“Adeek! Buruan gih berangkat.. entar telat loh”
“Iya Kak Alya yang cantiik.. gak liat nih Aldi lagi ngiket tali sepatu?”
“Oh, benarkah adikku? Ngiket sepatu itu liatnya ke sepatu doonk, masa ke kakak siih?”
“Adududuh! Iya kak.. iya..”
Kak Alya menjewer telingaku karena mengikat tali sepatu gak kelar-kelar.
Siapa yang bisa cepat kelar kalau kak Alya malah duduk di depanku pakai
daster bergambar hello kitty dengan potongan bawahan sepaha. Dan saat
dia duduk bagian bawahnya ketarik sampai ke pangkal paha, dan
memperlihatkan kulit mulus pahanya yang putih. Kalau perlu aku gak usah
berangkat sekolah saja untuk melihat pahanya selama mungkin. Dari pada
ngiket tali sepatu, mendingan ngiket kakak sendiri deh, hehe..
“Enak dek?”
“Hehe.. apanya kak? Liat kak Alya? Enak kak?”
“Bukan! Dijewernya deek..”
“Aduh kak! Kok lagi sih?”
“Lagian kamunya, mau ngiket tali sepatu.. atau mau ngiket kakak sih dek?”
Takjub mendengar tebakan kak Alya , aku hanya bisa memandangnya sambil cengengesan.
“Kok tau sih kak? Boleh ya kak?”
“Enak aja kak Alya diiket-iket.. emm, emangnya kak Alya sapi?”
“Kak Alya jadi sapii..?”
Duh, pikiranku mendadak menerawang kemana-mana. Kak Alya jadi kayak
sapi? Dengan hanya bertelanjang dan lehernya diikat tali. Lalu payudara
putih kak Alya menggantung bebas menanti bocah-bocah sapi untuk menyedot
dan memeras susu yang ada di dalam buah dada kak Ayla. Uugh.. aku mauu
jadi anak sapi ituu..
“Hihi.. lagi mikirin apaan sih dek? Mukanya ampe jelek begitu? Dasar mesum”
“Hah? Hehe.. anu kak.. sapi..”
“Sapi.. sapi.. gih, buruan berangkat!”
“Iya iya.. kak Alya, aku berangkat yah..” aku memonyongkan bibirku
kearah wajahnya, kak Alya yang menyambutku dengan dipegangya kepalaku
dan ditundukkan kebawah lalu mengecup keningku. Gagal sudah percobaanku
untuk mencium bibir kakakku ini.
“Bandel ih! Kakak sendiri mau dicium.. ati-ati dijalan yah dek..”
“Hehe.. dag kak Alyaa..” sambil menstarter motorku, aku mulai berangkat
sekolah. Meninggalkan kak Alyaku yang cantik di rumah. Dan tidak ada hal
lain yang kupikirkan selain ingin cepat pulang kerumah untuk menemui
kakakku ini. Kakakku yang nakal abis, dan hanya aku yang mengetahuinya.
Pagi ini Dado temanku ingin menjemputku untuk berangkat bersama.
Kebetulan arah menuju sekolah dari rumahnya ke sekolah kami satu
jurusan. Tapi terkadang suka kutolak. Apalagi kalau bukan ingin mampir
dan melihat kakakku. Kak Alya yang cantik, putih, berbulu mata lentik,
dan bibir yang merona merah Bahkan Dado sering sekali sengaja
goda-godain kakakku. Dari ngajak ngobrol, sering-sering ngajak salaman,
sampai minta-minta foto sama kakakku. Mending nih anak enak dilihat.
Udah item, jerawatan pula. Keseringan main layangan di jalan tol
sepertinya. Belum lagi temanku yang lainnya seperti Feri dan Bono alias
Bon bon. Walau kami sering main PS bareng, punya otak mesum yang sama,
kalau sudah urusan tentang kakakku, aku sering merasa tidak rela. Siapa
juga yang mau melihat kakaknya yang cantik dan seksi digodain
mereka-mereka ini yang kucel, item, dan mendekati jelek. Entah bagaimana
rasanya melihat kak Alyaku digangguin terus sama mereka.
----------------------
Ketika hendak pulang ke rumah, teman-temanku, Dado, Feri dan Bono ingin
mampir ke rumahku. Katanya sih pengen ngerjain PR bareng-bareng. Hanya
saja aku setengah percaya karena pasti tujuan utama mereka hanya ingin
ngobrol dan menggoda kakakku.
Mereka itu memang mesum, tapi aku tidak bisa juga menyalahkan mereka
yang sangat mengidolakan kakakku. Kak Alya, yang meski kalau di luar
busananya selalu tertutup, tapi kalau sudah di dalam rumah sering sekali
nyaris telanjang. Aku saja dibuat tidak tahan oleh penampilan maupun
ulah kakakku sendiri sehari-hari bila di rumah, apalagi orang lain.
Lihat saja saat beberapa hari yang lalu ketika kak Alya menemui peminta
sumbangan dengan hanya mengenakan tanktop saja, orang itu sampai salah
tingkah. Bahkan Dado saja mengaku padaku bahwa ia menjadikan kak Alya
sebagai bahan coliannya sehari-hari, dengan hanya berbekal foto kak Alya
yang entah kapan dia ambil saat berada di rumahku. Sialan tuh anak.
Sesampainya di rumah aku memarkirkan motorku dan yang lainnya di depan garasi lalu segera masuk kedalam.
“Kak... aku pulaang… Bawa demit tiga ekor” Sambil memanggil kakakku
pelan aku meledek teman-teman yang suka mengganggu ketenangan di
rumahku.
“Ah sial lo bro, tapi biarlah.. mana tau kakak lo demen demit kayak gue,
hehe” jawab Dado seenaknya bikin telinga panas. Dasar kampret.
Sambil menaruh tas di ruang tamu aku masuk menuju ruang tengah bersama
teman-temanku. Mereka bilang ingin nonton acara TV dulu sebelum
mengerjakan PR, tapi tiba-tiba salah satu temanku memanggilku dengan
nada setengah terkejut.
“Wah, bro! Apaan nih? Kemari woi semua…!” panggil Bono. Dengan penasaran
aku dan yang lainnya pun menghampirinya dan ikut melihat apa yang
membuatnya terkejut. Dan memang apa yang dia lihat juga ikut membuatku
terkejut. Malahan bagian bawahku juga berontak karena ikut terkejut.
Kami melihat kak Alya!
Kakakku sedang tertidur di sofa panjang depan tv dengan pulasnya. Tapi
yang membuat kami terkejut bukan itu, tapi penampilannya! Rambut kak
Alya tergerai indah menutupi sebagian pipinya yang merona dari kulitnya
yang putih. Baju kaos pink bergambar Hello Kitty-nya tersingkap hingga
hampir sampai ke pinggul! Memperlihatkan meki kak Alya yang ditumbuhi
bulu-bulu halus dengan bebasnya. Astaga kakakku ini… Dia benar-benar
selebor tidurnya. Untung yang datang hanya kami, coba kalau tamu asing
yang tidak jelas, pasti kakak kandungku ini sudah diperkosa
habis-habisan tanpa ampun. Meskipun tetap saja tidak lebih baik jika
orang itu teman-temanku ini. Aku bahkan bisa mendengar suara ketiga
temanku sedang menelan ludah.
Kak Alya mulai sadar dan terbangun dari tidurnya, mungkin karena suasana
yang mulai agak berisik. Aku yakin kak Alya pasti akan kaget melihat
kami sedang mengelilinginya, menonton aurat-auratnya, tapi tebakanku
sepertinya salah..
“Ehh.. ada temen-temen adek rupanya? Baru pada dateng yah?” sapa kak
Alya pada mereka sambil merapikan kaos bagian bawahnya. Ha? Kok kak Alya
malah terlihat tenang sekali dan gak ada kaget-kagetnya!?
“Hehe.. iya nih kak, baru aja pada datang. Jadi ganggu tidurnya kak Alya
nih.. aduh, bening amat yak?” ujar Dado sok merasa segan.
“Iya kak Alya, tidur aja lagi. Kita gak bakal ganggu kok..” kata Feri
ikut nimbrung. Kampret, mereka pasti bermaksud ingin melihat kak Alya
buka-buka paha lagi. Lagian kak Alya juga sih pake tidur sembarangan.
Mana kakakku ini gak pake daleman lagi. Uhh, benar-benar kakakku ini.
“Hihi.. kakak udahan kok tidurnya. Tadinya sih suguhan buat adek aja,
tapi karena udah pada disini.. anggap aja yang tadi itu rejeki buat
kalian juga yah...” jawab kak Alya melirik manis padaku. Aku hanya
melongo tak percaya dengan yang kak Alya ucapkan barusan. Sial,
seharusnya aku yang mendapatkan pemandangan indah ini sendiri, sekarang
jadi harus berbagi dengan teman-temanku juga. Duh, andaikan aku tidak
mengiyakan mereka untuk mengerjakan PR di rumahku, pasti kakakku yang
bening dan seksi ini bakal habis kucabuli seharian.
“Ya udah, kakak mau mandi dulu… kakak tinggal bentar yah..” kata kak
Alya sambil bangkit berdiri, tapi teman-temanku ini menghalangi.
“Gak mandi juga tetap cantik kok kak… hehe”
“Iya kak… kita ngobrol-ngobrol aja dulu. Masa udah mau pergi aja sih?” ujar mereka berusaha menahan-nahan kakakku.
“Woi! Lo semua apa-apaan sih! Kakak gue mau mandi dulu.. Hush! Hush!”
gayaku setengah mengusir mereka ke ruang tamu, karena aku masih merasa
tidak rela harus berbagi rejeki dengan teman-temanku yang berotak mesum
semua.
“Kak Alya mau mandi? Kalo kakak butuh bantuan, saya bersedia kok bantuin
kakak mandi, hehe…” si Dado yang cengengesan mulai kumat cabulnya.
Terkadang nih bocah suka kebablasan kalau bercanda ke kakakku, tapi hal
itu juga membuat aku panas dingin karenanya.
“Hihihi.. adeek, kakak mau dibantuin mandi tuh sama si Dado.. boleh ga sih dek?” tanya kak Alya yang malah menggodaku.
“Ah! Gila kali, ga boleh kak! Enak aja.. sono-sono..” sambil mengusir
aku pasang tampang sewot. Yang bener saja, aku saja belum pernah
memandikan kakakku, masa mereka duluan yang dapat.
“Tuh Dado, dengerin Aldi.. Emangnya kakak kamu ini mirip sapi kali yah
dek, pake dimandiin segala? Hihihi..” ujar kak Alya malah bercanda.
“Hehe.. Sapi betina dong kak?” celetuk Bono dari belakang.
“Ya iya lah.. masa sapi jantan.. ya udah kakak tinggal mandi dulu yah. Kalian pasti mau ngerjain PR kan?”
“Eh.. iya kak, ngerjain sapi, eh.. PR kak!” jawab ketiga temanku serempak.
“Ya udah sana, ngerjainnya yang rajin yah.. jangan ngerjain kakak melulu, kayak si Aldi nih”
“Ih! Apaan sih kak?” sambil sewot aku agak menghindarkan kepala saat kak
Alya mengacak-acak rambutku. Kak Alyapun beranjak dari sana menuju ke
belakang untuk mandi.
Kembali ke ruang tamu, kami mulai membuka buku masing-masing untuk
mengerjakan tugas sekolah. Aku berusaha untuk konsen, tapi tetap tidak
bisa. Entah kenapa terlintas di kepalaku sebuah bayangan mesum
seandainya kak Alya benar-benar dijadikan sapi betina. Dengan susu yang
menggantung indah menunggu untuk dikenyot dan ku sedot habis isinya.
Bahkan ketika sudah habis aku masih tidak mau berhenti mengenyotnya,
jadilah aku seperti anak sapi yang selalu mengikuti induknya kemana
saja. Tapi kehadiran teman-temanku ini mengganggu kesenanganku saja, aku
ingin mereka cepat pulang agar aku bisa berduaan lagi dengan kakakku
yang seksi ini. Ugh… Kak Alya.
Sambil mengerjakan PR, ku lihat Dado berbicara pelan pada Feri dan Bono.
“Elo sih bro… tadi pake bengong… kan tinggal keluarin HP aja, lama amat…”
“Gue sibuk bro, hehe.. liatin susu sapi. Cetakannya gak nahan.. hampir aja gue coli kalo gak inget ada si Aldi, hehe”
“Hehe, iya.. kalau tadi gak ada Aldi pasti kita semua udah coli bareng-bareng tuh di depan kakaknya itu, hehe”
“Iya… Apalagi jembutnya itu, aduhhh… bikin pusing atas bawah bro. Itu daging tembem amat yak? Hehe”
Sial, mereka ngomongin kakakku! Gaya mereka seperti tidak mau aku
mendengarnya, tapi suara mereka cukup keras untuk dapat ku dengar. Aku
malah berpikir kalau mereka memang sengaja supaya aku juga bisa
mendengarnya.
“Inget susu sapi gue jadi haus nih bro, jadi pengen icip-icip, kenyot-kenyot dikit, hehe..” lanjut mereka terus berbisik-bisik.
“Si Aldi liat susu sapi jadi haus ga ya? Hahaha..”
“Aldi mah haus tiap hari, hahaha..” mereka terus saja mengatakan hal
yang tidak-tidak tentang kak Alya. Aku tidak tahan lagi. telingaku mulai
panas mendengar mereka membicarakan kakakku seperti itu.
“Woi, setan! Lo kira gua gak denger apa!?” makiku pada mereka.
“Hahaha, becanda broo.. jangan sewot melulu..” si Dado menoleh untuk menenangkanku.
“Iya bro.. bagi-bagi rejeki buat kita sekali-sekali gak ada salahnya kan?” Feri ikut nimbrung yang malah bikin aku tambah panas.
“Lagian bro, kayaknya kakak lo gak masalah juga tuh kita liatin kayak
tadi.. jangan-jangan kakak lo emang demen lagi kita liatin? Hehehe..”
Bono malah semakin menjadi bicaranya tentang kakakku. Seolah kak Alya
adalah objek untuk kepuasan nafsu mereka. Benar-benar pelecehan! Kakak
kandungku sedang dilecehkan!
Sebenarnya aku antara terima dan tidak terima melihat kejadian tadi,
namun seperti yang dikatakan Bono, kak Alya memang seperti tidak
keberatan sama sekali. Tapi biasanya kak Alya bertingkah nakal begitu
bila di hadapan orang asing yang gak dikenal sama sekali, tapi masa di
hadapan teman-temanku kak Alya juga tetap bertingkah begitu…?
Setelah beberapa saat, kak Alya sudah muncul kembali ke ruang tamu
dengan memakai kemeja putih lengan panjang dan rok panjang berwarna ungu
gelap lengkap dengan jilbab berwarna pink. Kak Alya lalu ikut duduk
bergabung bersama kami. Penampilan Kak Alya sekarang sangat kontras
dengan penampilannya tadi. Yang mana sebelumnya sangat mempertontonkan
auratnya, kini malah sangat tertutup, rapi dan begitu sopan. Hanya saja,
kak Alya sepertinya tidak mengenakan dalaman BH lagi! Karena aku bisa
melihat dengan cukup jelas pentil kak Alya agak nyetak pada kemejanya.
Kak Alya ini benar-benar deh… Teman-temanku ini kan orangnya cabul
semua.
“Eh, kak Alya yang cantik sudah balik lagi,” celetuk Dado merayu kakakku.
“Hihihi, bisa aja kamu Dado” balas kak Alya dengan senyum manisnya pada kami.
“Iya kak, udah cantik, baik, seksi lagi.. beruntung banget yang jadi
adeknya, hehehe..” Bono ikut nimbrung. Aku hanya cengengesan membenarkan
omongannya, ya… betapa beruntungnya aku memiliki kakak seperti kak
Alya, tapi si otong juga sangat tersiksa punya kakak cewek seperti dia
ini.
“Iya tuh, makanya adek kakak itu jadi suka bolos, telat sekolah, jarang
main-main ke luar. Kerjaannya di rumah melulu sih gangguin kakaknya. Iya
dek yah?” tanya kak Alya melirik sambil senyum–senyum padaku. Duh! kak
Alya malah buka-bukan soal keseharianku di depan demit-demit ini.
“Wuaa! Ketahuan lo! Suka bolos, telat nyampe kelas, ternyataa..” sorak teman-temanku membuatku malu.
“Iya tuh, kayak tadi pagi, sambil ikat tali sepatu tapi matanya
ngelihatin kakaknya terus. Ngebayangin kakak diiket kayak sapi yah dek?
Hihihi..” goda kak Alya lagi padaku.
“Wuih! Ngebayangin kak Alya diiket kayak sapi, aku mau donk kak jadi
anak sapinya, hehe..” Feri mulai ikut nimbrung dengan tampang mesum.
“Gua juga mau lho kak… Kita-kita jadi anak sapinya, terus nyusu ama emaknya, hehehe..” ujar Bono juga ikut-ikutan.
“Hihihi Emak? Emangnya kakak mirip emak sapi yah dek? Bagusan dikit dong
manggilnya.. misalnya, mama sapi yang suka menyusui sapi-sapi mudanya,
Hihihi..”
“Hah? Eh, anu kak.. iya, mama sapi.. hehe, jadi pengen nih kak...”
mereka mulai salah tingkah di depan kakakku. Aku juga ikut membayangkan
yang tidak-tidak tentang kak Alya sekarang. Celanaku mendadak mulai
terasa sempit.
“Pengen? Kalian bertiga mau nyusu sama kakak? Yee, mana bisa.. susu
kakak kan cuman dua, kalau kalian bertiga, satu lagi nyusu dimana donk?”
Gila nih kak Alya! Malah terus melayani omongan mereka, bahkan
nantangin segala. Aku yang mendengarnya semakin panas dingin dibuatnya.
“Yang satu gak usah jadi anak sapi deh kak.. jadi papa sapi aja, hehehe..” Bono mulai ikut-ikutan kelewatan.
“Iya bro.. mama sapinya diiket, biar gak kemana-kemana.. hehe..”
sekarang Feri yang mulai terbawa suasana. Aku entah kenapa hanya bisa
terdiam tak percaya dengan pembicaraan kak Alya dan teman-temanku yang
semakin menjurus ini.
“Dek, masa kakak mau dijadikan sapi tuh sama mereka, diiket-iket, terus
susu kakak diperas-peras, hihihi" ujar kak Alya yang malah cekikikan
mendengar semua omongan kurang ajar mereka terhadapnya. Aku tentu saja
marah, tapi membayangkan kakakku dijadiin sapi betul-betul membuatku
horni. Aku sampai tak bisa bereaksi apa-apa.
"Adeeeek, kamu kok diam aja sih?? Jadi mereka boleh nih jadiin kakak
sapi? ya udah... kalian ikat kakak gih, hihihi" ujar kak Alya sambil
menjulurkan kedua tangannya seperti pasrah untuk diikat. Aku dan
teman-temanku tentu saja terkejut bukan main melihat ulah kakakku yang
malah menantang mereka itu. Mereka tentu saja sangat bersemangat.
"Eh, jangan kak!" ujarku cepat, gila aja kalau kakakku benar-benar akan diikat oleh mereka.
"Hihihi... kakak bercanda kok dek..." ujar kak Alya yang membalas kecemasanku dengan tertawa renyah.
“Lagian kakak juga gak kebayang betapa repotnya ngurusin si papah sapi
sama anak-anaknya sekaligus.. Hihihi.. Kamu kebayang gak sih dek? Pengen
lihat?” ujar kak Alya yang terus membuatku panas dingin. Kakakku ini
sadar gak sih kalau dia sedang dilecehin? Kok malah kelihatannya suka
seperti ingin hal itu benar-benar terjadi sih? Aduh, aku yakin bukan aku
saja yang merasakan sempitnya celana bagian selangkangan. Ku lihat
ketiga temanku duduknya juga sudah tidak nyaman.
“Eh! Anu kak.. Emm..” mendadak aku jadi bingung antara ingin lihat atau tidak.
“Hihi.. Liat deh muka adek tuh, jadi sama jeleknya kayak muka
temen-temen adek. Cabul! Udah ah, bukannya pada lanjut bikin PR malah
ngerjain kak Alya nanti” kata Kak Alya sambil pergi menuju ke dalam,
meninggalkanku dalam keadaan mupeng berat. Duh! Mana celana sudah berasa
sempit, malah ditinggalin begini aja. Kak Alya memang jahat! Tapi seksi
banget! Obrolan panas antara kak Alya dengan teman-temanku tadi sungguh
bikin aku terangsang.
“Aduh bro.. gua numpang kamar mandi yak? Dah gak tahan nih..” si Dado
sepertinya sudah tidak kuat menahan gejolak otongnya. Tentu saja dia
tidak kuat, hanya dengan melihat sosok kak Alya saja siapapun pasti
bakal mupeng, apalagi sampai digoda-godain segitunya sama kakakku yang
cantik ini. Lagian juga sih kakakku. Pake goda-godain mereka. Kayak gak
tahu aja mereka seperti apa. Aku saja sudah mau meledak rasanya. Tapi
rugi kalau kukeluarkan di kamar mandi. Pokoknya harus di depan kak Alya.
“Woi! Awas salah belok lo!” hardikku mengingatkan Dado. Siapa tahu tuh anak kalap lalu memperkosa kakakku, bisa kacau urusan.
“Sumpah bro, gue beneran mau kekamar mandi kok…” sambil seperti menahan
sesuatu Dado berjalan santai kekamar mandi, membuat roman mukanya yang
sudah demek menjadi semakin jelek.
Dua temanku yang lainpun sepertinya juga sedang mengalami hal yang sama.
Ingin coli karena tidak tahan membayangkan hal yang tidak-tidak tentang
kakak kandungku. Aku jadi teringat beberapa hari yang lalu ketika kak
Alya menggoda bapak-bapak peminta sumbangan. Entah kemana bapak itu
melampiaskan nafsunya yang tertunda itu. Ngebayangin kak Alya bugil dari
balik pagar. Uugh, aku saja sampai meledak-ledak gak karuan ke dada kak
Alya. Mana sembarangan pula nyampirin tanktopnya. Tapi aku malah jadi
penasaran, tanktop kak Alya yang disampirin di pagar mendadak hilang.
Siapa yang ambil ya?
Setelah beberapa saat aku melamun sendiri tentang kak Alya, si Dado
sudah kembali dengan wajah cerah sumringah seperti demit yang habis
makan korban.
“Wuih! Lega broo.. lo mendingan buruan deh keluarin, dari pada sakit nahan, hehe..” katanya cengengesan.
“Ah lo! Buang tai aja pake ngomong-ngomong.. risih gua dengernya..” ujar
si Feri tapi tetap saja beranjak gantian ke kamar mandi, kemudian
setelah itu si Bono. Bener-bener kacau teman-temanku ini. Baru kali ini
aku melihat orang coli bergantian pake kamar mandi, mana kamar mandi
rumahku lagi. Hingga akhirnya mereka semua selesai dan sudah berkumpul
kembali di ruang tamu. Aku tidak yakin kita masih bisa terus melanjutkan
PR ini karena sepertinya semuanya sudah tidak lagi konsen, ya..
gara-gara kak Alya!
Mungkin ini saatnya giliranku untuk juga buang pejuh. Hanya saja
jurusanku tentunya bukan kamar mandi, melainkan kamar kak Alya. Aku
ingin langsung beronani di depan kakakku, kalau bisa ngepejuin dia.
Tanpa menunggu lagi aku langsung bangkit menuju ke kamar kakakku
tercinta yang cantik dan seksi itu.
“Kak Alyaa..” ketokku pada pintu kamarnya. Tidak ada yang menjawab. Apa
kak Alya sedang tidur? Mumpung lagi tidur aku masuk saja, otong sudah
ngga tahan. Bener kata Dado, kalau nggak disalurkan bisa sakit, hehe..
“Kak Alyaa.. aku masuk yaa?” ketika aku masuk kedalam kamarnya ternyata
kak Alya tidak ada di dalam. Kamar kak Alya kosong! Kemana kak Alya?
Masa iya kak Alya lagi ada di..
“Adeek! Minta tolong donk deek.. ambilin kakak handuk!” suara kak Alya
memanggil dari ruangan lain. Dari ruang kamar mandi! Sejak kapan kak
Alya berada di kamar mandi? Bukankah teman-temanku tadi juga dari kamar
mandi? Membayangkan hal-hal yang mungkin saja terjadi mendadak membuat
tubuhku lemas, badanku jadi panas dingin.
“Kak Alya lagi apa sih..?” tanyaku kemudian saat sudah sampai di depan
pintu kamar mandi. Kak Alya membuka pintu kamar mandi sedikit dan
mengeluarkan kepalanya.
“Hihi.. ya lagi mandi lah…” jawabnya sambil senyum-senyum.
“Kan tadi udah mandi? Kok mandi lagi sih kak?”
“Iya nih dek.. abisnya gerah banget.. jadi mandi lagi deeh.. lagian kamu
pengen liat kakak tetep cantik, bersih dan segar kan? Hihihi”
Kak Alya sepertinya memang baru saja mandi, terlihat dari rambutnya yang
basah dan butiran air di wajahnya yang mengalir sampai ke dagunya. Aku
betul-betul terpana melihat kecantikan kakakku ini. Kak Alya sendiri
membalas melihatku dengan senyuman manis. Aduh… jantungku berdetak
cepat, darahku berdesir memandang kakakku yang cantik ini tersenyum
dengan sangat manisnya. Kondisinya yang sedang basah-basahan makin
menambah keseksiannya. Membuat celanaku menjadi sempit!
Sambil mengambil handuk yang ada di jemuran kecil yang terletak di dekat
sana, aku lalu menerobos masuk ke kamar mandi untuk memberikan handuk
itu padanya. Sekalian minta dicoliin kakakku.
“Kak.. aku masuk ya… gak tahan nih” pintaku.
“Eh eh, apaan nih mau masuk–masuk aja?” kak Alya menahan pintunya agar aku tidak masuk.
“Kaak.. pengen nih kak…” rengekku.
“Hihihi.. kamu tuh apa-apaan sih? Kakak tuh lagi mandi, nanti kotor lagi lhoo..”
“Yaah, kak Alya.. ya udah deh..” Yah… tidak boleh, ya sudahlah. Seperti
biasa ketika kak Alya menolak keinginanku, aku berusaha untuk
memahaminya. Walau sebenarnya otong sudah tidak bisa diajak kerjasama
lagi.
“Adeek..” kak Alya tiba-tiba memanggilku dengan genit. Apakah kak Alya akan berubah pikiran?
“Iya kak, apa kak? Boleh masuk yah?” tanyaku penuh semangat.
“Bukaaaann….. Hmm… Kakak mau kasih lihat sesuatu yang spesial buat kamu”
sambil mengedipkan matanya kak Alya tersenyum manis banget. Sungguh
seksi gayanya.
“Beneran kak?”
“Hihihi..”
“Kak? Serius nih..” ditanyain dianya malah ketawa.
“Umm.. beneran gak yah? Kok kakak jadi bingung yah dek? Hihi..” kak Alya
memanyunkan bibirnya dan mengerutkan alisnya seperti sedang pura-pura
bingung.
“Yaah.. kakak? Ga usah bingung-bingung deh!” aku memburu kak Alya supaya
tidak ragu-ragu, karena yang tersiksa adalah kontiku juga. Karena
apapun yang dia lakukan, selalu akan membuat otongku muncrat tak
terkendali.
“Makanya siniin handuk kakak.. entar kakak berubah pikiran lho.. sana
gih, ada temen-temennya jugak” kata kak Alya mengusirku, tapi demi
sesuatu yang membuatku penasaran, aku coba untuk bertahan. Sebentar lagi
yah tong, kasihan banget otongku ini, tak berdaya melawan cantik dan
genitnya kak Alya.
Sebelum kembali aku melihat pakaian kak Alya di tumpukan keranjang
pakaian kotor di sebelah jemuran kecil. Baju yang dia pakai tadi… kini
kulihat ada bercak-bercak cairan yang sudah hampir mengering! Pasti ini
kerjaan ketiga temanku. Kak Alya tahu gak sih kalau pakaiannya jadi
korban onani para dedemit cabul itu!? Duh! Ingin rasanya onani juga,
tapi teringat apa yang akan kak Alya suguhkan nanti membuatku
mengurungkan niatku. Kak Alya ini bener-bener nakal. Selalu saja
menggodaku terus.
Bersambung....
Sumber : Forum Semprot
Home
Alya
Cerita Eksibisionis
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Kakak Beradik : Petualangan Kakakku, Kak Alya 4
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar