Setelah bersusah payah akhirnya aku bisa masuk ke dalam rumah. Kakiku
terasa gemetaran dan lemas sekali. Tubuhku langsung ambruk di atas
karpet di ruang tamu rumah. Terong yang menancap di dalam vaginaku
perlahan-lahan dicabut oleh Nyoto. Gesekannya menimbulkan rasa nikmat di
dalam vaginaku hingga membuatku menggelinjang.
“Aaaahhhhh……………………..…” desahku.
“Heheheh…. Enak ya mbak….” Tanya Jupri dengan terkekeh-kekeh
Aku tidak menjawab pertanyaan jupri itu. Mataku hanya terpejam. Dengan
keadaanku yang seperti ini, telanjang bulat dan mulut ternganga, aku
yakin sebentar lagi aku akan dikerjain habis-habisan lagi oleh mereka.
Mau tidak mau, aku harus siap menerimanya.
Aku tidak tahu siapa yang memulai lebih dulu, tubuhku di telentangkan,
pahaku dibuka lebar-lebar, kedua tanganku diletakkan diatas kepalaku
namun mataku masih tetap terpejam. Kedua putingku langsung menjadi
santapan lezat bagi mereka. Tanpa foreplay lagi, salah satu penis mereka
sudah masuk kedalam vaginaku.
Permainan sex kali ini berbeda dari biasanya. Selain kelima kuli
bangunan yang biasa menggangbang aku, kali ini ditambah satu orang lagi
yaitu tukang sayur keliling. Permainan sex tukang sayur itu tidak
sehebat kelima kuli bangunan yang sanggup bertahan lama dan membuatku
mengalami multi orgasme hingga squirting. Selain penis tukang sayur itu
kecil, dia juga tidak sanggup bertahan lama sampai akhirnya dia mundur
dengan sendirinya dari arena pertempuran birahi tersebut.
Permainan berlanjut, kedua puting payudaraku dihisap dan dijilat-jilat
tiada henti oleh Santo dan Kasiman. Terkadang kepala mereka berdua
menelusup di ketiakku, lidah mereka bermain-main di permukaan ketiakku
hingga aku menggelinjang kegelian.
“Aacchhhhh….aduuuhhhh……gggelllli…………aaammmpuuunnnn …….”desahku.
“Ah…ah…ah…. Enak mbak….?” Tanya Jupri terengah-engah sambil tetap menggenjot tubuhku.
Aku mengangguk menjawab pertanyaan Jupri sambil memejamkan mata dan mendesah-desah tak karuan.
“Jawab donk mbak…?”Tanya pak Kardjono
“IIiiiyyaa…..”jawabku.
“iya apa mbak…?”Tanya Nyoto.
“Iiyyyaaaaa……..en..en..eennnnaaakkkk……. ach….ach…ach….” aku berusaha menjawabnya meski terengah-engah.
Sementara penis Jupri sudah tenggelam dan keluar masuk dalam vaginaku.
Dia mengocok penisnya yang besar itu dengan cepat namun berirama.
Kenikmatan yang aku rasakan sungguh luar biasa. Rasa geli dan nikmat
menghinggapi sekujur tubuhku. Aku tidak kuat lagi menahannya sehingga
tidak lama kemudian,
“AAACCCCHHHHHHHHH…………….akuu kkkeluarrrr AAAAACCCCCCHHHHHHHHHHHHHHHH……….” Teriakku.
Satu persatu Jupri dkk menggilir tubuhku hingga aku benar-benar
kehabisan tenaga. Permainan baru berakhir menjelang jam 12 siang.
Sungguh aku tidak pernah membayangkan hal ini terjadi padaku. Berpikir
untuk berhubungan intim dengan orang selain suamiku saja tidak pernah
apalagi berhubungan intim dengan beberapa orang sekaligus.
Kejadian-kejadian erotis selama beberapa hari terakhir ini membuatku
berubah. Aku menjadi sangat menyukai sensasi eksibisionis dan sensasi
sex keroyokan. Aku tidak tahu bagaimana jika nanti suamiku pulang??
Apakah aku masih bisa puas dengan hanya berhubungan sex dengan suamiku
saja?? dan apakah pelecehan-pelecehan seksual yang aku sukai ini juga
akan berakhir??
Setelah kelima kuli bangunan itu puas, mereka kembali melanjutkan
pekerjaan mereka sementara aku hanya bisa berbaring tak berdaya di ruang
tamu. Kepulangan suamiku masih 10 hari lagi, selama itu pula aku yakin
akan mengalami petualangan-petualangan liar bersama kuli-kuli bangunan
tersebut. Aku tidak tahu, petualangan-petualangan apa yang akan aku
alami.
Sore harinya setelah aku mandi, suamiku meneleponku. Aku menerima teleponnya sambil tiduran di ranjang dengan telanjang bulat.
“Halo mamah sayang……… gimana kabar kamu…?” Tanya suamiku di seberang sana.
“Halo papah…. Mamah baik-baik aja….” Jawabku
“Papah kangen ama mamah ya….. hayo….”timpalku kembali
“Ya pasti donk…. Siapa sih yang bisa gak kangen sama wanita cantik seperti mamah……….”goda suamiku.
“Ah papah…jadi malu….xixixi…”kataku genit.
“Mah, papah minta tolong di emailkan file yang ada di flashdisk papah.
Flashdisknya tertinggal di laci meja kerja papah. Warnanya putih.
Sekarang ya mah…. Atau nanti malam juga gak pa pa”kata suamiku.
“lo kok bisa tertinggal sih pah….” Kataku
“namanya juga lupa mah….”kata suamiku
“ Gimana caranya meng-email pah….? Kan laptopnya di bawa papah……”tanyaku
“di pos satpam perumahan kita ada computer lengkap dengan jaringan
internetnya. Minta tolong aja ke pak Satpam untuk meng-emailnya” kata
suami
“Apa gak bisa di tunda pah..?”tanyaku mulai cemas karena tidak mungkin
aku kesana tanpa pakaian sedangkan seluruh pakaianku terkunci di dalam
lemari pakaian dan kuncinya di sandera.
“Gak bisa mah, itu filenya penting banget.” Kata suamiku
“Aduh, gimana nih…?? Gawat..” kataku dalam hati.
“tolongin papah ya mah…… please…??!!” kata suamiku. Bagaimana aku
menolaknya?? Jika aku tolak, bagaimana dengan pekerjaan suamiku??
“I..i…iya…pah….”kataku panic
“Makasih istriku sayang…….”kata suamiku kemudian menutup teleponnya
Aku harus meminta kepada pak Kardjono untuk membantuku. Paling tidak dia
mau membukakan lemariku supaya aku bisa mengenakan pakaian. Tapi
bagaimana aku harus menghubunginya atau teman-temannya?? Mereka sudah
kembali ke basecamp mereka. Dan disana juga banyak kuli-kuli yang lain
berarti tidak mungkin aku meminta bantuan pak Kardjono dan kawan-kawan.
Karena tidak ada jalan lain, aku putuskan untuk nekat datang ke pos
satpam hanya dengan handuk yang dililitkan di tubuhku saja. Aku menunggu
hingga gelap supaya kondisiku tidak begitu mencolok. Letak pos satpam
dengan rumahku cukup jauh. Harus melewati beberapa blok. Blok-blok yang
akan aku lewati itu ada satu atau dua rumah yang sudah ada penghuninya
namun mereka jarang keluar. Aku harus berhati-hati dan tidak boleh
terlihat oleh tetangga-tetanggaku itu dalam keadaan setengah telanjang
karena akan membuat nama baikku dan suami tercemar.
Saat hari sudah mulai gelap, aku mulai keluar rumah dengan
mengendap-endap. Aku melihat kekanan dan kekiri untuk memastikan bahwa
tidak ada orang lain yang tampak di luar rumah. Setelah aku merasa aman,
buru-buru aku melilitkan handuk untuk menutupi tubuhku yang telanjang
bulat ini. Tak lupa flashdisk yang dipesan suamiku aku bawa. Aku mulai
berjalan menuju pos satpam di pintu gerbang perumahan.
Aku mengenakan sandal dengan hak yang agak tinggi sehingga tidak bisa
berjalan dengan cepat. Apalagi kondisi jalan yang masih belum rata. Aku
harus berjalan dengan sangat hati-hati sambil memilih jalan yang agak
rata sehingga jalanku sangat lambat dan cara berjalanku bak peragawati
yang berlenggak-lenggok. Sensasinya membuatku merasa sangat seksi.
Angin semilir-milir yang menerpa tubuhku membuat handuk yang aku kenakan
bergerak-gerak menggelitik tubuhku seakan menegaskan bahwa saat itu
hanya handuk tersebut yang menutupi tubuh telanjangku.
Setelah melewati beberapa rumah, aku mendengar ada deru sepeda motor
yang akan melewatiku. Aku takut pengendara motor itu melihatku.
Cepat-cepat aku keluar dari jalan dan berusaha untuk sembunyi di rumah
kosong yang gelap. Oleh karena aku memakai sandal dengan hak yang agak
tinggi, gerakanku tidak bisa cepat. Sebelum aku berhasil sembunyi,
sepeda motor itu telah melewatiku. Jantungku berdegub kencang, aku yakin
dia mengetahui keberadaanku yang hanya memakai handuk sebagai penutup
tubuh. Untungnya pengendara motor itu terus memacu motornya. Aku
bernafas lega, kali ini aku beruntung.
Setelah yakin situasi aman, aku kembali melanjutkan perjalananku menuju
pos satpam. Selama berjalan, mata dan telingaku aku pasang tajam-tajam
supaya jika ada orang, aku bisa cepat bersembunyi. Jantungku deg-degan
karena takut ketahuan.
Pada saat aku berbelok di tikungan blok, kurang lebih 20 meter aku
melihat 3 orang laki-laki berjalan ke arahku sambil berbincang-bincang.
Jarak yang tidak begitu jauh untuk bisa melihatku dalam keadaan setengah
telanjang dengan sangat jelas. Untungnya mereka tidak melihat kearah
depan. Aku berbalik dengan cepat dan berusaha mencari tempat untuk
sembunyi namun sialnya rumah di sekitar aku berdiri sudah berpagar semua
dan tidak ada yang kosong sehingga aku tidak dapat bersembunyi.
Aku berjalan dengan agak cepat menyusuri jalan yang tadi telah aku lalui
sambil menoleh ke kanan dan kekiri mencari tempat sembunyi. Jantungku
kembali berdebar-debar takut terlihat oleh ketiga orang tadi. Beberapa
detik lagi mereka akan berbelok dan berjalan sama dengan arahku. Saat
itu juga mereka akan melihatku sedangkan aku masih belum menemukan
tempat sembunyi. “Aduuhhhh…..gawatttt……….” kataku dalam hati.
Malam itu benar-benar malam sial bagiku. Dari arah depan ada mobil yang
sedang melaju pelan ke arahku. Lampu mobil tersebut sangat terang
menyorot ke depan. Jantungku semakin berdebar, kakiku terasa berat untuk
melangkah. Tempat persembunyianpun belum aku temukan. Terus berjalan
ataupun tidak, aku tetap akan terlihat. Dari arah belakang ada 3 orang
yang sedang berjalan kearahku, dari arah depan ada mobil yang juga
melaju ke arahku.
Aku terus berjalan sambil menundukkan kepala. Suara mobil terdengar
semakin mendekat, sorot lampupun mulai mengenai tubuhku. Sekarang aku
berjalan dengan tersorot lampu mobil yang terang benderang. Aku semakin
menunduk karena malu. Penumpang dalam mobil itu pasti bisa melihatku.
Tidak tahu kenapa, tiba-tiba aku merasa sangat seksi. Lelaki manapun
pasti akan mupeng melihatku seperti ini.
Saat sudah ada di depanku, mobil itupun berhenti. Aku menjadi gemetaran
karena malu, takut, seksi dan terangsang. Darahku terasa mengalir lebih
cepat sehingga tangan, kaki dan wajahku berasa menebal.
“Mbak…..mbak…. permisi… mau nanya…..”kata sopir mobil tersebut sambil membuka pintunya.
“Iya, ada apa mas…?”tanyaku. aku memanggil mas karena orang itu terlihat masih muda.
“Mau Tanya, alamat ini dimana ya….?”Tanya sopir itu sambil menyodorkan
kertas berisi alamat rumah dan memposisikan dirinya disampingku. Lengan
kanannya menempel lengan kiriku. Dengan posisi seperti itu, dia dapat
melihat dengan bebas belahan payudaraku dari atas.
Seperti yang aku jelaskan sebelumnya, handuk yang aku kenakan berukuran
sedang sehingga mampu melilit tubuhku namun sangat minim. Bagian atas
hanya menutup sedikit di atas putingku sedangkan bagian bawah hanya
sekitar 5 cm dari pangkal pahaku. Simpulnya pun sangat sedikit, dibagian
bawah handuk ada belahan yang cukup terbuka.
“EEmmmm….. dimana ya……? Aku masih belum paham betul daerah sini mas……..
maaf yaaa….” Jawabku. Aku ingin cepat-cepat berlalu dari tempat ini.
Dari dalam mobil aku melihat ada empat orang lagi yang terus melihatku
dengan mata yang seakan mau melahap tubuhku. Aku pasrah saja menerima
tatapan-tatapan seperti itu dan berharap lilitan handukku tidak
terlepas.
“Ooohhhh…. Jadi mbak nggak tahu ya…? Mbak juga masih baru ya?” Tanya
orang itu seakan ingin mengulur-ngulur waktu supaya aku tetap berada di
situ lebih lama.
“Iya mas, belum 1 minggu.” Jawabku.
“Ada apa mas…?” Tanya seseorang yang ada di belakangku. Jantung ini
terasa mau copot karena ternyata 3 orang yang tadi akan aku hindari agar
tidak melihatku, sekarang sudah ada di belakangku.
“Eh ini pak, saya mau Tanya alamat ini. Mbak ini tidak tahu karena masih baru disini.”tanya sopir itu kembali.
“Trus, mbak ini rumahnya dimana? Kok diluar rumah Cuma pake handuk?”
Tanya salah satu orang yang berjalan tadi yang mengenakan Tshirt putih.
“Rumah saya di blok G sana pak. Ini saya mau ke pos satpam di gerbang
sana mau minta tolong kirim email ke suami saya. Pakaian yang saya
kenakan tadi sedang saya rendam untuk dicuci tapi waktu saya mau ambil
pakaian ganti di lemari, kunci lemari saya gak ada. Saya lupa naruhnya
sedangkan file yang harus di email ini sangat penting. Jadi terpaksa
saya Cuma pake handuk aja.” Jelasku panjang lebar mencari alasan yang
masuk akal.
“ Ooooo……kirain kenapa kenapa……”kata bapak yang satunya lagi yang mengenakan kemeja kotak-kotak.
“Bapak tahu alamat ini pak??”sopir itu menanyakan alamat kembali
“Kalau blok itu adadi sebelah sana pak. Tikungan itu belok kanan, trus
lurus aja sampai mentok, kemudian belok kanan lagi”Kata Bapak yang
mengenakan Tshirt putih memberikan penjelasan.
“Ok pak, terima kasih. Mbak perlu saya antar..?” kata sopir itu menawarkan bantuannya kepadaku.
“Terima kasih mas, saya kesana sendiri aja.” Tolakku halus
“Ya sudah kalau begitu…. Saya permisi dulu…. Terima kasih banyak….”kata sopir itu sambil tersenyum nakal kepadaku
“Iya silahkan……”jawab kami berempat
Setelah mobil itu berlalu, Bapak yang berbaju merah juga menawarkan bantuannya kepadaku.
“ayo saya antar mbak…. Bahaya lo jalan sendirian dan setengah telanjang gitu….”kata Bapak berbaju merah
“Eh, terima kasih pak… gak usah repot-repot.. saya sendiri aja. Terima
kasih….. saya permisi dulu…..” kataku. aku cepat-cepat pergi dari tempat
itu. Pandangan mereka liar sekali menatap tubuhku dari ujung rambut
sampai ujung kaki membuatku jadi merinding dan salah tingkah.
“Bener lo mbak…bahaya banget….” Timpal bapak yang berkemeja
“Gak pa pa kok pak, permisi……”kataku sambil ngeloyor pergi. Simpul
handukku terasa agak mengendor. Untungnya saat mau terlepas, tanganku
berhasil memegangi simpulnya terlebih dulu. Ketiga bapak-bapak itu hanya
bisa bengong melihatku. Sambil berjalan menjauhi mereka, aku memegangi
handukku yang akan melorot.
Setelah berbelok di tikungan dan tidak lagi terlihat oleh Bapak-bapak
itu, aku berhenti dan mengambil nafas panjang. Lega sekali rasanya
karena mereka tidak sampai memperkosaku. Aku betulkan simpul handuk yang
terlepas. Jantungku masih deg-degan karena kejadian tadi. Ada 7 lelaki
yang tidak aku kenal di sekitarku dalam keadaan aku setengah telanjang.
“Huuhh….asyik juga. Xixixi….” Kataku dalam hati. Ku raba vaginaku
ternyata basah sekali. Tiba-tiba aku memiliki ide gila yang pasti akan
menaikkan adrenalinku. Sebelum sampai di pos satpam, aku ingin melepas
handuk yang menutupi tubuhku. aku ingin berjalan-jalan di alam terbuka
dan jauh dari rumah tanpa penutup tubuh sedikitpun. Jika hal itu aku
lakukan, pasti menegangkan sekali.
Aku melepaskan handukku, tegang sekali rasanya. Namun saat akan
berjalan, aku menjadi ragu-ragu. Aku tidak berani karena terlalu
mendebarkan. Akhirnya aku pakai kembali handuk yang sempat aku lepas.
Aku meneruskan langkahku menuju pos satpam.
Home
Cerita Eksibisionis
Irma Seorang Istri
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Irma Seorang Istri : Gara-Gara Mencoba Eksib, Aku Jadi..... 8
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar