original stories (by anonymous)
Keesokan harinya...
Jam sudah menunjukkan pukul 7. Tapi Naya tak kunjung keluar dari kamar.
Segera kubangunkan dia seperti janjiku semalam.
"Nay... nay... bangun nay... udah siang..." teriakku sambil
mengetuk pintu kamarku.
"Nay....?"
Tak ada balasan dari dalam kamar. Aku mencoba membuka pintu yang ternyata
tidak terkunci. Sambil memanggil namanya perlahan aku masuk ke kamar yang
notabene adalah kamarku sendiri. Saat kepalaku sudah masuk ke dalam lewat celah pintu,
apa yang kulihat adalah hal yang sangat diluar dugaanku!
Di atas kasur yang aku taruh langsung diatas lantai Naya terlihat terlihat
masih tertidur dengan posisi miring menghadap tembok atau membelakangiku.
Selimutku menutupi tubuhnya dari ujung kaki sampai ke pinggang. Namun yang
membuatku terkejut adalah aku dapat melihat punggungnya tidak tertutup apa-apa
yang dapat diartikan dia tidak memakai baju bagian atas! Meskipun aku hanya
melihat punggungnya tanpa melihat tubuh bangian depannya, penisku tetap
bereaksi. Lagi-lagi Naya berhasil membuatku tersiksa.
Aku bertanya-tanya, apakah dia masih memakai baju bagian bawahnya atau tidak
karena masih tertutup selimut. Sampai aku melihat tanktop dan celana yang dia
pakai semalam tergeletak di samping kasur. Itu berarti Naya tidak memakai
apa-apa alias telanjang bulat!
Entah apa alasannya dia tidur telanjang. Apakah itu kebiasaanya? Tapi dia
kenapa berani untuk melakukannya di kamarku? Apakah dia memang sengaja untuk
menggodaku? Naya yang kukenal tidaklah se-bitchy itu!
Tiba-tiba Naya bergerak. Dia memutar tubuhnya! Kini dia terlentang dan
selimutnya hanya menutupinya sampai ke perutnya saja. Akhirnya apa yang selama
ini ada di imajinasiku kini dapat terlihat langsung! Apalagi kalau bukan dua
buah gunung kembar miliknya, yang sedikit berguncang dengan indahnya saat dia
memutar tubuhnya. Terlihat kulit payudaranya berwarna putih sekali. Dan kedua
puncaknya terdapat puting yang mungil sekali. Mungkin itu kenapa putingnya tidak
dapat terlihat dari luar bajunya.
Tubuh Naya masih bergerak-gerak, tapi matanya masih terpejam. Kini dia
merentangkan kedua tangannya yang membuat payudaranya tertarik keatas. Sungguh
pemandangan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Selanjutnya kedua tangannya
mulai mengucek-ngucek matanya. Tiba-tiba matanya mulai terbuka dan terlihat
masih beradaptasi dengan terangnya suasana. Aku mulai panik, karena Naya akan
memergokiku masuk tanpa ijin ke kamar dan melihat tubuh polosnya tersebut. Aku
sempat berpikir untuk langsung menutup pintu dan pergi dari situ, namun sudah
terlambat.
"Chan?" katanya sambil masih mencoba untuk membuka mata.
Aku panik dan gugup. Aku sampai bingung harus berbicara apa.
"Eee... anu...nay... aku... aku....cuma mau bangunin kamu....."
kataku sambil terbata-bata.
"Jam berapa sekarang chan?" tanyanya polos. Sepertinya dia belum
menyadari kalau payudaranya terbuka.
"Eee... anu..ss.setengah delapan.."
"Kenapa kamu ngomongnya gugup gitu?" tanyanya.
"Ee... anu.."
Aku belum sempat memberi tahunya mengenai payudaranya yang terekspos, namun
dia menyadarinya dengan sendirinya.
"Oops!" katanya ketika menyadari bagian tubuhnya yang seharusnya
tertutup itu terlihat olehku. Dia pun langsung menarik selimut untuk
menutupinya. Namun yang kulihat dari ekspresi wajahnya dia malah tersenyum
meski tetap dengan raut muka yang terkejut.
"Sss... sorry Nay... aku cuma mau bangunin kamu tadi..." kataku.
"Em... sebaiknya aku keluar deh Nay..." aku langsung beranjak
keluar sebelum mendengar tanggapan apa-apa darinya.
Aku sangat merasa bersalah waktu itu. Meski di lain hal aku dapat melihat
pemandangan yang sangat susah dilupakan olehku. Kini aku kembali menunggu di
ruang tengah sambil menggunya keluar kamar. Saat Naya keluar kamar, dia sudah
mengenakan pakaian yang sama dengan semalam. Namun dia terlihat buru-buru
menuju kamar mandi.
Dari suara yang kudengar dari kamar mandi, sepertinya dia sedang mandi. Dan
sekarang dia menutup pintu kamar mandinya. Setelah dia keluar dari kamar mandi
pun dia terlihat buru-buru langsung masuk ke kamar. Padahal aku ingin berbicara
dengannya perihal permintaan maafku. Aku kembali menunggunya sampai keluar
kamar.
Beberapa saat kemudian, Naya keluar kamar. Kini dia berpakaian serba
tertutup lengkap dengan hijabnya, meski tetap memakai celana jeans ketat yang
menampakan bentuk tubuhnya. Dia langsung menghampiriku. Namun ketika aku hendak
memulai percakapan, dia langsung memotongnya.
"Chan... anterin aku ke kampus yuk... udah mau mulai nih tesnya"
katanya. Aku baru ingat kalau hari ini adalah harinya untuk mengikuti tes masuk
universitas.
"Ee... tapi aku belum mandi Nay" kataku.
"Gapapa... anterin aja kok.. ntar kamu langsung balik aja..." katanya.
"yaudah deh..." aku langsung bergegas mengeluarkan motorku.
Selama di perjalanan, aku mencoba memulai percakapan.
"Nay..?"
"Iya?"
"Sorry ya buat yang tadi pagi..." kataku.
"Sorry karena apa?" jawabnya. Entah dia benar-benar lupa kejadian
tadi pagi atau memang dia sengaja berpura-pura seperti tidak terjadi apa-apa.
"Karena aku nyelonong masuk ke kamar...."
"Ngapain minta maaf? Itu kan kamarmu... ya wajar dong kalau kamu masuk
ke kamarmu sendiri..." jawabnya.
"Tapi... tapi aku jadi gak sengaja ngeliat itunya kamu..."
"Itunya apa?"
"Tetek kamu...." jawabku.
"Oh..." dia hanya menjawabnya seperti itu. Aku tidak bisa melihat
raut mukanya sewaktu dia menjawab seperti itu. Apakah dia marah?
"Gapapa kok chan..."
"Kamu gak marah kan nay?"
"Gak kok... Udah sih, lupain aja..." jawabnya. Sebuah jawaban yang
sukup melegakan, meskipun aku tidak yakin apakah dia benar-benar merasa 'tidak
apa-apa'.
Sebenarnya aku ingin menanyakan kenapa dia tidur telanjang, namun karena Naya
tidak mau membahas kejadian itu lagi maka kuurungkan niatku.
Akhirnya kami sampai di tempat tujuan.
"Makasih ya chan... kamu pulang sana gih... mandi... kamu bau tau...!
haha" katanya sambil bercanda. Terlihat kalau Naya memang berusaha melupakan
kejadian yang baru kami alami.
"Iya deh iya.... ntar kalu udah selesai telpon aja ya... ntar aku
jemput." kataku.
"Oke" katanya sambil tersenyum.
"Semangat ya tesnya..."
****
Ketika aku sampai ke kontrakanku, reflek aku langsung masuk ke kamarku.
Karena sudah menjadi kebiasaan setelah aku bepergian, aku selalu menaruh kunci
motor ke kamarku.
Ketika aku masuk ke kamarku, kulihat kasurku sudah rapi kembali. Selimutnya
pun sudah dilipat kembali. Namun pada saat aku menaruh kunci motor ke meja
komputerku, ada sesuatu yang teregeletak diatas keyboard komputerku. Sebuah
tanktop dan hotpant!
Apalagi kalau bukan tanktop dan celana yang dipakai Naya semalam. Mungkin
tadi dia buru-buru sehingga meninggalkan begitu saja pakaian kotornya tersebut
di meja tanpa merapikannya atau menyimpannya. Kupungut pakaian tersebut, dan
entah kenapa aku mempunyai rasa untuk ingin mencium pakaian kotor tersebut.
Kudekatkan celana pendek mungil tersebut ke hidungku, dan kuhirup bau celana
tersebut. Walau bagaimanapun pakaian tersebut langsung menempel pada kulit Naya.
Jadi ketika ku mencium celana pendeknya, aku membayangkan kalau aku sedang
mencium vaginanya.
Penisku tentu langsung bereaksi. Karena aku berada dikamarku sendiri, maka
tak ada alasan lagi untuk malu mengeluarkannya. Segera saja aku lepas celanaku.
Pada saat aku melepas celanaku, aku melihat pakaian kotor Naya yang lain, namun
kali ini sudah dilipat rapi dan ditaruh dibawah meja. Pakaian tersebut
merupakan pakaian yang dipakai Naya saat perjalanan kemari. Dan yang paling
menyenangkan adalah, di tumpukan pakaian kotor tersebut juga terdapat pakaian
dalam Naya!
Sudah tentu tak bakal kusia-siakan harta karun tersebut. Kuperlakukan bra
dan celana dalamnya tersebut sama dengan apa yang kulakukan pada hotpantnya.
Kuhirup kuat-kuat celana dalamnya tepat di bagian dimana vaginanya berada. Dan
selanjutnya kugunakan kain segitiga tersebut untuk mengusap-usap penisku.
Setelah aku mendapat kepuasan dari onaniku waktu itu, kukembalikan pakaian Naya
ke tempatnya semula agar dia tidak curiga.
****
2 Jam kemudian, Naya menelponku untuk minta dijemput. Saat kutunggu dia di
depan kampusku, dia berlari ke arahku. Tampak wajah sumringah di wajahnya.
Sepertinya dia berhasil melewati tes masuk kuliah. Tiba-tiba dia memelukku!
"Yay!" katanya.
Aku yang tidak siap menerima pelukan itu, hampir terjatuh karenanya.
"Aku ketrima chan!" teriaknya. Seketika orang-orang sekililing
kami menatap kami semua. Aku yang merasa malu, ingin segera pergi dari sana.
"Udah yuk ah pulang.... malu diliatin orang Nay..."
"Hihihii.... sorry yah..." Naya pun melepas pelukannya.
"Eh kamu udah makan chan?" tanyanya.
"Belum nih... makan yuk..." ajakku.
"Hmmm... antar aku ke pasar aja, ntar aku masakin... hihi"
katanya.
"Kamu bisa masak?"
"Ih.. jangan ngeremehin kalo belum nyoba... hehe"
"Okedeh kalo gitu..." kami pun menuju pasar.
Sesampainya di rumah, Naya langsung menuju dapur. Aku juga menghampirinya
untuk membantunya.
"Apa yang bisa kubantu Nay?" tanyaku.
"Udah... kamu istirahat aja... Aku bisa sendiri kok..." jawabnya.
"Yakin?"
Naya hanya mengangguk sambil tersenyum manis.
"Yaudah kalo gitu. Eh.. aku pinjem kamarnya ya..." kataku.
"Itu kan kamarmu... masuk aja... gausah ijin kali... emang mau ngapain?"
"Mau ngegame... hehe" kataku.
Aku pun segera menuju kamarku. Ketika masuk ke kamar, aku baru ingat kalau
ada pakaian kotor Naya di meja dan kusri komputerku.
"Nay.... Ini yang di meja komputerku bajumu yah?" teriakku dari
dalam kamar.
"Oiya chan.... sorry tadi buru-buru, jadi aku taruh situ..... Ambil aja
taruh bawah chan!" teriaknya dari dapur.
Aku lakukan sesuai apa yang Naya perintahkan. Namun sekali lagi aku mencium
pakain kotor tersebut sebelum aku taruh bawah meja. Lantas aku lanjutkan
bermain game online.
Beberapa saat kemudian, Naya masuk ke kamar. Dia sempat menontonku bermain
game sambil berdiri di belakangku.
"Udah mateng nay?" tanyaku.
"Belum lah... sabar yah... hihi.... eh chan, itu gamenya bisa dstop
bentar gak?" tanyanya.
"Emang kenapa nay?"
"Kamu keluar bentar... aku mau ganti baju... gerah pake ini..."
katanya.
"Aduh ini game online nay... gabisa dipause" jawabku.
"Yah... yaudah deh... kamu main aja tapi jangan noleh dulu ya...?"
"Serius kamu mau ganti baju disini?"
"Iya... jangan noleh dulu... bentar..." katanya sambil memegang
kepalaku dengan kedua tangannya yang dimaksudkan agar kepalaku tidak
bergerak-gerak.
