Cerita Eksibisionis Istriku Rina : Di Balik Sebuah Cerita 12

Andi yang sudah selesai mem-packing semua barang dan mereka pun berpamitan kepada pak giran dan ibu dan mereka juga tak lupa untuk berpamitan dengan warga desa. Andi yang tadi juga telah menemui risma untuk melepas perpisahan di antara meraka. Mereka pun kini berangkat untuk kembali ke rumah dimana mereka akan menjalani hidup dengan rutinitas biasanya namun ada yang berbeda dengan rina yang pada saat datang kala itu dengan rina yang pulang kali ini.

Tergambar jelas raut wajah yang sedih di balik senyum tipisnya, rina merasakan separuh jiwanya harus tinggal di desa ini. Saat rina menaiki mobil kembali terlihat air mata menetes dari sudut pelupuk matanya yang menggambarkan ketidakinginan dirinya untuk pergi dari desa ini dan lebih tepatnya adalah dia tak ingin jauh dari pak giran. Rina melangkahkan kaki ke dalam mobil dengan kegundahan hati, ingin rasanya ia berbagi untuk mengurangi kegundahan hatinya tapi tak mungkin kalau ia harus menceritakan kegundahan hatinya kepada andi yang mana akan menambah luka di hati suaminya.

Mobil melaju dengan tak terlalu kencang yang mana andi menyempatkan diri menegur warga pada saat dia melintas jalanan pulang. Anak-anak yang duduk di belakang dengan muka ceria seakan bahagia menjalani liburan kali ini.

“yah.. kapan-kapan kita balik lagi ya ?” ujar adit.

“pasti nak.. kita akan balik lagi kok” jawab andi dengan senyum sembari melirik ke arah rina.


Andi yang tadi sempat bertukar no telp dengan risma agar mereka bisa saling berkomunikasi saat andi sudah berada di kota. Tanpa sepengetahuan rina, andi telah berbicara kepada ibu pak giran bahwa akan memboyong mereka, bapak dan ibu untuk tinggal di rumah mereka yang mana akan bekerja mengurus rumah andi. Andi juga mengatakan kepada ibu agar jangan menyampaikan terlebih dahulu kepada bapak atau rina akan perihal ini, yang mana biar menjadi kejutan bagi rina kelak.

Andi memang tidak akan menjemput pak giran dan ibu tapi dia akan meminta supir kantornya untuk menjemput mereka pada waktu yang telah di tentukan andi. Semua itu terpikirkan oleh andi setelah malam pertama andi memergoki rina dan pak giran bercinta di balai samping rumah. Semenjak kejadian itu andi merasakan bahwa dia telah gagal memberikan kebahagian kepada rina yang mana rina telah menjadi istri terbaiknya selama mengarungi bahtera rumah tangga. Pada saat itulah andi menjumpai buk giran untuk mencurahkan seluruh isi hati yang mengganggu pikirannya yaitu kejadian yang tak pernah terencana oleh rina maupun pak giran itu.

Nasihat maupun perkataan bijak yang berasal dari buk giranlah yang membuat andi akhirnya berpikir untuk memberikan sedikit kebahagian yang tak rina dapatkan darinya selama ini. Bukan kata cerai atau marah yang terlontar dari andi tapi andi merestui hubungan mereka yaitu antara pak giran dan rina. Andi bisa merasakan bagaimana kasih sayang yang di salurkan pak giran untuk rina benar-benar sebuah rasa kasih sayang bukan berlandaskan nafsu semata. Andi yang memang tidak mengharapkan perceraian yang mana akan merusak psikologi anak-anaknya yang sedang dalam masa perkembangan lagi pula kedua anak-anaknya, yaitu adit dan nisa juga menyayangi pak giran sebagaimana pak giran menyayangi mereka. Jadi, andi pun berkesimpulan bahwa inilah satu-satunya cara untuk memberikan kebahagian kepada rina dan dia tetap memiliki rina secara sah sebagai istrinya.

Andi melirik rina yang sedari tadi hanya terdiam dengan raut wajah yang agak murung, andi yang paham terhadap sikap rina dan kenapa raut wajahnya sedih sembari tersenyum mengingat apa yang akan dilakukan olehnya kelak andi dengan lembut mengelus rambut panjang rina yang mana andi sangat menyayangi wanita cantik yang telah setia menemaninya dan telah memberikan dua malaikat kecil yang sempurna bagi kehidupannya. Rina yang menerima elusan lembut dari andi makin membuatnya tertunduk dan tanpa sadar kembali meneteskan airmata. Mobil terus melaju dengan konstan membelah jalanan yang lumayan padat oleh pengendara lain yang juga searah dengan andi karena berhubung habis liburan dan terlihat beberapa truck yang menghiasi jalanan. Andi melirik sejenak ke belakang dimana adit dan nisa yang sudah tertidur pulas sembari tergambar senyum di wajah mereka.

“tuh anak-anak aja pada bahagia, masa’ sih mamanya sedih terus?” andi mencoba memecah kesunyian dengan cara menggoda rina .

“gak lah yah.. mana sedih.. mama juga bahagia kok.. Cuma.. yaaaa” ujar rina yang masih tertunduk.

“tuh di tekuk aja mukanya dari tadi.. ya ayah paham kok ma apa yang menjadi kesedihan mama” ujar andi sembari meraih dagu rina dan mengangkat wajahnya hingga memberikan sebuah kedipan mata.


Rina kemudian meraih tangan andi dan menggenggam tangan itu sembari tersenyum dan tanpa dia sadari matanya kembali meneteskan airmata. Rasa bersalah kembali menyerang dirinya atas apa yang telah ia lakukan kepada andi.

“mama ngaku salaaah yah.. mama udah ngelakuin suatu kesalahan terbesar dalam hidup mama.. mama gak pantas lagi jadi istri ayah..” ujarnya dengan suara tertahan dan diikuti isak tangis.

“udah ma.. ayah udah maafin kok.. mama tenang ya.. ayah gak apa-apa.. ayah udah tahu semuanya..” ujar andi mempererat genggamannya pada tangan rina yang mana ingin memberikan keyakinan pada rina bahwa dia baik-baik saja.

“tapi mama malu yah ... mama bukan lagi seperti yang dulu.. mama udah merusak kehormatan mama sebagai istri ayaah.. mama udah mengkhianati ayah...” ujar rina yang masih terisak-isak.

“mama tetap istri ayah yang dulu.. gak ada yang bisa merubahnya.. mama tetap istri ayah yang the best dan ibu terbaik yang di miliki oleh adit dan nisa..jadi sekarang ayah minta mama jangan memikirkan hal yang bukan-bukan .. ayah mau mama kembali bahagia dan ayah akan melakukan apa pun untuk itu...” ujar andi lembut dan tegas.


Rina yang mendengar jawaban andi langsung berhamburan ke dalam pelukan andi, andi menyambut pelukan rina dengan tangan kirinya,rina pun menenggelamkan mukanya di dalam dada andi sembari andi mengelus rambut rina dengan lembut dan mendaratkan kecupan mesra di ubun-ubun rina yang mana andi ingin menenangkan hati rina yang gundah. Rina sejenak kembali pada keadaan semula kala dia berangkat ke desa ini yang mana senyum dan tawanya menghiasi dirinya.

“terima kasih.. yah....” rina tersenyum sembari mengecup mesra pipi andi.

Rina yang sudah kembali membuat andi menjadi tenang dan menyetir dengan tanpa beban. Sekitar tiga jam-an mereka melintasi jalanan membuat andi lelah dan perutnya pun ikut lapar hingga andi memutuskan untuk beristirahat sejenak sembari mengisi perutnya yang lapar. Setelah melihat tempat yang dirasakan oleh andi ini cocok untuk keluarganya, andi pun membelokkan mobilnya masuk ke area tempat makan tersebut. Tempat makan ini berasa classic walau terlihat masih sepi namun sekitaran tiga mobil telah terparkir di halaman rumah makan itu. Rumah makan ini menawarkan suasana alam dimana berasal dari hamparan sawah dan pepohan rindang yang terlihat di sekitaran tempat makan itu. Mungkin karena masih berada di daerah pendesaan yang jaraknya hampir sejam-an bila dari kota. Andi, rina dan kedua anaknya pun turun dari mobil menuju ke dalam rumah makan ini. Andi memilih tempat di pojokan dimana terdapat tempat makan yang berbentuk lesehan dan menawarkan view yang lebih indah.

Pemilik warung pun datang menghampiri meja mereka, pemilik warung yang terlihat sudah berumur ini mulai memberikan daftar menu. Pemilik warung berdiri tepat di samping rina ini mendapatkan suguhan pemandangan yang indah yaitu pemandangan lereng bukit payudara rina yang mana rina saat ini memakai baju kemeja dengan dua kancing atas telah terbuka dan di padu dengan celan jeans yang membentuk jelas di bagian paha dan pantat montoknya. Setelah selesai memilih makanan dan minuman mereka pun menyerahkan kembali kepada pemilik warung dan mereka pun menanti hidang yang akan segera di suguhkan.

Terlihat yang berada di dapur seorang ibu-ibu sedang memasak pesanan andi dan keluarga dengan telatennya yang di bantu oleh dua ibu-ibu lainnya dan seorang gadis yang masih berumur dua puluhan sementara lelaki pemilik warung beserta dua orang lelaki berusia tanggung membantunya membuatkan minuman pesanan andi dan keluarga. Tak butuh lama waktu untuk menunggu, kini hidangan yang mereka pesan pun hadir menghiasi meja makan andi dan keluarganya yang mana siap untuk di santap.

Terlihat rina selesai terlebih dahulu daripada andi dan kedua anak-anaknya. Rina yang memang tidak terlalu banyak ini kemudian duduk sejenak menikmati view pemandangan dan memotret menggunakan kamera hpnya. Sesaat kemudian rina memutukan ke kamar mandi untuk buang air kecil karena sudah kebelet. Rina pun melangkah ke arah lelaki tua sembari menanyakan dimana letak kamar mandi dan langkah kaki rina pun menuju ke arah yang ditunjukkan. Mata lelaki tua itu tak lepas dari pantat montok rina yang di balut celana jeans keta yang mana sedikit bergoyang saat rina berjalan. Karena terlalu asyik memandang pantat montok rina tanpa terasa membuat sesuatu di selangkangan lelaki itu mengeras di balik celana kainnya.

Rina yang sedang di kamar kecil tanpa sepengetahuannya sedari tadi ada sepasang mata yang sedang mengawasi dirinya. Sepasang mata yang sedang mengintip rina ini adalah milik lelaki tua pemilik warung yang mana secara diam-diam mengikuti rina ke kamar mandi. Rina yang tak menyadari ada orang di balik pintu dengan santainya ia pun berjongkok mengarah ke arah pintu kamar mandi yang mana di balik pintu itu sudah ada sepasang mata yang menanti dan menikmati pemandangan vagina rina yang terpampang bebas.

Di balik persembunyiannya lelaki tua yang sudah terangsang hebat kini sedang menggenggam penisnya sendiri yang mana celana kainnya sudah tergantung di lutut. Rina yang sudah selesai buang air kecil pun ikut mencuci mukanya sejenak terasa segar dengan air dingin yang berasal dari pengunungan. Rina yang masih tidak menyadari bahwa sudah ada bahaya yang menantinya di balik pintu melangkah dengan santainya. Saat pintu terbuka, lelaki tua itu pun hadir dengan sebilah pisau di tangannya kemudian di arahkan ke leher rina, lelaki tua itu mengancam rina sembari masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci kembali pintu dari dalam.

Rina yang ketakutan hanya bisa berdiam diri dan tak berani melawan saat lelaki tua itu mulai memeluknya. Lelaki tua itu memeluk rina dari arah belakang sembari tangannya mengarahkan pisau ke leher rina.

“jangan berteriak!! Atau aku bunuh kamu!!” ancam lelaki tua itu.

Tubuh rina yang gemetaran di dalam pelukan lelaki tua itu hanya bisa terdiam dan terisak-isak karena tak tahu harus bagaimana. Lelaki tua itu mulai mengesekkan penis tegangnya yang berada tepat di pantat montok rina sembari dengan kasarnya meremas kedua payudaranya silih berganti. Tak butuh waktu lama lelaki tua itu membuka resleting celana jeans yang dikenakan oleh rina dan menurunkan celana beserta celana dalamnya sekaligus. Terlihat di bagian tengah celana dalam rina ada bercak basah yang berasal dari vaginanya.

Lelaki tua yang menyadari hal itu dengan kasar jarinya mengelus vagina rina sembari memasukan salah satu jarinya ke dalam vagina rina. Tak butuh lama, rina yang memang sudah haus akan sexs ini pun sampai ke ambang orgasmenya yang di sambut oleh senyum tipis di bibir lelaki tua itu. Tanpa membuang banyak waktu lelaki tua itu meraih penisnya dan dari arah belakang penis lelaki tua itu mengarahkan ke bibir vagina rina yang mana vagina rina sudah siap untuk di eksekusi.

Blesh!!

Penis lelaki tua itu masuk dengan nyamannya di lorong vagina rina yang sudah basah oleh cairan vaginannya sendiri dan siap untuk di genjot. Pinggul lelaki tua itu mulai bergoyang dengan kasar menghujamkan penis hitamnya ke dalam vagina rina, terdengar desahan kecil dari bibir rina yang mana tubuh rina memang sudah menikmati dan mengingkari hatinya yang menolak. Tanpa terasa pinggul rina kini ikut bergoyang mengikuti hujaman kasar penis lelaki tua sembari kedua payudaranya di remas dengan kasar yang di ikuti ciuman kasar dari bibir lelaki tua itu.

Pinggul lelaki tua itu makin mempercepat goyangannya yang mana lelaki tua hampir sampai di ambang pintu puncak gairah birahinya yang di sambut pula oleh goyang pinggul rina yang membuat lelaki tua semakin bersemangat mengenjot rina. Sekitar sepuluh menit terasa pinggul lelaki tua itu menghentakkan penisnya ke dalam vagina rina sembari tangan rina meremas dan menahan sejenak pantat lelaki tua itu yang mana entah sejak kapan tangan rina sudah berapa di sana. Mereka meraih puncak secara bersamaan, terlihat sperma lelaki tua merembes dari celah vagina rina jatuh ke bawah, sesaat kemudian lelaki tua itu melepaskan penisnya sembari mengecup kening rina.

“pakek lagi tuh celana dan cepat balik sebelum suami kamu nyariin” ujar lelaki tua itu tanpa merasa bersalah telah memperkosanya.

Memperkosa ?
Hei kamu juga ikut menggoyangkan pinggul, kamu menikmati persetubuhan singkat itu! Apa itu disebut pemerkosaan? Rina hanya tertunduk dan meneteskan airmata sembari memakai celananya yang mana vaginanya masih berisikan sperma lelaki tua itu.

Rina melangkah dengan senyum terpaksa saat langkahnya sudah mendekati meja makan mereka. Andi hanya tersenyum serta adit dan nisa yang kembali tertidur di lantai lesehan karena kekenyangan.

“kok lama, ma ?” ujar andi

“tadi mama tiba-tiba sakit perut yah.. ya sekalian aja terus..” ujar rina sembari memegang perutnya.


Mereka pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan yang menyisakan waktu sekitar satu jam setengah. Andi dan rina menggendong adit dan nisa, langkah kaki rina yang disertai senyum tipis di bibir lelaki tua itu yang di ikuti oleh lirikan ke pantat montoknya. Mobil pun melaju meninggalkan area parkiran serta meninggalkan sebuah kisah sexs singkat rina dan lelaki tua itu. Rina kini lebih memilih untuk tidur di dalam mobil sembari melupakan kejadian yang terjadi di rumah makan itu.


oOo
to be continue
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar