Cerita Eksibisionis Istriku Rina : Di Balik Sebuah Cerita 6

Pelukan hangat itu bagaikan sebuah kerinduan yang tak terlepaskan
Sebuah hati menemukan kembali peraduan
Kesepian Kesunyian sembari menghilang di bawa angin lalu
Senja.. ikhlaskan aku memberi kasih ini untuknya
Senja.. engkau menjadi saksi bisu di antara kami
Langit peluklah hati kami satu kan rasa di hati kami
Awan redupkan lah rindu yang teramat panjang di antara hati kami
Sebuah cerita cinta yang telah terukir dengan semesta
Cinta adalah anugerah terindah dari Tuhan
Bersemayam dalam tiap hati insan bernyawa
Cinta akan menemukan hati yang tepat untuk berteduh
Semoga ini menjadi sebuah kisah cerita sejati
****​
POV RINA
[​IMG]

Malam ini aku terduduk di balai sendiri menikmati malam sembari menunggu kantuk yang tak kunjung datang. Bayangan percintaan malam itu hadir di benakku, bukan sekedar kepuasan raga namun kepuasan bathin ikut aku peroleh dan menemukan sebuah makna dalam bercinta. Pak giran yang dalam bercinta bukan sekedar mengeksploitasi tubuhku namun pak giran menghujaniku dengan kasih sayang dan kenyamanan. Terlebih faktor usia bukanlah penentu lelaki itu tidak bisa memuaskan pasangannya, namun lebih kepada bagaimana dia mampu mengontrol emosinya dalam bercinta. Setelah malam itu, bertambah kekaguman ku pada pak giran, pak giran adalah sosok lelaki dewasa yang tidak egois dalam bercinta, dimana mampu mengerti keinginan pasangannya juga.

"akan kah itu terulang kembali?" tanya ku dalam hati.

"apakah aku menginginkannya kembali?" kembali ku bertanya dalam hati.

Pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk dalam hatiku. Di satu sisi aku menginginkan kembali untuk bisa bercinta dengan pak giran, di satu sisi lagi aku takut untuk melakukannya dan tidak mungkin juga aku untuk meminta kepada pak giran, gengsi dong. Aku hanya bisa tersenyum sendiri karena memang gengsi untuk meminta kepada pak giran, malu dan pasti pak giran bakal mikir aku wanita apaan.

"kok senyum-senyum sendiri, rin?" ujar suara pak giran yang entah kapan sudah ada disini. "hayoo, mikirin apa itu?" sambung pak giran.

"eh, ada bapak. udah lama pak ?" ujar ku sedikit malu karena ternyata pak giran memperhatikan ku.

"enggak mikirin apa-apa kok pak, cuma lagi menikmati suasana malam aja" tambah ku sembari pak giran naik dan duduk di sampingku.

Ada rasa grogi dan deg-deg an yang mulai meresapi ketika pak giran mulai duduk di sampingku, karena di buat bingung sendiri oleh rasa yang bergejolak dan gairah terpendam di hati. Kerinduan akan sosok pak giran yang kini telah hadir dan duduk di sampingku, ingin segera ku peluk dan cium beliau namun karena tertahan oleh rasa malu dan gengsi aku hanya mampu melirik ke arahnya. Suasana hening sejenak aku mencoba meresapi kebersamaan kami malam ini.

Kedinginan malam yang mulai naik sehubungan waktu yang terus menanjak, membuat aku kedinginan. Biasanya beliau akan menarik pinggangku dan memelukku, namun malam ini beliau terlihat lebih santai dan hanya memperhatikan bulan sembari mengisap rokok yang terselip di jarinya. Aku mengharapkan dia menarikku pinggangku dan merangkulku dalam dekapnya, namun tak ada respon apa-apa kali ini dari pak giran.

Aku membuang rasa malu dan memberanikan diri untuk membuka suara.

“pak...” aku membuka suara.,yang di sahut “hmmmm” olehnya tanpa melirik ke arahku.

Aku berinisiatif untuk merapatkan diriku padanya, namun masih tetap saja beliau masih fokus dengan memandangi bulan malam ini. Ada rasa jengkel dan ingin aku marah karena merasa di cuekin olehnya. Kepalaku mulai bersandar di pundaknya dan tanganku merangkul di pinggangnya.

“pak...” bisikku di telinganya, kembali di sahut “hmmm” oleh nya dan melirik ke arah ku.

“aku kangen pak....” lanjut ku berbisik di telinganya sembari mempererat pelukan ku padanya.

“kangen apa rin ?” balasnya sembari nyengir.

“kangen sama bapak....”balasku seperti mendesah.

“lah kan bapak disini, kok kangen ? “ balasnya yang di barengi tawa khasnya.

“kangen ini bapak loh... “ jawabku, yang mana kini salah satu tanganku meraba penis yang berada di balik sarungnya.

“ah.. yang bener nih , rin ?” ujar pak giran yang terkejut dengan rabaan tanganku di penisnya.

Tak ada jawaban yang terdengar dari bibirku namun jawaban itu tergambar jelas dari gerakan tubuh ku yang semakin merapat kepadanya yang membuat payudaraku menempel di dada bidang yang masih meninggalkan bekas kekar itu walau kini usianya telah lanjut. Tanganku yang tadi hanya sekedar meraba penisnya kali ini sudah mulai meremasnya pelan, remasan demi remasan lembut akhirnya membuat perubahan pada penisnya, yang tadi tertidur lemas perlahan-lahan mulai bangun dari tidurnya.

“nakal ya rin sekarang.....” ujar bapak sembari mencubit hidungku karena gemes.

“hihi.. biarin..” balasku manja sembari tetap meremas lembut penisnya.

Kurasakan tangannya mulai meraih daguku dan membuat kami saling bertatapan satu sama lain, tanpa perlu di minta dengan lembutnya bibir tua itu mulai menciumi bibirku. Ciuman lembut namun tegas yang memberikan rasa nyaman dan bisaku rasakan kasih sayang tersalurkan dari hatinya. Pak giran mengkombinasikan ciuman dan remasan lembut pada salah satu payudaraku yang membuat bibirku mengeluarkan desahan demi desahan bagai nyanyian yang mengiringi percumbuan kami.

Pak giran mulai membaringkan tubuhku di lantai balai yang terbuat dari bambu ini, pak giran sejenak memandangi tubuh lemas ku sembari tersenyum. Pak giran kembali mencium bibirku sejenak dengan mesra kemudian ciuman itu turun ke payudaraku yang masih di balut daster dan BH, bibir tua itu intens bermain dengan keduanya. Kepala pak giran semakin turun dan kini berada di antara pahaku, memandang sejenak ke arah vaginaku yang masih dibalut CD.

“kok udah basah rin? “ ujar pak giran yang menyadari bahwa aku telah horny.

“udah daritadi kali pak...hiihih” balasku manja sembari tanganku menggapai kepalanya dan mengelus kepala yang mulai botak itu.

Tak butuh waktu lama, seakan pak giran mengerti apa yang aku inginkan dan mulailah pak giran membenamkan wajahnya di selangkanganku. Kini terasa lidah yang berkombinasi dengan bibir tuanya itu bermain dengan kemaluanku yang masih berbalut CD, sembari tangannya dengan lembut mengelus-elus bagian dalam pahaku. Elusan tangannya kini sudah berada di ujung Cdku dan ditariknya lembut CD itu ke bawah sembari pinggulku memberikan bantuan agar mudah melolosinya.

Pak giran memandang secara berganti ke arahku dan kembali memandang vagina yang ditemani rambut alus. Sembari berciuman tangannya mulai mengelus pelan bibir vaginaku yang memang sudah basah sejak daritadi. Salah satu jarinya kini telah masuk ke lorong vaginaku dengan lembut jarinya keluar masuk di dalam vaginaku. Desahan demi desahan yang tertahan keluar dari bibirku yang masih berciuman dengan pak giran.

Tak butuh waktu lama, pinggulku mengikuti gerakan jarinya yang mulai menaikan tempo kocokan di vaginaku. Aku tak sanggup untuk bertahan lagi, aku merasakan akan mencapai orgasme.

“aku keluar pak....” ujar ku ke pak giran yang di ikuti kepala yang mendongak ke atas sembari memeluknya dengan erat.

Pak giran membiarkan aku menikmati orgasme yang baru terjadi, sembari menunggu pak giran membuka pelan daster yang masih melekat di tubuhku. Kini hanya tinggal BH yang masih melekat di badanku, beliau kembali mencium bibirku pelan dan tanganya kembali meremas salah satu payudaraku. Ciumannya turun ke leher jenjang dan kembali turun menyusuri belahan dadaku. Ku buka kait tali BH yang terletak di belakang, yang membuat kini pak giran melihat tubuh polosku untuk yang kedua kalinya.

Pak giran memandang sejenak tubuh polosku yang disinari oleh sinar rembulan

“indah rin.. kamu benar-benar indah.. seperti bidadari”. Ujar pak giran.

“tak pernah bosan bapak memandangnya “ tambah pak giran.

“sekalipun kita tidak pernah bercinta, bapak sudah cukup senang bisa memandang kamu, rin” jelas pak giran lagi.

Aku hanya tersenyum mendengar pujian pak giran, aku bisa merasakan bahwa pujian dan unggapannya barusan adalah berasal dari hati yang menunjukan rasa ketulusan hatinya menyayangi aku.

“jadi... “ aku membuka suara.

“bapak mau pandangin aja nih ? dingin tau pak....” ujar ku manja pada pak giran.

Pak giran tak menjawab, namun dia menjawab dengan kembali mencumbu tubuh polosku. Kembali desahan demi desahan keluar dari bibirku, pak giran kembali memanjakan vaginaku kali ini dengan bibirnya. Terlihat dengan telatennya beliau mengoral vaginaku dengan paduan lidah dan bibirnya. Tangan tuanya tak tinggal diam meremas lembut kedua payudaraku dan terlihat pentil dadaku yang semakin keras akibat cumbuannya.

Aku merasakan akan mencapai orgasme yang kedua malam ini, pinggul yang tak mau diam karena bibirnya terus bermain dengan vaginaku hingga tanganku bergerak meremas lembut kepalanya dan mencoba menenggelamkan di selangkang ku seiring paha pun ikut mengapit kepala pak giran hingga aku tak mampu menahan orgasmeku lagi.

“Aku keluar lagi pakkk.....” sembari bibirku terus mendesah di balik nafas yang memburu.

Pak giran mengecup kening ku sembari membiarkan sejenak untuk meresapi orgasme yang baru berlangsung. Setelah pak giran membuka semua pakaiannya, mata sayuku tertuju pada penis tegangnya yang secara ukuran memang biasa namun luar biasa di dalam vaginaku. Beliau pun mulai memposisikan dirinya untuk bersiap-siap melanjutkan persetebuhan dan aku mulai merasakan penisny menempel tetap di bibir vaginaku. Perlahan tapi pasti pinggul pak giran mulai menekan penisnya untuk memasuki lorong vaginaku yang telah siap menerima kehadiran penisnya. Pak giran pun mulai menggoyangkan pinggulnya dengan lembut tapi pasti.

“sempit benar vagina mu, rin.....” ujar pak giran disela-sela tusukannya.

Aku juga merasakan penis pak giran juga terasa sesak di vaginaku, sesekali terasa pak giran menghentakkan penisnya untuk melesakkan lebih dalam lagi yang mentok ke rahimku. Cara bercinta memberikan sensasi tersendiri yang tak ku dapat dari suamiku, aku memeluk pak giran sembari kaki mengapitkan ke punggungnya. Pak giran yang masih menggoyangkan pinggulnya, aku pun menggoyangkan pinggul sembari bibir kami saling berpagutan, tangan pak giran pun dengan gemesnya meremas lembut bukit kembarku. Aku pun menjemput orgasme ketiga malam ini.

Setelah menikmati orgasme yang berlangsung, aku pun berinisiatif untuk meminta posisi bercinta WOT, karena aku ingin memberikan service yang baik terhadap suami kedua ku ini. Suami kedua? pak giran kini telah menjadi suami kedua bagiku semenjak malam itu.

"pak ... biarkan aku di atas.." ujarku kepada pak giran.

Pak giran tak menjawab dengan tak mencabut kemaluannya, beliau membalikkan posisi tubuh kami dan aku kini telah berada di atas. Aku mulai menggoyangkan pinggul dengan pelan namun pasti, semakin terasa penisnya menghujam dengan dalam di vaginaku. Aku bergerak dengan liarnya, entah kenapa dengan pak giran aku bisa mengeluarkan sisi liar yang selama ini terpendam dalam diriku. Terasa sesekali tangan pak giran meremas payudaraku dengan lembut dan terdengar lenguhan kami mengisi malam yang sunyi ini. Beliau menarik tubuhku kearahnya sembari bibir berpagutan dan beliau sesekali menggoyangkan pinggulnya dari bawah yang di sambut goyangan pinggulku hingga orgasmeku pun kembali datang.

Kini pak giran mengambil posisi di atasku sembari kembali menggoyang pinggulnya dan terasa goyangan pak giran kali ini lebih cepat yang menandakan bahwa beliau akan segera sampai pada puncaknya. Aku memeluknya dan menarik beliau ke arah payudaraku, kami kembali berpangutan sementara kaki ku mengapit punggungnya. Terlihat Keikhlasan pinggulku yang ikut berayun untuk menyambut pompaan penis pak giran.

“aku keluar rin....” ujar pak giran seiring penisnya menembakkan spermanya di dalam vaginaku.

Pak giran masih berada di atas tubuhku, kami saling berpandangan dan tangannya mengelus pelan kepala ku sembari mencium kening namun sebuah ciuman ku daratankan di bibirnya dan sejenak kami saling berpangutan kembali.

"aku bahagia dan aku tak menyesal melakukannya dengan bapak", ujar ku yang masih terbaring di balai.

"terima kasih rin, bapak sebenarnya tidak terlalu berharap kita bisa sampai seperti saat ini karena sebenarnya bapak menyayangi mu sepenuh hati" ujarnya sembari menatapku.

"iya pak, aku tahu tetapi bapak lelaki normal yang membutuhkan kasih sayang dalam bentuk bercinta begitu pula dengan diriku pak." jawab ku padanya.

"ini udah jalannya pak, aku juga tidak menyesal. Lagi pula aku siap menjadi istri kedua bapak" jawabku dengan tegas.

"apakah kamu sudah memikirkan kata-kata mu itu?" tanya bapak dengan tatapan serius.

"sudah pak." jawab ku pelan.

"aku sudah memikirkan semuanya pak, aku bukan sekedar memikirkan diriku sendiri. Nisa dan adit juga bahagia tinggal disini, mereka juga mendapatkan kasih sayang dari seorag lelaki yang memberikan kasih sayang pada ibunya." jelas ku.

Pak giran tidak menjawab namun sebuah pagutan bibir dan berlanjut pada ronde kedua.
oOo​
Mereka tak menyadari ada sepasang mata yang sedari tadi mengamati apa yang mereka lakukan. Si pemilik mata hanya mampu mengamati dari jauh, dimana bercampur segala rasa di hatinya saat ini. Tanpa terasa dari ujung mata itu menitikkan air mata yang tak mampu di bendung.

Kakinya kini melangkah pergi meninggalkan tempat dia mengamati kedua insan yang sedang memadu kasih, sepasang insan yang sedang mengejar kenikmatan bersama. Sosok itu meninggalkan bercak basah di dinding kusam yang berakit anyaman bambu, tempat persembunyianya.
____________________________
*siapakah pemilik mata itu ?
*apa yang di rasakan olehnya ?
*apa yang akan terjadi selanjutnya ?
*to be continue

Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar