Salam bagi para agan-agan dan suhu-suhu di forum Semprot yang ane cintai ini..
Cerita ini dibuat tidak lain hanya untuk menghibur semata..
Buat agan bramloser, thanks for your support.
Salam Brotherly Love..
Semoga berkenan..
--------------------------------
Petualangan Kakakku, Kak Alya
kolaborasi jonysambel dan agan bramloser
“Kak, aku pergi sekolah dulu yah…”
“Iyaaa… belajar yang bener, jangan macam-macam di sekolah kamu dek!”
“Nggak kok… mending macam-macam di rumah sama kakak, hehe”
“Hah? Apaan sih kamu…?"
“Bercanda kok kak…”
“Dasar…” Diapun mendaratkan ciumannya di keningku, seperti yang biasa
dia lakukan ketika aku pamit ke sekolah. Ugh, sungguh senangnya tiap
pagi selalu mendapatkan ciuman darinya, ciuman dari kakakku yang cantik
dan seksi ini, tapi…
"Hehe.. Dado pamit juga ya kak.." ujar temanku bernama Dado yang
menungguku dari tadi. Dia ikut mendekati kakakku dengan wajah sok polos
dan cengengesan seperti ingin juga mendapatkan kecup manis dari kakakku.
"Kenapa Do? Kamu mau kakak cium juga?" Tanya kakakku seakan bisa menebak apa yang dipikirkan temanku itu.
"Hehe… Iya kak... boleh?" pinta Dado.
"Hihihi… duh kamu ini, Kakak tanyain Aldi dulu yah… Dek lihat tuh,
temanmu mau dicium sama kakak juga tuh… Boleh nggak dek dia juga dapat
ciuman dari kakak?” tanya kakakku meminta pendapatku.
"Ya nggak lah kak!" tolakku, gila aja kalau si jelek ini juga dapat ciuman dari kakakku.
“Tuh dengar, gak dibolehin sama Aldi, hihihi. Udah sana kalian, buruan berangkat”
“Iya iya… Buruan Do!” suruhku menyeret Dado, kalau lama-lama di sini
ntar si Dado beneran bakal dapat ciuman dari kakakku lagi, tak rela aku!
Akupun segera menyalakan motorku dan berangkat ke sekolah.
“Daagh kak Alyaa...”
"Daagh kak Alyaa cantik.. hehe.." pamit Dado juga ikut-ikutan. Kupret nih anak!
Namaku Aldi. Aku masih kelas 2 SMU. Di rumah ini aku hanya tinggal
berdua bersama kakakku. Ya, hanya berdua saja karena kedua orang tua
kami tinggal di kota yang berbeda dengan kami. Papaku yang bekerja di
luar kota membuat Mama juga jadi harus mendampinginya di sana. Tapi
bagiku tak masalah, karena selama ini aku ditemani oleh kakakku, Kak
Alya.
Kak Alya saat ini sedang kuliah di salah satu PTS ternama di kota kami
dan baru saja menjalani tahun pertamanya. Sungguh hari-hari yang kulalui
sangat menyenangkan karena kakakku sangat memperhatikan diriku. Seperti
memasakkan makanan untukku sehari-hari, sampai mengingatkan akan
pakaian kotorku yang seharusnya dicuci. Tapi karena kakakku juga
memiliki kesibukan kuliah, aku memilih untuk mencuci pakaianku sendiri.
Walau terkadang justru ia yang ingin mencucikan pakaianku. Memang
kakakku ini sangat baik. Hal itulah yang membuatku semakin suka
bermanja-manja pada kakakku ini.
Kak Alya sehari-hari dikenal baik, ramah dan sopan di lingkungan
perumahan kami. Dia tidak pernah pilih-pilih teman dalam bergaul.
Walaupun kak Alya sudah memiliki pacar, tapi tetap saja banyak cowok
yang nekat untuk medekatinya. Bahkan termasuk teman-temanku yang suka
main kerumah dengan alasan bikin PR lah, main PS lah. Siapa juga sih
yang tidak tertarik dengan cewek seperti kak Alya? Sudah cantik, sopan,
ramah pula. Aku saja sampai tertarik padanya meskipun aku adalah adik
kandungnya, hehe.
Sehari-hari, Kak Alya selalu berpakaian tertutup lengkap dengan jilbab
bila keluar rumah atau saat sedang menerima tamu. Tapi ketika sedang di
rumah saat hanya berdua denganku, kak Alya sering sekali berpakaian
seadanya. Siapapun pasti memaklumi bila berpakaian seadanya saat berada
di rumah tanpa ada orang lain yang melihatnya kecuali aku. Tapi yang kak
Alya kenakan justru lebih dari sekedar seadanya. Bahkan bisa dibilang
sangat seadanya, pakaian yang sangat minim! Karena hanya ada aku di
rumah ini, maka akulah yang beruntung bisa melihat pemandangan indah ini
setiap hari. Walaupun kadang-kadang teman-temanku juga kebagian rezeki
dapat melihat penampilan kakakku berpakaian minim.
Seperti saat mengantarkan aku ke depan pintu tadi, kakakku ini hanya
mengenakan tanktop putih ketat berbelahan rendah dengan bawahan celana
pendek berwarna pink. Sungguh setelan yang mempertontonkan
aurat-auratnya! Kulitnya yang putih mulus, lekukan tubuhnya yang indah,
rambut hitam sebahunya yang digerai, serta semua bagian tubuhnya yang
biasa ia tutupi bila keluar rumah itupun tersaji khusus untukku, adek
laki-lakinya. Aku juga bisa pastikan kalau kak Alya tidak mengenakan
apa-apa lagi dibaliknya karena aku bisa dengan jelas melihat tonjolan
mungil pada bagian dadanya. Gimana aku nggak horni coba? Meskipun aku
adeknya, tapi aku kan laki-laki biasa. Sialnya temanku tadi juga
beruntung bisa melihatnya.
Tapi kak Alya sepertinya cuek-cuek saja dan tidak peduli bila dirinya
selalu menjadi tontonan bagiku sehari-hari. Kak Alya seperti sudah biasa
membiarkan dirinya dan cara berpakaiannya itu dipelototi bulat-bulat
olehku. Malah sesekali kak Alya melempar senyum manisnya ketika tahu aku
sedang memperhatikannya. Ugh, sungguh bikin gregetaaan! Mana dianya
juga tak jarang mondar-mandir di depanku seperti seakan sengaja
menggodaku. Gimana aku tidak pusing dibuatnya!?
Semakin lama aku malah berpikir kalau kak Alya sepertinya suka sekali
jika aku memperhatikan dirinya. Terutama ketika kak Alya hanya
berpakaian seadanya di rumah, dia betul-betul memamerkan kecantikannya
itu padaku. Berbeda dengan kesehariannya di luar, kalau di rumah kak
Alya sering menggodaku seolah-olah ia seperti perempuan nakal. Dan
namanya laki-laki, aku pun sering merasa tak tahan dengan pemandangan
yang selalu kak Alya suguhkan setiap hari buatku. Kak Alyaku yang
cantik, putih, bening, dan seksi, dan nakal, akhirnya menciptakan
khayalan yang tidak-tidak di dalam kepalaku. Dan berujung pada kegiatan
rutin harian, yaitu urut-mengurut otongku sambil membayangkan kak Alyaku
yang nakal.
Tentunya aku beronani membayangkan kakakku secara diam-diam, tapi
akhirnya perbuatan aku itu ketahuan juga olehnya. Kejadiannya baru
seminggu yang lalu…
“Adeeeeeek!” teriaknya kencang di depan kamar mandi waktu itu.
“Apaan sih kak? Berisik amat”
“Kamu onani?? Tuh pejumu belepotan di lantai kamar mandi! Cepat bersihin!”
“I..iya..” Duh, aku sungguh malu ketahuan habis onani oleh kakakku sendiri.
“Emang kamu udah bisa keluarin peju yah dek?” ujarnya menggodaku.
“Ya bisa dong kak… aku kan udah gede, hehe..”
“Iya.. makin gede tapi juga makin mesum kamunya…”
“Habisnya kakak sih… ups!” sial, aku keceplosan.
“Hah? Jangan bilang kalau kamu onani sambil ngayal kakak!? Ayo jawab!”
“Eh.. i..itu…” aku tergagap. Masak aku mengakui padanya kalau aku
membayangkan kakakku sendiri sebagai objek onani sih? Tapi dia yang
melihat aku tergagap malah tertawa terbahak. Dia tidak marah!
“Dasar kamu… sama kakak sendiri nafsu… sana cepat bersihin pejuhmu!”
ujarnya lalu pergi membiarkanku sendiri membersihkan ceceran spermaku di
lantai kamar mandi.
Setelah kejadian itu, kakakku ini malah semakin menjadi-jadi menggodaku.
Bahkan dia mengizinkan aku untuk membayangkannya bila aku beronani.
Malah beberapa hari yang lalu aku beronani di depannya, di depan kakakku
sendiri sampai ejakulasi dan pejuhku berhamburan mengotori lantai kamar
mandi. Waktu itu aku lagi-lagi kedapatan olehnya sedang onani, dia
tidak sengaja masuk ke kamar mandi.
“Kamu sih dek… kakak kira gak ada orang… eh ternyata malah asik onani…”
“I..iya kak… maaf”
“Bayangin siapa kamunya? Bayangin kakak lagi?”
“Iya kak.. hehe”
“Dasar porno! Ya udah, lanjutin gih sana…” ujarnya kemudian ingin pergi, tapi ku tahan.
“kakak di sini aja dong…”
“Hah? Ngapain?”
“Temanin aku…” pintaku nekat, aku pasrah kalau dia bakal memarahiku, tapi siapa tahu kalau dia malah setuju.
“Apaain sih dek… Dasar… ya udah, kali ini aja yah…” dan ternyata dia
memang setuju! Sungguh beruntung aku punya kakak seperti dia. Udah
cantik, baik, pengertian sama adeknya lagi, hehe. Akupun lanjut
beronani, namun kali ini ada kakakku di depanku. Mengocok penisku dengan
melihat kakakku secara langsung! Mana dianya senyum-senyum terus
kepadaku, mana tahan coba? Akhirnya spermakupun muncrat-muncrat dengan
derasnya di depannya.
“Udah kan dek? Udah lega? Udah hilang kan pusingnya?”
“I..iya kak.. makasih”
“Jangan lupa bersihin tuh pejumu…”
“I..iya..”
Tapi ternyata tidak sekali itu saja aku beronani di depannya, kemarin
dan dua hari yang lalu juga demikian. Tapi hanya sampai disitu saja, kak
Alya masih selalu mengingatkanku bahwa kami adalah saudara kandung
kakak beradik. Memang aku sadar bahwa sangat tidak pantas aku meminta
hal ini padanya. Tapi nafsuku pada kakakku sendiri mengalahkan
segala-galanya.
…………
Dan kini, siang sepulang sekolah aku langsung menuju rumah tanpa
mampir-mampir kemana lagi. Apalagi kalau bukan untuk berduaan dengan kak
Alya, bermanja-manjaan dengan kakakku yang cantik ini.
"Kak Alyaa.." panggilku melihat kak Alya sedari tadi mondar-mandir.
"Apa deek?" aku mendengar kak Alya menjawab sambil tersenyum manis.
Sepertinya ia tahu kalau aku sedang memperhatikannya dari tadi.
"Ngapain sih kak dari tadi mondar-mandir? Pusing tau kak liatnya"
"Ooh, adek lagi pusing beneran? Atau pusing banget dek?" teguranku malah dijadikan candaan oleh kak Alya.
"Anu kak.. Hehe.. lagi pusing banget.." jawabku cengengesan, entah kak Alya tahu maksudku atau tidak.
"Hihi.. kamu tuh ya dek.. ga bisa apa bentar aja ga pusing.. masa tiap
hari bilangnya pusing melulu.." kak Alya duduk disebelahku dan memberi
jarak agak jauh.
"Abisnya, kak Alya juga siih.. tanggung jawab ya kalo aku sakit
gara-gara pusing melulu.." candaku mengancam kak Alya, sekali lagi entah
kak Alya mengerti maksudku atau tidak.
"Yee.. adek yang pusing kok kakak yang disalahin? Umm, adek belum makan
kalii.. Tuh kak Alya udah masakin ikan goreng kesukaan adek"
"Aku pusing bukan karena laper kak.." jawabku sok bersungut walau
sebenarnya aku memang lapar betulan, hanya saja ada yang jauh lebih
lapar di banding perutku.
"Umm.. Adek pasti pusing karena belum dapet-dapet pacar yah? Hihi..
kasian banget sih kamu dek.. di rumah melulu siih.." kak Alya mencari
jawaban yang aku kini malah dijadikan bahan candaan oleh kak Alyaku ini.
Tapi seyum dan tawa ringan kak Alya membuatku bertambah pusing.
"Iya nih kak.. kenapa ya kok aku sukanya di rumah aja berdua sama kak
Alya,? Hehe.." jawabku cengengesan sambil duduk merapat mendekati
kakakku berharap kakakku tidak makin menjauh.
"Iya nih dek.. kakak juga sama. Kok sukanya di rumah aja yah sama adek
berdua-duaan? Hihi.." sambil menjawab dengan tawa renyahnya kak Alya
menggeser duduknya yang malah semakin mendekat ke arahku dengan tubuhnya
yang dicondongkan kedepan. Wajah kami pun tampak berdekatan. Aku suka
kaget sendiri kalo kak Alya menggodaku tiba-tiba seperti ini.
"Serius kak?" tanyaku balik seperti tak percaya akan jawaban kak Alya.
"Iya lho.. coba deh bayangin dek kalo ngga ada kakak.. Adek makan ga ada
yang masakin.. baju kotor ga ganti-ganti.. sekolah kalo ga diingetin
suka bolos, pake alasan nemenin kakaklah.. ga kebayang tuh dek, seminggu
aja adek jadi kayak gembel.. Hihi.."
"Kak Alya!" dengan sebal dan gemas aku memajukan tubuhku sambil merentangkan tangan memeluk kakakku yang sukanya menggodaku.
"Adek! Aduuh.. Geli dek! Lepasin doonk! Hihi.. kakak belum selesai
ngomong nih.." kak Alya meronta dari pelukanku yang jamahan tanganku
bergerilya sampai kemana-mana. Tapi seperti biasa, kalau kak Alya
seperti mau-mau saja kuperlakukan seperti ini.
Lalu karena aku penasaran akan lanjutan kak Alya, akupun menghentikan
gerakan gerilyaanku walau aku masih tetap memeluk kak Alya yang kini
posisiku jadi memeluk dari belakang karena rontaanya barusan.
".. Kalau adek lagi kambuh pusingnya, siapa yang ngobatin? Hmm?" tanyaku
kak Alya seolah menunjukkan betapa tergantungnya diriku padanya.
"Hehe.. kak Alya donk, kan cuman kak Alya yang pinter ngobatin.." jawabku mesum.
"Kamu tuh ya dek.. bisa-bisanya kakak sendiri dicabulin, tiap hari
lagi.. sana gih cari pacar.." sambil dengan gaya mengusir menepis-nepis
pelukanku yang makin erat. Semakin erat pelukanku, semakin menempel
tubuhku termasuk otongku yang sudah mulai mengeras merapat pada tubuh
belakang kak Alya.
"Ga mau ah! Maunya sama kak Alya aja, udah baik, cantik, seksi lagi..
Uugh.." pelukku sambil mengangkat kakiku mengapit paha kak Alya dari
belakang agar tak mudah lepas dari pelukanku. Dan membuat otongku
semakin menggesek pada pinggul belakang kak Alya.
"Aduh adeek.. kok kakaknya dijepit begini sih? Kan kakak jadi ga bisa bergerak.." jawab kak Alya dengan nada manja.
"Uugh.. kak Alya.." mendengarnya menjawab dengan nada manja gemulai tak
berdaya seperti itu malah justru membuatku semakin panas dingin.
"Dek.."
"Iya kak?"
"Udah?"
"Apanya ya kak?" jawabku pura-pura tak tahu.
"Itu tuuh yang dibelakang kakak.. ngeganjel tau deek.." kak Alya rupanya
sadar aku mulai melakukan gerakan menggesek di pinggul belakangnya.
"Yaah, kak Alya.. sekali ini doonk.. yah? Lagian kan ga nempel langsung
kok kak.. tapi kalo boleh nempel langsung Aldi seneng banget loh
kak..Hehe.. yah kak? Pleasee.." pintaku memohon banget sama kakakku yang
cantik ini.
"..Uumm.. boleh gak yaah?" kak Alya menggodaku seperti biasa dengan gaya genit pura-pura berpikir.
"Sekaliii aja kak.. Boleh yah?" aku memohon dengan wajah memelas sambil
masih terus menggesek pelan pada pinggul kak Alya yang semakin lama
mendekat ke belahan bongkahan bokongnya.
“Kamu tuh yaa, kalo dikasih hati langsung minta jantung sama kakak..”
“Hehe.. iya kak Alya, jantung kakak disini yah?” lanjutku bertanya balik sambil iseng memegang dada kak Alya.
“Adeeeeek! Tanganmu! Lepasiin…… ugh… geli… Adeek!” aku yang iseng terus
melancarkan seranganku pada kak Alya malah semakin heran melihat dia
yang bukannya marah, tapi malah kegelian. Tentu saja aku semakin berani
dibuatnya, akupun meneruskan aktifitas tanganku di buah dadanya sambil
menekan dan mempercepat goyangan pinggulku pada belahan pantat kakakku
ini, dan kak Alya tetap saja hanya diam menerima perlakuan cabul dariku!
“Kak Alya.. maaf yah.. aku gak tahan ngeliat kakak kayak gini tiap hari..” sambil aku terus memeluk dan menggoyangkan pinggulku.
“...”
“Ngeliat kak Alya yang cantik, putih, harum, seksi.. Uugh.. kak Alya
sih, godain aku terus!” aku makin mempercepat gerakan pinggulku, tapi
kak Alya hanya diam saja.
“...”
“Kak?” panggilku karena kak Alya hanya diam saja dari tadi.
“...”
“Kak.. Kakak marah ya?” aku mulai penasaran, apakah kak Alya marah
padaku karena aku semakin kurang ajar padanya? Aku mulai agak
mengendurkan goyanganku.
“Bawel ah! Kamu mau nerusin atau mau udahan? Kalo udahan, kak Alya
bangun nih ya?” tiba-tiba kak Alya buka suara. Aku terkejut karena
ternyata kak Alya benar-benar tidak sedang marah, malah seperti
menantangku untuk meneruskan kegiatanku.
“Eh! Ja..jangan kak.. Aku mau terusin kok.. Aku kira tadi kakak marah, hehe..”
“Nggak marah kok. Emangnya pernah kakak marah sama kamu?”
“Uumm.. ga pernah sih.. makanya aku sayang banget ama kak Alya, aku cinta banget sama kakakku yang seksi ini, hehe..”
“Huuu… dasar! Tapi ingat ya deek.. jangan sampai nyelip!”
“Kalo dikit aja kak?” aku mencoba peruntunganku dengan menawar, tidak ada salahnya, siapa tahu dia mau.
“Nggak! Inget ya dek… kita tuh saudara kandung, kakak adik.. jadi jangan
yah adek..” Ah, dia tidak mau. Aku tak bisa memaksanya lebih jauh lagi.
“Iya deh kak..” jawabku agak setengah bersungut.
“Adeek…” kak Alya menoleh kebelakang untuk melihatku, dari nadanya dia
seperti sedang baik-baikin aku yang sedang bersungut walau aku masih
terus menggoyangkan pinggulku.
Tiba-tiba kak Alya melepaskan pelukanku, berpindah posisi tapi masih di
kursi sofa tempat kami duduk berdua. Kak Alya dengan bergaya merangkak
di atas sofa, bergerak maju menuju tepian tangan sofa menjauhiku. Aku
masih tak mengerti apa yang kak Alya lakukan, tapi melihat goyangan
pinggul dan pantatnya seakan kak Alya memang niat menggodaku untuk
menerkamnya dari belakang. Kak Alya kemudian menoleh ke arahku mengintip
dari balik pundaknya.
“Adeek.. sini deh.. kalau gesekin pake gaya doggy, adek mau nggak?” kak
Alya dengan postur tubuh menungging membelakangiku bertanya lirih dan
manja sambil menggigit bibir bawahnya. Tubuhku langsung panas dingin!
Tentu saja aku mau!
“Uugghh! Kak Alya!” teriakku sambil menerkam dan menubruknya dari belakang.
“Hihihi... pelan-pelan! Hmm… dek, keluarin aja burungnya, kasian nanti
malah bengkok ketekuk di dalam celanamu” suruh kak Alya sambil
senyum-senyum. Haduh… tawaran apalagi ini? Tentu saja tidak ku tolak,
segera ku bebaskan penisku dari celanaku.
“Kak.. aku selipin ke dalam celana kak Alya yah? Janji deh aku ga bakal masukin..”
“..Uumm.. Iyah.. tapi bener yah dek, jangan dimasukin..”
“Ouughh, kak Alyaku yang cantik dan baik.. nih kak..” Akupun menyelipkan
penisku ke dalam celana kak Alya melalui lubang kaki celana pinknya
itu. Seperti yang kuduga, kak Alya tidak mengenakan celana dalam! Sambil
kuarahkan dan kutempelkan otongku pada belahan pantat kak Alya,
tanganku memegang pinggang kak Alya. Kini posisiku mirip orang yang
sedang menyetubuhi kak Alya dari belakang dengan gaya doggy.
“Ngghh.. deekk…. Sshhh… dasar kamu nakal” rintih kak Alya, mendengar
suara rintihannya itu membuatku semakin larut dalam khayalan yang
seolah-olah aku seperti sedang berhubungan badan dengan kakak kandungku
sendiri. Ugh… kak Alya.
“Adeek.. kalo orang liat kita, pasti dikira kamu lagi ngapa-ngapain
kakak…” kata kak Alya yang mulai memancing-mancing dengan omongan
panasnya. Walau kami masih memakai pakaian lengkap, tetap saja
pemandangan sebagai kakak adik yang sedang melakukan perbuatan cabul ini
menumbuhkan sensasi yang membuat panas dingin bagi yang melihatnya.
“Kalo orang liat kak Alya sama aku lagi begini.. pasti mereka juga
pengen kak..” imbuhku sambil terus menggesek otongku di sela-sela pantat
dan kain celananya.
“Hihi.. iyah dek, kepengen ngentotin kak Alya juga yah merekanya? Samaan
kayak adek..” mendengar kak Alya mengucapkan kata-kata kotor begitu
malah membuat otakku semakin ngeres, membayangkan kak Alya benar-benar
disetubuhi oleh orang asing akibat melihat tingkah laku kami. Bahkan
lebih dari satu orang, saling berebut untuk mengentoti kakakku yang
cantik dan seksi ini. Kak Alya benar-benar nakal, membayangkan dirinya
disentuh orang lain selain aku ataupun pacarnya. Kak Alya yang berkulit
putih, ditindih dan digagahi mereka yang berkulit gelap. Membayangkan
kak Alya yang tak berdaya berusaha melayani penis-penis mereka membuatku
semakin horni. Entah kenapa semakin aku membayangkan apa yang dialami
kak Alya semakin cepat pulalah irama goyangan pinggulku, penisku juga
menekan semakin kuat ke belahan pantat kak Alya.
“Uugh.. kak Alya..”
“Hihi.. kamu ngebayangin apa sih dek? Ngebayangin kak Alya dientotin orang lain yah dek?”
“Kak Alya nakal nih.. Uughh.. Kak Alya..” aku mulai meracau tak jelas dan gesekanku semakin cepat.
“Adeek.. suka berfantasi kakak dicabulin orang lain yah dek? Emang kalau
beneran terjadi kamu pengen lihat?” suara kak Alya makin kemari makin
lirih dan menggoda.
“Kak Alya nakal! Adek udah mau keluar.. kaak!”
“Terus deek.. entotin kakak dek.. teruss..” kak Alya terus menggodaku
sampai akhirnya aku muncrat dan menekan otongku kuat-kuat ke belahan
pantatnya yang montok dan putih itu dibalik celana pinknya hingga basah
oleh pejuhku. Setelah membuang semua pejuhku ke pantat kak Alya, aku
ambruk di punggungnya sambil sesekali meremas-remas susu kakakku.
“Udah dek? Udah hilang kan pusingnya?” kak Alya bertanya setelah
membantuku melampiaskan hal yang tak tertahankan. Kakakku benar-benar
nakal. Selalu membawaku mengkhayalkan yang tidak-tidak tentangnya.
“Hehe.. udah belum yah kaak?” candaku mengikuti gaya kak Alya.
“Ooh.. jadi adek mau lagii?”
“Iyah kak.. mau.. mau..” jawabku bersemangat. Aku lalu melihat kak Alya
bangkit dari duduknya, sedang aku dengan setia menanti apa yang akan
diperbuat oleh kakakku yang seksi ini.
“Lihat deek.. jangan ngedip yah..” kak Alya dengan gaya nakal seperti
seorang striptease perlahan-lahan memelorotkan celana pendek pinknya.
Aku memandang dengan tertegun. Kak Alya memelorotkan celananya yang
tidak memakai dalaman apa-apa lagi di baliknya. Bagian bawah tubuhnyapun
terpampang bebas di hadapanku, adik laki-lakinya. Aku yang baru saja
memuncratkan pejuhku pada kakakku mendadak penisku bisa mengeras
kembali. Aku bisa melihat dengan jelas bulu-bulu halus yang tumbuh di
atas vagina kakakku yang tembam. Memang tidak sekali aku pernah melihat
vagina kakakku sendiri entah di saat sengaja atau tidak. Tapi disuguhi
seperti ini aku merasakan sensasi yang sangat berbeda. Kakakku sendiri
sedang menggodaku, dan..
“Nih, pejuhin lagi celana kakak! Sekalian cuciin ya.. bau tuh pejuh
adek, hihi..” kak Alya melemparkan celana bekas kupejuin tadi ke mukaku.
“Iih! Kakak! Main lempar ke muka aja!” teriakku kesal. Dia hanya
tertawa, lalu berlenggang dengan santainya keluyuran di dalam rumah
dengan kondisi seperti itu tanpa memakai bawahan sama sekali, hanya
memakai tanktop saja. Sungguh pemandangan yang membuat penisku kembali
ngaceng maksimal. Untung saja hanya aku yang melihatnya, tak dapat ku
bayangkan bila ada orang lain yang melihat kondisi kakakku seperti
sekarang ini. Untuk seorang kak Alya yang dikenal sopan, ramah, baik dan
selalu memakai jilbab bila di luar rumah, tentunya akan menjadi hal
yang sangat berlawanan dengan apa yang sedang dilakukannya sekarang.
“Permisii! Sedekahnya Paak.. Buu..!” tiba-tiba terdengar teriakan orang peminta sumbangan di luar rumah kami.
“Adek! Ada yang minta sumbangan tuh..”
“Iya, aku juga denger kali kak..” dari yang kudengar sepertinya seorang bapak-bapak tua yang berdiri di luar pagar rumah kami.
“Sana gih kasih sumbangan ke Bapak itu dek..” kak Alya menyuruhku keluar untuk memberi sumbangan.
Melihat kondisi kak Alya yang hanya memakai tanktop putih dan tak
memakai bawahan apa-apa, serta aku yang masih memegang celana pendek kak
Alya, tiba-tiba terbesit pikiran iseng untuk kakakku.
“Gak ah! Kak Alya ajah yang kasi sumbangan, hehe..” tantangku iseng ke
kak Alya. Aku sungguh penasaran kalau memang kak Alya mau menerima
tantanganku untuk memberi sumbangan ke Bapak itu tanpa mengenakan
bawahan apa-apa. Walau dibatasi oleh pagar yang tingginya seatas dadaku
kak Alya, tetap saja membayangkan kakakku yang bening dan putih itu
menemui bapak peminta sumbangan itu membuat darahku berdesir dan tubuhku
panas dingin.
“Hmm? Gak pake celana kayak gini dek? Huhu.. Adek pengen liat yah kakak
cuma pake ginian nemuin bapak itu diluar?” tanyanya dengan lirikan
menggoda.
“Adeek.. liat kakak yah.. kakak penuhi lagi fantasi adek.. hihi..”
seraya kak Alya membuka pintu depan sambil berekpresi imut dengan
mengedipkan sebelah mata dan menggembungkan pipi satunya. Aku hanya bisa
memegang otongku yang mulai mengeras melihat tubuh seksi kak Alya
dengan aurat yang terbuka bebas pada bagian bawahnya. Kak Alya yang
selalu berpakaian tertutup dan memakai kerudung, kini akan menemui orang
asing dengan vagina dan paha terpampang kemana-mana. Ugh, kak Alya
benar-benar nakal!
Bersambung..
-----------------------
Sumber : Forum Semprot
Home
Alya
Cerita Eksibisionis
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Kakak Beradik : Petualangan Kakakku, Kak Alya 1
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar