“Bentar tante, beneran terakhir kok..”
“Ampun deh Tante sama kalian.. ya udah.. dasar buas” kata Anisa sambil melepaskan celana dalamnya lagi, padahal dia baru saja selesai mandi dan baru saja ingin mengenakan pakaiannya. Sontak mereka bersorak kegirangan melihat aksi Anisa yang akhirnya mau membuka celana dalamnya itu.
“Hehe.. gitu dong tante.. duh.. wanginya badan tante, jadi gak tahan nih pengen genjotin, pasti enak.. hehe” kata salah satu mereka sambil menciumi harumnya rambut Anisa yang masih basah dan dengan lancangnya mengocok batang kemaluannya sendiri di depan Anisa, sungguh mesum.
“Emangnya kalian apa yang dari kemarin gak mandi, bau gitu badannya.. tambah dekil aja tuh badan kalian.. hihi”
“Biarin dekil, yang penting kontol kita bisa puas ngaduk-ngaduk memek tante, hehe…”
“Dasar kalian.. hmm.. kalau ntar tante yang mandiin masih mau nolak?” tawar Anisa menggoda dengan senyum manis.
“Wah.. iya deh kalau gitu tante.. hehe”
“Dasar, kalau itu kalian cepat. Tapi kan kalian berlima, ditambah Niko jadi berenam, ntar malah tante yang jadinya dimandiin peju sama kalian, gak jadi deh..” kata Anisa pura-pura membatalkan mencoba memancing reaksi mereka.
“Yaah.. enak aja gak jadi..” Salah satu dari mereka langsung merundukkan badan Anisa dan menyetubuhi vagina Anisa dari belakang.
“Nggmmhh.. kamu ini.. main tusuk.. ajah..” kata Anisa pura-pura kesal ke remaja itu, tapi ia tetap menikmati perlakuannya. Pria itu dengan wajah kenikmatan menggenjot vagina Anisa dari belakang dengan posisi berdiri, tangannya juga bermain di buah dada Anisa meremas-remasnya sesuka hatinya, yang tentu saja membuat air susu Anisa lagi-lagi terbuang percuma.
“Tante.. Windynya kok gak marah ya mamanya kita entotin kasar gini? Hehe..” kata orang yang sedang menggenjot Anisa ini karena menyadari ternyata Windy melihat ke arah mamanya yang sedang disetubuhi itu. Mungkin Windy heran air susu mamanya yang jadi makanannya selama ini malah dibuang-buang gitu. Tapi Anisa malah tertawa karenanya dan tetap membiarkan tangan liar remaja tersebut tetap di dadanya.
“Huu.. tau dari mana kalian, Windynya marah tuh.. iya kan cayang? Masa mama.. kamu dientotin gini? Ayo Windy marahin mereka.. ayo.. kalau perlu aduin mereka ke Papa.. hihi” lagi-lagi Windy yang tidak mengerti apa yang dikatakan mamanya itu hanya bisa tertawa karena menganggap mamanya sedang bercanda padanya.
“Ihh.. Windy, kamu kok malah ketawa sih..” kata Anisa pura-pura sebal, para remaja di sana malah ikut tertawa karenanya. Pria ini melanjutkan lagi menyetubuhi istri orang itu dengan buasnya di depan anak-anaknya itu, sedangkan yang lain setia antri menunggu sambil menggerepe-gerepe badan Anisa.
“Cepetan lo kampret, gue udah gak sabar nih ngentotin ni cewek” kata pria disana kasar yang sepertinya sudah tidak sabaran mengantri.
“Berisik lo njing.. gue belum selesai nih pejuin ni memek, pengen gue bikin hamil nih istri orang.. huahaha” balas orang yang menyetubuhi Anisa tidak kalah kasarnya. Memang pergaulan teman-teman Jaka ini sungguh kacau sekali, mereka memang sudah terbiasa berkata kasar begitu dalam kesehariannya. Mereka lebih mirip preman dan berandalan meski status mereka masih pelajar SMA, itu memang karena kebiasaan mereka yang doyan malakin orang, cabut dan tawuran, ditunjang dengan wajah mereka yang sudah ancurnya dari sana.
“Hush.. kalian ini.. nggh.. omongannya kasar dan jorok amat, ntar anak-anak tante terpengaruh.. Niko kamu jangan tiru mereka ya sayang?” kata Anisa tersenyum ke Niko yang dari tadi hanya kebagian melihat saja.
“Huahaha.. baru sadar gue ada dia di sini. Niko, makasih yah nyokap lo.. gue hamilin boleh yah?” boleh dong.. huahaha” Niko hanya diam dengan sedikit nyengir mendengar omongan pria itu.
“Jangan diam aja lo njing!! Jawab!! gue hamilin yah mama lo ini?” tanyanya lagi membentak hingga membuat Niko tersentak kaget.
“Hush.. Jangan kasar gitu ah kamu ke anak tante, tante gak suka.. Niko, ditanyain tuh.. jawab dong sayang..”
“Ngg… b..boleh” jawab Niko yang sebenarnya membolehkan hanya karena ketakutan, Anisa hanya tersenyum kecil mendengar jawaban anaknya.
“Hehe.. gitu dong.. gue bakal bikin mama lo hamil huahaha”
“Enak aja lo yang hamilin, gue mestinya.. udah untung gue ajak lo semua kemari, kalau gak lo pada cuma bisa ngentotin perek murahan” kata Jaka yang tidak mau kalah.
“Hihi.. apa-apan sih kalian, berebutan gitu pengen hamilin tante.. gak pengen sia-siain kesempatan yah kalian? Huuu… berhadapan dulu ya sama Om.. hihi” tentu saja mereka tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, kapan lagi bisa menyetubuhi istri orang secantik Anisa, apalagi sampai memiliki anak dari Anisa.
“Ayok.. mana sini suami tante kita hajar rame-rame.. huahaha” kata mereka yang terdengar sangat menghina.
“Ckckck.. beraninya keroyokan, emang dasar preman kampung kalian.. Udah ah.. lepasin dulu, katanya mau mandi kan?”
“Ntar aja deh tante.. bisa diatur itu.. tapi ntar saya pejuin lagi yah memek tante? Boleh kan Anisa sayang? Hehe..” katanya kurang hajar hanya memanggil nama.
“Tuh kan.. kalian ini memang.. iya-iya, pejuin deh rahim Anisa ini sesuka hati kalian, puas? Dasar.. Kalau Tante beneran hamil dari kalian bisa repot ini, soalnya suami tante gak tahu mesti menghajar siapa di antara kalian? Hihihi..” kata Anisa yang masih saja bercanda tapi tetap nafsuin, membuat remaja yang sedang menggenjot Anisa makin nafsu dan mempercepat adukan penisnya sehingga membuat Anisa merintih-rintih karenanya.
“Ngmmhh.. awhh.. sakit.. duh.. pelan-pelan dong sayang..”
“Oughh.. ahh.. gila, sedap bener nih memek..” racau pria itu. Mereka terus bersenggama dengan hebatnya. Anisa sendiri malah masih tetap berusaha sesekali tersenyum ke bayinya Windy yang masih saja asik memperhatikan dirinya itu, seakan memperlihatkan mamanya yang sedang berselingkuh dan disetubuhi orang dengan kasar ini adalah hal yang biasa.
Dengan masih disetubuhi dari belakang, Anisa lalu bertopang dengan kedua tangannya pada tempat tidur di dekat Windy terlentang, sehingga kini Windy berada persis disebelah mamanya yang sedang disetubuhi dengan kasarnya ini.
“Kamu.. ngghh.. udah pintar ya cayang ngghh.. gak ngangguin mama ngentot lagi.. Udah biasa ya kamu liatin mama ginian? Ngghh.. Sayang banget kamu masih kecil, kalau gak kan bisa ikutan ngewe bareng mereka.. hihi” kata Anisa sambil menggelitik-gelitik badan Windy. Sungguh gila omongan Anisa bicara seperti itu ke anaknya ini.
“Haha.. iya tuh, ntar kamu bisa ngerasain ‘susu kental’ kita kaya mama kamu ini.. cepat gede makanya..” potong pria disana ikut-ikutan.
“Huu.. maunya kalian, mereka nakal yah cayang? Masa udah ngentotin mamanya, kamunya nanti juga mau dientotin.. padahal kan masih belasan tahun lagi.. hihi”
“Gak apa tante.. bakal kita tungguin kok… mamanya aja cantik gini, pasti anaknya juga..”
“Gombal kalian, gak janji ya.. haha”
Pria yang tidak sabar kini ikutan naik ke atas ranjang dan memposisikan penisnya dii depan mulut Anisa, lalu dengan seenaknya memaju mundurkan penisnya ke mulut wanita cantik ini, sehingga Windy kini melihat mamanya disetubuhi depan belakang dari jarak sedekat ini.
“Plop” bunyi mulut Anisa yang melepaskan penis itu.
“Ntar kalau kamu mau semprot di mulut tante bilang-bilang ya.. ntar peju kamu kena Windy, bisa bau peju dia nanti.. hihi” Pria itu hanya tersenyum dan kembali membenamkan penisnya lagi ke mulut Anisa. Anisa kembali disetubuhi depan belakang dengan kasarnya di depan anaknya ini, bahkan saat mulutnya tersumpal penis pun dia juga sering tersenyum melirik ke Windy dan menggelitik-gelitik anaknya itu.
“Tante.. mau keluar.. arrggghh… Terima peju saya tante.. moga hamiil” racaunya.
“Saya juga tante..” kata pria yang menggenjot mulut Anisa. Anisa berusaha agar tetap menahan penis itu di dalam mulutnya sambil melirik tersenyum pada pria di depannya ini.
“Croot.. croott” Sperma pria itu pun keluar dengan banyaknya di dalam mulut Anisa berbarengan dengan yang tumpah di vaginanya. Akhirnya mereka melepaskan penis mereka dari sarang-sarangnya.
“Anyir banget peju kamu, agak kuning lagi.. makan apa sih kamu? ueekk.. mau lihat tante telan juga nih?” kata Anisa setelah menumpahkan sperma itu ke tangannya.
“Iya dong tante, sayang kalo buang-buang”
“Dasar kamu.. nih liat deh” Anisapun memasukkan lagi sperma itu ke mulutnya, memperlihatkan sperma di mulutnya itu dan akhirnya menelannya.
“Ehem.. duh.. Eneg tante nelannya, peju kamu yang paling anyir yang pernah tante telen.. jadi bau gini seruangan, iya kan Windy? Kamu juga kebau kan cayang?”
“Udah? Puas kan kalian?” kata Anisa sambil membersihkan sisa-sisa sperma disela bibirnya.
“Kita belum tante.. “ kata pria lain yang belum dapat bagian.
“Huh.. gak ada habisnya kaliannya.. hihi.. ya udah sini.. langsung sekali tiga aja” tantang Anisa dengan telunjuknya. Merekapun langsung menyerbu Anisa, batang-batang penis mereka yang sudah tegang dari tadi berusaha untuk masuk ke masing-masing lubang Anisa, ketiga lubang Anisa kini kembali dipenuhi penis, dan tetap mereka lakukan di samping Windy!! Suara desahan dan racauan vulgar merekapun terdengar bersahutan. Ya.. Windy masih saja diperdengarkan kata-kata vulgar, diperlihatkan adegan mesum mamanya, bahkan sampai diakrabkan dengan bau peju. Entah apa yang terjadi pada anaknya ini besok.
“Klentanggg!! Klentenggg!!” tiba-tiba suara gaduh dari bawah mengagetkan dan menghentikan aktifitas mesum ria mereka yang sedang asik-asiknya.
….
….
Sore hari itu, suaminya telah berada di depan rumahnya, ia memarkir mobilnya cukup jauh dari rumahnya. Tentu saja istrinya tidak tahu kalau dia sudah pulang sekarang. Dia ingin mengecek keadaan istrinya diam-diam. Dia ingin menjawab keraguan di hatinya saat ini. Dengan perlahan seperti maling dia masuki pekarangan rumahnya sendiri. Dia putuskan untuk mengecek isi rumah dari jendela samping. Tidak ada yang aneh dilihatnya, keadaan di dalam malah tampak begitu sepi seperti tidak ada orang. Apa mereka tidak ada di rumah? Pikirnya.
Namun rupanya terdengar samar-samar suara istrinya dari dalam, ternyata mereka ada di rumah, tapi apa yang sedang dilakukan istriku? Batin Panji karena heran mendengar suara-suara rintihan istrinya tersebut. Tapi untung saja Panji belum berpikir kalau itu adalah suara rintihan istrinya yang sedang kenikmatan disetubuhi.
“Klentangggg!! Klentenggg!!” tanpa sengaja dia menendang tumpukan kaleng bekas minuman soda yang ada disana.
“Sial, bikin kaget” batin Panji.
Dia lalu memutuskan untuk memasuki rumah melalui pintu depan dengan kunci duplikat yang dia miliki. Dia masih melakukannya perlahan. Tetapi di dalam sini memang begitu sepi, apa mereka sedang di kamar? Pikirnya lalu mulai menuju kamarnya di lantai atas.
“Duaaagggh” tiba-tiba sebuah benda tumpul menghantam kepalanya dengan keras dari belakang. Telinganya berdenging. Perlahan Panji merasa semuanya menjadi gelap, seketika dia jatuh dalam pingsannya.
….
….
Panji akhirnya tersadar beberapa jam kemudian. Sosok istrinya lah yang pertama dia lihat.
“Sayang.. udah bangun?” terdengar suara istrinya. Saat dia mencoba bangkit kepalanya masih terasa begitu sakit hingga dia mengurungkan niatnya untuk bangkit.
“Awwhh..”
“Masih sakit yah Pa? itu tadi teman Niko yang pukul.. dia kira Papa maling. Papa sih masuk rumah kaya gitu..”
“Kenapa sih Pa masuk diam-diam gitu? Papa curiga ya mama macam-macam di belakang Papa?” Panji merasa malu sekaligus merasa bersalah mendengar perkataan istrinya itu. Kenapa dia melakukan sampai sejauh ini, tidak mungkin istrinya berselingkuh di belakangnya bukan? Kata hati Panji.
“Papa tidur aja dulu.. masih sakit kan?” tawar Anisa. Panji senang istrinya begitu perhatian pada dirinya. Istrinya tidak tampak seperti mengkhianati dirnya. Maafkan Papa ma, berperasangka buruk padamu, batin Panji dalam hati. Panjipun melanjutkan istirahatnya dengan perasaan lega dan yakin kalau istrinya memang benar-benar setia padanya.
“Ma.. maaf yah..” kata Panji pelan sebelum memejamkan matanya. Istrinya hanya tersenyum manis mendengar perkataan maaf suaminya. Ya.. hanya tersenyum manis. Suaminya masih belum mengetahuinya, dan tadi itu benar-benar hampir ketahuan. Bahkan gilanya saat Panji pingsan tadi para remaja tersebut masih sempat-sempatnya menyetubuhi Anisa, tentu saja karena mereka merasa tanggung. Terpaksa Anisa layani mereka dulu diam-diam sampai mereka akhirnya mau juga pulang.
……
…...
Tapi malam itu Panji terbangun dari tidurnya, ia tidak menemukan istrinya disebelahnya. Dia lihat jam telah menunjukkan pukul satu malam. Dia memutuskan untuk mengecek keberadaan istrinya walau kepalanya masih terasa sedikit sakit, dia tidak menemukan Anisa di kamar mandi dalam kamarnya. Dia lalu melanjutkan memeriksa keluar kamar. Rasa curiga yang sempat hilang kini datang kembali. Tapi dia berharap dia salah lagi kali ini. Dia lihat lampu kamar Niko masih menyala jam segini, apa istrinya ada di sana? pikirnya. Dia putuskan menuju kamar anaknya tersebut. Pintu kamar Niko tampak tidak tertutup sempurna, memberinya cukup ruang untuk dapat mengintip ke dalam.
Deggh!!!
Apa yang dilihat oleh Panji betul-betul tidak dapat dia percayai. Istrinya hanya mengenakan celana dalam bersimpuh di depan anaknya. Tubuh putih indahnya hampir terpampang seluruhnya di depan anaknya. Tampak Anisa sedang menggenggam penis anaknya itu, mengocoknya perlahan dengan lembut sambil tersenyum ke arah Niko. Darah Panji berdesir melihat Anisa melakukan hal tersebut ke anaknya.
Anisa lalu menjepitkan penis Niko di belahan payudara montoknya, membiarkan anaknya menggoyangkan pinggulnya di sana. Tampak penis Niko gergesekan dengan nikmatnya hilang timbul di antara jepitan buah dada Anisa.
“Enak sayang?” kata Anisa dengan mengerlingkan matanya ke Niko.
“Enak mah.. oughh”
“Hihi.. nih mama tambahin” Anisa kemudian meremas buah dadanya sendiri, sehingga tampak cairan susunya merembes membasahi penis anaknya dan dadanya sendiri. Memberikan mata anaknya sebuah pemandangan yang begitu luar biasa.
Apa-apaan ini? Panji yang melihat hal tersebut betul-betul tidak percaya. Itukah yang dilakukan istriku saat aku tidak di rumah? Geramnya. Ingin sekali dia melabrak mereka, tapi tunggu, tidak hanya Niko seorang di sana, ternyata ada satu orang lagi. Ya.. Jaka, teman anaknya itu juga berada di sana. Kini giliran Jaka yang mendapatkan kenikmatan di-titjob oleh Anisa. Memberikan Jaka kenikmatan seperti yang didapatkan Niko tadi.
“Buruan tante.. udah gak tahan..” pinta Jaka tidak sabaran.
“Hihi.. gak sabar yah kamunya? bentar, masih belum.. sini masukin penis kamu ke mulut tante” tanpa menunggu disuruh dua kali Jaka segera membenamkan penisnya ke dalam mulut Anisa. Hati Panji begitu sakit menyaksikan ini, melihat bocah itu dengan seenaknya menggenjot mulut istrinya. Tampak bibir tipis istrinya mengapit batang hitam Jaka dengan rapatnya. Goyangan pinggul Jaka semakin kencang memompa mulut Anisa, lalu dengan menahan kepala Anisa dengan tangannya Jaka coba memasukkan seluruh batangnya sampai mentok ke kerongkongan Anisa. Panji pikir istrinya bakal kewalahan menerima batang penis itu, tapi dengan mulut penuh penis Anisa malah tampak berusaha tersenyum melirik ke Jaka, lalu…….
….melirik ke arah tempat Panji berdiri.
Panji terkejut bukan main, jantungnya berdegub kencang, darahnya berdesir. Istrinya melihat ke arahnya. Apa Anisa tahu kalau sedang diintip olehku dari tadi? Atau.. dia memang sengaja memperlihatkan ini padaku? Pikir Panji. Tubuh Panji jadi panas dingin dan lemas karenanya. Pandangan Anisa kini kembali menuju ke Jaka dan tersenyum pada remaja tersebut. Tapi sekali lagi, mata Anisa melihat ke arah tempat Panji berdiri. Panji menjadi benar-benar yakin kalau istrinya memang sengaja memperlihatkan ini padanya.
“Enak sayang?”
“Enak tante..”
“Niko, kamu mau juga? Sini..” tawar Anisa ke Niko. Kini mulut Anisa dijejali penis anaknya sendiri. Lagi, mata Anisa melirik ke tempat Panji berdiri. Apa ini? apa yang sebenarnya terjadi disini? Batin Panji tak mengerti. Kenapa Anisa sengaja menunjukkan ini padaku? Apa dia sengaja membuatku cemburu dan marah? Tapi kenapa? Panji tidak tahu apa yang ada di pikiran Anisa. Dia merasa seperti orang bodoh, ternyata prasangkanya selama ini tidaklah salah. Padahal dia baru saja ingin melabrak mereka. Tapi kenapa? Kenapa aku hanya diam saja sekarang menyaksikan semua ini?
“Ma.. enak.. mau keluar..” erang Niko.
“Keluarin sayang.. tumpahin semuanya ke mulut mama kamu ini..”
“Maa.. Niko.. keluaaaar… argghh.. arghh..”
“Croot… crooot” Penis Niko menumpahkan sperma dengan banyaknya ke mulut ibu kandungnya itu. Semua itu terlihat jelas oleh Panji di luar sini, bagaimana mulut istrinya ditembaki sperma anak kandungnya itu dengan telak. Dan lagi, mata Anisa melirik ke arah Panji berdiri dengan mulut masih berlumuran sperma Niko.
“Lihat nih sayang.. mama telan peju kamu.. Papa kamu gak pernah lo mama telan pejunya.. hihi” kata Anisa sambil tersenyum ke Niko.
Hati Panji semakin sakit, kepalanya sekarang juga kembali terasa sakit, dia bangkit beranjak dari sana karena tidak ingin melihat ini lebih jauh. Dia tidak percaya apa yang baru saja dilihatnya. Istrinya yang dia kenal selama ini begitu saleh dan santun melakukan perbuatan hina tersebut. Terlebih istrinya melakukan itu dengan anaknya sendiri. Dia kembali ke kamarnya, ingin mencoba tidak mempercayai apa yang dia lihat barusan, diapun tertidur tidak lama kemudian berharap ini semua hanya mimpi.
Esoknya, tampak istrinya berperilaku biasa saja seperti tidak terjadi sesuatu tadi malam. Apa itu benar cuma hanya mimpi? Tapi itu terlalu nyata, dan aku yakin itu bukan mimpi, pikirnya. Istrinya mengobrol dan bercanda seperti biasa saat mereka sarapan, tidak menunjukkan perubahan sama sekali. Kenapa? Apa maksudnya semua ini? Apa aku punya salah padanya? Apa nafkah batinku tidak cukup? Rasanya tidak demikian, dirinya sungguh tak mengerti.
“Suka Pa?” tanya Anisa pada Panji.
“Ha?” Panji bingung dengan maksud pertanyaan istrinya itu. Tapi Anisa hanya tersenyum sambil beranjak menuju dapur meninggalkan suaminya dengan pertanyaan di benaknya. Panji sebenarnya bisa saja bertanya apa yang sebenarnya dia lihat tadi malam pada istrinya itu, tapi dia tidak ingin mengungkitnya. Atau aku memang suka melihat istriku seperti itu? Pikirnya. Sisa hari itupun berlalu seperti biasa.
Malam berikutnya Panji sengaja bangun pada jam yang sama dengan malam sebelumnya untuk memastikan kalau yang dilihatnya tadi malam itu memang bukan hanya mimpi. Tampak pintu kamar Niko juga tidak tertutup rapat kali ini. Dan benar saja, dia melihat istrinya bersama mereka, bahkan kali ini sedang disetubuhi oleh anaknya Niko, sedangkan Jaka berada di sebelahnya sedang dihisap penisnya. Pemandangan yang membuat Panji tertegun dan tidak sanggup berkata-kata. Kakinya gemetar. Dia yakin kalau ini memang bukan mimpi. Panji begitu geram, bagaimana mungkin istrinya melakukan hal itu, bahkan dengan anak kandungnya sendiri. Tapi ternyata dirinya terbawa nafsu melihat adegan tersebut, adegan panas persetubuhan istrinya dengan kedua remaja itu, yang menikmati tubuh istrinya di depan matanya sendiri. Tanpa sadar penisnya ereksi melihat adegan itu. Tidak.. ini tidak benar.. kenapa aku jadi begini meliihat mereka? batin Panji.
“Terus sayang, entotin ibu kandung kamu ini.. ayo kasih pemandangan yang bagus..” kata Anisa yang sepertinya tahu kalau suaminya sudah berada di depan pintu.
“Kamu juga Jaka sayang.. jejalin aja penis kamu sesukamu ke mulut tante.. puas-puasin” sambungnya.
Sambil masih disetubuhi mereka, Anisa sesekali masih melirik ke tempat Panji berdiri. Panji yang melihat itu semua betul-betul tidak mengerti apa yang dia rasakan saat ini, dia begitu geram melihat kelakuan istrinya tapi dia juga terangsang karenanya. Ya.. ini sama dengan kejadian dengan Niko dulu. Ketika Anisa menggoda Niko sedemikian rupa yang membuat Niko marah dan kesal. Tapi kini Niko yang membantu mamanya membuat perasaan Papanya campur aduk seperti itu. Sungguh takdir yang kejam bagi keluarga mereka.
“Hentikan..” kata Panji pada mereka yang akhirnya tiba-tiba masuk. Akhirnya dia putuskan untuk menghentikan kegilaan ini. Kehadiran Panji membuat mereka menghentikan aktifitas mereka. Tapi sepertinya mereka tidak menunjukkan ekspresi keterkejutan sama sekali.
“Ma? Kamu apa-apaan hah?” tanya Panji merasa sangat kecewa dan marah pada Anisa. Mencoba mengetahui alasan istrinya melakukan ini semua.
“Papa marah? Papa gak suka ya?” kata Anisa balik tanya. Sebuah pertanyaan yang tidak sepantasnya dia tanyakan pada suaminya saat ini. Anisa kemudian tersenyum lalu melanjutkan bicaranya lagi.
“Mama cuma kasih mereka pelajaran tentang seks aja kok pa.. dari pada nanti mereka gak tahu harus ngapain saat berhubungan, iya kan pa?” sebuah pernyataan yang terkesan dibuat-buat oleh Anisa.
“Mama juga bantu mereka biar lebih tahan lama.. itu aja kok Pa..” jawab Anisa enteng.
“Tapi apa harus sampai sejauh itu ma?”
“Gak apa kan pa? mama juga gak keberatan kok.. Papa keberatan?” Panji sangat geram dengan perkataan istrinya. Dengan santainya istrinya mengatakan kalau itu hanya sebuah pelajaran. Tapi Panji tidak tahu kenapa dia seperti terbius melihat ini semua. Kenapa pemandangan tadi membangkitkan birahinya. Melihat istrinya sendiri bersetubuh dengan putra dan teman anaknya itu. Anisa melirik ke suaminya lalu tersenyum.
“Papa mau lanjut melihat?”
“Tidak!! Hentikan ini semua.. kalian gila” teriak Panji. Anisa hanya tersenyum lalu bangkit dari ranjang dan berdiri menuju lemari pakaian. Dia pilih salah satu baju tidurnya untuk dia kenakan.
“Ya sudah kalau Papa gak suka, mama pakai lagi baju mama” kata Anisa mulai mengenakan pakaiannya menuruti perkataan suaminya. Sekali lagi, entah apa yang membuat Panji jadi berubah pikiran. Dia begitu sakit hatinya, tapi ia tidak memungkiri adanya sebuah perasaan aneh dan bergejolak melihat istrinya disetubuhi orang lain. Istrinya yang dia kenal selama ini begitu sopan, santun dan setia padanya, tapi kini.. inikah sisi lain istriku? Dan kenapa.. aku ingin masih terus melihatnya.
“T..tunggu ma” kata Panji, Anisa melirik ke suaminya tersebut.
“Ya Pa?”
“B..boleh”
“hmm?? Boleh apa Pa?”
“B..boleh lanjutkan kalau mama mau lanjut” kata Panji. Dia tidak tahu apa yang membuatnya berkata demikian. Memperbolehkan istrinya melanjutkan hal itu? Dia pikir dirinya sudah gila.
“Papa yakin?” tanya Anisa memastikan, Panji hanya mengangguk. Lagi, Anisa tersenyum ke Panji. Sebuah senyuman yang tidak dapat dipahami artinya oleh dirinya.
“Makasih ya pa.. kalau Papa mau lihat dari dekat boleh kok.. Papa pasti suka kan?” kata Anisa manja pada suaminya.
“Hehe.. iya, om bakal suka kok” kata Jaka ikut-ikutan. Panji memandang sinis pada bocah itu. Bocah sialan, ini pasti gara-gara kamu, geram Panji. Jaka yang mengerti apa yang dipikirkan Panji malah tersenyum licik dan tertawa cengengesan, membuat Panji ingin sekali menghantam wajah buruknya itu. Panji juga mengalihkan pandangannya ke arah Niko, dia lihat Niko hanya diam dan merunduk, sepertinya dia ada perasaan bersalah pada Papanya. Panji merasa seperti orang bodoh sekarang, dia merasa bagaikan badut yang jadi bahan tertawaan orang. Merasa diri sangat terhina karena perlakuan ini. Sifat plin-plan hati Panji lah yang membuat hal ini terjadi. Sepertinya sifat itulah yang diturunkan pada Niko.
“Sini pa.. liat yang dekat.. biar lebih asik..” kata Anisa menyadarkan Panji dari lamunannya. Sebenarnya Panji ragu mampukah dia melihat ini semua. Nuraninya tentu saja menolak itu semua, tapi birahinya berkata lain.
“Hmm.. Bentar deh pa.. sepertinya mama punya ide deh..” kata Anisa meninggalkan kamar itu. Tidak lama kemudian Anisa kembali dengan menenteng handycam di tangannya.
“Nih pa.. Papa cuma mau lihat aja kan? lebih baik kalau Papa sekalian bantuin ngerekam” kata Anisa. Darah Panji berdesir mendengar permintaan istrinya itu. Anisa minta perbuatannya itu direkam oleh suaminya!! Bahkan bibirnya tersenyum saat meminta hal itu!! Panji tidak tahu apa yang dipikirkan istrinya, ini terlalu dalam mengaduk-aduk emosinya.
“Kok ngelamun sih pa? bingung? Hihihi.. gini loh pa.. Mama pikir ntar hasil rekaman ini bisa jadi bahan ajaran untuk Niko dan teman-temannya tentang seks, boleh kan pa? kalau gak mau dikasih gratis ntar kita jual aja ke mereka pah..” gila apa omongan Anisa, menawarkan dirinya menjadi model video porno untuk disebar ke teman-teman Niko dengan dalih sebuah pelajaran. Panji sendiri tidak tahu apakah omongan istrinya ini serius atau tidak.
Seperti terhipnotis, Panji malah menerima handycam itu. Entah kenapa dia menyetujui permintaan gila istrinya itu. Merekam orang terkasihnya disetubuhi oleh orang lain dan anaknya sendiri.
“Yuk mulai tante.. udah gak tahan nih..” suruh Jaka tidak sabaran.
“Iya..iya.. tuh, akhirnya kamu bisa nunjukin ke om gimana kamu ngentotin tante, udah puas kan kamu? Dasar..” kata Anisa mencubit pipi Jaka.
“Pa, mulai yah..” kata Anisa melirik ke Panji lalu tersenyum padanya. Jaka yang memang belum dapat bagian dari tadi langsung mencumbu Anisa. Menyeret Anisa ke atas ranjang dengan kasarnya. Panji yang melihat itu tercengang melihatnya. Sungguh kurang ajar sekali bocah itu memperlakukan istrinya, tapi dia tidak menyangka kalau istrinya malah tertawa cekikikan kegelian karena ulah Jaka ini, yang menyeretnya kasar dan langsung menindih tubuh istrinya. Dan Panji juga tidak menyangka kalau dia konak melihat itu.
“Duh.. Jaka.. awh.. gak sabaran amat main himpit aja.. kasar yah Pa Jakanya?” kata anisa melirik ke suaminya.
Sambil bergumul dengan Jaka, mata Anisa selalu berusaha memandang ke suaminya yang sedang merekam perbuatan mereka. Anisa seperti ingin mengatakan ke suaminya bahwa inilah yang selama ini istri cantiknya lakukan saat suaminya tidak ada di rumah ataupun saat suaminya lengah. Mereka saling berpelukan di atas ranjang, saling berciuman dan mencumbu satu sama lain. Jaka sangat asik memainkan lidahnya di dalam mulut Anisa, begitu juga Anisa yang memasukkan lidahnya ke mulut Jaka.
“Enak bibir tante, manis.. hehe” kata Jaka.
“Manis? Tapi jangan ditelan yah bibir tante, cukup susu tante aja yang ditelan.. hihi” balas Anisa.
Mereka terus bergumul di atas ranjang dengan panasnya. Tubuh merekapun terlihat sudah mengkilap karena berkeringat. Gilanya, Anisa kini bahkan menjilati secara perlahan keringat yang mengalir di dagu Jaka, tentunya melakukan itu dengan melirik ke kamera, ke arah suaminya yang sedang merekam aksi tersebut, sungguh erotis dan liar sekali. Tampak tetesan keringat jaka berpindah ke lidah Anisa yang terjulur menjilati wajah Jaka. Sebuah scene yang betul-betul panas terekam oleh lensa handycam itu.
Jaka juga mengulum dan menjilati seluruh permukaan buah dada Anisa, membuat air susu Anisa mengalir ke mulut Jaka dengan nikmatnya, bahkan tampak air susu tersebut berleleran di sekitar dada Anisa yang juga dijilati oleh Jaka. Jaka yang mulutnya penuh air susu bahkan kini menyuapi Anisa dari mulut ke mulut, membuat beberapa tetes malah tumpah berleleran di dagu Anisa, tapi Anisa malah tertawa cekikikan lalu melirik ke kamera. Mereka kemudian saling membelit lidah dan berciuman sehingga lagi-lagi mereka saling bertukar air liur. Air liur yang bukan milik suaminya masuk ke mulut Anisa bahkan ditelan olehnya. Semua itu direkam oleh Panji dengan jelas. Panji sendiri hanya berdiri dan tidak dapat menggerakkan tubuhnya karena menyaksikan itu semua. Kebimbangan hatinya antara marah dan nafsu mengacaukan perasaannya. Dia malah merekam semua ini. Sial.. kenapa aku melakukan ini, batin Panji.
“Masukin yah tante..?” pinta Jaka.
“Kamu mau masukin?” sambil berkata demikian mata Anisa melirik ke arah Panji yang memegang kamera seolah meminta persetujuan suaminya.
Boleh kan pa bocah ini menyetubuhi istrimu? Menikmati lubang yang seharusnya hanya milik kamu seorang ini? boleh kan pa..? kata Anisa dalam hati. Melihat suaminya hanya diam, Anisa menganggap itu sebagai sebuah persetujuan.
“Masukin sayang.. entotin aja sepuasnya, tapi.. senyum dulu dong ke kamera” kata Anisa. Jaka menurutinya dan langsung tersenyum dengan jeleknya ke kamera, ke arah Panji. Sebuah senyuman yang seakan menghina suami dari istri yang sedang dia setubuhi ini. Panji yang menyaksikan ini sungguh geram hatinya.
“Jleeb” penis Jaka tampak menyeruak masuk ke dalam vagina Anisa, kemudian menggenjot vagina istrinya dalam posisi istrinya ditindih tubuh Jaka. Panji terpana melihat istrinya disetubuhi remaja ini dari jarak sedekat ini.
“Oughh.. terus Jaka.. lebih kencang.. aaaahhh… iya.. terus… nggmmhh..” erang Anisa tanpa rasa malu melenguh kenikmatan di depan suaminya.
“Arghh.. Anisa..”
“Ih.. kamu, gak sopan.. nghh.. sebut nama aja ke tante.. ntar Om.. marah lho..” kata Anisa sambil melirik ke suaminya.
Hawa dalam kamar itu sudah semakin panas, badan Anisa dan Jaka kini betul-betul sudah bermandikan keringat. Kulit putih mulus Anisa dan kulit hitam dekil Jaka itu tampak saling menempel akibat keringat mereka yang bercampur itu. Mereka bersenggama sambil berguling-guling di ranjang dengan terus berciuman, tapi Anisa tetap berusaha sesekali melirik dengan senyum manisnya ke arah kamera disela-sela itu semua. Setelah sekian lama menyetubuhi Anisa dalam posisi itu, kini Jaka memutar tubuh Anisa sehingga kini Jaka yang berada dibawah.
“Sayang.. sini, masukin juga kontol kamu ke pantat mama.. entotin pantat mama kamu ini” suruh Anisa ke Niko yang hanya melihat dari tadi. Panji terkejut, apakah istrinya akan dimasuki dua penis sekaligus. Dirinya bahkan juga tidak pernah melakukan anal seks terhadap istrinya, tapi malah anaknya sendiri yang melakukan itu kepada mamanya.
“Ayo sayang.. tunjukin dong ke Papa gimana kalian biasanya ngentotin mama.. jejalin aja sekeras yang kalian mau seperti biasa, jangan ditahan-tahan tenaga kalian.. biar Papa bisa liat, iya kan pa?” tapi Panji tidak menjawab.
Mereka mulai menggenjot tubuh Anisa secara bersamaan, kedua lubang bawah Anisa dijejali penis-penis mereka. Dan apa yang dilakukan Panji? Dia hanya bisa melihat sambil terus merekam itu semua. Panji merasakan perasaan itu lagi, dia begitu terangsangnya melihat pemandangan ini, sensasi melihat istrinya disetubuhi orang lain di depan matanya. Penisnya menegang merespon pemandangan di depan matanya.
Cukup lama mereka menyetubuhi Anisa di depan suaminya, hingga akhirnya mereka tak kuasa menahan laju sperma mereka.
“Ma.. mau keluar..” erang Niko.
“Jaka juga tante..”
“Cabut sayang.. keluarin di mulut mama aja..” suruh Anisa.
Mereka kemudian mencabut penis mereka terburu-buru dan mengarahkan penis mereka ke mulut Anisa yang bersimpuh di atas ranjang. Anisa mengocok penis mereka bersamaan hingga akhirnya sperma mereka tumpah dengan banyaknya.
“Aghhh.. maaaaa”
“Tanteee..”
“Croot.. crrott” Sperma mereka muntah hampir bersamaan ke dalam mulut Anisa, beberapa mengenai bagian wajahnya yang lain. Semuanya terekam dengan indahnya di depan lensa kamera bagaimana sperma-sperma mereka masuk ke mulut istrinya tersebut. Sambil menerima semprotan sperma yang bertubi-tubi itu mata Anisa melirik ke kamera, ke arah suaminya. Kini Anisa bahkan menunjukkan mulutnya yang menampung lelehan sperma itu ke kamera. Ekspresi Anisa terlihat sangat datar ketika melakukan itu, seperti tidak ada perasaan bersalah dan malu sama sekali melakukan itu di depan suaminya. Anisa lalu memainkan genangan sperma itu di dalam mulutnya, berkumur-kumur dengan sperma itu. Memuntahkannya ke tangannya lalu dia masukkan kembali ke mulutnya, hingga akhirnya ia telan seluruhnya lalu tersenyum dengan manisnya ke arah kamera, betul-betul sebuah senyuman manis seperti wanita tak berdosa, bisa-bisanya ia tersenyum manis begitu ke kamera yang dipegang suaminya setelah menelan sperma yang bukan milik suaminya.
“Enak yah tante? Kayanya tante keenakan nih nelan peju di depan Om.. hehe” ejek Jaka.
“Huh.. dasar kamu.. peju kamu tuh anyir tau, beruntung banget tuh kamu pejunya tante telen, Om aja gak pernah.. iya kan Pa?” kata Anisa sambil mengelap lelehan peju yang juga berceceran di wajahnya. Sebuah ucapan yang tidak sepantasnya dimintai tanggapan pada suaminya.
Aktifitas gila itu akhirnya selesai juga. Panji tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Kini ia letakkan handycam itu di atas meja lalu berjalan keluar dari kamar anaknya.
“Pa.. maaf yah..” kata Anisa lirih pada suaminya. Panji hanya diam dan menoleh sebentar lalu meneruskan langkahnya. Istrinya hanya melihat saja suaminya keluar dari kamar. Hati Panji hancur, sakit, dan kecewa. Tapi dia lebih kecewa lagi pada dirinya sendiri yang tidak berbuat apa-apa yang malah ikut hanyut terbawa birahi menyaksikan itu semua. Panji memutuskan untuk kembali ke kamarnya sekarang. Dia tidak peduli apa yang akan mereka lakukan selanjutnya di sana. Dia begitu letih dibuatnya, bukan fisiknya, tapi hati dan pikirannya. Dia tidak menyangka hal ini bisa terjadi pada istrinya, pada keluarganya. Pikiran kacaunya mengantarnya tertidur malam itu. Saat berusaha memejamkan mata, butiran air bening mengalir dari matanya.
***
0 komentar:
Posting Komentar