original stories (by anonymous)
Waktu itu, masih terbilang pagi. Tapi aku sudah standby dengan
aktivitas seksualku. Tidak lain karena sepasang pakaian dalam Naya yang
tertinggal di rumahku, dan sekarang menjadi pembangkit nafsuku.
Aku
yang waktu itu sedang tiduran di kasur kamarku, sudah tidak lagi
bercelana. Barang kebanggaanku sudah berdiri dengan tegaknya. Celana
dalam Naya yang menjadi objek onaniku, sudah tergeletak diatas hidung
dan mulutku. Sedangkan aku masih sibuk membalas chat Naya.
"Jangan disebarin ya chan" begitulah isi pesan singkat yang dikirimkan Naya kepadaku.
"Ya nggak lah nay... masa iya aku ngomong ke orang-orang kalau kamu lagi pakai celana dalamku... kan gak lucu hehe" balasku.
"Hehe iya sih... tapi bukan itu maksudku, tapi filenya.." balasnya.
Filenya?
File apa? Tiba-tiba aku teringat jika kemarin aku merekamnya ketika
mandi di sumur dekat pantai. Apakah file tersebut yang dia maksud?
Apakah dia tahu kalau aku merekamnya?
"File apa nay?" tanyaku penasaran.
"File foto-foto waktu kita di pantai chan" balasnya.
Aku cukup lega. Ternyata bukan video tersebut yang dia maksud. Berarti dia memang tidak menyadari kalo aku merekamnya.
"Oh oke nay, aman kok hehe" balasku.
"Soalnya aku malu cuma pake baju kayak gitu chan" balasnya.
Malu? Naya malu pakai baju seperti itu? Lalu kenapa dia tidak malu untuk
mandi di sumur kemarin? Kenapa Naya tidak malu untuk memakai baju serba
menampakkan aurat bahkan tanpa pakaian dalam di depanku? Aku
benar-benar tidak mengerti tingkah lakunya tersebut.
Namun aku tidak ada waktu untuk memikirkan keanehan sifat Naya tersebut.
Karena sekarang ini aku sedang ada yang harus dilakukan. Ya, apalagi
kalau tidak melanjutkan onaniku. Penisku sempat melemas, tapi ketika aku
teringat kalau aku masih punya video rekaman Naya, penisku kembali ke
kondisi terbaiknya. Segera saja kusetel video rekaman tersebut.
Ternyata
hasil rekamanku cukup jelas dan tepat menyorot Naya dan aktivitasnya.
Di awal video, Naya masih mengenakan bajunya. Dia terlihat was-was.
Sesekali dia melihat ke sekitar, mungkin untuk memastikan benar-benar
tidak ada orang di sekitar situ. Dia juga sering melihat ke arahku.
Apakah pada saat itu dia menyadari aku merekamnya? Kalau memang dia
melihat kamera hapeku sedang menyorotnya, kenapa dia tidak menegurku?
Dia malah melanjutkan aktivitasnya begitu saja. Mungkin dia benar-benar tidak tahu kalau kamera hapeku sedang merekamnya.
Dengan membelakangiku, dia melepas tanktopnya dengan sekali tarikan ke
atas melalui kepalanya. Dia melemparkan begitu saja tanktopnya ke lantai sekitar
sumur. Setelah itu, kedua tangannya mulai mencari-cari kait bra
dipunggungnya. Dengan mudah, dia melepas kait tersebut dan meloloskan
kain penutup dada tersebut lewat lengannya. Sekarang aku dapat melihat
kulit punggungnya yang putih mulus tanpa cacat yang kemarin sempat aku
sentuh dan merasakan kehalusannya.
Sekarang dia mulai memegang pinggiran celananya. Dengan sekali tarik
juga, Naya langsung melepas celana pendek beserta celana dalamnya
sekaligus. Otomatis dia menunggingkan badannya. Dengan begitu, bongkahan
pantat nan indah milik Naya terpampang dengan indahnya. Ketika Naya
berusaha meloloskan celana lewat ujung kakinya, tubuhnya semakin
membungkuk, sehingga lubang kemaluaannya samar-samar terlihat dari celah
antara kedua bongkahan pantat.
Sekarang Naya benar-benar polos, telanjang bulat, di tempat yang sangat terbuka. Entah bagaimana perasaannya saat itu.
Selanjutnya
dia mulai menurunkan ember ke dalam sumur. Lantas dia mulai menarik
tali sumur tersebut agar dapat menaikkan ember yang sudah terisi air.
Sumur tersebut tidak terlalu dalam, sehingga Naya tidak terlalu
kesulitan menarik ember tersebut. Setelah ember berisi ember tersebut
terangkat, lantas dia langsung mengguyur tubuhnya dengan seember air
tersebut. Dengan tetap membelakangiku, lantas dia mulai menggosok
tubuhnya.
Namun ada yang aneh. Naya terlihat lama sekali menggosok bagian depan
tubuhnya. Aku hanya melihat tubuhnya sedikit berguncang, terutama
pantatnya. Tiba-tiba dia menoleh kearahku. Mungkin dia hanya mengecek
apakah aku mengintipnya atau tidak. Dia hanya memalingkan kepalanya
sebentar. Namun pada saat memalingkan kepala tersebut, tubuhnya juga
ikut berputar. Dari situlah aku dapat melihat posisi tangannya. Tangan
kirinya berada di payudaranya dan tangan kanannya berada di daerah
selangkangannya. Dua area itulah yang dari tadi dijangkau oleh kedua
tangannya. Apakah Naya sedang masturbasi? Pikiran kotor itulah yang
terlintas di otakku. Kalau bukan masturbasi, kenapa dia begitu lama
menggosok area sensitif tubuhnya tersebut?
Meskipun Naya yang dulu kukenal sebagai cewek yang polos, tidak heran
jika ternyata Naya suka bermasturbasi. Mengingat tingkah laku aneh dia
belakangan ini yang sering aku lihat. Mulai dari mempertontonkan aurat,
jarang memakai pakaian dalam, hingga tidur sambil bertelanjang. Namun
apa yang sedang dia perbuat dalam video ini benar-benar kelewat nekat.
Tidak cuma berani bertelanjang bulat di tempat terbuka, kini dia malah
berani memainkan alat vitalnya juga.
Dan benar, Naya memang benar-benar sedang bermasturbasi. Karena yang dia
lakukan selanjutnya adalah dia membungkukan badan, bertumpu pada bibir
sumur dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya tetap berada di
daerah selangkangannya yang kini sudah agak direngangkan karena Naya
sedikit melebarkan jarak kedua kakinya. Sehingga dari belakang, aku
dapat melihat jari-jari tangannya bergerak maju-mundur diantara kedua
pahanya. Namun kulihat jari-jari tersebut hanya bergerilya di daerah
luar vaginanya saja. Dia tidak memasukkan jari-jarinya kedalam lubang
kenikmatannya tersebut. Apakah Naya masih perawan? Tentu saja aku
berharap Naya masih perawan dan suatu saat nanti aku yang akan
memperawaninya. Tentu setelah aku mempersuntingnya, karena prinsipku
sampai saat ini adalah jangan sampai melakukan seks diluar nikah. Oh
tidak, aku malah mulai membayangkan kalau aku sedang menyetubuhi Naya.
Namun masih ada pertanyaan yang mengganjal di benakku. Kenapa dia
bermasturbasi? Aku memang tidak tahu apa yang dapat memicu hasrat cewek
untuk melakukan masturbasi. Kalau aku melakukan onani pada saat itu,
adalah wajar. Karena nafsuku memuncak setelah melihat tubuh seksi Naya,
sehingga aku terpaksa harus meluapkannya. Tetapi apakah Naya juga nafsu
gara-gara melihat tubuhku? Ah tuh kan, aku mulai ge-er. Tubuhku saja
tidak ada bagus-bagusnya sama sekali. Lalu, apakah gara-gara setelah
kusentuh punggungnya? Mungkin saja. Tetapi jika kusentuh punggungnya
saja nafsunya menjadi bangkit, bagaimana kalau aku sentuh bagian
terlarangnya? Mungkin yang ada hanyalah tamparan yang mendarat dipipiku.
Sesaat kemudian, Naya mempercepat gerakan tangannya pada vaginanya.
Kepalanya menengadah ke atas, sedangkan tangan kirinya menutupi
mulutnya. Sudah pasti dia menahan suara desahan agar tidak terdengar
oleh siapapun.
Dan video tersebut selesai sampai disitu. Padahal aku belum sempat
melihatnya orgasme. Atau Naya sudah mengalami orgasme ketika dia menutup
mulutnya? Ah tetap saja aku tidak bisa melihat wajah cantiknya ketika
menikmati puncak kenkmatan tersebut. Dan akhirnya aku pun mengalami
ejakulasi. Kutumpahkan semua spermaku ke celana dalam Naya.
Naya yang sekarang memang berbeda dengan Naya yang kukenal pada saat
SMA. Dulu, aku mengenal Naya sebagai cewek yang cendrung pendiam.
Meskipun dia termasuk cewek populer di sekolah, dia lebih suka bergaul
dengan teman-temanku yang kutu buku. Penampilannya pun selalu sopan.
Bahkan aku lebih sering melihat dia memakai pakaian tertutup lengkap
dengan jilbab ketika kami les di salah satu bimbel dekat sekolahku.
Namun ternyata dibalik penampilannya tersebut ternyata memiliki
kebiasaan yang cenderung aneh untuknya. Dimulia dari seringnya dia tanpa
memakai pakaian dalam, tidur dalam kondisi telanjang, hingga
bermasturbasi. Mungkin banyak juga
cewek yang terlihat alim pernah melakukan masturbasi, namun jarang atau
malah mungkin tidak ada yang segila Naya. Bagaimana tidak, dia
masturbasi dengan kondisi telanjang bulat, berada di tempat terbuka, dan
di depannya ada seorang lawan jenis yang bisa saja akan memperkosanya
kalau melihat dia dalam kondisi seperti itu. Entah kebiasaan-kebiasaan
ini sudah sejak lama Naya lakukan atau baru akhir-akhir ini saja. Yang
jelas Naya yang sekarang berbeda dengan Naya yang kukenal dulu.
****
2 minggu sudah berlalu. Selama itu aku tetap menjaga komunikasi dengan
Naya. Selama itu pula kuisi hari-hari tersebut dengan memuputar ulang
video rekaman Naya berkali-kali, bahkan sering juga kuputar di layar LCD
TV yang ada di ruang tengah rumah kontrakanku. Sedangkan 2 pasang
pakaian dalam Naya sudah berulang kali menjadi 'wadah' semprotan pejuku
secara bergantian, namun pastinya benda tersebut akan langsung kucuci
bersih setelah kugunakan.
Hari itu, Naya memberitahuku kalau dia ingin memindahkan barang-barang
yang ada di kos lamanya ke tempatku. Aku memang menawarkan untuk
sementara menyimpan barang-barang tersebut ke rumahku selama Naya belum
mempunyai tempat kos baru.
"Barangnya muat kalo dimasukin mobil kan nay?" tanyaku ketika dalam percakapan telepon saat itu.
"Muat kok chan, paling yang banyak cuma pakaian doang." jawabnya.
"Yaudah nanti bawanya pake mobilku aja." kataku.
"Emang kamu ada mobil?" tanyanya.
"Gak ada sih hehe.... nanti aku pinjem temenku.." jawabku.
"Serius kamu mau ke **** buat ngambil barang-barangku?" tanyaku.
"Buat jemput kamu sekarang aja aku mau kok hehe" kataku.
"Kamu kok baik banget sih chan.... yaudah deh kamu besok langsung ke **** aja. Besok kita ketemuan disana..." katanya.
"Kamu gak mau sekalian aku jemput nay?" tanyaku.
"Gausah chan... kasihan kamunya. Ketemu disana aja... oke?" katanya.
"Oke deh..."
Besoknya, aku langsung meluncur dengan sebuah mobil rental. Ya, terpaksa
aku menyewa mobil rental, karena temanku tidak mau meminjamkan
mobilnya. Namun tak apa lah, demi Naya aku rela melakukan apapun.
Perjalanan ke kota **** sendiri membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Belum
lagi untuk mencari alamat yang diberikan Naya. Namun semua itu terbayar
ketika aku melihat Naya berdiri di depan kosnya untuk menyambutku.
Senyuman terpancar diwajahnya. Senyum manis yang selama 2 minggu ini
kurindukan. Dia terlihat begitu cantik dan anggun dengan baju lengan
panjang berkancing, sebuah jilbab dan rok panjang. Kontras sekali dengan
Naya yang kulihat dalam video yang sering kutonton. Ingin sekali waktu
itu aku langsung memeluk Naya dan mencium bibir mungilnya selayaknya
sepasang kekasih yang beru bertemu setelah terpisah cukup lama. Tapi
siapa aku, aku bukanlah siapa-siapa bagi Naya.
Begitu aku turun dari mobil, yang kubayangkan tiba-tiba menjadi
kenyataan. Ya, tiba-tiba saja Naya memelukku. Meski tidak disertai
ciuman, tetap saja aku dapat merasakan dekapan Naya. Payudaranya terasa
begitu kenyal menekan dadaku. Serta bau harum tubuhnya, seketika membuat
penisku bereaksi. Entah kenapa jika aku melihat tubuh Naya baik secara
langsung maupun lewat foto, mataku seolah-olah dapat menembus pakaian
yang dipakainya. Meskipun pakaiannya sangat tertutup sekalipun.
"Ih..... kangen banget deh sama kamu chan... hihihi" katanya ketika memelukku dengan gemasnya.
"Masa sampe segitunya sih nay... haha " jawabku. Padahal sebenarnya aku merasakan kerinduan yang sama.
"Yuk masuk... kebetulan aku lagi packing-packing.... kan bisa sekalian bantuin hehehe" ajaknya.
Ketika aku masuk kedalam, beberapa barangnya sudah dikemas dan siap diangkut.
"Hmmmm... kamu mau istirahat dulu atau mau langsung bantuin aku chan? hehe" tanyanya.
"Langsung aja gak apa-apa kok..." jawabnya.
Singkat cerita, semua barang-barang Naya sudah masuk ke dalam mobil.
Namun setelah itu kami tidak langsung berangkat ke ****. Naya sempatkan
mengajakku untuk jalan-jalan berkeliling kota **** terlebih dahulu.
Barulah pukul 9 malam kami baru berangkat ke kota ****.
"Duh chan... udah malem gini... kamu gak papa nyetir malem-malem gini?" tanyanya.
"Ya mau gimana lagi nay..." jawabku.
"Apa kita nginep dulu semalam?" tanyanya.
"Nginep dimana? masa balik lagi ke kosmu yang lama.." tanyaku.
"Hmmm.... gimana kalau ke hotel aja?" ajaknya.
"Kita sekamar?" tanyaku. Aku mulai berpikir yang aneh-aneh.
"Ya nggak lah.... 2 kamar... kita kan belum muhrim..." jawabnya.
"Hmmm.... gausah aja deh... langsung pulang aja..." jawabku semerta-merta karena menyesal gagal tidur sekamar dengan Naya.
"Kamu yakin?" tanyanya.
"Yakin nay... nanti kalau capek tinggal berhenti aja..." jawabku.
Akhirnya kami langsung meluncur ke kota ****. Walaupun sebenarnya aku merasa capek dan ngantuk sekali waktu itu.
Di tengah perjalanan melewati tol, aku melihat Naya yang duduk di sebelahku gelisah.
"Kamu kenapa nay? ACnya kedinginan ya?" tanyaku.
"Mmmm.... anu chan... aku kebelet pipis..." jawabnya.
"Duh... mau pipis dimana? rest area masih jauh nay..." kataku.
"Aduuuh... udah gak kuat chan.... berhenti disini aja chan..." katanya merengek.
"Hah? kamu mau pipis dipinggir jalan? jalanannya kan lagi rame nay..."
"Gakpapa chan.... nanti ditutupin mobil.... gak kliatan kok dari jalan..."
"Yaudah terserah kamu deh... tapi kalo ada yang ngeliat kamu, aku gak tanggung jawab lho..." kataku.
"Iya gak papa... tapi kamunya jangan ngliatin aku nanti..." katanya.
Kupinggirkan mobil di bahu jalan yang sedikit menerima cahaya lampu,
sehingga setidaknya tidak ada yang menyangka kalau ada cewek kencing di
sebelah mobilku. Setelah berhenti, Naya langsung menyabet tisu di
dashboard dan buru-buru keluar mobil. Dan tanpa menutup pintu, Naya
memulai aktivitasnya disamping mobil. Sesuai janjiku, aku tidak akan
mengintip aktivitas Naya tersebut. Jadi aku hanya bisa membayangkan apa
yang sedang dilakukan Naya.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ada lampu yang menyorot dari arah
belakang. Ya, ada mobil yang berjalan pelan mengarah ke belakang mobil
kami! Aku pun mulai panik.
"Nay.... udah nay?" tanyaku.
"Belum chan... dikit lagi..." katanya.
"Cepetan ya nay... kayaknya ada mobil yang mau berhenti di belakang kita..."
Belum sempat Naya masuk lagi ke mobil, mobil tersebut sudah berhenti
tepat dibelakang mobil kami. Kulihat dari spion, mobil tersebut adalah
mobil patroli jalan tol. Aku mulai panik ketika supir mobil tersebut
turun dan menghampiriku. Untung saja ketika orang tersebut semakin
mendekat, Naya sudah kembali masuk ke mobil.
"Selamat malam pak... ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas jalan tol setelah mengetuk kaca pintu mobilku.
"Malam.... eee... gak ada pak... saya barusan cuma lagi angkat telepon.." jawabku mengelak.
"Oh yasudah kalau gitu... lain kali mohon hidupkan lampu hazard kalau berhenti ya pak.." kata petugas tersebut.
"Iii...iya... baik pak..." jawabku.
"Selamat malam.."
"Malam..."
Dan petugas tersebut kembali ke mobilnya. Dan berlalu meninggalkan kami.
"Fiuh... hampir saja... kamu udah selesai kan pipisnya?" tanyaku ke Naya.
"Ee.. udah sih, tapi....." jawab Naya sambil menunjukkan benda yang ada di tangannya, yang tidak lain adalah celana dalamnya.
"Lho... kok gak dipake lagi?" tanyaku.
"Tadi buru-buru.... belum sempet dipake lagi chan..." jawabnya.
"Trus gimana? mau dipake dulu?" tanyaku.
"Hmmm.... gausah deh... langsung aja...." katanya.
"Kamu serius?" tanyaku.
"Iya gakpapa... udah biasa kok... eh!" jawabnya yang sepertinya
keceplosan ngomong kalau dia sudah biasa tidak memakai celana dalam.
"Yaudah kalau menurutmu gak papa... tapi itumu jangan ditaruh situ
juga... aku kan jadi gak konsen..." kataku memprotes Naya yang seenaknya
menaruh celana dalam di dashboard mobil.
"Eh... maaf-maaf hehehe.. kan cuma celana dalam... kok bisa gak konsen?
Lagian kamu pasti udah pernah liat cdku yang ketinggalan di rumah
kamu..." jawabnya.
"Gak cuma cdnya aja nay.... masalahnya di sampingku sekarang juga ada cewek yang lagi gak pake cd..." kataku.
"Iihh... kamu lagi gak mikir yang macem-macem kan chan? mentang-mentang aku gak pake cd..." tanyanya kesal.
"Hehehe... sorry-sorry.... becanda aja kok..." kataku.
Kami pun melanjutkan perjalanan. Sialnya, setelah keluar tol malah kami
terjebak macet. Sepertinya ada kecelakaan yang membuat jalanan macet di
depan kami. Sekali lagi aku melihat Naya gelisah.
"Kamu kenapa lagi nay? pengen pipis lagi?" tanyaku.
"Gak kok chan..."
"Tapi kenapa kamu gelisah gitu?"
"Eeee.... anu chan... anu..... duh... aku malu ngomongnya....." katanya.
"Ngomong aja... kalau mau pipis lagi tak turunin disini aja... biar ditonton sama orang banyak... hehehe" candaku.
"Iihh.... bukan pipis... tapi..." katanya.
"Tapi apa? kamunya aja ngomongnya gak jelas..."
"Iiihhh... kamu pernah gak sih pake celana tapi gak pake cd?" tanyanya.
"Hmmmm... pernah waktu kecil dulu..." jawabku.
"Tau kan rasanya gak pake cd?" tanyanya.
"Hmmm.... gak tau... udah lupa rasanya... emang gimana rasanya? hehe" jawabku bercanda.
"Iiiihh... kamu tuh... masa gak nyambung-nyambung sih..." katanya gemas.
"Emang gimana rasanya nay?" tanyaku pura-pura polos.
"Oke aku ngomong... tapi kamu jangan mikir yang aneh-aneh ya...!" katanya.
"Emang gimana?" tanyaku.
"GELI TAU!!! PUAS?!" teriaknya.
"Hahahaha.... gelinya geli-geli enak atau gimana?" tanyaku.
"Tuh kan! Kamu mikir yang aneh-aneh!" katanya sambil memukul-muku pundakku.
"Aduuh... maaf-maaf... lagian suruh siapa kamu gak pake cd.... trus gimana? mau dipake cdmu?"
"Iyaa.. pengennya sih dipake... tapi mau dimana makenya?" katanya.
"Yaudah sih, dipake disini aja... gak kliatan kok kalo dari luar..." jawabnya.
"Gak kliatan dari luar tapi kamunya yang liat!" jawabnya ketus.
"Ya mau gimana lagi... kita lagi ditengah-tengah macet ini lho...." jawabku.
"Aku pindah belakang aja..." katanya.
"Yaudah..." jawabku.
Naya pun mulai beranjak dari kursi depan dan hendak melompat ke kursi
tengah. Namun karena dia memakai rok panjang, dengan terpaksa dia
mengangkat sedikit ujung roknya.
"Awas ngangkatnya jangan tinggi-tinggi... nanti kliatan loh...." kataku.
"Chandra! Plis deh!" teriaknya.
Akhirnya dengan susah payah Naya berhasil sampai ke kursi belakang, dan sekarang duduk tepat di belakang jokku.
"Awas ya kalau kamu ngintip...!" katanya.
"Iya iya... " jawabku.
"Itunya! adepin kesana!" katanya sambil menunjuk spion tengah.
"Yaelah... sampai segitunya nay..." jawabku sambil memutar arah spion tengah tersebut.
Beberapa saat kemudian, Naya tak kunjung kembali ke kursi depan.
"Udah nay?" tanyaku.
"Udah" jawabnya.
"Kok gak balik lagi ke depan?" tanyaku.
"Gak mau! aku lagi males sama kamu!" jawabnya ketus.
"Yaudah..." jawabku.
Kami melanjutkan perjalanan kami. Sepanjang perjalanan, kami pun tidak
sedikit pun ngobrol. Dan pada saat itulah aku menyadari kalau kami sudah
semakin akrab saja. Bahkan sampai membuat Naya ngambek seolah-olah kami
adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Entah setan apa yang
merasukiku tadi sehingga bisa menggoda Naya perihal celana dalamnya itu.
Sekitar jam setengah 2 dini hari, kami akhirnya tiba.
"Nay, udah sampe nih" tanyaku.
Namun Naya tidak menjawab. Dan setelah aku melihatnya, ternyata Naya
tertidur dengan pulasnya. Dia masih terlihat cantik meskipun dengan
kondisi tertidur seperti itu. Tapi ada yang aneh. Di tangannya, Naya
masih mengenggam celana dalamnya. Lalu ngapain aja Naya dari tadi di
belakang? Bukannya dia bilang ingin memakai celana dalamnya? Lalu kenapa
celana dalamnya masih dipegangnya?
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar