Jarak antara pos satpam dan rumahku yang tidak begitu jauh terasa jauh
sekali karena suasana yang menegangkan. Tinggal beberapa meter lagi aku
sudah sampai di pos. Aku melihat 2 orang satpam sedang mengobrol. Aku
dekati mereka setelah sebelumnya aku memastikan simpul handukku sudah
rapat.
“Malam Pak…..”sapaku kepada kedua satpam itu. Di seragamnya tertulis
namanya Edi dan Bagus. Keduanya berbadan tegap, tinggi, dan gagah.
“Iya, malam mbak…”sahut kedua satpam itu. Mereka tampak terkejut dan
bengong melihatku. Mereka heran kenapa malam yang belum larut ini ada
cewek cantik dengan penampilan yang hampir telanjang datang ke tempat
mereka. Namun itu hanya sesaat saja, setelah itu mereka terlihat
bersemangat menanggapi aku. Tatapan mereka membuatku merasa sudah
telanjang. Rasanya handuk yang aku pakai sudah tidak ada gunanya lagi.
“Maaf pak aku gak pake baju, bajuku terkunci di dalam lemari.”kataku
“Oh iya mbak, gak pa pa kok. Ada apa ya..? Tanya Edi
“Pak aku mo minta tolong pinjam komputernya. Aku mo kirim email bentar. Boleh ya pak….”kataku.
“Oh iya, silahkan mbak…………”kata Bagus.
Aku berjalan memasuki pos. computer sudah menyala tinggal mencolokkan
flashdisk yang aku bawa. CPU komputernya terletak di bawah sehingga aku
harus menunduk atau berjongkok untuk mencolokkan flashdiskku. Kulihat
dari sudut mataku, Edi dan Bagus berada tepat di belakangku. Seandainya
aku menunduk, pantat dan vaginaku pasti terlihat dari belakang.
Seandainya aku berjongkok, ujung-unjung handukku bagian bawah akan
terbuka lebar sehingga vaginakupun juga akan terlihat jelas dari atas
dan samping tubuhku.
Kembali aku diliputi rasa tegang, jantungku berdebar-debar. Apa yang
harus aku lakukan?? Menunduk atau berjongkok. Akupun memilih menunduk
untuk memasang flashdisk. Karena gugup, flashdisk yang akan aku pasang
tidak bisa masuk-masuk ke colokkannya.
Dari belakang Edi dan Bagus melotot kearah pantatku. Aku mengetahui hal
itu namun pura-pura tidak tahu supaya mereka tidak kaget. Aku merasakan
sensasi yang luar biasa mendebarkan dan mengasyikkan. Vaginaku menjadi
basah, aku terangsang.
Setelah flashdisk terpasang, aq duduk di kursi yg ada di depan monitor.
Ada rasa lega dan kecewa setelah aku memasang flashdisk tersebut. Lega
karena sensasi yang mendebarkan telah berakhir, kecewa karena bagian
sensitifku tidak kelihatan lagi oleh Edi dan Bagus.
Saat aku mengirim email, mereka berdua mendekatiku dan memposisikan diri
disamping kanan dan kiriku. Mereka ingin mencari kesempatan untuk dapat
melihat dari atas belahan dadaku yang terbuka dan pahaku yang sangat
mulus. Kulirik kearah bawahku ternyata vaginaku terlihat mengintip dari
sela-sela belahan handuk yang aku pakai. Aku membiarkan saja dengan
perasaan yang deg-degan.
Edi dan Bagus semakin merapatkan tubuhnya ke tempatku duduk. Mereka
pura-pura bertanya kesana kemari untuk mengulur-ulur waktu supaya aku
lebih lama di pos mereka. Dengan puru-pura tidak sengaja juga, bagus
menempelkan punggung tangannya ke bahuku dan sedikit
menggesek-gesekkannya. Sedangkan Edi meletakkan tangannya di sandaran
kursi sehingga kadang-kadang menyentuh tengkukku. Aku menjadi sangat
terangsang. Aku ingin mereka menciumi dan menjilati sekujur tubuhku
hingga tidak ada yang terlewatkan se inchi-pun namun tidak mungkin aku
yang meminta dan memulai duluan.
Setelah email terkirim, aku tidak langsung beranjak dari tempat itu. aku
berpura-pura mencari file yang akan aku email lagi padahal file yang
harus aku kirim hanya 1 saja dan sudah tidak ada lagi. Lalu muncul ide
nakalku supaya mereka nekat memperkosaku. Berulang kali aku mengambil
nafas dalam-dalam supaya simpul handukku mengendur. Setelah aku rasa
sudah cukup kendur, aku mengambil flash disk yang ada di bawah sambil
tetap duduk di kursi. Aku menundukkan tubuhku untuk meraih flashdisk
tersebut. Bagian punggungku semakin terbuka dan memperlihatkan kehalusan
kulitku karena handukku tertarik kebawah. Saat itulah sebenarnya simpul
handuk sudah terlepas. Jantungku berdebar-debar.
Setelah itu aku berdiri dan handuk yang melilit tubuhku langsung
melorot. “Aiiiihhhhh………………….” Aku menjerit pura-pura kaget. Bukan handuk
yang langsung aku raih, tapi aku hanya berusaha menutupi payudara dan
vaginaku dengan kedua tanganku. Tentu saja usahaku itu sia-sia. Dua buah
payudara hanya ditutupi satu tangan saja sedangkan vaginaku ditutupi
tangan kiri yang masih menggenggam flashdisk.
“Aduhhhh… pak Edi, pak Bagus…. Maaf ya, jadi makin gak sopan.. gak sengaja nih….maaf ya…”kataku.
“Gak pa pa kok mbak….. malah kita senang kok ada pemandangan indah di depan mata kita…”kata Edi.
“Ah, bisa aja pak Edi…”kataku dengan tersipu malu dan bangga.
“Pak, Jangan diliatin terus donk….malu ini lho…. Tolong tutup mata donk pak, aku mau ambil handukku…” aku pura-pura merajuk.
“Eh, maaf mbak. Habis mbak seksi banget sih….lebih baik gak usah pake
handuk deh…. Lebih cantik begini kok” kata Bagus sambil mengambil
handukku yang ada di bawah.
“Sini Gus handuknya biar aku simpan sebagai kenang-kenangan.”kata Edi menimpali
“Jangan pak…. Aduhhh…malu nih pak….sini donk handuknya”kataku merengek.
Edi melipat handukku dan disimpan di dalam tasnya. Otomatis tidak ada lagi sesuatu untuk menutupi tubuhku ini.
“Hehehehe….. ginikan lebih enak di pandang.”kata Edi setelah menyimpan handukku.
“betul ed… pemandangannya lebih indah. Heheheheh..”timpal bagus
Mendengar itu, aku merasa tersanjung. Mereka mendekatiku, aku semakin deg-degan.
“Eh..mau apa kalian..?” tanyaku.
Nampaknya mereka tidak memperdulikan pertanyanku. Bagus mengelus lengan
dan bahuku dengan lembut sedangkan Edi mengelus tengkuk, punggung hingga
pantatku. Bulu kudukku langsung berdiri merasakan elusan itu.
“Eeemmmmm………….” Desahku agak manja sambil memejamkan mata dan sedikit menggeliat karena geli.
“wuihhh….. halusnya…………”kata Bagus sambil terus mengusap-usap bahuku.
“Iya Gus, udah halus…, cantik…, seksi…, mulus lagi… wahhh…. Mimpi apa kita kemarin Gus….”kata Edi
Aku tersipu malu mendengar pujian mereka dan semakin merasa tersanjung.
“Jangan Pak, kembalikan handukku. Aku malu pak…”aku memang merasa malu
tetapi ingin mereka terus melanjutkan perlakuan mereka kepadaku bahkan
ingin mereka lebih nekat.
Bagus mulai mencium pundakku, beralih ke leherku, dan kemudian sedikit menjilat telingaku.
“Eeemmmmmmmm………paaaakkkk……”aku kembali mendesah merasakan ciuman itu
“Udah pak… ccuuukkkuuupppp….aahhhh…..” Aku berkata pelan sambil sedikit
mendesah. Tentu saja hal itu membuat Bagus dan Edi semakin semangat.
Mulutku menolak namun dengan nada menggoda dan tubuhkupun nampak
menikmati. Mereka tidak percaya kalau aku menolak perlakuan mereka.
Dengan mata terpejam dan mulut sedikit terbuka, tanpa sadar tiba-tiba
Edi sudah mendaratkan mulutnya mengulum bibirku. Aku sudah terbuai dan
membalas ciuman Edi pada mulutku.
Bagus menurunkan tanganku yang menutupi payudara dan mengelus payudaraku
lembut sekali. Kadang-kadang putingku di colek-colek hingga membuat aku
tersentak-sentak seperti terkena sengatan listrik. Kadang-kadang dia
juga memuntir-muntir putingku. Aku semakin terangsang dan nafasku
terputus-putus mengikuti colekan-colekan jarinya pada putingku.
Sementara Edi masih tetap mencium bibirku. Dia benar-benar menikmatinya.
Tak dibiarkannya mulutku terlepas dari pagutannya bahkan hampir seluruh
lidahku sampai masuk ke mulutnya karena sedotannya yang kuat
seakan-akan mau menelan lidahku itu. Mulutkupun menjadi menganga lebar
dibuatnya. Ciumannya dahsyat sekali
“Ahhhh….. ahhhh…..ahhhh…..” desahku dengan mulut terbuka lebar karena kenikmatan yang aku rasakan.
Bagus berpindah tempat di belakangku, sementara tangannya masih tetap
meraba-raba payudaraku. Setelah itu, rambutku yang belakang disibakkan
lalu dia menciumi tengkukku. Aku merasa seperti melayang-layang.
Bulu-bulu di sekujur tubuhku meremang.
Tangan Edi turun ke bawah merabai pantatku. Kadang dia meremas kuat
pantatku dan kemudian mengelus-elus lagi. Elusannya bahkan sampai
menelusup di belahan pantatku hingga mengenai anusku. Ciumannya tidak
pernah lepas sedikitpun. Bagus menurunkan satu tangannya sampai pada
vaginaku. Diusap-usapnya vaginaku dengan lembut.
Saat ciuman Edi terlepas, aku menggunakan kesempatan itu untuk mendesah
sedikit keras. Rangsangan yang aku terima pada sekujur tubuhku membuatku
tidak bisa menahan desahan. Nikmat sekali.
“Ooooohhhhhhhhhhhhhhhhh…………………………………….” Desahku
“Aaaahhhhhhhhh…………………………………..” Aku terlonjak kaget. Klitorisku yang
sudah menegang sedari tadi tiba-tiba di jepit oleh jari telunjuk dan
jempol oleh Bagus. Setelah menjepit, dia kemudian memuntir-muntir
klitorisku seperti memuntir-muntir puting payudara. Vaginaku semakin
basah. Rasa nikmat yang aku rasakan tidak bisa aku ucapkan dengan
kata-kata. Klitorisku tidak pernah diperlakukan seperti itu. Terasa
sangat dimanjakan.
“Aaaahhhhh……….aaahhhhhhh…….aaaahhhhhh……..”tid ak ada jalan lain untukku
selain berteriak untuk meredam kenikmatannya. Aku menggeliat-geliatkan
tubuhku, meliuk-liuk seperti penari ular. Dalam waktu singkat, aku sudah
mendekati ambang orgasme. Sebentar lagi pertahananku akan jebol.
“Aaakkkuuu …mau kkkkeluuaaarrr…..oooohhhhhhh……tttteerrruuuuussss…… …”racauku
Edi menggigit ringan leherku yang mendongak. Rupanya dia gemas dengan
mulusnya leherku. Dimainkannya lidahnya disitu, menggelitik leherku yang
jenjang, putih dan mulus. Beberapa saat kemudian,
“Aaacccchhhhhhhhhh………………………iiiiihhhhhhhhhhhh…………aa
aaccccchhhhhhhhh………..” tubuhku menegang sampai beberapa detik, tanganku
meremas pundak edi sekuat-kuatnya lalu cairanku menyemprot dari dalam
vagina setelah itu tubuhku mengejang-kejang. Aku mengalami orgasme
pertama pada malam itu setelah menahan rangsangan birahi sejak keluar
rumah tadi.
Setelah orgasmeku mereda, Bagus mengambil tempat duduk yang ada di depan
computer dan langsung menarikku ke pangkuannya dengan posisi aku
membelakanginya. Kemudian dia meletakkan penisnya tepat di depan mulut
vaginaku dan memasukkan penisnya itu ke dalam vaginaku dengan sekali
hentakan sehingga membuatku terlonjak.
“Ooohhhh……….. aduh……., sakit pak…….pelan-pelan donk………..”kataku dengan
mendongakkan kepala. Vaginaku masih sensitive akibat orgasme tadi. Penis
si bagus membuat vaginaku terasa ngilu. Setelah masuk seluruhnya, Bagus
mendiamkan penisnya supaya vaginaku menyesuaikan dengan penisnya yang
besar itu. Selang beberapa detik, dia mulai mengocok penisnya dalam
vaginaku.
Sementara Edi menyodorkan penisnya ke dalam mulutku. Akupun langsung
membuka mulutku dan mulai mengulumnya. Kumainkan lidahku menggelitik
kepala penisnya yang ada di dalam mulut. Edi tampak sangat menikmatinya.
Dia mendesah-desah dan mengelus rambutku. Lalu tangan satunya
meremas-remas payudaraku.
“Hosh….hosh…gimana mbak??...hosh…hosh….enak gak?? Hehehehe….”Tanya Bagus
dengan nafas yang mendengus-dengus seperti orang sedang berlari.
Pinggulnya masih tetap menggenjotku dengan kecepatan agak tinggi namun
tetap berirama.
Aku tidak menjawab pertanyaan itu. Aku hanya merasakan kenikmatan yang
luar biasa. Tidak lama kemudian nafasku sudah semakin berat. Orgasmeku
sudah dekat.
“Ehmmmmm….ehmmmm…..ehmmmmm…..” begitulah suaraku karena mulutku masih terisi penis Edi.
Malam itu aku di kerjain habis-habisan oleh Bagus dan Edi. Mereka sangat
bernafsu sekali melahap tubuhku. Tubuhku tidak pernah dibiarkan
menganggur barang sedetikpun. Mereka mencumbuku secara bersamaan namun
saat bersetubuh, mereka melakukannya secara bergiliran. Hal itulah yang
membuatku tidak berhenti sama sekali. Saat bagus menyetubuhiku, Edi
hanya mencumbuku sambil mengumpulkan energy untuk giliran berikutnya.
Begitu juga sebaliknya.
Tidak terasa, sudah 2 jam aku dikerjai. Tak terhitung berapa kali aku
mengalami orgasme. Sedangkan mereka berdua sudah mengeluarkan pejunya
masing-masing 2 kali dalam vaginaku. Setelah itu kami bertiga merasa
sangat lelah, terutama aku. Kami beristirahat sambil ngobrol-ngobrol.
Mereka merasa senang bisa berkenalan denganku dan merasakan nikmatnya
tubuhku. Mereka mengakui aku benar-benar sangat cantik dan seksi.
Setelah tenagaku mulai pulih, aku berpamitan mau pulang. Aku meminta handukku untuk di kembalikan.
“Pak Edi, Pak Bagus, saya pulang dulu ya.. uda jam setengah 10 malam.
Aku mau tidur dulu, capek banget habis kalian kerjain tadi.” Kataku
“Oh iya, silahkan mbak Irma… ayo saya antar…” kata Edi.
“Terima kasih Pak Edi, saya bisa pulang sendiri kok. Tolong kembalikan
handuk saya donk…..gak mungkin saya pulang telanjang bulat gini…”kataku
memohon..
“Gak pa pa mbak…. Udah malam, gak bakal ada orang kok.. nie handuknya mo saya simpen buat kenang-kenangan. Hehehehe….” Kata Edi
“tapi pak……..”kataku memelas. Bagaimana nih, aku sudah tidak memiliki
penutup tubuh sama sekali. Di rumahpun juga tidak ada. Apakah aku harus
telanjang terus selama 9 hari ke depan? Batinku. Bagaimana jika aku
kehabisan sembako dan aku harus belanja ke supermarket.
“Ayo saya antar aja mbak….”Kata Bagus menawarkan jasanya.
“Gak pak, gak usah. Aku pulang sendiri saja.. makasih… please, kembalikan handukku donk pak…”kataku
Home
Cerita Eksibisionis
Irma Seorang Istri
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Irma Seorang Istri : Gara-Gara Mencoba Eksib, Aku Jadi..... 9
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar