"Kak..." panggilku.
"Hmm? Apa dek?"
"Malam ni tidur bareng lagi yuk...”
"Tidur bareng? Kamu udah ngantuk emangnya?"
“Belum sih kak… pengen guling-gulingan sama kakak aja sampai ngecrot, hehe”
“Huuu… ngecrot, ngecrot… enak aja! Kan kemarin malam adek udah bobok di kamar kak Alya?”
“Hehe.. iya sih kak, abisnya kebayang terus sama yang kemarin siang” Aku
mengingat kejadian hari sebelumnya di mana kak Alya nekat menemui
peminta sumbangan dengan telanjang badan. Walau hanya berdiri di balik
pagar yang tertutup plastik fiber hitam, tetap saja apa yang dilakukan
kak Alya membuatku tegang dan panas atas bawah. Itu saja baru berdiri di
balik pagar dan masih di dalam halaman rumah kami, entah bagaimana
kalau kak Alya sampai nekat bertelanjang badan sampai keluar rumah. Dan
membayangkannya saja sudah membuat penisku menegang sangat keras hingga
malamnya aku tak tahan dan mengerjai kakakku di kamarnya. Apalagi kalau
bukan karena nakalnya kakak kandungku..
“Males ah! Bed cover sama celdam kesukaan kakak ampe kotor tuh belepotan
peju kamu, awas ya ngga dicuci! Kakak ngga bolehin kamu ngecrot lagi..
huuu..” ledek kak Alya dengan gaya manyunnya yang imut itu. Oh, kak
Alya.. Kenapa aku harus jadi adekmu sih kak?
“Kan adek udah janji bakal cuciin semuanya kak.. mau ya kaak..?”
“Hihihi.. bolehin gak yaah?”
“Hehe, bolehin donk kaak?” tanyaku lagi. Aku betul-betul pengen pejuin kakakku yang cantik ini lagi seperti malam sebelumnya.
“Hihihi… dasar kamu tuh… Jadi kamu pengen ngecrot sebelum tidur yah dek?”
“Iya kak… pengen ngecrotin badan kak Alya pake peju aku, hehe”
“Dasar porno, kakak sendiri dicabulin terus, dipipisin lagi pake peju!”
“Abis kak Alya ngegemesin sih.. hehe..”
“Kayak semalem donk dek?”
“Hehehe.. iya nih kak.. Pleasee..”
“Bener nih cuma mau gitu ajah?”
“Hah? maksudnya kak?”
“Hmm… sekarang jam berapa yah?”
“Baru jam sebelas kak”
“Tuh… masih jam sebelas. Cepat banget sih kamu boboknya…”
“Biarin, lagian gak tahu pengen ngapain lagi”
“Pikiranmu nyabulin kakak terus sih… hihihi”
“Hehehe… kakak juga siih..”
“Hmm… jam segini di luar rumah udah sepi kan yah, dek?” tanya kak Alya sambil senyum-senyum manis.
“Iya kak, kenapa?”
“Buka celana kamu, terus lihat kakak yah dek…” ujar kak Alya mengedipkan
mata. Aku yang bingung dia mau apa hanya menuruti saja perintahnya,
akupun membuka celanaku dan langsung memgang penisku yang mulai menegang
di depan kak Alya. Dengan senyum-senyum melihatku, kak Alya juga
membuka celana legging ketatnya dengan perlahan di depanku, bagian bawah
tubuhnya kini terbuka! Paha, pantat dan vaginanya yang tembam berbulu
halus di atasnya terpampang bebas untuk dilihat. Semua kancing kemejanya
juga dia buka sehingga buah dadanya jadi tergantung dengan bebas, tapi
dia masih mengenakan jilbab!
“Nih dek… kakak kasih kamu bahan coli malam ini… nikmatin puas-puas yah
dek” kak Alya dengan santainya berjalan ke luar rumah dengan kondisi
seperti itu! Hanya memakai jilbab serta kemeja pink yang seluruh
kancingnya terbuka. Susu kak Alya yang putih dengan puting coklat
kemerahan bergoyang bebas kesana kemari. Kakakku betul-betul nakal.
Akupun mengikutinya ke luar rumah sambil mulai mengocok penisku. Tapi
tiba-tiba dia bilang…
“Adeeek…. Lihat yah, sekarang kakak bakal keluar pagar nih…”
“Hah? Ke..keluar pagar, kak? Tapi kalau dilihat orang gimana?” tanyaku
heran, tapi dianya malah hanya tersenyum manis, lalu melangkah dengan
santainya keluar pagar, kak Alyapun berdiri di tengah jalan dengan
kondisi seperti itu, yang mana kakak kandungku ini hampir bertelanjang
bulat! Badanku langsung lemas dan panas dingin melihatnya. Entah apa
jadinya bila ada tetangga kami yang melihatnya. Jam segini lingkungan
rumah kami memang sudah sangat sepi, tapi bukan berarti gak ada orang
yang bakal lewat juga kan!?? Dan kocokan penisku juga makin cepat
melihat pemandangan ini. Kak Alya yang hampir telanjang sedang berpose
nakal di luar rumah kami.
Aku yang jadi cemas minta ampun dibuatnya karena tingkah binal kakakku
ini. Berkali-kali aku celingak-celinguk untuk memastikan tidak ada orang
yang lewat. Kak Alya sendiri malah mondar-mandir dengan santainya
sambil sesekali melirik padaku, tersenyum manis dan juga berekspresi
imut padaku. Sungguh bikin gemeeeeeesss.
“Adek…” panggilnya setelah beberapa lama dan mendekatiku kepagar rumah.
“I..iya kak?”
“Kakak sering bikin adek tersiksa yah?”
“Uhm.. Iya, kakak nakal..”
“Hihihi.. Kakak jahat donk sama adek?”
“Iya tuh.. Kak Alya selalu bikin burung aku sakit, pengen dicrotin terus tiap hari..”
“Kalo kakak jahat sama adek.. kakaknya dihukum donk dek?”
“Dihukum kak?”
“Iyah.. Sekarang kamu kunci kakak dari dalam yah…”
“Hah??????”
“Iya… kunci kakak, kurung kakak di luar, 10 menit aja… hihihi…” katanya
lagi melirik nakal. Aku betul-betul terkejut mendengarnya. Dia meminta
aku menguncinya di depan rumah dengan busana seperti itu!? Meski cuma 10
menit tapi kan tetap sangat beresiko. Ini betul-betul di luar
fantasiku! Kakakku betul-betul nakal!
“Tapi… kalau ada apa-apa gimana kak?”
“Hihihi, Gak tahu deh, mungkin kakak bakal diperkosa habis-habisan kali
yah dek… Pokoknya apapun yang terjadi kamu gak boleh buka pagarnya
sebelum 10 menit yah… kalau kakak sampai diperkosa ya gimana lagi, kakak
cuma bisa pasrah aja… hihihi” hah? Aku sungguh dibuat lemas
mendengarnya.
“Adek! Tutup deeeeeekk… dikunci!” ujar kak Alya yang segera menutup
pintu pagar. Aku entah kenapa betul-betul menuruti perkataanya untuk
mengunci pintu pagar. Sekarang kakakku terkunci di luar sana. Entah apa
yang akan terjadi selama 10 menit dari sekarang. Jantungku berdebar
dengan kencangnya… Kak Alya…
“Kak… masih di sana kak?” tanyaku dari balik pagar.
“Eh, adek! Jangan ngintip!” teriak kak Alya pelan saat aku mencoba
mendekat ke pagar untuk dapat melihat apa yang sedang kakakku lakukan di
luar sana. Aku memang tidak bisa melihat dengan jelas karena pagar
rumah kami ditutup fiber plastik berwarna gelap.
“I..iya… tapi kakak baik-baik aja kan?” tanyaku lagi.
“Iyah… kenapa sih? Belum 1 menit juga…”
“Iya sih.. tapi kan…” Duh… entah kenapa 10 menit ini terasa sangat lama.
Aku sungguh panas dingin di sini. Membayangkan kakak kandungku yang
cantik jelita dengan kondisi nyaris telanjang bulat dan terkunci di luar
sana betul-betul membuat aku belingsatan. Ugh.. kak Alya.
“Kamu sendiri sedang apa dek? Lagi ngocok yah?” ujarnya.
“Iya kak.. sedang ngocok…”
“Hihihi… Kocok terus yah dek… Kamu bayangin gih… kakak yang sehari-hari
bila keluar rumah selalu dikenal sopan dan memakai pakaian tertutup,
sekarang nyaris telanjang bulat dan terkunci di luar pagar”
“Ugh… kak Alya…”
“Aurat kakak kebuka semua kayak gini dek.. vagina kakak, susu kakak…
tapi masih pake jilbab. Gak tahu deh apa jadinya kalau ada tetangga yang
lihat, hihihi…”
“Duh kak… jangan sampai tetangga lihat kak.. udah dong kak… masuk yah…”
ajakku lagi sungguh berdebar-debar, tapi penisku tetap tegang luar biasa
sambil terus ku kocok-kocok.
“Kalau kakak teriak, kira-kira apa yang bakal terjadi yah dek? Hihihi”
“Hah? Kak… pliss… jangan!”
“Aw!” teriak kak Alya pelan yang kemudian tertawa cekikikan.
“Kak… jangan teriak-teriak!” Gila, aku sungguh panas dingin. Kalau
sampai para tetangga terbangun dan melihat keadaan kak Alya, entah apa
yang akan terjadi.
“AAWW!” Teriaknya lagi lebih keras.
“Kak… please…… jangan….”
“AAAAAWW!” teriaknya semakin keras. Sumpah! Jantungku mau copot rasanya.
“Kak… please stop… please….” Lututku betul-betul lemas.
“Hihihihi… iya deh iya… tapi dek…” ujarnya kemudian.
“A..apa kak?”
“Kayaknya ada yang datang deh…”
“Hah?? kak… masuk kak! Aku buka yah pagarnya…” tawarku cemas.
“Jangan dek… udah kakak bilang apapun yang terjadi jangan dibukain… dan jangan ngintip yah…” katanya memperingatiku.
“Tapi kan kak…” Jantungku betul-betul berdebar dengan cepat. Tapi
terdengar kalau Kak Alya malah melangkah semakin menjauh ke arah jalan
untuk melihat siapa yang datang. Duh… kak… jangan bikin aku mati lemas
dong…
“Makin deket dek… adek…. Makin deket!” Ujar kak Alya pelan dari kejauhan
yang malah terkesan sangat antusias bila ketelanjangannya terlihat oleh
orang lain, sedangkan aku di sini mati kecemasan. Nafasku tertahan.
Apakah akan ketahuan…? Oh… kak Alya…..
“Hihihi… Cuma anjing lewat kok dek…” ujarnya kemudian menjawab rasa penasaranku. Fiuuuuuuuuuuuuuh… lega mendengarnya.
“Udah… kamu masuk gih ke dalam rumah… masih lama lho 10 menit” ujarnya yang terdengar semakin menjauh dari pagar rumah.
“Kak… kak Alya! Kakak mau ngapain? Jangan jauh-jauh kak!” teriakku tertahan.
“Kakak mau… pipis…” ucapnya centil.
“Hah? Pipis???” Gila! Kak Alya mau kencing di luar sana!?? Tak lama
kemudian terdengar suara air mengucur di sebelah sana. Sepertinya di
seberang jalan, kalau gitu berarti kak Alya… pipis di depan rumah
tetangga kami! Rumahnya Pak Haji Somad!
Lemas rasanya badanku….. Ini semakin melebihi fantasiku. Bahkan belum 5 menit. Oh… apakah yang akan terjadi selanjutnya….
Aku sungguh tidak mengira kakakku akan senekat itu. Entah apa yang
terjadi bila keluarga Pak Somad melihat kelakuan kak Alya, kakakku yang
mereka kenal sangat sopan, kini sedang pipis sembarangan di depan rumah
mereka. Tapi sepertinya yang aku takuti itu tidak terjadi, mudah-mudahan
juga tidak meninggalkan bau pesing besok paginya. Sekarang aku hanya
bisa berharap agar kakakku segera kembali ke rumah.
“Kak… kak Alya!” teriakku pelan berusaha memanggil kakakku.
“Dek… kamu kok masih di sana aja sih? Masuk gih ke dalam rumah” suruhnya yang terdengar kembali mendekat ke arah pagar.
“Terus kakak mau ngapain lagi? Udah dong kak… masuk please…” bujukku.
“Hihihi… kamu ini… Kan belum 10 menit dek…”
“Kak… please… udahan dong…” bujukku terus. Aku betul-betul tidak kuat.
Kakak kandungku yang cantik ini terkunci di luar sana sendirian dengan
kondisi busana yang sangat sembarangan. Aku tidak yakin 5 menit
selanjutnya masih akan tetap aman seperti sebelumnya. Apa aku buka saja
yah pagarnya dan menarik kak Alya masuk ke dalam? Seharusnya memang
itulah yang mestinya aku lakukan, tapi entah kenapa aku malah terus
membiarkan aksi kakakku di luar sana, malah aku sambil terus mengocok
penisku pula. Penisku dari tadi tegang bukan main melihat dan mendengar
aksi-aksi nakal kakakku. Aku tidak menyangka kalau kakakku sebinal ini.
“Kak… udah 10 menit nih…” ujarku berbohong karena aku ingin kakakku
segera menyudahi aksinya. Aku sangat takut kalau ada orang yang akhirnya
memergokinya.
“Hihihi… bohong kamu dek…”
“Be..benar kok kak…”
“Kakak kan bawa hape dek, belum 10 menit kok.. dasar adek tukang bohong,
udah mesum pembohong lagi, hihihi” jawabnya cekikikan. Sial, ternyata
dia bawa hape, aku gak merhatiin hal itu dari tadi.
“I..itu… tapi… masuk aja deh kak…”
“Kamu deg-deg kan yah dek? Sama, kakak juga kok… Tapi kan kamu jadi ada
bahan buat coli dek, hihihi” jawabnya santai. Ugh… kak Alya baik amat,
tapi gak perlu sampai sejauh ini juga kali. Walaupun fantasiku memang
dibuat melambung tinggi sih karenanya.
“Dek, kamu bawa hape nggak?”
“Nggak kak, kenapa?”
“Kamu ambil gih ke dalam”
“Untuk apa sih kak?”
“Udaaaaah…. Kamu ambil aja gih…” suruhnya lagi. Dia mau apa sih? Tapi
aku akhirnya masuk juga ke rumah dengan langkah cepat untuk mengambil
hapeku.
Baru saja aku masuk ke dalam kamarku ternyata hapeku berbunyi. Kak Alya!
Ngapain sih dia nelepon-nelepon segala? Aku yang penasaran segera
mengangkat hapeku.
“Kak!” sahutku cepat di telepon.
“Hai adek…” sahutnya balik dengan irama merdu seperti tidak terjadi apa-apa.
“Ada apa sih kak? Kok pake nelepon segala!??”
“Hmm… kamu ngawasin kakaknya lewat telepon aja yah dek… pokoknya kamu di dalam rumah aja terus”
“Hah?? Enggak ah… aku mau temenin kakak di depan pagar, kalau perlu aku tarik kakak masuk ke dalam!” jawabku tegas.
“Kakak udah jauh nih dek… udah di depan rumahnya Buk Rahma” Jdar!
Jantungku rasanya mau meledak mendengarnya. Di depan rumah Buk Rahma?
Berarti kakakku sudah di ujung jalan! dengan kondisi pakaian seperti
itu?? Ugh… kak Alya…
“K..kak…” panggilku lemas.
“Tenang aja... teleponnya gak bakal kakak tutup kok. Jadi adek bisa tahu
apa yang terjadi. Kalau misalnya teleponnya terputus, itu artinya kakak
udah diculik dan diperkosa dek, hihihi” Hah? Santai banget kak Alya
berkata seperti itu. Aku yang jadi lemas mendengarnya.
“K..kak Alya…”
“Udah… kamu sedang di kamar kan? Baring aja gih di tempat tidur sambil
terusin ngocokmu. Cukup bayangin aja kakak sedang ngapain. Asal kamu
nggak ketiduran aja yah… Ntar kakak terkunci semalaman dong di luar,
hihihi” ujarnya sambil cekikikan pelan. Ugh… ngebayangin kakakku
semalaman terkunci di luar sana makin membuatku panas dingin. Seharusnya
aku mengejar kakakku dan menariknya masuk, tapi aku malah menuruti
omongannya untuk berbaring di ranjang sambil mengocok penisku.
“Kak… dimana?” tanyaku setelah beberapa saat kemudian.
“Hmm… hampir tiba dekat mini market dek, masih buka ternyata mini marketnya. Kamu mau kakak beliin coklat nggak dek?”
“Hah?? Nggak! Putar arah dong kak!”
“Hihihi.. iya iya… bercanda kok… nih kakak putar arah” Duh, kakakku ini.
Bikin jantungku berdebar terus. Entah apa jadinya kalau kak Alya
beneran belanja di sana dengan busana begituan.
“Eh, dek! Kayaknya orang yang jaga di dalam mini market ngeh deh dek!”
“Ah, serius kak!”
“Kalo orangnya nyusul kakak kesini gimana donk dek? Mana kakak cuman
pake kayak gini.. ehmm, ternyata kakak putih banget yah dek? Hihihi..”
“Aarghh, kakak jangan nakal donk! Balik donk kak!”
“Hihihi.. iya adekku.. panik amat sih, paling dia juga ngira ngeliat hantu..”
“Iya, kalau hantunya kayak kak Alya pasti malah dikejar..”
“... terus kak Alya diperkosa deh.. kalau dia panggil temen-temennya
kesini semua, gimana donk dek? Ada hantu cantik diperkosa rame-rame lho
dek...”
“Ugh! Aku bakal susul kakak kesana, aku bakal..”
“Ngga usah adek! Adek cukup dengerin suara kak Alya lagi diperkosa lewat HP ajah.. Hihihi..”
“Aduh, cepet pulang donk kak!”
“Iya iya.. Dek, kamu pengen kakak bugil total atau terus dipake aja jilbab dan kemejanya?” tanyanya kemudian.
“Eh… di..dipake aja kak!” jawabku. Sebenarnya aku nyuruh dia tetap
memakainya supaya gak jelas amat kalau kakakku sedang telanjang bila
terlihat orang dari jauh. Walaupun tentunya aku gak berharap kakakku
benar-benar akan terlihat oleh orang.
“Kak…” panggilku karena suasana sempat hening beberapa saat.
“Iya…”
“Lagi dimana sih kak? Buruan balik gih… udah hampir 10 menit nih… jangan bilang kalau mau nambah!?”
“Nggak kok… ntar kamunya betul-betul jantungan lagi, hihihi”
“Ya udah, buruan balik kak…”
“Iya iya….” Ugh, akhirnya. Aku betul-betul tersiksa di sini. Awas saja!
Akan ku pejuin dia! Sambil dia berjalan balik ke arah rumah, kami terus
ngobrol. Aku sengaja tanya-tanya terus dia lagi dimana untuk memastikan
kalau kak Alya baik-baik saja. Akhirnya kak Alya berkata kalau dia sudah
di depan pagar, teleponpun dimatikan. Aku segera bangkit dari ranjang
dan menuju ke luar untuk menjemput kakakku.
“Kak… aku buka yah…” kataku dari balik pagar bersiap membuka kuncinya.
“Eh, belum pas 10 menit kan… masih ada 1 menit lagi nih... pokoknya
harus pas 10 menit kamu kurung kakaknya di luar!” Duh, kak Alya.
“lima puluh detik lagi dek…”
“Kak… aku buka aja yah…”
“Jangan… 40 detik lagi kok dek… Hmm… dek, kayaknya ada tukang nasi goreng ke arah sini deh…”
“Hah??”
“Iya… tukang nasi goreng ke arah sini”
“A..aku buka pagarnya yah kak!”
“Belum adeeeeek… 30 detik lagi…” kakakku ini apa-apaan sih?? Apa dia gak
takut apa!? tapi akupun lagi-lagi menurutinya saja untuk tidak membuka
dulu kunci pagar.
Tic toc tic toc.. Ugh… ini betul-betul 30 detik terlama dalam hidupku.
“Dua puluh detik lagi dek… tukang nasi gorengnya makin deket dek… makin deket!” ujarnya pelan.
Ugh… kak Alya…
“10 detik lagi yah dek… Eh, kayaknya dia ngelihat kakak deh dek.. jalannya makin cepat ke sini”
“Hah??”
“Pokoknya jangan buka dulu!” ujarnya cepat seakan tahu isi pikiranku.
Aku gemetaran di dalam sini, badanku lemas, jantungku berdebar tidak
karuan.
“Udah dek! Buruan buka!” teriak kak Alya. Dengan secepat kilat aku buka
buka kunci pagar dan menggeser pagar. Kak Alyapun segera masuk ke dalam
dan jongkok bersembunyi di balik pagar sambil menahan tawa. Tidak lama
kemudian tampak tukang nasi goreng itu lewat di depan rumah kami. Tepat
waktu! Sungguh-sungguh tepat waktu! Kak Alya… kamu bikin aku jantungan!
“A..ada apa pak?” tanyaku pada tukang nasi goreng itu karena berhenti di depan pagar rumah kami.
“Itu… Kayaknya tadi ada cewek yang masuk ke rumah yah dik? Pake jilbab
gitu… bapak pikir tadi dia mau beli nasi goreng” jawab bapak itu dengan
wajah bingung celingak- celinguk berusaha melihat ke arah rumah kami.
Aku melirik ke arah kak Alya yang berjongkok bersembunyi di sebelahku.
Kak Alya menempelkan telunjuknya ke bibirnya dengan ekspresi imut, tanda
supaya aku jangan ngomong apapun ke bapak itu.
“Eh, nggak kok pak… bapak salah liat mungkin” kataku pada bapak itu.
“Oh… iya juga kali yah.. Mana kayak ngga pake bawahan lagi, ngga mungkin lah ya dik?”
“Iya pak… mana mungkin, hehehe” padahal emang benar! Untung saja tepat waktu. Kak Alya sungguh nakal.
Akhirnya tukang nasi goreng itupun pergi, walau masih sempat melongok
kesana sini, jangan-jangan nih tukang nasi goreng yakin dengan apa yang
dilihatnya. Tapi paling tidak Aku bisa bernafas lega sekarang. Kak Alya
yang kini berdiri melihat kepergian tukang nasi goreng itu tertawa
dengan lepasnya. Duh… kakakku ini.
“Hihihihihi… hampir aja yah dek…”
“Kak Alya nekat! Kalau ketahuan gimana coba?”
“Ya kakakmu pasti diperkosa sama dia kayaknya dek, hihihi” ujarnya
sambil berlari kecil masuk ke dalam rumah. Sungguh bikin gemes! Segera
ku kejar dia ke dalam. Ku peluk dia, dan ku jatuhkan ke atas sofa.
Aku cium kakakku yang cantik ini sejadi-jadinya, sampai-sampai kami
jatuh terguling menggelinding ke karpet. Kak Alya hanya tertawa geli
menerima perlakuanku. Ku peluk erat kakakku sambil pinggulku ku
goyang-goyangkan sehingga penisku bergesekan di pantat bulatnya. Dia
harus kena pejuku!
“Kakak nekat banget… kak Alya nakal…” erangku sambil makin mempercepat gesekan penisku di belahan pantatnya.
“Ngh… tapi kamu suka kan dek… sshh… pelan-pelan…”
“Ugh… kak Alya…”
“Kamu bayangin gih dek, kalau misalnya kakak tadi ketahuan, si bapak tadi langsung nindih kak Alya dari belakang”
“Uugh.. Kak Alya…..”
“Terus dengan kontol itemnya, kakak kandungmu ini dientotin gila-gilaan sama bapak itu”
“Kakak..”
“Bayangin deh, kakak dientotinnya sambil tetap make kemeja dan jilbab ini dek… hihihi”
Gak kuat lagiiiiiiii…..
“Croooottttttttt” pejuku muncrat-muncrat berhamburan di pantat bulatnya
yang putih dan montok. Badanku langsung lemas dibuatnya. Akupun
terengah-engah ambruk menindih tubuhnya. Malam ini sungguh menegangkan.
Yang awalnya hanya membayangkan saja kalau kak Alya bertelanjang keluar
rumah, malam ini kak Alya benar-benar mewujudkan fantasiku.
“Dek..”
“Ya kak?”
“Lain kali coba semalaman yuk…”
“Hah?? Nggak!”
Sumber : Forum Semprot
Home
Alya
Cerita Eksibisionis
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Kakak Beradik : Petualangan Kakakku, Kak Alya 3
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar