original stories (by anonymous)
Naya tertidur dengan posisi duduk agak miring kearah pintu mobil.
Kepalanya tersandar pada bantalan kursi dengan posisi miring ke arah
yang sama. Terlihat wajah kelelahan dari raut muka Naya. Namun
kecantikan Naya tetap terpancar meski dengan raut wajah yang kelelahan.
Tangan kanannya tergeletak di atas pangkuannya atau lebih tepatnya
berada di kedua pahanya seakan-akan sedang melindungi asset terpenting
miliknya itu. Tangan kirinya berada disamping pahanya, menggenggam kain
segitiga yang harusnya juga ikut melindungi assetnya. Tapi anehnya Naya
masih memegang benda itu, padahal tadinya dia berkata jika dia ingin
memakai benda itu dengan alasan 'geli' yang dirasakan pada
selangkangannya. Apakah saking capeknya Naya hingga dia langsung
tertidur tanpa sempat memakai celana dalamnya? Tapi bukannya dia
menjawab 'sudah' ketika aku tanya apakah dia sudah selesai memakai
celana dalamnya? Atau sebenarnya Naya memang tidak ingin memakai celana
dalamnya, lalu dia pindah duduk ke belakang agar bisa lebih leluasa
menikmati 'kegelian' pada selangkangannya? Apakah dia masturbasi ketika
duduk di belakangku? Pikiranku mulai menjurus ke arah-arah negatif
tentang Naya, apalagi setelah mengingat adegan masturbasi Naya pada
video yang kurekam. Ah, mungkin saja dugaanku salah.
Melihat posisi tubuhnya tersebut, rasanya aku tidak ingin
membangunkannya. Aku ingin lebih lama lagi menikmati pemandangan ini.
Kapan lagi aku dapat leluasa menyusuri tubuh Naya dari jarak sedekat
ini. Dan akhirnya pandanganku tertuju pada payudaranya. Baju yang
dikenakan Naya berbahan mirip dengan kaos. Meskipun tidak terlalu ketat,
tetap saja baju tersebut dapat mencetak bentuk payudara Naya. Apalagi
dengan posisi duduk seperti ini. Namun sayang, karena kondisi dalam
mobil yang gelap, aku tidak dapat menikmati pemdangan payudara Naya
dengan lebih jelas.
Kuputuskan untuk menyalakan lampu tengah dalam mobil. Ketika lampu
menyala, aku takut jika Naya terbangun. Tapi untuk saja dia tetap
terlelap. Aku pun kembali mengeksplor tubuhnya, terutama payudaranya
yang sempat tertunda tadi.
Pada saat aku menatap payudara kanannya, samar-samar aku dapat melihat
tonjolan kecil pada bajunya. Apakah itu puting? Bukankah tadi Naya
memakai bra? Siang tadi aku masih melihat bentuk bra yang tercetak pada
bajunya. Tapi sekarang aku tidak dapat melihat bentuk bra tersebut, yang
kulihat malah tonjolan kecil di bajunya. Tapi aku belum yakin jika itu
adalah tonjolan puting Naya. Karena bisa saja itu hanya kerutan baju
yang kebetulan bentuknya mirip dengan puting. Aku tidak dapat melihat
apakah ada tonjolan serupa pada payudara kirinya karena payudara kirinya
tertutup oleh ujung jilbabnya.
Karena penasaran, kusingkap sedikit ujung jilbab tersebut. Tentu dengan
sangat hati-hati agar Naya tidak terbangun. Dan hasilnya adalah ternyata
ada tonjolan serupa pada payudara kirinya. Pertanyaannya adalah, kapan
dia melepas branya? Bukankah dengan baju yang dipakai Naya sekarang ini,
dia juga harus melepas bajunya terlebih dulu untuk dapat melepas
branya? Apakah dia melakukannya di belakangku? Dan satu lagi pertanyaan
yang mengganjal, dimana posisi bra Naya sekarang?
Dengan kondisi Naya yang tertidur, tentu ada rasa ingin menyentuh tubuh
Naya pada saat itu. Ingin sekali aku menyentuh puting Naya tersebut. Dan
bila perlu, meremas bongkahan payudaranya sekalian. Tapi tentu saja aku
takut untuk melakukannya. Tak lain adalah karena aku takut
membangunkannya.
Namun dengan sedikit nekat, aku mencoba menyentuh tonjolan puting Naya
dengan jari telunjukku. Dengan sangat hati-hati, dan selalu mengawasi
raut muka Naya, jari telunjukku makin mendekat ke arah puting sebelah
kanan Naya. Dan akhirnya jari telunjukku dapat menyentuh putingnya
tersebut meski dari luar bajunya. Karena tidak ada ekspresi apa-apa dari
Naya, kucoba untuk sedikit menekan putingnya. Puting tersebut terasa
sedikit keras. Aku tidak tahu apakah puting Naya memang selalu keras
seperti ini atau tidak, tapi yang kubaca dari internet, biasanya puting
cewek mengeras jika dia dalam kondisi horny. Apakah Naya sedang horny saat itu? Dan tiba-tiba Naya terbangun. Dengan sigap langsung kusingkirkan tanganku dari payudara Naya.
"Eh... udah sampe ni nay..." kataku.
Naya tidak menjawab. Dia terlihat belum sadar 100% dari tidurnya. Aku pun mencoba membantunya turun dari mobil.
"Udah, gausah chan... aku bisa sendiri..." katanya ketika aku mencoba membantunya.
Setelah Naya turun dari mobil, dia terlihat baru menyadari jika
tangannya masih menggenggam celana dalam miliknya. Sehingga dia berusaha
menyembunyikannya dibalik tubuhnya.
"Ayok masuk aja nay... barang-barangnya diturunin besok aja... kamu
langsung istirahat aja dulu..." kataku sambil mempersilakan masuk ke
rumah kontrakanku.
Aku membiarkan Naya tidur di kamarku lagi. Sedangkan aku beristirahat
sejenak di kursi ruang tengah, namun aku malah ketiduran hingga pagi.
****
Pagi hari. Ketika kubuka kelopak mataku, aku melihat sesosok wanita
sedang duduk di sebuah kursi menatap ke televisi. Dia mengenakan sebuah
kemeja flanel yang terlihat kebesaran untuknya. Sedangkan bawahnya....
aku tidak yakin dia mengenakan apa, yang kulihat hanyalah sebuah paha
yang putih. Kedua kakinya ditekuk dan dirangkulnya. Setelah kukumpulkan
kesadaranku, aku kembali memastikan siapa cewek tersebut. Dan benar,
cewek tersebut adalah Naya.
Sepertinya Naya sadar jika aku telah terbangun. Dia pun menurunkan kedua
kakinya dari kursi dan berusaha menutupi pahanya dengan bantal.
"Hai chan... udah bangun...?" sapanya.
"Naya?" jawabku sambil berusaha bangkit dari tidurku.
"Iya chan?" tanyanya.
"Kok kamu pake baju itu..? tanyaku.
"Tadi aku mau ganti baju, soalnya gerah pake baju yang kemarin.... trus
ternyata bajuku masih di mobil semua... lalu aku liat baju ini di
gantungan.... ini baju kamu kan?" jawabnya mencoba menjelaskan.
"Iya, itu bajuku..." jawabku.
"Pinjem dulu ya chan... ntar aku cuciin kok..."
"Trus yang..." kataku sambil menatap bagian bawah tubuhnya.
"Gak kok... aku gak minjem kamu kalo yang bawah..." jawabnya.
Artinya Naya tidak memakai celana. Karena yang kutahu dia mengenakan rok panjang dan sebuah celana dalam kemarin.
"Bentar... aku ambilin barang-barangmu ya nay..." kataku.
"Udah, nanti aja chan.... gapapa kok... em... kamu mau minum? aku bikinin ya..." katanya.
"Eehh... gausah nay... kamu kan tamunya, aku tuan rumahnya... masa kamu yang bikinin minum..." kataku.
"Gapapa chan... ini udah kayak rumahku sendiri kok" jawabnya sambil berlalu menuju dapur.
Sesaat kemudian, Naya kembali dengan 2 cangkir teh hangat.
"Chaan... maaf ya kalo semalem aku marah-marah ke kamu..." katanya.
"Gak gak... aku yang harusnya minta maaf... kemarin becandaku
kelewatan... maaf kalo aku kurang sopan ngomongnya nay..." jawabku.
"Iya, gakpapa kok chan... lagian aku salah juga... eh tapi jangan kasih
tahu siapa-siapa ya chan... semalem itu malu-maluin banget sumpah...."
katanya.
"Iya, gak bakal aku sebarin kok.... eh tapi nay..." aku mencoba
menanyakan celana dalamnya yang tidak jadi ia kenakan semalam. Tapi
kuurungkan niatku untuk menanyakan itu, karena aku takut kalau Naya
marah lagi.
"Tapi apa chan?" tanyanya.
"Gakpapa nay, gak jadi... hehe" jawabku.
"Eh.. pinjem kunci mobilnya dong... mau ambil barang-barang dulu..." katanya.
"Biar aku aja nay...."
"Udah... kamu minum aja dulu... aku bisa sendiri kok..." katanya.
Aku pun merogoh sakuku untuk mengambil kunci mobil dan menyerahkannya ke
Naya. Naya pun berjalan keluar menuju mobil yang kuparkir di depan
garasi. Kulihat tubuh Naya dari belakang ketika berjalan keluar.
Pantatnya memang tertutup oleh ujung kemejaku, namun pahanya yang putih
itu tetaplah terlihat dengan jelas. Dan sekarang dengan beraninya dia
keluar rumah dengan pakaian seperti itu.
Aku mencoba mengikutinya. Aku mencoba mengawasinya dari balik jendela
ruang tamu. Jalanan depan rumahku tidak bisa dibilang sepi. Setiap
menitnya pasti ada saja yang lewat. Namun Naya dengan pedenya berjalan
menuju mobil sambil tidak mengenakan celana. Untungnya tidak ada yang
lewat ketika Naya berjalan menuju mobil, sedangkan ketika Naya sampai di
samping mobil, tubuhnya tidak akan terlihat dari jalan karena tertutup
badan mobil.
Ketika Naya membuka pintu tengah mobil, apa yang kukhawatirkan akhirnya
benar-benar terjadi. Ya, Naya membungkukkan badan badan ketika mencoba
meraih barang yang ada di dalam mobil. Dan benar, ujung kemeja tersebut
tertarik ke atas. Namun apa yang terlihat tidaklah seperti apa yang
kubayangkan. Aku membayangkan jika ujung kemeja itu tertarik keatas, aku
dapat melihat dapat melihat celana dalam Naya. Tapi ternaya tidak, yang
terlihat justru 2 bongkahan pantat Naya! Ya, naya tidak memakai celana
dalam!
Naya sempat menyadari jika ujung kemeja yang ia kenakan tertarik ke
atas. Naya mencoba membetulkan posisi ujung kemeja tersebut, namun
nampaknya ujung kemeja tersebut memang tidak dapat menutupi pantatnya
sepenuhnya. Dan sekarang Naya malah membiarkan pantanya terekspos begitu
saja. Padahal di balik mobil, sekarang ada beberapa orang yang sedang
lalu-lalang. Sungguh pemandangan yang mendebarkan.
Pemandangan yang kulihat hampir sama dengan yang video, hanya bedanya
sekarang aku melihatnya secara langsung. Tanpa kusadari, sekarang aku
sudah mengeluarkan penisku dan mulai mengocoknya. Namun sayangnya hal
itu tidak berlangsung lama, karena Naya mulai berbalik badan dan
keambali masuk ke rumah. Aku pun langsung memasukkan penisku kembali ke
sangkarnya, dan kembali ke ruang tengah.
"Udah semua nay?" tanyaku.
"Bentar chan, masih ada beberapa..." jawbanya.
"Kalo udah nanti kuncinya kasih aku ya... mau aku balikin mobilnya... temenku mau make soalnya"
"Oke..."
Singkat cerita, aku sudah bersiap-siap untuk mengembalikan mobil ke rental.
"Kamu di rumah aja ya nay... aku cuma bentar kok..." kataku.
"Oke chan..."
Aku pun mengendarai mobil tersebut ke rental yang jaraknya sekitar 10
menit dari rumahku. Sesampainya di tempat rental, aku kembali mengecek
isi mobil untuk memastikan tidak ada lagi yang tertinggal. Ketika aku
menyusur semua bagian mobil, aku melihat saku belakang jok sedikit
mengembung yang artinya ada sesuatu didalamnya. Dan ketika aku cek,
terdapat sebuah bra! Apakah ini bra Naya yang dilepas semalam? Kenapa
Naya tidak mengambilnya lagi? Sepertinya dia telah lupa. Aku pun
memungut bra tersebut dan menyimpannya.
Aku kembali ke rumahku. Ketika sampai di rumah, aku kaget karena ada
sebuah motor terparkir di depan rumah. Motor tersebut adalah motor teman
sekontrakanku, yang artinya dia telah kembali dari kampungnya. Tetapi
yang membuatku panik adalah bagaimana jika temanku tersebut memergoki
Naya yang hanya memakai kemejaku tanpa memakai apa-apa lagi di baliknya?
Aku pun bergegas untuk masuk ke rumah.
Di dalam rumah, kulihat temanku (panggil saja Bagas) sedang mengobrol
dengan akrabnya dengan Naya di ruang tengah. Aku cukup lega karena Naya
sekarang sudah mengganti pakaiannya. Dia kini memakai kaos lengan
panjang dan rok panjang juga.
"Oii bro! Lu kok gak ngomong-ngomong kalo sepupu lu kesini? Hampir aja gue kira maling tadi... haha" sapa Bagas.
Sepupu? Tanyaku dalam hati. Lalu kemudian aku melihat Naya yang
memberiku isyarat. Mungkin Naya sengaja memperkenalkan diri sebagai
sepupu agar Bagas tidak berpikiran yang macam-macam.
"Eee... e... iya gas... soalnya mendadak.. hehe" jawabku asal.
Aku pun bergabung mengobrol dengan mereka. Namun beberapa saat kemudian Bagas malah berpamitan lagi.
"Mau kemana lagi lu?" tanyaku.
"Mau ke ****.. gue cuma drop barang aja kesini... 2 hari lagi paling gue udah balik lagi kesini.." jawabnya.
"Oalah.. yaudah... ati-ati ya bro..."
"Siip..." jawabnya.
Tinggalah aku berdua lagi dengan Naya.
"Kenapa kamu ngeliatin aku kayak gitu?" tegur Naya karena aku memandangnya.
"Aku tadi panik tau..." jawabku.
"Panik kenapa?"
"Gimana gak panik... aku kira kamu masih pake kemejaku kayak tadi... gimana kalo Bagas ngeliat kamu kayak gitu coba?"
"Hehehe...gak kok.... aku tadi langsung ganti baju begitu denger ada suara motor brenti di depan..." jawabnya.
"Kok malah ketawa sih... aku serius lho nghawatirin kamu... untung saja
tadi cuma temenku, coba kalo yang datang rampok, trus ngeliat kamu pake
baju kayak tadi, bakal diperkosa kamu... tau ga?" kataku dengan nada
yang agak tegas.
"Maa... maafin chan... makasih juga kalo kamu udah nghawatirin aku..." jawabnya memelas.
"Aku pengen nanya ke kamu. Kamu tu kayak punya dua kepribadian, tau gak
sih? Kadang-kadang kamu pake baju yang serba ketutup, tapi kadang-kadang
auratmu juga kamu perlihatin dengan mudahnya..." kataku.
"Tadi pagi mungkin pakaianku udah kelewatan chan.... tapi itu gara-gara emang gak ada baju lagi buat dipake..." jawabnya.
"Tapi kemaren-kemaren, pas kamu nginep disini pakaianmu juga kebuka-buka nay..."
"Aku emang pake pakaian kayak gitu kalo di dalam rumah, di rumahku aja aku selalu pakai kayak gitu..." jawabnya.
"Iyaa... tapi di rumah ini kan ada aku juga... aku ini cowok, dan aku
bukan mukhrimmu.... dan sebagai cowok normal, aku pasti bakal berpikir
yang jorok kalo ngeliat kamu pake kayak gitu... apalagi kalo kamu gak
pake daleman..." kataku.
"Kok kamu tau kalo aku ga pake daleman?" tanyanya.
"Okedeh. aku jujur. aku kadang merhatiin itumu (sambil menunjuk
payudaranya). Tapi itu bukan salahku, salah kamu sendiri yang pake baju
yang 'mengundang' begitu. Dan kalo aku perhatiin, aku bisa tau apakah
kamu pake beha atau tidak. Dan maaf, gara-gara itu aku berpikir jorok.
Apalagi setelah aku gak sengaja ngeliat tetek kamu pas kamu lagi bangun
tidur waktu itu. Harusnya kamu sadar kalo mataku sering menatap ke
itumu..." jelasku.
"Iyaa.. aku tau kok kamu sering ngliatin tetekku." katanya.
"Nah, kalo kamu tau ku sering ngliatin itumu, apa kamu gak risih?" tanyaku.
"Ha.. harusnya sih aku risih..." jawabnya.
"Maksudnya?" tanyaku.
"Harusnya sih aku risih.. tapi gak tau kenapa aku malah suka..." jawabnya.
"Suka? suka apa?" tanyaku.
"Aku suka kalo diliatin..." jawabnya.
"Maksud kamu apa sih?" tanyaku.
"Chaan... aku mau jujur beberapa hal ke kamu.... tapi kamu harus janji
gak bakal ngomong masalah ini ke siapa-siapa....." katanya.
"Aku janji nay... apapun demi kebaikanmu..." kataku.
Naya menghela nafas panjang sebelum dia mengatakan yang sesungguhnya.
"Aku sedikit mengidap kelainan chan..." katanya.
"Kelainan? Kelainan apa?" tanyaku.
"Eksibisionis..." katanya lirih.
Eksibisionis. Aku sudah menduga dia akan mengatakan itu. Aku sudah
merasa jika Naya mengidap kelainan itu. Aku pun bingung harus menjawab
apa.
"Kamu tau kan eksibisionis?" tanyanya.
"Iya.. aku tau... " jawabku.
"Gak cuma itu chan.. aku akui kalo aku jarang make daleman. Gak cuma di
rumah, di luar rumah pun aku sering gak pake. Itu satu. Yang kedua aku
emang biasa pake baju yang kata kamu 'mengundang' kalo di rumah. Dan
bahkan kalo tidak ada siapa-siapa di rumah, aku mungkin bakal gak pake
apa-apa. Yang ketiga, aku emang sering tidur gak pake apa-apa ketika aku
gak bisa tidur." jelasnya.
Aku tidak tahu harus menjawab apa setelah mendengar penjelasan Naya
tadi. Naya pun masih melanjutkan penjelasannya. Aku juga tidak menyangka
jika Naya menceritakan semua kebiasaan anehnya itu.
"Terserah kamu, kamu mau men-judge aku kayak apa. Aku punya kebiasaan
seperti itu serta-merta karena aku suka nglakuinnya. Kalo kamu nganggep
aku cewek murahan, itu terserah kamu. Yang jelas aku belum pernah
disentuh cowok, aku belum pernah ngesex, dan bahkan aku berani jamin
kalo aku masih virgin..." lanjutnya.
"Nay... kamu gak perlu nyeritain itu semua... aku tau kamu itu cewek
baik-baik... aku juga gak pernah ngejudge kamu yang aneh-aneh... kalo
itu emang udah kebiasaanmu, dan kamu suka ngelakuinnya yaudah terserah
kamu..." kataku.
"Maaf chan... aku kebawa emosi..... tapi aku lega..." katanya.
"Lega kenapa?" tanyaku.
"Lega karena aku bisa nyeritain ini ke orang lain...." katanya.
"Jadi baru aku yang tau soal ini?" tanyaku.
"Iyaa...."
"Okee... aku gak bakal nyeritaiin ini ke siapa-siapa... sebagai teman,
aku hanya bisa njagain kamu biar kamu gak kenapa-apa" kataku.
"Makasih chaann... aku tau kok kamu orangnya kayak gitu..."
"Tapi... tapi kenapa kamu mau cerita ini ke aku?" tanyaku.
"Soalnya..... aku... suka kamu chan...." jawabnya.
Deg. Apa maksudnya dia suka aku? Apa dia naksir aku? Apa hanya aku aja yang geer?
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar