Credit to bramloser
Siang ini begitu panas. Perjalanan pulang dari sekolah menuju rumah
terasa sangat melelahkan walau aku mengendarai motor. Aku tidak pulang
sendiri, tapi membonceng kakak perempuanku.
“Dek, buruan… panas nih”
“Iya… tau kok”
“Tapi jangan ngebut kayak gini juga!”
“Tadi katanya buruan, gimana sih kakak ini?”
“Eh, diam, jangan ngelawan”
Duh, kakakku ini sungguh semena-mena.
Namaku Andre. Aku masih kelas 1 SMA saat ini, sedangkan kakakku, kak
Risa kelas 3 SMA. Kami berada di sekolah yang sama. Jadilah tiap pergi
ataupun pulang sekolah kami selalu bersama. Bahkan tidak hanya ke
sekolah, kak Risa sering memintaku menemaninya tiap berpergian,
kemanapun dan kapanpun sesuka hatinya.
Setelah setengah jam perjalanan menelusuri jalanan kota yang padat,
kamipun sampai di rumah. Aku yang sudah lapar langsung menyerbu ayam
goreng yang sempat kami beli di perjalanan pulang tadi. Beginilah
jadinya kalau ditinggal berdua dengan kakak yang tidak pandai memasak,
terpaksa urusan perut kami beli di luar. Seperti saat ini, orangtua kami
sedang keluar kota mengurusi pekerjaan. Aku hanya berduaan saja dengan
kak Risa selama beberapa hari kedepan.
“Ganti baju dulu kenapa sih dek? Langsung makan aja kamunya” ucap kak Risa sambil melepaskan jilbab putihnya.
“Ntar deh kak, lapar nih”
“Dasar ih kamu ini, besok kan seragamnya masih pake. Nanti kalau kotor gimana dong…”
“Gak bakalan kok…” jawabku santai. Tapi ternyata ucapannya itu
benar-benar terjadi. Aku yang teledor saat membuka sambel sachet-an
menyebabkan sambel itu muncrat ke seragam sekolahku. Duh!
“Hahaha, mamam tuh” ledek kak Risa. Aku hanya melirik kesal padanya.
Kak Risa ini kadang cerewet dan ngeselin orangnya, meskipun begitu dia
kakak yang baik kok. Selalu bantuin aku kalau aku lagi kesusahan,
terutama kesusahan bikin PR. Akupun juga sering jadi tempat curhatnya.
Obrolan kami juga nyambung kalau masalah film dan game. Orangtua kami
yang super sibuk dan hanya pulang ke rumah tiap akhir pekan membuatku
jadi sangat dekat dengan kakakku ini. Pernah waktu itu kak Risa menginap
di rumah temannya, walaupun hanya satu malam tapi membuatku sangat
kesepian.
Setelah membuka jilbabnya, kak Risa mulai membuka kancing seragamnya.
Nafasku sempat tertahan memandangnya. Tapi aksinya terhenti karena
sepertinya dia teringat kalau dia tidak mengenakan baju dalam. Diapun
pergi ke kamarnya.
Kak Risa kemudian ikut makan setelah dia mengganti pakaiannya. Rambut
sebahunya itu kini diikat kuncir kuda. Dia duduk di sebelahku. Sesekali
dia melirik ke arahku dan tertawa saat melihat noda sambal yang
mengotori seragamku ini. Aku kesal sebenarnya, tapi melihat dia tertawa
rasanya membuat hatiku adem. Kakakku ini memang cantik. Memakai pakaian
rumah yang biasa saja cantik. Sambil makanpun terlihat cantik. Bagaimana
bibir tipisnya itu melahap makanan, pipi putihnya yang menggembung
karena penuh terisi. Ah, sungguh menawan. Tidak salah kalau banyak cowok
yang jatuh hati padanya.
“Kak, kamu belajar masak aja kenapa sih? Daripada beli makanan di luar terus”
“Hmm… boleh, nanti kita bikin bareng yuk untuk makan malam”
“Bikin apa kak kita?” tanyaku semangat.
“Mi rebus aja gimana?”
“Yah.. kok mi rebus sih? Itu sih bukan masak namanya”
“Hahaha. Iya deh, ntar kakak coba masakin sesuatu deh untuk kamu. Dasar
pikiranmu itu makan mulu” ucapnya sambil mengacak-acak rambutku lalu
bangkit menuju dapur membawa piring kosongnya.
Setelah selesai makan dan beristirahat, sorenya kak Risa memang tampak
sibuk di dapur. Aku sendiri juga tidak pandai memasak, jadi aku tidak
membantu sama sekali dan menanti aja apa yang akan dimasak olehnya.
Ternyata dia hanya masak tahu dan tempe. Yah, lumayan lah untuk makan
malam. Tapi rasanya sungguh asin. Kakakku ini memang tidak punya bakat
memasak. Masakannya gak pernah maknyus.
“Udah untung kakak buatin!”
“Iya deh iya…”
“Hahahaha”
Seperti itulah hari-hari yang ku lalui bersama dengan kakakku. Aku
sangat betah di rumah kalau ada dia. Meski kadang ribut dan beradu
argumen, namun rasanya sungguh nyaman bila berdua dengannya. Aku harap
hubungan kami tetap seperti ini. Tapi sore itu juga aku menyaksikan
sesuatu yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Untuk pertama kalinya
aku melihat kak Risa telanjang bulat, basah-basahan!
Waktu itu aku mau mandi. Saat membuka pintu kamar mandi, aku terkejut karena ternyata di dalam ada kakakku.
“Eh, ma-maaf kak” ucapku langsung menutup pintu. Aku sempat melihat
wajahnya juga terkejut melihat aku masuk. Tapi yang lebih parah tentunya
aku yang sempat melihat keseluruhan tubuh telanjangnya, walaupun hanya
sekian detik.
Aku merasa bersalah pada kak Risa. Ku yakin aku akan dimarahi olehnya.
Ah, tapi salah dia kan pintu tidak dikunci. Dengan hati gundah akupun
memutuskan untuk beranjak dari sana ingin kembali ke kamarku. Tapi belum
sempat ku balik badan, pintu kamar mandi itu terbuka, dan kak Risa
muncul dari dalam. Telanjang bulat!
“Kak… ba-bajumu!” ucapku sambil memutar tubuhku membelakanginya. Aku
tidak berani memandangnya yang tanpa busana itu. Aku malu. Aku juga
takut dia marah.
“Kamu tadi mau masuk ke kamar mandi yah dek?” tanyanya santai.
“I-iya kak… ma-maaf”
“Lho, kenapa maaf?”
“So-soalnya aku gak tahu kalau ada kakak di dalam”
“Owh… Kalau kamu mau pakai kamar mandi, tunggu kakak selesai dulu yah…”
“I-iya kak”
“Adek, kalau kakak ngomong lihat kesini dong”
“Eh, i-iya” dengan malu-malu akupun memutar tubuhku lagi menghadapnya.
Dia berdiri santai di depanku dengan tangan kiri menutup buah dadanya
serta tangan kanan menutup pangkal paha. Pose yang bikin aku panas
dingin. Aku berusaha untuk tidak melihatnya langsung, tapi ternyata
susah. Takut, tapi pengen lihat karena penasaran. Ah, aku pusing.
“Dek! Kenapa grogi gitu sih?”
“Gak kenapa-kenapa kok kak” jawabku berusaha tenang.
“Kamu gak pernah lihat cewek telanjang yah sebelumnya?”
“Ng-ngak pernah”
“Owh… “ ku lihat dia tersenyum. Dia tampaknya memang niat sedang
menggodaku. Apalagi mengetahui aku baru pertama kali melihat cewek
telanjang, senyumnya itu seperti ingin semakin menggodaku.
“Emang kakak gak malu telanjang gitu di depanku?” tanyaku memberanikan diri menatap matanya.
“Kenapa malu? Kan sama adek sendiri” jawabnya senyum-senyum. Aaah…
meihat senyuman cewek cantik yang sedang telanjang bulat seperti ini
sungguh membuatku tidak tahan.
“Udah dulu yah, kakak mau lanjut mandi dulu. Kamu antri yah… gak boleh
barengan” ujarnya sambil mengerlingkan matanya. Mendengar ucapannya itu
membuat jantungku semakin berdetak cepat saja.
Kak Risa lalu masuk kembali ke dalam kamar mandi. Sedangkan aku masih
berdiri di sini, membatu tak bergerak seakan terpaku pada bumi.
Pemandangan barusan benar-benar membuat darahku bergejolak tak karuan.
Baru kali ini aku merasakan yang seperti ini.
Beberapa saat kemudian kak Risa selesai mandi. Dia keluar dengan sudah mengenakan pakaian lengkap.
“Tuh mandi” ucapnya sambil berlalu. Dia berlagak seperti tidak terjadi apa-apa saja, padahal aku sudah tak karuan.
Akupun masuk untuk mandi. Tapi bayangan kak Risa telanjang bulat tadi
terus membekas di kepalaku. Tidak mau hilang. Peniskupun sudah ngaceng
sedari tadi.
“Kak Risa….”
Entah kenapa aku jadi berusaha mengingat dengan detail tubuh kakakku
itu. Warna kulitnya yang putih bersih tanpa cacat, butiran air yang
meluncur dengan mulusnya di leher, perut serta belahan dadanya. Lekuk
tubuhnya benar-benar indah. Bagian yang paling mempesona menurutku
adalah buah dadanya yang bening itu, meskipun dia berusaha menutupi
putingnya, tapi tetap bisa sekilas terlihat olehku tadi. Putingnya
berwarna coklat kan? Arghh…
Tanpa sadar aku mulai memegang penisku dan mengocoknya. Dan untuk pertama kalinya, aku beronani sambil membayangkan kakakku.
Ah… kacau.
===
Beberapa hari kemudian…
Tampak orang-orang sudah sangat ramai di sini. Sepertinya teman kak Risa
yang mengadakan pesta ulangtahun ini orang kaya hingga mampu menyewa
restoran ini. Ya… hari ini aku dipaksa ikut oleh kak Risa ke acara ulang
tahun temannya. Agak malas sih, tapi mendingan daripada gak ada kerjaan
di rumah.
Aku sendiri dari tadi hanya duduk sendirian minum juss sambil
memperhatikan kak Risa dari jauh yang sedang bercanda dengan
teman-temannya. Mataku terus menatap lekat-lekat padanya. Memperhatikan
gerak-geriknya, tawanya. Ah, begitu cantiknya kakakku dengan busana
kemeja kotak-kotak dominan merah, celana jeans panjang, yang dilengkapi
dengan jilbab putih itu. Namun kelamaan menatap kak Risa, aku lagi-lagi
terbersit bayangan dirinya yang bugil polos waktu itu. Bayangan yang
sangat sulit hilang.
Kejadian waktu itu menjadi awal bagaimana aku jadi sering berpikiran
mesum. Aku jadi semakin penasaran dengan yang namanya tubuh wanita. Aku
jadi rajin browsing-browsing mencari gambar porno dan video mesum. Namun
tetap saja tidak ada pemandangan yang lebih indah melebihi indahnya
pemandangan kak Risa yang telanjang bulat dengan tubuh basah.
Beruntungnya aku bisa melihatnya, tapi aku merasa berdosa juga karena
akhirnya malah beronani dengan membayangkan kakak kandungku sendiri.
“Adeeeeek, sini! Ngapain sendirian aja di sana!? Mau kakak kenalin ke
teman-teman kakak gak nih?” panggil kak Risa dari jauh yang disertai
cekikikan teman-temannya. Aku hanya balas nyengir saja dan tidak
beranjak dari dudukku, tapi akhirnya malah dia yang datang sambil
membawa teman-temannya dan memperkenalkannya satu-satu padaku.
Aku grogi juga dekat-dekat banyak cewek seperti ini. Sepertinya kak Risa
sengaja melakukan ini padaku. Sengaja membuat aku grogi dengan
menghadapkanku pada keempat temannya yang memang cantik-cantik ini. Ah,
kak Risa rese.
“Ini adikmu yang kamu ceritakan itu Ris?” tanya salah satu temannya melirik memperhatikanku.
“Iya… cakep kan? Dia jomblo lho… Ada yang mau nggak sama adikku? Hihihi” ucap kak Risa. Duh, dia ini membuatku malu saja.
“Boleh, tapi sayang aku udah punya pacar” balas temannya itu menggodaku
yang direspon gelak tawa mereka semua. Aku ikut cengengesan saja.
Selama beberapa saat aku ngobrol dengan mereka. Bukan obrolan yang
penting. Kebanyakan obrolan mereka sekedar menggodaku saja, terlebih kak
Risa yang seakan-akan mempermalukan aku.
“Eh, dek, siapa tadi yang paling cantik menurutmu?” tanya kak Risa padaku saat kami sudah pulang.
“Hmm… siapa yah… gak ada tuh. Kakak rese ah bikin aku malu di depan teman-teman kakak”
“Haha, daripada kamunya ngelamun sendirian. Emang mikirin apaan?”
“Gak ada” jawabku berbohong, tentu saja aku malu mengakui kalau aku ngelamunin tubuh telanjangnya waktu itu.
“Owh… tapi masa sih gak ada yang cantik menurutmu teman-teman kakak?”
“Ada sih… kak Via, kak Ochi juga cantik” jawabku akhirnya mengaku,
kecantikan mereka memang gak kalah dengan kakakku ini. Kak Ochi
sama-sama memakai jilbab seperti kakakku, sedangkan kak Via memakai
kacamata dengan rambut panjang lurusnya yang tergerai ke belakang. Bisa
saja kak Risa punya teman yang cantik-cantik begitu. Tapi bagiku tetap
kak Risa lah yang paling cantik.
“Kalau kamu mau, nanti kakak kasih foto mereka deh buat kamu, biar kamu
punya bahan” ujar kak Risa kemudian. Bahan? Bahan apaan maksudnya? Bahan
coli? Ah, kakakku ini.
“Mikirin apa sih kamu dek? Hahaha… lucu tahu gak ngelihat ekspresi wajah
mupengmu itu. Kakak jadi ketagihan nih godain kamu” ucapnya cekikikan.
Ternyata dia memang sengaja menggodaku! Bahkan berkata ketagihan. Kurang
ajar.
“Kakak rese”
“Hihihi.. biarin. Udah ah, kakak mau mandi dulu”
“Iyaaaa, sana mandi”
“Jangan nyelonong masuk lagi yah…”
“Eh, ng-ngak kok” jawabku tergagap karena malu, dianya hanya cekikikan
lalu memeletkan lidah dan masuk ke kamar mandi. Duh… kak Risa.
Sepertinya sejak kejadian aku yang tak sengaja melihat tubuh
telanjangnya di kamar mandi waktu itu, membuat dia jadi hobi ngegodain
aku dan bikin aku mupeng. Berbagai macam obrolan dan ulah nakal
dilakukannya untuk menggodaku. Namun sepertinya apa yang kami lakukan
ini jadi keterusan. Aku yang sebelumnya merasa berdosa padanya karena
menjadikannya objek onaniku kini malah ingin melihat kenakalannya lagi
dan lagi. Aku jadi selalu membayangkan dirinya saat onani.
Kak Risa juga tampaknya semakin terbawa suasana, tidak lagi seperti
hanya ingin menggodaku. Dia kini jadi lebih sering memakai pakaian yang
memamerkan aurat jika hanya ada kami berdua di rumah. Entah sengaja atau
tidak, dia juga sering seenaknya meninggalkan pakaian dalamnya di kamar
mandi.
Ingin rasanya aku melihat tubuh telanjang kakakku itu lagi. Tapi aku
tidak berani untuk mencoba mengintipnya saat mandi ataupun berganti
pakaian. Aku takut dia marah. Kejadian pertama waktu itu murni karena
tidak sengaja, belum tentu dia bersikap serupa kalau kejadian yang sama
terulang lagi.
Namun ternyata keinginanku untuk kembali melihat tubuh telanjangnya
akhirnya terwujud. Karena tak lama kemudian aku melihatnya telanjang
bulat berlari kecil dari kamar mandi menuju ke kamarnya. Pemandangan
yang sukses membuat aku panas dingin!
“Maaf yah dek kamu ngelihat kakak telanjang lagi. Kakak lupa bawa
handuk” ucapnya santai sambil mengedipkan mata kirinya padaku. Aah…
Entah apa jadinya kalau orangtua kami melihat perangai anak gadis mereka
ini. Aku sendiri puyeng melihatnya. Walau aku ini adeknya, tapi aku kan
laki-laki normal. Kalau digodain seperti ini terus mana bisa tahan.
Kakakku ini benar-benar nakal.
Ah… aku jadi penasaran ingin gantian telanjang di depannya. Aku
memutuskan untuk mandi juga setelahnya, tapi aku berpura-pura juga lupa
membawa handuk dan meminta kak Risa mengambilkan handukku. Saat dia di
depan pintu, akupun membuka pintu kamar mandi lebar-lebar, menunjukkan
penisku yang tegang pool di hadapannya. Dianya justru tertawa melihat
aksiku.
“Hahaha, kamu sengaja yah dek telanjang di depan kakak? Balas dendam? Mesum kamu” ucapnya sambil melempar handuk padaku.
“Hehehe”
“Terus? Udah? Gitu aja? Cuma berani telanjang aja?” ujarnya. Aku yang
merasa tertantang kemudian nekat mengocok penisku di depannya. Dia yang
malah akhirnya melotot seakan tak percaya aku berani berbuat senekat
itu. Namun dia tidak beranjak dari sana, terus berada di depanku
menyaksikan aku beronani hingga akupun memuntahkan isi kantong zakarku.
Spermaku muncrat dengan kencang, bahkan hampir mengenai kaki kak Risa.
Ini merupakan onani ternikmat yang pernah aku rasakan. Onani sambil
disaksikan kakakku langsung.
Setelah aku memuntahkan seluruh spermaku, kak Risa masih saja diam. Aku
tidak tahu apa yang dia pikirkan saat ini. Apa mungkin dia marah? Atau
syok melihat aku yang senekat itu?
“Gila kamu dek, nekat yah kamu… hihihi” ucapnya tertawa geli karena
aksiku. Aku hanya garuk-garuk kepala saja. Aku juga tak percaya aku bisa
senekat ini.
“Jangan lupa dibersihkan tuh spermamu. Kakak gak mau sampai keinjak
nanti” suruhnya kemudian lalu beranjak dari depan pintu. Akupun menuruti
perintahnya untuk membersihkan genangan spermaku sebelum keluar dari
kamar mandi.
Meski baru saja mengeluarkan spermaku, tapi tak lama kemudian penisku
tegang kembali. Bayangan kak Risa lagi-lagi muncul. Aku seakan tidak
pernah puas membayangi kakakku ini. Apalagi dia tidak marah padaku. Apa
itu berarti aku boleh melakukannya lagi? Atau boleh melakukan lebih?
Ahhh… Itu membuatku penasaran dan membuat penisku semakin tegang saja.
Aku memutuskan untuk memastikannya. Setelah mengeringkan tubuhku, aku nekat ke kamar kak Risa dengan masih telanjang bulat.
“Hihihi… Adek, ngapain kamu telanjang gitu?”
“Kakak aja telanjang aku gak protes” jawabku asal.
“Dasar… terus ngapain ke sini? Belum puas apa kamu onani barusan?”
“Belum… hehehe… Tapi maaf yah kak tadi aku onani di depanmu. Kakak gak marah kan?”
“Huuu… Iya gak papa, lagian kakak tahu kok kalau selama ini kamu selalu bayangin kakak tiap onani”
“Hehehe, berarti boleh dong aku mengulanginya lagi”
“Kamu udah mesum aja yah sekarang, hihihi”
“Habisnya kakak sih godain aku terus”
“Hihihi… Ya udah. Hmm.. kalau kamu mau, pinjam aja celana dalam kakak
biar kamu makin enak bayangin kakaknya. Udah sering kakak tinggalin di
kamar mandi tapi kok gak pernah kamu gunain sih dek?”
“Hah? Boleh kak?” Ternyata dugaanku selama ini tidak salah kalau dia
sengaja meninggalkan celana dalamnya itu untukku! Tahu gini dari kemarin
sudah aku pejuin celana dalamnya.
“Iya… Udah gih sana keluar. Kakak gak mau kamu buang sperma sembarangan
di kamar kakak” ujarnya karena melihatku sudah mulai mengocok-ngocok
penisku. Aku sebenarnya pengen terus di sini, tapi aku tidak mau juga
memaksanya. Memintanya untuk menemaniku onani di kamarku saja aku juga
belum berani. Aku tidak mau ngelunjak dulu saat ini, karena sudah bagus
dia tidak marah dan mengizinkan aku bebas beronani. Bisa-bisa nanti
moodnya berubah.
Akupun memutuskan untuk kembali ke kamarku.
“Dek…” panggil kak Risa sebelum aku keluar dari kamarnya.
“Ya kak?”
“Sekali ini aja gak papa deh”
“Eh, boleh kak?”
`` “Iya… Buruan!”
Ugh, senangnya hatiku, kak Risa ternyata membolehkanku juga untuk onani
di kamarnya. Aku berdiri mengocok penisku sambil memandangi kak Risa
yang sedang duduk di pinggir tempat tidur. Memang tidak ada onani yang
lebih enak selain onani sambil ditonton dirinya. Kakakku benar-benar
cantik. Tak butuh waktu lama bagiku untuk klimaks. Spermaku kemudian
muncrat lagi dengan nikmatnya, yang mana kali ini mengotori lantai kamar
kakakku. Kak Risa lagi-lagi tersenyum melihat apa yang baru diperbuat
adeknya sendiri di kamarnya. Lalu menyuruh aku membersihkan lantai.
“Udah sana, puaskan?”
“Iya kak, makasih ya… hehe”
Dia tersenyum manis. Sungguh bikin aku gemas. Ah… semoga selanjutnya aku bisa mendapatkan lebih dari sekedar onani.
====
Sejak kejadian itu hari-hariku terasa lebih indah. Selain hubunganku
dengan kak Risa memang masih tetap seperti biasa, suka bercanda, suka
berantem, dan dia masih sering nyuruh aku seenaknya, tapi kemesuman kami
semakin hari juga semakin cabul. Kadang seharian kami pernah tidak
memakai pakaian sama sekali, kami beraktifitas di dalam rumah dengan
bertelanjang bulat. Tapi biasanya sih hanya kak Risa yang aku minta
tidak usah pakai baju, walau tanpa dimintapun dia sering juga keluyuran
di dalam rumah tanpa busana. Kalau sudah begitu akupun akan lanjut onani
dengan bebasnya sambil memandang tubuh telanjangnya. Dia sering
menemaniku onani. Aku kini sudah dipersilahkan ngecrot dimanapun dan
kapanpun yang aku mau, tidak harus di kamar mandi. Bisa di ruang tamu
ataupun malah kamar kakakku. Asalkan harus segera dibersihkan.
Keberadaannya betul-betul membuatku betah di rumah, hehe.
Namun yang pasti kami melakukan itu jika kami hanya berdua saja di
rumah. Kalau orangtua kami pulang, aku dan kak Risa pun bertingkah
seperti biasa. Terlebih kak Risa yang menjadi sangat sopan dalam
berpakaian bila di hadapan papa mama. Sungguh berbanding terbalik bila
hanya ada aku di rumah.
“Ntar deh kakak kirim foto-foto kakak lewat BBM” bisiknya padaku. Ya…
terpaksa aku disuruh onani dengan foto-fotonya saja, karena memang tidak
mungkin melakukannya seperti biasa karena orang tua kami ada di rumah
saat ini. Kalau tetap nekat, bisa-bisa perbuatan kami akan ketahuan.
“Sekalian kakak kirim foto-foto teman kakak kalau kamu mau, hihihi”
lanjutnya lagi mengedipkan mata dengan nakal. Ugh… Tentu saja aku mau.
Baik kak Risa maupun teman-temannya sama-sama cantik, sama-sama mantab
dijadikan bahan coli, hehe :P
Untung saja hanya dua hari Papa Mama pulang, mereka harus segera kembali mengurusi pekerjaan. Akhirnya aku bisa bebas lagi. \:V/
Siang itu setelah kami pulang sekolah aku langsung menanggalkan
pakaianku dan menuju kamar kak Risa. Dia geleng-geleng kepala sambil
tertawa melihat aku yang begitu tak sabaran.
“Yuk kak.. cepetan dong… pengen nih”
“Cepetan ngapain?” tanyanya senyum-senyum.
“Buka baju kakak, hehe”
“Haha, dasar mesum kamu dek…” ucapnya cekikikan. Aku senang karena
ternyata dia menuruti keinginanku untuk melepaskan bajunya. Dengan
gerakan pelan dan menggoda, dia lepaskan satu-persatu pakaian yang
menempel di tubuhnya. Dari baju, celana, hingga pakaian dalam. Dia
seakan memuaskan mataku untuk membuatku nafsu pada dirinya.
Akhirnya tubuh telanjangnya terlihat lagi olehku. Aku langsung mengocok
penisku sendiri di depannya. Tak hanya itu, aku yang sudah tahan nekat
terjun memeluknya.
“Adeeeek! Gila kamu main peluk aja”
“Habisnya aku kangen kakak” ucapku. Aku sadar aku sungguh nekat
memelukya dengan kami sama-sama telanjang bulat seperti ini. Tapi aku
memang sudah tidak tahan, aku juga menginginkan hal yang lebih dari
hanya sekedar onani.
Aku pikir dia marah, tapi ku dengar dia malah tertawa kecil. Diapun
membiarkan aku terus memeluknya, bahkan kami sampai berpelukan di atas
tempat tidur. Tanpa sadar kami jadi saling menggerayangi dan berciuman
satu sama lain.
“Dek, cukup… Jangan keterusan” ujarnya sambil mendorong tubuhku. Aku
sebenarnya merasa nanggung, tapi aku takut dia marah, akupun bangkit dan
duduk di depannya.
“Kakak gak mau kalau sampai terjadi.. Ingat lho kita itu saudara kandung”
“Iya kak… maaf”
“Hmm… bagus deh kalau kamu ngerti”
“Tapi kak…”
“Tapi apa?”
“Boleh gak kalau aku gesek-gesekin aja”
“Hah? Gesek-gesek dimana?”
“Di buah dada kakak, hehe”
“Hihihi, gila kamu… Kamu benar-benar mesum!”
“Gak boleh yah kak?”
“Hmm…. Kakak pikir gak apa deh, asal jangan keterusan”
Senangnya mendengarnya. Dengan dada berdebar akupun mengangkangi tubuh
kak Risa, memposisikan penisku tepat di antara buah dadanya untuk ku
gesek-gesekkan di sana. Saat penisku nyelip di sana, aku langsung memaju
mundurkan pinggulku. Rasanya sungguh luar biasa, bagaimana batang
penisku bergesekan dengan kulit dadanya yang lembut dan kenyal.
Aku mengocok penisku di sana sambil ditemani tatapan dan senyum manisku.
Mana bisa tahan? Tak butuh waktu lama akupun muncrat. Mengotori wajah
serta buah dada kak Risa dengan spermaku.
“Makasih kak…”
“Iya… dasar mesum. Awas… jangan sampai papa mama tahu”
“Iya kak” tentu saja.
Jadilah sejak saat itu aku tidak hanya onani biasa saja, tidak lagi
hanya menumpahkan spermaku di lantai, tapi juga menggesek-gesekkan
penisku hingga aku muncrat di tubuh kakakku ini. Baik perut, buah dada,
maupun wajah cantiknya.
Extra Story : Teman-teman kakakku
Hari itu aku pulang naik motor sendirian dari sekolah, karena kak Risa
pulang naik angkot bersama teman-temannya yang ingin ke rumah kami,
bahkan katanya mereka juga sampai nginap. Aku sebenarnya merasa
terganggu karena tidak bisa mesum-mesuman dengan kakakku, tapi ya sudah
lah. Setidaknya teman-temannya cantik-cantik.
Ku perhatikan kedua temannya yang datang itu. Mereka adalah temannya
kak Risa yang dikenalkan kepadaku pada waktu acara ulangtahun. Kak Via
dan kak Ochi. Lagi-lagi ada perasaan malu dan deg-degan dikelilingi
mereka. Saat mereka ngajak ngobrol, aku lebih dulu terpana dengan
kecantikan mereka daripada langsung menanggapi obrolan.
“Maaf yah Ndre, kita pinjam kakakmu seharian ini, hihi” ucap kak Via
yang juga diikuti tertawaan kak Ochi. Sedangkan kak Risa menyikut kak
Via.
“Apaan sih Vi”
Duh, mereka bertiga itu sungguh gemesin. Tawa mereka sama-sama manis.
Seandainya kak Via dan kak Ochi juga kakakku. Tapi punya satu kakak
kayak kak Risa juga udah cukup sih, hehe.
Mereka lalu masuk ke dalam kamar setelah kami makan siang. Entahlah
mereka sedang ngapain. Mungkin sedang nonton film dvd. Hingga akhirnya
saat sore menjelang magrib barulah mereka keluar. Mereka tampak membawa
handuk.
“Dek, kami mau mandi dulu yah…” ujar kak Risa sambil melewatiku.
“Kalian mau mandi bersama? Udah gede masih mandi bareng, kayak anak kecil aja” balasku.
“Biarin, kan kamar mandinya gede”
“Iya deh, terserah kalian” ucapku berusaha cuek meski curi-curi pandang juga ke arah mereka bertiga.
Merekapun mandi bersama di dalam kamar mandi. Ingin rasanya aku
mengintip mereka, tapi kalau kepergok takut juga. Belum tentu kejadinnya
selalu berakhir manis. Jadilah aku hanya membayangkan saja sambil
mendengar obrolan mereka yang berisik.
“Waaah… punyamu lebih gede yah Ris, kenyal” terdengar suara kak Via.
“Geli ah Vi, punya Ochi tuh yang lebih gede, hihihi” balas kakakku.
“Mana? Coba”
“Eh, kalian ngapain sih pegang-pegang” protes kak Ochi.
“Hihihi… gak ah, gedean punya kamu Ris, tapi kulit Ochi lebih lembut yah… putih lagi”
“Risa, itu ngapain bawa hape segala ke kamar mandi?”
“Hihihihi”
Arrgghhhh… aku ngaceng mendengarnya! Pikiranku melayang kemana-mana
membayangkan tubuh bugil mereka bertiga yang asik mandi itu.
Saat mereka keluar, hidungku mau mimisan rasanya melihat mereka bertiga
yang hanya memakai handuk. Bahkan kak Ochi yang tadinya mengenakan
jilbab, kini juga hanya selembar handuk pendek yang melilit di tubuhnya.
Mereka berlalu dengan cueknya di depanku, padahal aku sudah konak
berat. Duh… Sepertinya seharian ini jantungku akan terus berdegub
kencang.
Ingin rasanya aku beronani saat itu juga menonton mereka, tapi mereka langsung masuk ke kamar.
Mereka kebanyakan menghabiskan waktu di kamar. Hanya sesekali keluar
untuk minum ataupun ke kamar mandi. Saat kak Risa keluar aku langsung
menariknya ke kamar mandi karena aku sudah tak tahan dan butuh
pelampiasan.
“Adeeeek, kamu mau ngapain? Ada teman-teman kakak”
“Aku gak tahan kak… sebentar aja kok.. plis”
“Duh… jangan….”
“Ayo dong kak…”
Setelah ku desak terus, akhirnya dia mau juga. Akupun langsung menurunkan celanaku dan minta dia ngocokin. Dia mau ternyata.
“Dasar kamu…”
“Hehehe”
“Eh, kakak tadi foto-foto juga lho sambil mandi, ada video juga. Kamu mau lihat? Hihihi”
“Mauuuuuu!” tentu saja aku mau!
“Hush… jangan kencang-kencang suaranya. Nih…” ucapnya sambil menyodorkan ponselnya padaku.
Akupun langsung meraih ponselnya. Ku buka galery dan langsung ku
temukan apa yang kucari. Foto mereka bertiga sedang mandi telanjang,
basah-basahan dan sabun-sabunan! Langsung saja aku gunakan itu sebagai
bahan untuk menambah rasa nikmat selagi kak Risa terus mengocok penisku.
Aku juga menonton video rekaman mandi itu. Bikin aku tambah pengen
cepat muncrat karenanya.
Benar, tak lama kemudian akupun memuncratkan spermaku. Tak tahan karena kocokan kak Risa serta foto dan rekaman video ini.
Namun aku terkejut karena ada yang menonton aksi kami. Di depan pintu kamar mandi ada kak Ochi!
“Eh, Ochi…”
“Risa… kamu ngapain?”
“Eh… ini… anu… itu…” kak Risa panik. Akupun tak kalah panik karena ada yang memergoki aksi kami.
“Duh, aku gak nyangka kalau kamu sampai begituan sama adekmu”
“Ini… Cuma bantuin dia aja kok, gak lebih dari ini.. Please… jangan kasih tahu siapa-siapa” ucap kak Risa memohon.
“Hmmm… sebarin gak yah…”
“Please Chi… jangan kasih tahu siapa-siapa”
“Hihihi, iya deh… tapi kamu harus traktir makan besok”
“Oke deh sip”
“Ya udah balik sana, kamu mau ketahuan sama Via juga, hihihi”
“Gak lha.. udah dek sana balik ke kamarmu” suruh kak Risa padaku.
“Iya kak…” jawabku bangkit segera kembali ke kamarku.
Aku tidak terlalu tahu apa yang terjadi setelah itu. Sepertinya tidak
terjadi hal yang gawat. Kak Ochi sepertinya beneran megang janjinya.
Untung deh. Tapi kak Ochi itu cantik juga yah, setahuku dia juga punya
adek laki-laki. Beruntung juga adeknya punya kakak cantik seperti dia.
Tapi aku juga beruntung punya kakak kayak kak Risa, hehe
bersambung...
Home
Cerita Eksibisionis
Penulis Lain
Risa
Cerita Eksibisionis Risa : Jangan Sampai Papa dan Mama Tahu Yah Dek 1
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar