Waktu itu hari selasa. Setelah tadi pagi aku dipuaskan oleh Irma, aku
ingin jalan-jalan keliling jakarta siang harinya. Aku minta tolong bell
boy hotel untuk mencarikan taxi untukku. Tak lama telpon hotel
berdering, “pak Rico, taxinya sudah ada di depan hotel” kata petugas
hotel yg menelpon kamarku. “oiya,makasih mas,udah dicariin”
“iya Pak,sama-sama”
Lalu aku tutup telponnya, aku bergegas menuju lift. Saat itu aku menginap di lantai 16. Fiuh....tinggi amat,pikirku.
Ting....
Suara itu menandakan pintu lift terbuka di depanku. Aku tekan tombol
“1”. Saat display di atas tombol lift menunjukkan angka 10, lift
berhenti lagi dan tak lama 2 orang wanita masuk. Satu orang setengah
baya, satunya lagi seumuranku. Aku mengira mereka adalah Ibu dan anak.
Karena mereka berada di depanku, aku bisa melihat dengan jelas wajah
mereka. Si ibu mengenakan jilbab dan tapi si anak justru mengenakan
hotpants memperlihatkan pahanya, bagian atasnya mengenakan tanktop
dibalut dengan jaket kain. Sungguh pemandangan yg kontras
Hmm...dua-duanya masih keturunan arab,pikirku, melihat keduanya
memiliki hidung yang mancung. Dan benar saja saat sudah di lantai 1
mereka saling berbicara menggunakan bahasa arab. Aku hanya tersenyum
mendengar mereka berbicara aku malah seperti mendengar orang membaca
bacaan solat, pikirku.
Aku keluar dari lift dan aku menanyakan security di
pintu apakah ada taxi yang sedang menunggu di luar, lalu security
menunjuk ke arah taxi putih yang diparkir di luar hotel. Setelah
mengucapkan terima kasih ke security, aku langsung menuju taxi tersebut.
“maaf pak, lama.” Kataku saat baru masuk taxi dan duduk di sebelah sopir
taxi yang ternyata bernama Pujianto. Aku melihatnya di pengenal yang
ada di dashboard depanku.
“mau kemana ini, Pak?”
“anterin saya ke tangerang dulu pak, daerah serpong. Nanti habis itu
anterin saya muter-muter jakarta. Tarifnya enggak bisa borongan aja nih
pak?” tanyaku dan jiwa pebisnisku (baca: pelit) keluar.
“wah sudah terlanjur saya nyalain pak argonya sejak saya datang ke hotel dan nunggu Bapak tadi”
“yaudah, kalau gitu sampai tangerang aja deh pak, enggak jadi puter-puter jakarta dulu” aku mengalah
Setelah sampai di tangerang, aku mampir ke kantorku. Kantorku di jakarta
adalah kantor kecil,atau setidaknya tidak sebesar di semarang dan
gresik. Aku sewa rukan yang agak luas dan di sana ada sekitar 15
karyawan yang bekerja. Belum termasuk pekerja lepas yang bekerja sebagai
teknisi dan sopir kendaraan.
“selamat siang pak!” sapa salah seorang karyawanku sambil berlalu. Teo,dia adalah staf ekspor-impor
“eh,Teo!! Pak ruslan katanya resign? Terus yg menangani data Eksim siapa?” teriakku
Teo yang sudah mau keluar kantor kembali lagi,”owh itu sekarang dihandle mbak Lisa,Pak”
“siapa itu Lisa?” tanyaku kaget
“mbak elisabeth pak,admin.”
“owalah...yowes sana.”
“mari,Pak” kemudian dia berlalu
Lalu aku masuk ke ruangan Pak Robert, dia aku tunjuk sebagai manajer di
kantor ini. Pekerjaannya luar biasa bagus untuk sekelas kantor sekecil
ini. Di ruangan pak robert itu pula ada Irma. Aku selalu tampak galak
kalau sedang di depan karyawanku,termasuk di depan Irma. Aku tidak mau
karyawan lain tau kita terlibat affair, karena semua tau siapa calon
suami Irma. Setidaknya itu yang pernah dikatakan Irma padaku.
Selesai berbincang dengan pak robert mengenai pekerjaan, aku yg tadinya
hanya mendiamkan Irma, kini tersenyum padanya. Ternyata sedari tadi dia
melirikku. Mungkin heran kenapa aku bisa berakting seolah tidak terjadi
apa-apa diantara kita. Karena saat itu pak robert yang sedang menelpon
klien,aku beranikan menuju meja Irma dan ngobrol sebentar dengannya.
“masih ngga pake?” bisikku pelan
“apa,Mas?” tanya Irma. Lalu aku memberi isyarat ke arah roknya. Di
cerita sebelumnya sudah aku ceritakan kalau saat itu Irma tidak memakai
underwear. Baik panty maupun BH. Lalu dia tersenyum aja.
“awas masuk angin lho.” Kataku sambil berjalan lagi menuju meja kerja pak robert
“pak,udah makan?saya mau makan. Kita ngobrol sekalian,kataku pada pak robert.
“oiya,Pak,sebentar ini sedang nunggu telpon dari Balikpapan, mereka Cuma
tau nomor kantor, jadi harus ditungguin” yesssss, kesempatanku ngajak
Irma makan nih.
“yaudah,Ir,temenin saya makan dulu,ada yang mau saya obrolin,biar nanti pak robert nyusul” kataku
“baik,Pak.” Sahut Irma. Irma memanggilku “bapak” kalau di lingkungan kantor
Aku dan Irma makan di rumah makan padang yang juga ada di lingkungan situ.
“emang di sini enak?” bisikku
“biasa aja sih pak,tapi kalau sama aku kan jadi enak”
“hahahahaha....betul...betul.. ..”
Setelah memesan makanan, kami duduk.
“kamu ngga risih ngga pake CD?” tanyaku membuka pembicaraan
“ih..enak kali mas. Kan beda sama cowok. Kalau cowok ngga pake CD mah ngganjel”
“hahahaha...bisa aja kamu. Iya sih, apa lagi liat ada cewek secantik kamu, tambah ngganjel ntar. Hahahaha...”
“Emang ngga ada yang tau kamu sering ngga pake?” Irma diam sejenak
karena pelayannya pas datang ke arah kami. Setelah pelayannya pergi baru
dia ngomong, “temen-temen cewek pernah ada yang tau sih mas. Kayak mbak
retno, mbak Lisa itu pernah mergokin aku nggak pake. Pas di kamar
mandi.”
“temen cowok?” tanyaku. Irma diam sejenak. Lalu menjawab, pernah ada
yang nggak sengaja liat sih pak. Mas saiful.” Sedikit kaget dan cemburu
aku bertanya, “saiful OB?? tapi dia ngga ngapa-ngapain kamu kan?”
“nggak sih mas, tapi sejak itu ngomongnya ngeres mulu” sialan...aku
malah jadi horny karena cemburu tau kalau ada cowok yg ngeliat kemaluan
Irma.
“emang ceritanya gimana kok bisa dia ngeliat?trus kamu gimana?marah?”
Sedikit berbisik dia jujur padaku kalau sebenarnya dia itu justru
semakin hornykalau ada yang liat dia nggak pakai apa-apa, tapi malu
ngungkapin. Hmm... Irma punya jiwa exhibitionist nih, pikirku.
“beberapa bulan lalu. jadi waktu itu, waktu aku di kamar mandi. Kamar
mandi kita kan dua tuh, yang satu udah tertutup, aku pikir pasti ada
orangnya. Aku pikir yg ada orangnya itu cewek,ternyata mas saiful lagi
bersih-bersih. Katanya sih gitu,tapi aku yakin dia lagi ngintipin cewek
yang pipis di sebelahnya. Pas aku keluar aku kaget mas saiful juga
keluar sambil ngeliatin aku terus, kayak mupeng gitu mukanya. Aku
bercandain aja ‘kenapa mas mukanya gitu liat gue,ngga dapat jatah dari
istri ya semalam?’ aku bilang gitu eh dia malah bales ngomongin
jorok-jorok. Dan akhirnya dia tanya apa aku saat itu ngga pake CD? Aku
kaget,tapi aku jawab ‘iya, kalau pas ngga lagi menstruasi aku ngga
pernah pake’ eh dia pergi sambil senyum-senyum nggak jelas.”
“hahaha....kayak dongeng yah dengerin kamu cerita” sahutku
“ih...kok gitu sih..” muka manis Irma sengaja dimanyunkan menunjukkan dia lagi merajuk ceritanya diledek
“aku kok malah horny ya kamu cerita gitu? Kamu eksibisionis ya,Ir?” tanyaku
“apa itu mas? Eksidgfffgvbgd?” tanyanya yang semakin membuatku tertawa.
Ternyata dia sendiri ngga sadar kalau dia itu eksibisionis. Ngga lama
kemudian Hpku berbunyi, pak robert telpon menanyakan aku dan Irma makan
dimana. Aku jawab di rumah makan padang depan. Setelah itu dia bilang
mau nyusul.
“kalau pak robert pernah nggak godain kamu?” tanyaku setelah menutup telpon dari pak robert
“dia mah udah uzur mas,umurnya dah hampir 50, dia orangnya juga serius
untuk masalah kerja, jadi mungkin nggak kepikiran aneh-aneh.” Jawab Irma
sambil memasukkan nasi di mulut manisnya. “ya emang sih,dia serius
orangnya. Tapi tangan dingin dia tuh. Makanya aku angkat jadi manajer.
Walaupun dari D3 tapi pekerjaannya rapih banget. Jadi aku percaya ma
dia.”
Tak lama pak robert tiba, “wah dah pada mau habis ya? Maaf pak tadi
nungguin balikpapan telpon kok lama banget,akhirnya aku pesen ke retno
nanti kalau telpon suruh nelpon ke HP saya aja.”
“iya,mending gitu aja. Masak kerja lupa makan. Kerja kan cari makan
pak,kalau kerja sampai lupa makan,terus kita kerja cari apa dong?”
jawabku lalu menyuruh pak robert memesan makanan.
Sambil makan,aku ngomongin masalah kemajuan distribusi area jabodetabek
dengan pak robert dan Irma. Dan karena manajer yang ada di Gresik, Pak
Ian, sudah resign 1 bulan yang lalu, aku juga mengangkat pak robert
untuk mengawasi kinerja kantor di gresik, sehingga kini pekerjaannya
akan bertambah, tapi begitu pula dengan gajinya. Karena menurutku pak
robert orang yang loyal dan bisa dipercaya.
Aku yang tadinya berniat jalan-jalan di jakarta mengurungkan niat
setelah sampai di kantor tangerang ternyata ada banyak kerjaan yang
harus diselesaikan hari itu juga. Akhirnya aku,pak robert dan Irma
pulang jam 8 malam, setelah memperbaiki semua berkas-berkas yg musti
diperbaiki dan menyusunnya agar lebih teratur.
“pak, nginep di hotel jakarta barat ya? mau pulang naik apa?taxi?” tanya
pak robert padaku. Aku tau pak robert tidak mungkin mengantarku ke
jakarta karena rumahnya juga di daerah tangerang sini. Sambil pura-pura
bingung, aku bergumam, “dah ngga ada karyawan yang rumahnya jakarta ya”
“itu si Irma kan rumahnya cengkareng. Sama dia aja sekalian, ya siapa
tau bisa saling mengenal. Hahahaha....” saran pak robert. Aku hanya
tersenyum, begitu pula Irma. Seandainya pak robert tau kalau kita sudah
lebih dari itu.....
“yaudah bareng saya aja pak. Tapi bapak yang depan ya.” Irma menimpali. Aku tersenyum karena itu mauku
“kamu ada helm 2,Ir? Kalau ngga ada,pinjam pak didin aja,dia jaga
malam,besok pagi kamu berangkat kerja sambil bawa 2 helm,bisa kan?” Pak
robert memberi saran.
“bisa dooong....Irmaaa...” jawab Irma sambil membusungkan dada. Aku
kaget, karena gara-gara dibusungkan, puting Irma njeplak di baju
putihnya. Aku tersenyum saja,mungkin pak robert tau tapi pura-pura nggak
tau,pikirku.
Dalam perjalanan pulang naik motor Irma,tangannya nggak pernah
sedetikpun lepas memelukku. Katanya aku terlalu ngebut. Tapi aku
berkilah kalau ngga gitu,gimana bisa cepet sampai hotel dan indehoy lagi
kayak tadi pagi. Dia hanya memukul ringan punggungku
“kamu enggak apa-apa Ir 2 malam nggak tidur di rumah?kamu ijinnya tidur dimana?”
“ortuku taunya aku punya kos mas di tangerang,jadi pasti mereka mikirnya
gitu terus. Padahal udah satu bulan ini aku dah nggak ngekos. Aku tidur
di teman dekatku.”
“temen cowok apa cewek nih?” tanyaku agak serius
“cewek lah..dia tuh ngontrak bareng temen-temen kerjanya,aku sering
tidur di sana bareng mereka,tapi gretongan” jawabnya sambil memukulkan
tangannya lagi ke punggungku lalu meletakkan dagunya di pundak kananku.
“mampir makan dulu yuk mas. Laper nih”
“OK..” lalu kubelokkan motor matic Irma ke sebuah rumah makan sea food.
“pesen apa kamu?” tanyaku sambil ngasih menu ke Irma.
“cumi asam manis sama udang tepung. Minumnya lemon squash aja” irma
mendiktekan pesanan dan aku menulisnya. Lalu aku menulis kepiting
sebagai santapanku malam itu
“kamu ngga takut gemuk? Katanya diet,kok makan banyak?” tanyaku
“nah mas sendiri yg ngajak aku ke sini, yauda puas-puasin aja, gratis ini... hahaha”
“eh sialan,emang aku mau nraktir kamu?week..!” ledekku yg dibalas gaya manyun Irma yang bikin gemes.
“eh say,ke sana aja yuk” ajakku ke Irma menunjuk tempat lesehan yang letaknya dipojokkan.
“hmm...aku tau pikiran kamu. Ngajakin tempat pojok,manggilnya juga’say’ halaaaah...kuno. hayuk!!” hahaha....tapi dia mau aja...
Aku duduk jejerin Irma sambil tanganku mengelus elus pahanya. Dari arah
depan tidak terlihat kegiatanku karena tertutup taplak meja yang
menjulur panjang ke bawah. Irma diam saja. Lalu aku menyuruhnya
bereksibisionis, aku suruh dia mengangkat roknya dari bawah hingga dia
duduk langsung di pantatnya
“dingin...” serunya,tapi aku diam saja sambil terus mengelus paha hingga
pangkal pahanya. Tak lama kemudian pelayannya datang membawa minuman
yang kami pesan. Irma salah tingkah,karena dari atas pasti terlihat
jelas rok Irma disingkap sampai atas.tapi karena ngga ada waktu buat
nutup pahanya,akhirnya pelayannya mergoki Irma dan diam sambil menata
minuman di atas meja. Aku lihat matanya sesekali melirik ke arah paha
Irma. Irma dan aku berlagak seolah biasa saja. Padahal kami sedikit
deg-deg’an kalau dilaporin ke atasannya. Tapi ternyata tidak. Setelah
menunggu beberapa saat makananpun datang,dan yang mengantar masih
pelayan yang sama. Mata pelayan itu masih sesekali melirik paha gadis
cantik di sebelahku ini,pikirku. Tapi tidak berkomentar apa-apa. Lalu
setelah pelayan itu pergi aku dan Irma saling bertatapan dan saling
tersenyum. Ternyata kita ngerasain yg sama, deg-degan tapi horny. Itulah
bedanya eksibisi cowok dengan cewek. Dulu waktu SMA aku pernah
ngeliatin penis aku ke temen cewek eh dia sampai detik ini ngatain aku
PK. Hahahaha.... tapi kalau cewek yang eksibisi,si cowok yg ngeliat Cuma
merem melek ngga kuat nahan konak.
Habis makan, Irma membetulkan roknya dan dia pergi ke toilet buat cuci
tangan sekalian pipis katanya. Waktu balik dia cerita kalau mas pelayan
tadi ngikutin dia tapi pura-pura bersihin cermin. Karena jengkel juga
diikutin,saat keluar dari kamar mandi Irma sengaja tidak menutup kancing
baju kerjanya, lalu sambil bercermin,Irma mengeluarkan 1 payudaranya
lalu memasukkan lagi dan mengancingkan bajunya. Irma tau pelayan tadi
membersihkan cermin sambil melotot kaget liat tingkah Irma. Lalu Irma
berlalu begitu saja sambil tersenyum melihat pelayan itu dari arah
cermin.
“eh...ujung-ujungnya minta nomor HP” kata Irma menutup ceritanya
“kamu kasih?” “ya enggaklah. Aku bilang aja,tadi ngeliat paha sama dada udah cukup mas. Terus keluar deh aku.hihihi...”
“hahaha...gila kamu ternyata. Aku baru tau. Tapi asik juga kan kayak
gitu? Pasti masnya tadi gemes liat kamu” seruku. Lalu aku ajak Irma
pulang, dan benar aja,mas pelayan tadi pura-pura bantuin mbak kasir buat
ngitungin makanan kami. Hahaha.....
Lalu kami pulang ketawa di sepanjang jalan mengingat kejadian tadi. Dan
akupun punya ide yag lebih asik dan gila dari ini. Karena memang dari
dulu aku suka bikin teman atau pacarku jadi objek eksibisionis
Home
Cerita Eksibisionis
Irma Sekretaris
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Sekretaris : Irma 2 Awal Eksibisionis
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar