Aku lihat jam dinding di hotel menunjukkan pukul 11 malam. Aku terus
menggerakkan pinggulku maju mundur. Penisku sudah tak tahan menuju
klimaks. Malam ini aku benar-benar horny melihat Irma mendesah-desah
keenakkan. Baru kali ini kami berhubungan badan tanpa diawali dengan
oral seks. Itu benar-benar di luar kebiasaan, karena aku tau sekali
kalau Irma mencapai orgasme membutuhkan waktu lama, sehingga untuk
mengimbangi permainannya, biasanya aku awali dengan oral seks atau
sedikit rangsangan dg menonton Blue Film.
Sebelum mencapai klimaks, aku keluarkan penisku dari liang vagina Irma.
Kucium bibirnya dan tanganku mempermainkan kedua puting Irma yang sudah
sangat mengeras.
“masukin lagi mas!” pintanya. Aku hanya tersenyum, tangan kiriku menutup
paksa kepala penisku agar tidak mengeluarkan sperma terlalu dini.
Sambil menunggu sperma turun lagi, aku layani Irma yang sedang di
“puncak” dengan memainkan klirotisnya dengan mulutku. Kemaluannya sudah
sangat basah sekali. Aku tak ragu menjilat cairan lubricant yang keluar
dari lubang kenikmatannya karena vagina Irma betul-betul sempurna.
Berwarna kecoklatan, berdenyut-denyut seperti sedang mencengkeram, dan
tidak berbau. Semakin cepat aku mempermainkan klirotis Irma dengan
lidahku, semakin keras pula erangannya. Lalu aku suruh di untuk
membalikkan badannya hingga tertelungkup. Aku cubit kecil pantat mulus
Irma yang seolah menantangku. Dengan posisi kakinya dirapatkan, aku
lakukan penetrasi lagi ke dalam vaginanya. Kini jepitan dinding
vaginanya terasa lebih kencang karena ada bantuan tekanan dari kedua
pahanya. Di posisi seperti itu memang yang paling merasakan nikmat
adalah aku. Aku menghujamkan penisku pelan sampai ke dalam. Aku gerakkan
pelan-pelan dan kemudian berangsur cepat. Irma mendesah dan mengatakan
kalau dia hampir orgasme. Tangannya sambil memegangi payudaranya
sendiri. Wajahnya ditelungkupkan ke bantal. Semakin cepat aku
menggerakkan pinggulku, aku juga merasa semakin ingin mengeluarkan
spermaku. Akhirnya aku mendahului Irma klimaks. Tapi aku tetap paksakan
menggerakkan pinggulku walau ada rasa ngilu karena sperma sudah terbuang
ke dalam rahim mojang cantik berwajah khas sunda itu. Sekitar 3 menit
kemudian vagina Irma berdenyut kencang dan badannya mengejang. Aku
keluarkan penisku dan aku masukkan jari tengahku ke vaginanya untuk
membantunya mengeluarkan sisa-sisa orgasmenya. Lalu aku tidur di
punggungnya dan memeluknya.
“makasih ya mas. Cuma sama mas deh aku bisa sering ‘keluar’ “ kata irma
sambil memunggungiku. Aku diam saja dan mencium ringan pundaknya. Aku
tahu banget kalau bukan hanya aku yang pernah meniduri sekretarisku itu,
tapi juga calon suami dan mantan-mantannya dulu. Lalu kami tidur dalam
keadaan telanjang. Selimut ku tarik ke atas, AC dan lampu aku matikan.
Pukul 6 pagi aku bangun. Saat itu adalah hari rabu, hari terakhir aku di
jakarta. Karena nanti siang aku harus sudah terbang ke semarang lagi
karena ada beberapa kerjaan yang harus aku selesaikan. Aku lihat di
sampingku sudah tidak ada Irma. Aku dengar suara air di kamar mandi.
Sepertinya Irma sedang mandi, dia akan berangkat kerja. Tak lama
kemudian telpon hotel berbunyi, ternyata room service yang akan
mengirimkan sarapan pagi. Lalu saat Irma keluar kamar mandi hanya
mengenakan handuk minimalis yang sudah disediakan pihak hotel, muncul
ideku untuk kembali mengajaknya berksibisionis lagi.
“sebelum berangkat, buka-bukaan lagi mau ngga?” tanyaku
“nah ini aku belum pakai baju mas, tinggal dibuka aja kan?” sambil
membuka handuknya Irma duduk di tepi springbed. “maksudku seperti tadi
malam. Ntar kan ada yang mau kirim sarapan, kamu yang buka, tapi Cuma
pakai nih handuk. Ntar aku pura-pura di kamar mandi. Terserah deh kamu
mau ngapain.” Aku menjelaskan ide eksibku yang gila. Bukannya menolak
Irma malah setuju. Memang Irma asli seorang eksibisionis, pikirku.
Tak lama kemudian room service sepertinya sudah di depan pintu kamar,
karena terdengar bel berbunyi. Aku bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
Aku hanya bisa mendengarkan apa yang mereka bicarakan karena posisi
pintu kamar mandi tidak menghadap ke pintu kamar.
“ooh, sarapan ya mas?” terdengar suara Irma basa basi
“eh..i..iya Bu, tapi Cuma satu, setau saya yang menginap di sini Cuma satu.”
“iya, orangnya lagi mandi mas. Saya temannya. Bawa masuk aja mas.” Irma
menyuruh petugas hotel meletakkan sarapanku di meja dekat TV. Dari situ
aku baru bisa mengintip dari kamar mandi, karena letak TV kamar hotel
berhadapan dengan pintu kamar mandi.
“udah gini aja Bu? Ada perlu lain yang mungkin bisa saya bantu?” petugas
itu seperti memperlama keberadaannya di dalam kamarku karena melihat
Irma hanya mengenakan Handuk minim. “hmm.. duduk aja dulu mas,
ngobrol-ngobrol dulu. Sibuk nggak?” tanya Irma
“ooh nggak Bu” tanpa ditanya 2x si petugas langsung menjawab.
Irma duduk menghadap arah kamar mandi sedangkan petugas hotel itu menghadap televisi.
“sudah lama kerja di sini mas?” irma memulai pembicaraan sambil
menyilangkan kakinya. Gila, tinggal dikit lagi kemaluannya benar-benar
terpampang nyata, kata syahrini. Berani juga nih cewek, pikirku. Pasti
darah petugas hotel itu langsung bergejolak, begitu pula dedek di balik
“layar”nya.
“baru 3 bulan Bu. Ibu sendiri saudaranya bapak yg di sini?”
“bukan, saya sekretaris kantornya” kata Irma
“ooh... gitu...” jawab si petugas. Lalu Irma berdiri dan mengambil baju
kerjanya.”bentar ya mas aku ganti baju dulu. Aku mulai berpikir Irma
akan ganti baju di hadapan petugas hotel itu. Dan benar aja! Irma
membelakangi petugas hotel dan menghadap ke arah kamar mandi. Irma
tersenyum melihatku menginip dari balik pintu kamar mandi. Lalu dia
membuka handuk yang beberapa menit lalu masih memisahkan mata petugas
hotel dan tubuh indah Irma.
“astaga...” tiba-tiba petugas hotel itu bergumam saat tubuh Irma bagian
belakang yang cetar membahana badai terlihat telanjang tanpa sehelai
benangpun.
“kenapa mas?” tanya irma tanpa membalikkan badan.
“ooh nggak apa-apa Bu. Ngga risih bu saya di sini? Apa saya keluar aja?”
“entar dulu, saya mau ngobrol sama mas dulu.” Jawab Irma sambil
memakaikan baju dan rok kerjanya. Dan lagi-lagi Irma tidak mengenakan
underwear. Aku kurang bisa melihat jelas ekspresi wajah petugas hotel
itu karena terhalang oleh irma. Setelah selesai mengenakan baju, Irma
kembali duduk lagi di depan TV.
“hehehe..pernah bu,tapi di film dewasa aja”
“ooh.. berarti tadi bilang astaga tuh karena kaget,seneng atau risih?”
“emm..ya tiga-tiganya bu.” Jawab petugas itu tertunduk malu
“emang ibu kalau pergi ngantor nggak pake beha gitu ya? Maaf lho bu kalau lancang.”
“kadang pake sih, tapi sering ngga pake. Sesak rasanya. Kamu kok sopan banget sih mas, emang umur berapa mas sekarang?”
“saya masih 19 Bu.” Jawab petugas itu, kali ini berani menatap mata Irma
“loh,ya selisih dikit dong, saya juga masih 22 tahun”
“ooh...beda 3 tahun doang yah...”
Lalu aku merasa ini sudah nggak menarik lagi, dan aku pura-pura keluar dari kamar mandi.
“lho mas, kok masih di sini? Ngobrol apa aja kayaknya seru amat tadi aku dengar dari kamar mandi?”
“ooh,Pak. Nggak kok pak, Cuma ngobrol biasa aja. Kalau gitu saya permisi
dulu pak, itu sarapannya. Nanti kalau ada perlu bisa telpon bagian
service. Mari Pak,Bu...” kata petugas itu lalu keluar kamar dengan
langkah agak tergesa-gesa. Takut kepergok celananya sudah menonjol
kali...
“hahaha....kamu kok ternyata berani gitu telanjang di depan anak bau kencur gitu?”
“iya, sekali-kali kasih pemandangan bagus ke orang lain kan bagus,Mas. Hahaha..” jawab Irma
“yaudah, tuh sarapannya buat kamu aja. Nanti aku langsung berangkat ke semarang aja ya. Nanti aku telpon kalau mau berangkat.”
“ke Jakarta lagi kapan,Mas?” Irma manyun saat aku bilang akan pulang semarang.
“belum tau, tergantung kebutuhan di sini. Kapan-kapan aku ajak kamu jalan-jalan ke semarang ya.” Aku mencoba menghiburnya.
Setelah Irma selesai sarapan, aku ajak dia untuk seks kilat di dekat
jendela kamar hotel. Irma menghadap ke luar jendela, roknya yang hanya
beberapa centi di atas lutut aku naikkan. Sambil mengamati pemandangan
lalu lintas jakarta, aku melakukan penetrasi ke dalam liang rahim Irma.
Home
Cerita Eksibisionis
Irma Sekretaris
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Sekretaris : Irma 3 Eksibisionis Lagi
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar