati para pembaca
jangan sungkan untuk memberikan kritik dan saran
terima kasih
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar