Setelah itu, Nyoto berhenti menciumi tengkukku dan aku mulai sadar
dengan keadaan sekitarku. Betapa malunya aku melihat payudaraku
terpampang jelas tanpa ada yang menutupi. Suamikupun memanggil-manggil
aku namun aku lupa untuk menjawabnya. Kasiman dan santo bengong melihat
keadaanku yang sangat mengoda kaum lelaki. Cepat-cepat aku berusaha
menutupi kembali payudaraku dengan tangan kiri dan berusaha menjawab
panggilan suamiku. Aku beralasan sedikit ketiduran karena lelah.
Akhirnya suamiku menyudahi pembicaraannya dan menyuruhku untuk
istirahat.
Setelah HP tertutup, aku berusaha menaikkan dasterku tetapi pak
Kardjono, Nyoto, dan Jupri menahan dasterku sehingga aku tidak bisa
menaikkannya. Kemudian aku menutupi kedua payudaraku dengan kedua
tanganku.
“Apa yang kalian lakukan..? sudah cukup..” kataku setengah berteriak.
“Mbak Irma cantik banget… kami ingin melihat mbak Irma tanpa pakaian.
Pasti sangat sangat sangat cantik…sekali ” kata Pak Kardjono
“Betul mbak, kami tidak pernah melihat cewek secantik mbak..” kata Nyoto.
“Sudah stop… keluar kalian dari rumahku…!!” aku mengusir mereka namun
disisi yang lain sebenarnya aku mengharapkan mereka berbuat lebih jauh.
“Tenang Mbak.. jangan mengusir kami donk… Jujur..mbak suka kan?” kata Pak Kardjono
“Iya Mbak.. kalau tidak suka, kenapa mbak terangsang?. Hehehe…” kata Jupri
“Mbak.. ngapain susunya di tutupi?... Kami semua tadi sudah melihatnya
kok. Seksi lo mbak… di buka aja gih..” santo mulai ikut berbicara.
“Iya mbak… jujur aja… mbak suka kan?” Tanya Nyoto sambil berbisik di
telingaku membuat aku kembali merinding sehingga tanpa sadar aku
mendesah.
“Gak..!!” jawabku sambil menggelinjangkan tubuhku karena geli.
“Tuh kan… mbak Irma menikmati banget kayaknya” kata Pak Kardjono
Aku menjadi malu dengan tuduhan pak Kardjono. Memang bahasa tubuhku
tidak bisa membohongi kalau aku terangsang berat. nyoto kembali menciumi
tengkuk, pundak dan punggungku yang terbuka. Aku tidak tahu harus
berbuat apa tetapi tubuh ini benar-benar merasakan rangsangan yang luar
biasa. Tanpa sadar aku kembali memejamkan mata dan
menggelinjang-gelinjang.
“ AAhhh…………” aku kembali mendesah karena menahan nikmat. Kali ini desahanku agak keras.
“Mbak, dasternya di copot aja ya… nanggung tinggal dikit..” kata pak Kardjono lagi
Aku diam saja, bingung harus berkata apa. Nyoto menghentikan ciumannya
dari tubuhku dan aku menjadi sangat malu karena respon tubuhku.
“dasternya di lepas ya mbak..??” bisik nyoto di telingaku.
Memang percuma jika aku pura-pura menolak. sudah kepalang tanggung toh
80% aku sudah telanjang. Akhirnya aku menyerah dan menganggukkan
kepalaku. Sangat halus sekali cara mereka untuk menelanjangiku.
“Angkat sedikit pantatnya mbak..”kata pak Kardjono sambil memegang ujung
dasterku yang paling atas. Dengan malu-malu dan jantung berdebar-debar
aku mengangkat pantatku.
“aduh..jadi telanjang beneran nih” kataku dalam hati. Pak Kardjono mulai
memelorotkan daster yang aku kenakan melewati pantatku. Kemudian
menariknya melewati lututku terus diloloskannya dari kakiku. Akhirnya
sekarang aku benar-benar telanjang bulat dihadapan 5 orang pekerja kasar
yang baru aku kenal kemarin. Tangan kiriku masih berusaha menutupi
kedua payudaraku, tangan kananku menutupi vaginaku. Sensasinya sungguh
luar biasa. Terangsang, malu dan erotis menjadi satu.
Kasiman dan santo mulai mendekatiku dari arah depan. Nyoto menghentikan
ciumannya pada pundak dan tengkukku. Mereka berlima hanya memandangi
tubuhku sambil melihat reaksiku tanpa melakukan apapun. Dipandangi
seperti itu aku menjadi salting. Aku merasa bagaikan cewek terseksi di
dunia. Dipandangi dan dikagumi oleh cowok-cowok pekerja kasar dalam
keadaan telanjang bulat. Hhmmm…
“Gimana mbak Irma… suka telanjang di depan kita-kita kan..??”kata pak
Kardjono. Aku tetap diam saja tak menjawab sambil menundukkan kepalaku.
Jantungku berdegub kencang sekali.
“ayo mbak… jawab donk…” pinta Jupri
Aku malu untuk menjawab. Birahiku sudah terlalu tinggi untuk
menghentikan ini semua. Aku ingin sekali meminta untuk melanjutkan
kekurang ajaran mereka atas tubuhku tapi ego dan harga diriku masih ada.
Aku tetap berusaha menjaga harga diriku walaupun itu sudah tidak
mungkin.
“Kalau mbak gak mau jawab, aku akan foto mbak dan mengirimkannya ke
suami mbak lo… gimana?? Mbak suka telanjang kan…?” Tanya Jupri lagi
Dengan mudahnya mereka menjatuhkan harga diriku tanpa ada paksaan. Hanya
sedikit ancaman saja. Tidak ada pilihan lain selain menjawab pertanyaan
Jupri supaya suamiku tidak tahu.
“Iii…iiya…” jawabku pelan. aku semakin menundukkan kepalaku untuk menghindari tatapan mereka.
“Iya apa mbak..? yang jelas donk..” Tanya Jupri mencoba semakin menekanku
“Ii..iya..aku suka..” jawabku lagi
“Suka apa mbak..?? wah mbak Irma minta di foto Jup..”kata Nyoto kepada Jupri
“Jangan..jangan…please, jangan di foto…” pintaku
“Kalau begitu jawab yang jelas donk mbak…”kata Nyoto tidak sabar
“Iya…sssaaya..sssuuka..te..te..telanjang di depan kkkaalian…”akhirnya aku menjawabnya dan merasa malu sekali
“hehehe….hehhe…..” mereka semua tertawa senang dengan pengakuanku itu.
Meskipun orang desa ternyata mereka sangat pintar dalam mempermainkan
nafsu wanita. Keterbelakangan daerah tempat mereka tinggal tidak membuat
trik-trik sex mereka tertinggal juga bahkan mungkin lebih hebat
daripada orang kota yang penuh dengan kesibukan dan polusi.
Dengan serta merta mereka langsung menciumi dan meraba-raba seluruh
tubuhku. Santo dan kasiman mengulum sambil meremas-remas kedua
payudaraku. Jupri mengarahkan bibirnya ke bibirku. Dia memainkan
lidahnya dalam muluku dan berusaha menarik lidahku. Lidah kami saling
menari dan melilit.
Sementara Pak Kardjono turun kebawahku membelai-belai vaginaku yang
sudah sangat basah. Kemudian aku merasa vaginaku di gelitiki oleh
sesuatu yang hangat dan basah namun aku tidak bisa melihatnya. Aku yakin
itu adalah lidahnya yang sedang mengoralku.
Rasanya nikmat sekali, nafasku menjadi berat. Seluruh tubuhku diserang
secara bersamaan. Belum lagi nyoto yang sedang asyik mengeksplor tubuh
belakangku mulai tengkuk, sampai pantat. Tangannya di telusupkan ke
belahan pantatku. Jarinya membelai-belai lubang anusku.
Kenikmatan dari seluruh penjuru tubuhku dengan cepat membawaku ke ambang
orgasme. Aku tidak bisa mendesah dan berteriak karena sedang berciuman
dengan jupri. Aku hanya bisa mendengus-dengus dan menggeliat-geliatkan
tubuhku dalam keadaan duduk.
“Hhmm…hhmmmm…” aku berusaha melepaskan ciuman jupri untuk berteriak
nikmat namun jupri sama sekali tidak memberikan kesempatan. Tidak sampai
lima menit, akhirnya aku orgasme dengan hebat. Lidah jupri aku sedot
dengan kencang. Kepala santo dan kasiman aku tekan erat ke payudaraku.
Kepala Pak Kardjono aku jepit dengan kedua pahaku. Selama beberapa menit
tubuhku mengejat-ngejat karena orgasme. Meskipun suamiku selalu bisa
memberiku orgasme setiap kami berhubungan namun kenikmatannya tak
sebanding dengan kenikmatan yang saat ini aku rasakan.
Kenikmatan yang aku rasakan sungguh tak bisa diungkapkan padahal itu
hanya melalui permainan mulut dan lidah di seluruh tubuhku. Kenikmatan
yang sesungguhnya belum aku rasakan yaitu melalui penis-penis mereka.
Membayangkan 5 penis yang akan masuk ke tubuhku membuatku bergidik.
Setelah orgasmeku mereda, nyoto merebahkan tubuhku. Nafasku masih
memburu seperti habis lari jauh. Mereka melepaskan seluruh pakaian
mereka hingga telanjang bulat, sama dengan aku. Aku melihat badan mereka
sangat kekar, hitam, dan kokoh. Pekerjaan mereka pasti membuat
otot-otot mereka terlatih sehingga terlihat kuat sekali.
Dan betapa kagetnya aku begitu melihat penis mereka satu per satu.
Penis-penis mereka tidak ada yang lebih kecil atau sama besar dengan
penis suamiku. Semuanya lebih panjang, lebih gemuk, dan kelihatannya
lebih keras.
“Aduh… mati aku… bisa jebol vaginaku..” runtukku dalam hati
“Hehehe….Mbak Irma suka dengan kontol kami ya… keliatannya nafsu banget…hehehehe..” kata Kasiman.
Aku yang sudah tertangkap basah sedang melotot kearah penis mereka
menjadi gelagapan dan menjawab “ eng..eng..enggak kok.. punya kalian
besar sekali… ta..ta.takut aku mas..bisa jebol aku..”
“apanya yang besar..?” Tanya Pak Kardjono
“ itu…anunya…kalian”jawabku
“ anu.. apa namanya..?” Tanya Pak Kardjono lagi
“anu..pen..penis.kalian..” jawabku terbata-bata karena gugup.
“Penis-penis..bilang ’kontol’ … ayo… bilang”perintah pak Kardjono
“Eh iya, kontol kalian besar banget..” kataku. (Serr…serr..) hanya
dengan berkata begitu vaginaku mengeluarkan cairan kenikmatan. Aku
merasa tak berdaya dan dikuasai oleh mereka namun justru hal itu
membuatku lebih terangsang. Pandai sekali mereka mempermainkan harga
diriku. Dengan paksaan sedikit aja atau bahkan tidak dipaksa sama sekali
aku sudah mempermalukan diriku sendiri.
“hehehe… begitu donk..tahan dikit ya…ntar mbak Irma pasti keenakan kok..” kata Pak Kardjono
“Maaf pak…jangan pak..aku mohon..” pintaku kepada pak Kardjono. Aku
takut vaginaku rusak. Aku takut sakit. Aku merasa ketakutan dengan
kegagahan penis mereka. Aku mencoba bangkit dan menghindar dari mereka
namun Nyoto menahanku.
“Tenang mbak..enak kok…hehehehe…” kata Nyoto. Nyoto kembali
merebahkanku, mengangkat kedua tanganku hingga berada di samping
kepalaku hingga ketiakku terbuka lebar.
“Jangan…please…” pintaku
“Jup, san… kamu jilati ketiak dan susu mbak Irma gih… biar dia merasa
nyaman” perintah nyoto kepada Jupri dan Santo. Dengan semangat Jupri dan
Santo mendekatiku dan mulai menjilati ketiak dan payudaraku. Rasanya
geli-geli nikmat hingga aku menggelinjang kesana kemari. Kadang aku
mendesah, kadang menjerit.
“aahhh…. Aih…aahh..uuhhh…”aku mendesah sekeras-kerasnya. Aku melihat pak
Kardjono kembali mendekat dan menempelkan penisnya ke mulut vaginaku.
Perlahan-lahan dia mendorong penisnya memasuki vaginaku. Aku merasakan
gesekan setiap milinya. Rasa geli dan nikmat pada ketiak dan payudaraku
membuat gesekan penis yang masuk ke vaginaku menjadi sangat nikmat.
“Ach…….” Aku mendongakkan kepalaku setelah penis pak Kardjono masuk
seutuhnya kedalam vaginaku. Vaginaku terasa penuh sekali. Sejenak Pak
Kardjono mendiamkan penisnya supaya vaginaku bisa menyesuaikan. Setelah
itu dia mulai menggerakkan penisnya pelan-pelan.
“Aduh..ennnnakkk.. sekkkkaallliii….. aaahhh… terusss…..” aku
menggelengkan-gelengkan kepalaku ke kanan dan kekiri. Jupri dan santo
terus mengerjai ketiak dan payudaraku sementara pak Kardjono semakin
mempercepat genjotan penisnya.
“Auh……auh……..nikkmmmaaattttnnyyaaaa…... ach……….aaku mau kelluar….”desahku.
Tak lama kemudian “ AAACCCCHHHHHHHH……………………” aku mengalami orgasme kedua
yang lebih hebat dari pada orgasme pertamaku tadi hingga squirting. Pak
Kardjono masih terus memompa penisnya meskipun aku mengalami squirting
yang hebat sehingga orgasmeku terasa terus terjadi berulang-ulang. “
AAAAACCCCHHHHHHHHHHHHH……..” aku menjerit, menegang, dan
mengejang-ngejang tiada henti. Tanganku menggenggam erat tangan nyoto
yang masih tetap memegangi tanganku supaya tetap di atas kepala.
Setelah beberapa menit aku mengalami orgasme beruntun, pak Pardjono
mulai menghentikan pompaan penisnya di vaginaku. Jupri dan Santo secara
kompak juga menghentikan jilatannya. Orgasmeku mulai mereda badanku
terasa lunglai namun nafasku masih ngos-ngosan karena kehabisan nafas.
Kadang-kadang aku masih mengejat-ngejat sedikit sisa orgasme yang
barusan aku rasakan. Ini adalah orgasme terhebat yang pernah aku
rasakan.
“Aaaahhhh….” Desahku manja karena kaget dan geli karena Jupri iseng menjilat ketiakku sebelah kanan.
“Bagaimana cantik..?? nikmat bukan…??? Hehehehe…” Tanya pak Kardjono
dengan tawa mesumnya. Penisnya masih di dalam vaginaku dengan kokohnya.
Aku tidak menjawabnya karena masih sangat lemas dan tidak terlalu
perduli dengan sekitarku. Kemudian pak kardjono memelukku dan tanpa
melepaskan penisnya dari vaginaku dia berbalik sehingga aku di atas
menindihnya. Aku masih sangat lemas untuk mengangkat tubuhku. Tubuhku
lunglai di atas tubuh pak Kardjono dengan kemaluan kami yang masih
bersatu.
“ Aaahhh…” aku mendesah ketika Pak Kardjono menggerakkan penisnya
sedikit. Vaginaku masih sangat sensitive untuk menerima rangsangan. Pak
Kardjono tidak mempedulikan keadaanku itu dia mulai menggenjot penisnya
perlahan-lahan. Aku mulai terbuai dengan rasa nikmat pada vaginaku.
Rasa nikmat yang tak terkira itu membuatku lupa pada sekitarku. Aku
tidak tahu apa yang dilakukan Jupri, Santo, Nyoto, dan Kasiman.
Tiba-tiba, “Aihhhh….” Aku menjerit kaget karena ada yang mengelitik
lubang anusku. Hal ini membuat gairah birahiku semakin naik. Rasa
geli-geli nikmat pada lubang anusku membuat kenikmatan pada vaginaku
menjadi berlipat-lipat. Tenagaku yang tadi habis sekarang tiba-tiba
muncul kembali. Desahanku berubah menjadi jeritan.
“aachh… aduh… ennaakk…. Kalian apakan anusku… aaaaccchhhhhh….” Aku menceracau tak karuan.
“aaaaacccchhhhh……..terussss…..kalian apakan itu….” Saat aku akan menoleh
kebelakang, Jupri menahan kepalaku. Dia mencoba memasukkan penisnya ke
mulutku. Tanpa banyak protes aku membuka mulutku untuk menerima
penisnya. Aku kulum ujung penisnya hingga membuat Jupri mendesah-desah.
“eehhmmmm…..eeehhhmmmmm…..” aku tidak bisa lagi mendesah dan menjerit.
Aku merasa sesuatu yang menggelitik lubang anusku tadi sedikit demi
sedikit mulai masuk ke dalam lubangnya. Rasanya sangat sangat nikmat
sekali. Sepertinya yang masuk adalah sebuah jari karena begitu terbenam
dalam anusku, rasanya seperti ada yang bergerak-gerak di dalam.
Aku tidak bisa lagi menahan kenikmatan ini hingga akhirnya
“eeehhhhmmmmmmmmmmmm…………” tubuhku mengejang hebat. aku mengalami
orgasme ketiga yang sangat nikmat. Pak Kardjono, Jupri dan seseorang di
belakangku berhenti untuk memberiku kesempatan menikmati orgasme ini.
Aku sudah mengalami 3 kali orgasme hingga tubuhku sangat lemas tapi aku
melihat ke5 kuli ini masih segar bugar. Justru mereka sangat bersemangat
untuk mengerjai aku. Kapankah ini akan berhenti..?? Aku bisa pingsan
karena Orgasme berulang-ulang jika mereka sangat kuat dalam bermain sex.
bersambung...
Home
Cerita Eksibisionis
Irma Seorang Istri
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Irma Seorang Istri : Gara-Gara Mencoba Eksib, Aku Jadi..... 3
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar