Lanjutan...
Aku lihat kak Alya melongokkan kepalanya keluar saat pintu depan dibuka,
kelihatannya dia sedang melihat-lihat apakah suasana di luar sedang
ramai atau tidak. Sedangkan aku, masih saja terus asyik memperhatikan
bagian belakang tubuh kakakku. Sungguh beruntung aku sebagai adeknya
bisa melihat semua ini, bahkan cowok kak Alya saja kurasa tidak pernah
melihat kondisi kakakku seperti sekarang ini. Yang mana sebentar lagi
kak Alya akan keluar memberi sumbangan kepada peminta-minta, dengan
hanya mengenakan atasan tanktop saja! Ugh, membayangkannya saja sudah
membuat kepala atas dan bawah terasa panas dingin, aku tak tahu apa yang
akan terjadi nanti.
"Adeek.. liatin kakak yah.. Hihihi.."
Kak Alya yang selesai memperhatikan keadaan sekitar segera berjalan
keluar, melewati teras rumah, dan langsung menuju ke pagar rumah kami!
Aku memperhatikan dengan tegang dari balik pintu yang sengaja sedikit
kubuka untuk mengintip. Kak Alya benar-benar keluar cuma pakai tanktop
putih saja. Tidak memakai bawahan apapun sama sekali. Kak Alya berani
banget! Bener-bener nakal nih Kak Alya. Mana jalannya pakai
lenggak-lenggok sambil sesekali menoleh ke arahku dan mengedipkan
matanya. Entah Pak Tua itu melihat atau tidak, karena dari yang kulihat,
tinggi badan Pak Tua itu hanya sedikit di atas batas atas pagar rumah
kami. Untungnya sisi tengah pagar kami ditutupi plastik fiber berwarna
gelap, jadi badan bawah kak Ochi tidak terlihat jelas. Sepertinya.
"Iya Pak.. ada yang bisa saya bantu?" suara kak Alya merdu banget saat
menyambut orang itu dari balik pagar. Orang tua berpakaian kemeja putih
dan membawa map.
"..Ehm.. Eh, iya non.. anu.. maaf mengganggu.. saya dari Yayasan
Penampungan Anak-Anak Terlantar, non.. Adapun kedatangan saya untuk
meminta sumbangan dari si non.. seikhlasnya.." si Bapak peminta
sumbangan itu yang berbicara dengan bahasa sok rapi mendadak gelagapan
melihat kak Alya. Siapa sih yang tidak salah tingkah melihat kak Alya?
Apalagi kak Alya kini mengikat rambutnya dengan mengangkat kedua
tangannya, hingga otomatis dadanya terlihat membusung maju kedepan.
Kakakku seakan sengaja memberikan pose dan tontonan gratis bagi Orang
itu.
"Panggil Alya saja Pak.."
"Oh iya.. non Alya.. hehe.. sampai lupa memperkenalkan diri, nama saya Pak Amin.."
"Pak Amin, Alya nyumbangnya berapa yah?"
"Aduh non Alya.. berapa ajalah kalau dari si non, seikhlasnya.. ini sih,
demi anak-anak terlantar juga non.. hehe.." jawab orang tua itu
cengengesan, terlihat kumisnya yang mulai ubanan melebar tersungging.
Dasar muka mesum! Matanya mulai jelalatan kemana-mana ngelihatin kakakku
ini.
"Berapa aja atau apa aja nih Pak? Hihihi.."
Sambil sekilas melirik kearahku kak Alya bertanya padanya dengan
menyilangkan kedua tangannya dibawah dadanya sehingga 2 susu kak Alya
yang hanya terbalut tank top putihnya seperti mau menyembul kedepan.
Gila kak Alya, berani amat mamerin susu dan cetakan pentil di depan
orang itu. Baru saja aku memuntahkan pejuhku, kini sudah ada dorongan
lagi untuk onani. Aku benar-benar tak tertolong.
"Hah? Anu neng.. eh, non.. berapa aja juga boleh.. kalo apa aja juga
boleh kok, hehe" senyumnya makin lebar tuh orang. Pasti isi kepalanya
udah terisi dengan bayangan yang engga-engga tentang kakakku..
"Hihi.. ya udah, yang berapa aja dulu deh Pak… Ini Alya mau sumbangin
lima puluh ribu.. tapi Alya adanya uang seratusan Paak?" kata kak Alya
yang sengaja memanja-manjakan suaranya. Kakakku ini ngapain sih!?
"Ooh.. sini Bapak tukarkan dulu deh.. kebetulan ada warung di dekat
sini.. nanti saya kembali lagi ya.." tiba-tiba si Bapak itu sudah pergi
untuk memecahkan uang kak Alya.
Aku dapat bernafas lega untuk sesaat. Sungguh melihat mereka tadi berdua
ngobrol membuat perasaanku tak menentu. Bagaimana tidak? Orang tua
peminta sumbangan diladeni oleh kak Alyaku yang bokong dan paha putihnya
terpampang kemana-mana. Aku sempat melihat si Bapak tadi agak
menjinjitkan kakinya sesekali, entah ia tahu atau tidak kalau kak Alya
tidak mengenakan apa-apa lagi dibawah. Entah bagaimana kalau kak Alya
benar-benar bugil di balik pagar.
"Adeek!" kak Alya membuyarkan lamunanku. Kak Alya menoleh kearahku dengan tatapan nakal dan tersenyum genit.
Dengan sengaja tanpa melihat lagi keluar pagar, kak Alya tiba-tiba
mengangkat tank top sampai keatas dadanya. Sambil menggoyangkan tubuhnya
ke kanan dan ke kiri kak Alya memamerkan susunya kepadaku. Dua susu
putih nan indah dan montok itu bergoyang-goyang. Masih belum habis
kagetku, Kak Alya kemudian mengangkat tanktopnya lagi sampai melewati
kepalanya dan lolos dari tubuhnya, lalu disampirkan sembarangan di atas
pagar. Kakakku benar-benar bugil! Hal yang tak kukira sebagai khayalan
saja kini benar-benar terjadi! Ooh, kak Alyaku benar-benar mewujudkan
fantasiku.
Masih dengan keadaan telanjang bebas, kak Alya bergaya imut dengan
menempelkan telunjuknya pada pipinya yang digembungkan. Uugh! Kak Alya
benar-benar imut, bikin aku gemes banget, tapi juga nakal. Adek sendiri
dibikin tersiksa.
"Adeek.. Hihi.. ayo dek! Kocok yang kuat.. go go!" kak Alya memberi
semangat padaku dengan gaya imutnya dan suara pelan mendesah sambil
terus bergaya seksi di luar.
"Uugh.. Kak Alya.. kakak nakal banget sih.. aku jadi gak kuat nih
kaaak.." aku meracau sambil mengocok kontiku. Tiba-tiba kemudian aku
melihat kepala seseorang mendekati pagar rumah kami. Bapak tua itu sudah
kembali! Tapi… kak Alya belum memakai tanktopnya..!?
"Ini non kembaliannya lima puluh ribu.. maaf yah, Bapak agak lama tadi..
Hah?" tiba-tiba orang tua itu seperti kaget. Walau hanya bisa melihat
kak Alya sebatas pundak keatas, pastilah ada yang berbeda dari
penampilan kak Alya.
"Ada apa Pak Amin? Hihi.. Pak Amin simpan aja yah kembaliannya.." jawab
kak Alya santai. Sepertinya kak Alya tau kalau Pak Amin sadar ada
sesuatu yang berbeda dari kak Alya.
".. Eeh.. anu non.. uang saya.. eh, uang non Alya.." pastilah orang itu
menyadari kak Alya yang tadinya kelihatan ada tali pundak tanktopnya,
sekarang sudah tidak ada. Entah orang tua itu tau atau tidak, tapi
melihat kak Alya tanpa tali pundak tanktop, kak Alya seperti sedang
bugil di hadapan pria tua itu. Duh, kakakku ini, dia nggak takut
diperkosa apa? Kak Alya bener-bener nekat.
Sambil mereka tetap mengobrol, si bapak itu mencoba untuk memajukan
badannya mendekati pagar. Sepertinya dia mau mencoba melongok ke dalam
dan melihat kak Alya secara utuh. Tapi kak Alya sengaja maju mendekat ke
bapak itu sehingga bapak itu sungkan dan mundur lagi. Aduh kak Alya…
Aku antara rela dan tak rela kalau kak Alya sampai dilihat bugil
olehnya, tapi kocokan di otong semakin kuat melihat kak Ayla meladeninya
sambil tetap bergaya centil.
Saat kak Alya berposisi adak dekat dengan si bapak itu, mereka berbicara
agak pelan. Aku tak bisa mendengar jelas apa yang mereka bicarakan.
"Ya udah, Pak Amin simpan saja yah.. kan mereka lebih membutuhkan dibanding Alya"
"Anu non, hehe.. makasih banyak yah.. udah baik, ramah, cantik lagi si non, hehe.. aduh si non.."
"Kenapa Pak?"
".. Eh, engga non.. ini.. saya kalau begitu mau pamit aja yah.. permisi non.." Pak tua itu sudah mau pergi.
"Hihi.. iya deh, kasian Pak Aminnya juga.."
"Hah?" aku dan orang tua itu sepertinya sama-sama kaget dengan tembakan langsung kak Alya.
"Pak Amin.. kebelet kan dari tadi? Hihi.. asal jangan dibuang sembarangan ajah ya Pak? Entar keinjek orang loh.."
"Eh.. iya neng..anu.. mari, bapak permisi.." si bapak itu dengan salah
tingkah pergi meninggalkan kak Alya sendiri. Telanjang di luar di balik
pagar. Setelah bapak itu pergi kak Alya yang masih berdiri di dekat
pagar kembali menoleh kearahku.
"Adeek.. udah liatnya?" tanya kakakku dengan nada manja menggoda.
"Udah kak.."
"Adek suka?"
"Suka kak.."
"Mau dikeluarin dek?"
"Mau banget kak, aku udah ga tahan nih! Uugh!" aku masih sambil terus
mengocok menunggu kak Alya untuk kembali masih ke rumah. Tapi kak Alya
masih gak beranjak juga dari tempatnya. Dia malah menyandarkan
punggungnya pada pagar tempat kak Alya ngobrol dengan orang tua tadi.
"Sini donk dek… Masa kakak yang kesana sih? Emang adek ga mau ngeliat kak Alya telanjang di sini?"
Duh kak Alya… kakakku ini memang suka banget mancing-mancing kalau aku
sudah tanggung begini. Akupun yang seperti orang bodoh segera bergegas
mendatangi kak Alyaku yang seksi sambil masih membawa celana pink kak
Alya yang belepotan pejuhku tadi.
"Kak.. kalau dikeluarin di dalam mulut kak Alya boleh nggak? Hehe" pintaku untung-untungan.
"Hah? Jangan donk... masa burung adek sendiri dimasukin ke dalam mulut kakaknya siih? Nakal nih adeknya…"
"Abisnya, kakak juga yang nakal, godain aku terus.. Ya kak.. boleh ya…
Pleasee.." Sambil terus merayu aku pasang tampang memelas, siapa tahu
berhasil. Walau dengan melihat kak Alya bugil di depanku seperti ini
saja sudah bikin aku sangat tidak tahan. Hanya dalam hitungan detik bisa
saja aku meledak dan muncrat kemana-mana lagi.
".. Teruus.. nanti mulut kakak juga dipipisin sama pejuh adek? Gitu?"
sambil dengan gaya centil menunjuk bibirnya merah imutnya yang
dimanyunkan itu. Aku sudah hampir gila menahan ledakan otongku, tapi
tetap terus ku tahan. Aku tak mau meledak duluan sebelum tercapai
keinginanku untuk dilumat otongku oleh kak Alya.
"Uugh, kak Alya.. nakal niih.. boleh ya kaak?"
"Gak mau ah dek.. kalo ketelan sama kak Alya gimana dek?"
"Please ya kaak.."
"Hihi.. kasian banget sih kamunya dek.. disini aja yah.." kata kak Alya
kemudian berlutut di hadapanku sambil membusungkan dadanya di depan
penisku yang sedang kukocok terus dari tadi.
"Didada kakak??" Ugh…
Sambil berlutut kak Alya melihatku dengan wajah sayu. Menunggu semprotan pejuhku ke dadanya.
"Bayangin deh dek… kalo Pak Amin tadi ngeliatin kakak telanjang kayak gini.. Hihi.. Kakakmu ini bakal diapain ya?"
".. Uugh.. kakak pasti diperkosa.. apalagi orang tua itu pasti belum
pernah liat cewek cantik dan seksi yang menggoda kayak kak Alya.."
jawabku sambil terus mengocok kontiku.
"Gitu yah dek? Berarti kakak kandungmu ini bakal dientotin donk sama
bapak-bapak tua itu dek? Hihi.. kebayang gak sih dek, kakak yang masih
muda dan putih ini, ditindih sama bapak yang udah tua dan item itu?"
"Uugh! Abisnya kak Alya sih nakal!"
"Trus sambil kakak dientotin sama bapak itu, kakak bilang gini sama
adek, ‘Adeek.. kakak dientotin nih sama bapak ini, katanya kakak mau
dihamilin tuh dek.' Hihihi..."
".. Arrgh, kakak!" kocokanku semakin liar.
"Mana tadi kakak bilang sama bapak itu, dek.. kalau mau minta sumbangan
uang atau pakaian datang aja lagi kesini, gitu dek.. apa kakak sumbangin
diri kakak aja yah dek? Hihi.."
"Kak Alyaa! ARRGHH!"
“CROOOTS!” Semburan pejuhku muncrat mendarat di atas dada kak Alya.
Sebagian muncrat sampai ke leher dan dagu kak Alya. Memang tidak begitu
banyak seperti sebelumnya, tapi sensasinya onani di depan kakaku sambil
membayangkan semua yang kak Alya ucapkan tadi membuatku masih tubuhku
kejang dan bergetar walau sudah tak mengeluarkan pejuh lagi.
Sedang kak Alya dengan mata sayunya masih terus menatap wajahku yang baru saja dilanda setruman orgasme.
Sambil melap pejuh di dadanya dengan celana pink yang diambilnya dari
tanganku, kak Alya mencolek sperma kentalku yang mampir di dagunya
dengan ujung telunjuknya. Lalu dengan pandangan sayu, kak Alya melihatku
sambil memasukkan ujung jarinya yang belepotan pejuh ke dalam mulutnya.
Sungguh seksi kak Alyaku ini.
"Hoek! Gak enak! Nih.. buat nambahin kerjaan adek, cuci ampe bersih!"
untuk kedua kalinya kak Alya melempar celananya yang belepotan pejuhku
itu kemukaku. Mimpi apa aku harus mencium bau pejuhku sendiri, dua kali
dalam sehari! Tapi kalau setelah ngecrotin kak Alya sih, aku mau-mau
saja. Tapi tetap saja aku merasa risih dengan pejuhku yang mampir ke
mukaku ini.
"Iiihh! Kak Alyaa!" Aku berteriak sambil mengejarnya sampai kedalam rumah karena melempar celana itu ke mukaku.
"Hahaha! Bersihin donk adek, udah ngotorin masa ga mau bersihin.. Hihi..
udahan ah ngejarnya.. capek tau" ujar kak Alya yang setelah dia
kelelahan duduk di ruang keluarga dengan tetap bertelanjang badan.
"Kak…”
“Hmm? Apa dek?”
“Kakak serius tadi bilang ke bapak itu supaya balik lagi kalau mau minta sumbangan?" tanyaku yang masih penasaran.
"Umm.. iya dek.. emang kenapa?" tanya kak Alya balik dengan lugu,
padahal aku kan tidak rela kalau dia kembali lagi, si Pak tua bermuka
mesum itu. Berani-beraninya mau melongok kedalam pagar supaya bisa
melihat tubuh polos kakakku.
"Ya ngga pa-pa sih kalo emang buat sumbangan.. tapi tampangnya itu, mesum.."
"Hihi.. iya tuh, kayak adek.. sebelas-dua belas sama si bapak tadi kalo
dijejerin, hihi.." sialan nih Kak Alya, masa aku disamakan dengan bapak
tua itu. Tapi siapa juga yang tahan kalo liat kak Alya seperti ini. Udah
cantik, putih, seksi, telanjang pula.
"Ah! Kakak tuh sukanya godain aja!" aku pura-pura marah sambil maju dan memeluknya.
Seperti biasa kak Alya tertawa cekikikan dan merasa tidak keberatan sama
sekali kuperlakukan seperti ini. Kakakku yang baik dan cantik. Kakakku
yang seksi dan suka menggoda.
Tapi aku masih kepikiran satu hal. Ngapain sih kak Alya nyuruh orang itu
kesini lagi? Apalagi yang ngajak orangnya kayak kak Alya, malahan
dengan penampilan seperti tadi membuat si Bapak tua tadi pake
ngintip-ngintip kedalam. Aku yakin tentu saja dia pasti akan datang
lagi.
"Oiya dek.. tanktop kakak yang tadi kakak taruh di pagar kok ngga ada yah?"
"Hah?! Serius kak?"
***
Semoga berkenan buat agan-agan dan suhu-suhu disini..
Mohon maaf yah kalau kelamaan update..
Sumber : Forum Semprot
Home
Alya
Cerita Eksibisionis
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Kakak Beradik : Petualangan Kakakku, Kak Alya 2
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
ngedit critanya kurang bersih, tuh masi ada "kak ochi" belom diganti jadi alya. pake 'replace' bro laen kali hehe
BalasHapuswkakakakakak mantapp memang
Hapus