Seketika aku langsung membayangkan apa yang sedang dilakukan Naya
dibelakangku. Aku membayangkan bagaimana dia melucuti pakaiannya satu-persatu.
Walaupun aku tidak dapat melihatnya, tapi coba bayangkan saja bagaimana
perasaanmu kalau ada cewek cantik yang sedang ganti baju dibelakangmu.
"Nay? Kamu jadi ganti baju?" tanyaku karena tiba-tiba suasana
hening.
"Iya ini aku udah bugil"
Deg. Mendengar jawabannya tersebut, pikiranku udah kemana-mana.
"Loh nay. Kan pintunya belum ditutup" aku bermaksud memberitahunya
perihal pintu kamarku yang masih terbuka lebar.
"Udah gapapa... lagian ga ada orang juga... aku malah takut kalau aku
sama kamu satu ruangan tertutup sedangkan akunya gak pake apa-apa...
hiihih" jawabnya.
"Emangnya aku bakal ngapain? Perkosa kamu?"
"Siapa tahu... heheeh" jawabnya.
"Gak bakal lah... aku gak sebejat itu...."
"Iya kok aku percaya... kamu orangnya gak bakal macem-macem... hehe....
udah nih.." katanya.
"Udah boleh noleh nay?"
"Udah..."
Entah kenapa aku merasa penasaran sekali sehingga langsung menoleh untuk
melihat apa yang dikenakannya. Sekarang dia mengenakan baju terusan dengan 2
buah tali menggantung di bahunya, sedangkan bagian bawah bajunya tidak terlalu
pendek namun tetap memperlihatkan pahanya. Dapat kupastikan lagi kalau dia
tidak memakai bra sedangkan apakah dia memakai celana dalam atau tidak, aku
tidak tahu.
"Kenapa sih kamu? Mentang-mentang udah dibolehin noleh, langsung antusias gitu? Pesanaran
banget sama penampilanku ya? hihi" katanya.
"Ah enggak..... cuma mau mastiin apa kamu masih cantik apa
enggak..." kataku.
"Eh.. udah bisa ngegombal ni sekarang ya..... trus menurutmu aku masih
cantik nggak pake ini...?"
"Masih kok... Kamu pake apa aja pasti tetep cantik..." gombalku.
"Kalo gak pake apa-apa? masih cantik juga?" tanyanya.
Deg. Aku gak menduga dia menanyakan hal seperti itu. Entah maksudnya cuma
bercanda atau memang sedang menggodaku. Mungkin juga dia terbawa suasana oleh
keakraban ini.
"Kalo itu gak tahu... aku kan blum pernah liat... hehe" jawabku.
"Jangan sampe ya.... haha" jawabnya sambil melenggang ke dapur.
Aku kembali dengan gameku, sedangkan Naya melanjutkan memasaknya.
Beberapa saat kemudian...
"Kalian gak punya meja makan ya chan?" teriaknya.
"Gak ada nay... makannya lesehan di ruang tengah aja..."
"Ooh... udah mateng nih chan..."
"Siap!"
Kebetulan juga gameku sudah selesai sehingga aku langsung bergegas menuju
ruang tengah. Aku sudah duduk standby ketika Naya datang membawa piring-piring.
Ketika dia meletakkan piring-piring tersebut, aku dapat melihat belahan dada Naya
jauh lebih dalam. Dia memang tidak memakai bra. Namun sayang aku tidak dapat
melihat putingnya, padahal aku suka sekali dengan puting Naya setelah
melihatnya tadi pagi.
"Heh! Bantuin kek.... malah ngliatin gitu..." tegur Naya.
"E..e... iya sorry..."
Akhirnya kami menyantap masakan Naya. Dan kuakui, masakannya memang enak.
Sepertinya dia memang berbakat dalam hal masak-memasak. Aku tak henti-hentinya
memuji masakannya. Dia pun terlihat senang ketika aku menyukai masakannya.
Naya benar-benar membuatku jatuh cinta. Dia merupakan sosok calon istri
idaman setiap lelaki. Kepribadiannya yang mandiri, pintar memasak, dan tentu
kecantikannya yang akan membuat suaminya mengajaknya melakukan adegan ranjang
tiap hari. Bahkan baru 2 hari dia dia disini aku merasa kalau kami adalah
sebuah pasangan suami-istri yang baru saja menikah. Naya benar-benar
membuktikan kalau dia layak diperjuangkan.
"Ngomong-ngomong kamu berapa hari disini nay?" tanyaku.
"Gak tau chan... kamu gak ngusir aku kan?"
"Ya gak lah... aku malah pengen kamu lama-lamain disininya.... kan enak
bisa dimasakin terus... haha"
"Hehe... iya.. aku juga betah kok disini.... lagian kamu juga udah
janji ngajakin aku jalan-jalan..."
"Besok ya... aku antar kamu kemana aja kamu mau..."
"Hehe... makasih ya chan..."
"Aku yang harusnya makasih... udah dimasakin makanan seenak ini...
haha"
"Udah sih.. dari tadi muji terus... haha"
"Abis emang enak banget kok nay... cowokmu pasti beruntung banget yah
punya pacar yang pinter masak kayak gini..."
"Haha... seharusnya sih gitu... tapi sayangnya aku yang gak beruntung
gak bisa pamerin masakanku ke pacar" jawabnya.
"Emang kenapa?"
"Karena gak ada orangnya yang mau dipamerin... haha" jawabnya.
"Maksudmu kamu ga ada pacar?" tanyaku.
Naya hanya mengangguk malu.
"Emang kenapa kalo aku jomblo?" tanyanya tiba-tiba.
"Ah.. gak papa kok" jawabku sambil menunduk menyembunyikan
senyumanku. Aku tidak dapat menyembunyikan ekspresi kegembiraan mendengar kalau
Naya tidak punya pacar.
Naya juga terlihat tersenyum tersipu malu.
"Kalo kamu? Cewekmu gak marah kan? Kalo tahu pacarnya tidur serumah
sama cewek lain?" tanyanya memecah kecanggungan diantara kami.
"Sama kayak kamu nay. Gak bakal ada yg marah.. hehe" kami kembali
saling tersipu malu.
Keadaan sempat hening beberapa saat hingga kami selesai makan. Naya pun
mulai membereskan piring-piring kotor kami. Pada saat dia hendak berdiri, aku
melihat bagian bawah bajunya sedikit tersingkap. Aku dapat melihat kedua paha
bagian dalamnya dengan cukup jelas meski cuma singkat. Aku juga dapat melihat
sedikit bayang-bayang hitam di bagian selangkangannya. Mungkin saja dia
mengenakan celana dalam warna hitam. Namun jika benar dia memakai celana dalam
warna hitam, seharusnya aku dapat melihat bentuk celana dalam tersebut dari
luar bajunya karena memang warnanya yang kontras. Berarti bayang-byang hitam di
selangkangannya tersebut adalah rambut kemaluannya! Atau memang hanya karena
dibagian tersebut cukup gelap sehingga aku melihatnya sebagai bayang-bayang
hitam yang tidak jelas. Yang jelas Naya menyuguhkan pemandangan yang indah untukku
meski tak disengaja olehnya.
"Kamu biasanya nyuci sendiri atau laundry chan?" tanyanya membuka
percakapan sambil membereskan piring kotor.
"Biasanya laundry sih... paling yang nyuci sendiri cuma daleman
aja..." jawabku.
"Oh.... tapi kamu punya deterjen kan? Aku mau nyuci soalnya..."
"Ada sih.... Kenapa gak dilaundry aja? Kan gak repot...."
"Ah cuma dikit kok yang dicuci... cuci sendiri aja lah.... dalemanmu
mau sekalian aku cuciin gak? hihi"
"Ah jangan.... biar aku cuci sendiri aja... ahaha" jawabku.
****
Malamnya...
Aku merencanakan sesuatu. Aku berencana mengintip Naya ketika hendak tidur!
Aku ingat kalau gorden jendela kamarku kurang panjang sedikit, sehingga
memiliki sedikit celah dibawahnya meskipun gordennya tertutup rapat. Aku sungguh
tidak sabar untuk melancarkan aksi ini. Namun tentunya aku harus menunggu Naya
masuk ke kamarnya.
Momen yang dinanti-nanti pun akhirnya tiba.
"Besok rencana mau jalan-jalan jam berapa?" tanyanya.
"Terserah kamu nay.... pagi aja biar puas..."
"Okelah kalo begitu... aku tidur dulu ya...."
"Oh iya nay... jangan lupa kunci pintunya... hehe" kataku.
"Iya... pasti... hihi"
Aku pun menunggunya masuk ke kamar. Dan setelah Naya masuk ke kamar dan terdengar
bunyi 'klek' pertanda pintu sudah terkunci, aku bergegas berlari kecil ke luar
rumah menuju jendela kamarku. Dan beruntungnya aku, ternyata memang ada selah
untukku mengintip. Meski celahnya kecil sekali, aku tetap dapat melihat Naya
dengan jelas, dan Naya tidak mungkin melihatkuku karena diluar yang gelap.
Aku melihat Naya masih duduk di depan meja komputerku. Sepertinya dia masih
bermain-main dengan handphonenya. Aku menunggunya dengan sabar. Tentuya aku
harap-harap cemas, apakah dia kali ini akan membuka bajunya atau tidak. Aku
juga mengawasi keadaan sekitar, dan aku pun mulai mengeluarkan penisku.
Naya mulai bergerak. Kulihat dia mengambil sebuah botol lotion dari tasnya.
Lantas dia mengusapkannya pada kedua lengannya. Namun adegan yang kutungggu
adalah pada saat Naya mengusapkan lotion ke kaki dan pahanya. Naya mengangkat
kakinya ke kursi untuk memberi lotion ke bagian ujung kakinya. Pada saat inilah
aku dapat melihat pahanya ketika dia menekuk kakinya. Namun sayang, aku hanya
bisa melihat duduk Naya dari samping. Jika saja dia duduk menghadap ke arahku, maka pasti
aku dapat melihat bagian selangkangannya.
Aku menikmati momen-momen ketika dia mengusapkan lotion ke pahanya sambil
mengocok penisku. Hingga akhirnya semua bagian lengan dan kakinya sudah
terlumuri lotionnya. Kemudian dia berdiri. Sayang, kali ini dia malah
membelakangiku. Ini karena dia menghadap cermin yang ada di dinding kamarku.
Jantungku berdenar-debar menunggu apa yang akan dilakukannya selanjutnya. Dia
mengikat rambutnya, dan setelah itu apa yang ditunggu-tunggu akhirnya terjadi!
Naya terlihat memegang bagian bawah baju terusannya untuk selanjutnya
menariknya keatas! Perlahan namun pasti, aku mulai melihat bongkahan pantatnya.
Dan benar, dia tidak memakai celana dalam! Dia menarik bajunya dan
meloloskannya ke atas. Kini aku bisa melihat tubuh telanjangnya meski dari
belakang.
Selanjutnya dia kembali mengambil botol lotion. Dia mulai mengusap-usapkan
lotion ke tubuh bagian depannya. Andai saja aku dapat melihatnya, pasti aku
sudah melihat Naya yang meremas-remas payudaranya sendiri. Namun aku cukup
terhibur setelah dia juga melumuri lotion ke pantatnya, sehingga aku dapat
melihat Naya meremas-remas pantatnya.
Adegan demi adegan tersebut semakin memompa nafsuku. Seiring juga naiknya
kocokan pada penisku. Aku merasa pejuku sudah diujung tanduk. Hingga
akhirnya....
Naya membalikkan badan! Akhirnya aku dapat melihat tubuh bagian depannya
yang tak tertutupi sehelai benang pun. Dan akhirnya aku dapat melihat bagian
intimnya! Terlihat begitu indah yang tertutupi rambut kemaluan yang cukup
lebat. Dan saat itu juga aku telah sampai puncaknya.
CROT CROT CROT... pejuku membasahi tembok.
Sebuah kepuasan bisa onani sambil melihat tubuh telanjang Naya. Namun aku
hanya dapat melihat tubuh bagian depannya sebentar saja, karena setelah itu Naya
mematikan lampu kamarnya. Namun setidaknya aku puas sudah melihat setiap bagian
tubuh telanjangnya.
Tapi aku menyesal. Kenapa barusan aku tidak merekamnya saja? Aku kembali
berencana untuk mengintipnya besok, namun kali ini akan kuabadikan.
Setelah 2 malam Naya menginap ditempatku, kini aku lebih tahu tentang
dirinya. Dibalik kecantikannya, ternyata dia memiliki sebuah kebiasaan yang
aneh menurutku. Dia tidak pernah atau jarang mengenakan pakaian dalam jika di
dalam rumah dan bahkan selalu bertelanjang bulat ketika tidur. Apakah dia
mempunyai kelaianan? Atau cuma kebiasaanya? Atau memang kebetulan saja aku
melihat dia melakukan itu?
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar